Anda di halaman 1dari 2

Membangun Kesadaran Perspektif Ham dalam Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Selama ini pemenuhan

hak ekosob di Indonesia masih memprihatinkan meski Indonesia telah meratifikasi Kovenan Hak Ekosob PBB pada Oktober 2005 lalu. Indikator pemenuhan hak ekosob yang paling mudah dibaca, yaitu nilai IPM, menunjukkan dalam beberapa dasawarsa belakangan ini Indonesia tidak juga berhasil beranjak dari kategori menengah (IPM < 80) ke kategori tinggi (IPM > 80). Gambaran ini diperjelas oleh berbagai penelitian serta berita di media massa yang mengkonfirmasikan hal yang sama. Berdasarkan permasalahan tersebut, PATTIRO melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana capaian pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan di Indonesia umumnya dan di daerah penelitian khususnya, sejauh mana pelayanan publik dan kebijakan pemerintah dalam pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan serta bagaimana kesadaran/persepsi stakeholder mengenai pemenuhan pendidikan dan kesehatan sebagai hak asasi manusia. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Januari sampai Mei 2006 di tiga daerah yaitu Provinsi Banten, Kabupaten Gresik serta Kota Semarang dengan pertimbangan ketiganya dapat secara umum mewakili gambaran pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan di Pulau Jawa. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam (Depth Interview), observasi (observation), dan diskusi terfokus (Focus Group Discussion) dan dilengkapi statistik bidang pendidikan dan kesehatan, baik berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik Indonesia, maupun dari berbagai sumber publikasi regioanal, nasional, maupun internasional lainnya. Data lainnya berupa dokumen kebijakan pemerintah seperti APBD, RPJP, RPJM, Perda, SK Bupati maupun Dinas dianalisis dengan menggunakan metode analisis isi (content analisis) untuk mengetahui situasi kebijakan pendidikan dan kesehatan yang mendukung dan menghambat hak-hak masyarakat. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin, aparat desa, sebagian NGO dan tokoh masyarakat di simpul kecamatan untuk mendapatkan gambaran permasalahanpermasalahan di wilayah sekitarnya, serta pejabat di lingkungan dinas terkait maupun anggota DPRD. Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kondisi pemenuhan hak ekosob di daerah penelitian ternyata masih jauh dari memadai. Selain itu masyarakat umumnya melihat pendidikan dan kesehatan sebagai alat (means) dibanding sebagai tujuan (ends) dan melihatnya sebagai komoditas ekonomi (yang harus dibayar) bukannya sebagai barang

publik yang harus disediakan pemerintah melalui pelayanan publik. Kemudian ketersediaan sarana pelayanan publik sering kali tidak disertai aksesibilitas yang memadai dan masih terdapat kesenjangan yang signifikan dalam pemenuhan hak antar berbagai kelompok masyarakat berdasarkan gender, umur, wilayah, dan status ekonomi. Dalam penelitian ini juga ditemukan adanya konsentrasi pelayanan kesehatan maupun pelayanan publik di wilayah-wilayah dengan daya beli dan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa logika pasar lah yang digunakan dalam penerapan pelayanan publik, dimana makin besar daya beli, makin lengkap fasilitas yang dapat dinikmati. Lebih jauh lagi, implementasi pemenuhan hak kesehatan dan pelayanan publik pada tingkat kebijakan ataupun anggaran menunjukkan kekurangseriusan pemerintah sebab alokasi anggaran untuk kedua bidang tersebut masih sangat minim. Secara khusus dapat disimpulkan adanya kebutuhan terhadap suatu aturan di tingkat daerah yang secara khusus dan memadai mengatur pemenuhan hak pendidikan dan kesehatan, sehingga menjadi dasar hukum yang mengikat, baik bagi pemerintah untuk melaksanakannya ataupun bagi warga untuk menuntut pemenuhannya.

Anda mungkin juga menyukai