Anda di halaman 1dari 4

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Salah satu kendala yang sering dihadapi dalam budidaya ikan adalah serangan penyakit. Serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri merupakan kendala utama dalam budidaya perikanan. Jenis bakteri yang menimbulkan penyakit pada budidaya ikan air payau dan air laut adalah bakteri Vibrio, dimana penyakitnya disebut dengan vibriosis. Berkembangnya bakteri vibrio di suatu perairan ditandai dengan kondisi perairan yang kurang menguntungkan bagi ikan dengan kandungan nutrien yang tinggi yang berasal dari penumpukkan sisa pakan. Penularan penyakit vibriosis ini dapat melalui air atau kontak langsung antar ikan dan menyebar sangat cepat pada ikan-ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi. Vibrio sp. merupakan salah satu bakteri patogen yang tergolong dalam famili Vibrionaceae. Bakteri ini bersifat gram negatif, fakultatif anaerobik, fermentatif, bentuk sel batang dengan ukuran panjang antara 2-3m, menghasilkan katalase dan oksidase dan bergerak dengan satu flagella pada ujung sel (Austin, 1988 dalam Feliatra, 1999). Bakteri patogen utama yang sering menyerang udang maupun ikan terutama ikan kerapu adalah bakteri Vibrio alginolyticus. Kasus vibriosis pada udang di Indonesia ditemukan pertama sekitar awal 1980. Menurut penelitian Johnny dkk., (2002) di Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali, kasus penyakit borok pada ikan kerapu merupakan salah satu penyakit penting pada budidaya ikan kerapu di dalam keramba jaring apung. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian masal ikan dan bakteri penyebab infeksi ini adalah V. alginolyticus. Menurut Jayasree. L. et al. (2006) di India, V. alginolyticus dapat mengakibatkan penyakit shell disease, red disease, loose shell syndrome (LSS) dan white gut disease (WGD) dan menimbulkan kematian masal udang. Menurut Retnawati (2008), kegagalan terbesar yang dihadapi dalam

2 kegiatan pembenihan ikan kerapu macan adalah tingginya kematian karena wabah penyakit yang disebabkan oleh V. alginolyticus. Selama ini pencegahan terhadap serangan bakteri pada umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik dan bahan kimia. Akan tetapi, penggunaan antibiotik ternyata dapat menimbulkan efek samping bagi patogen itu sendiri maupun terhadap ikan yang dipelihara. Pemberian antibiotik secara terus menerus dapat menyebabkan organisme patogen menjadi resisten, sehingga penggunaan antimikroba menjadi tidak efektif. Selain itu, residu dari antibiotik dapat mencemari lingkungan perairan yang mengakibatkan kualitas air menjadi turun. Salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi permasalahan serangan penyakit adalah mengganti penggunaan antibiotik dengan bahan alami seperti tumbuhan obat yang dapat dijadikan sebagai antibakteri. Tumbuhan Majapahit (C. cujete L.) merupakan famili dari Bignoniaceae yang memiliki beberapa potensi diantaranya, buahnya yang pahit dapat digunakan sebagai penurun demam, air rebusan kulit pohon untuk membersihkan luka/borok dan daun muda digunakan untuk obat sakit kepala, serta obat luka baru, dan daging buahnya sebagai obat pencahar. Tumbuhan Majapahit juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. (Heyne, 1987 dalam Anaf , 2009). Menurut Hutapea (1993), kandungan kimia yang ada pada daun, batang dan buah C. cujete L . adalah polifenol dan saponin. Menurut Ogbuagu (2008), kandungan kimia yang ada dalam daging buah maja (C. cujete L.) diantaranya adalah senyawa alkaloid, flavonoid, dan tanin. Kandungan kimia pada tumbuhan Majapahit (C. cujete L.) dapat berpotensi sebagai antibakteri yang menghambat pertumbuhan bakteri. Pada uji antibakteri dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode difusi dan dilusi. Metode difusi (Diffusion Test) untuk menentukan daya hambat dari bahan antibakteri. Sedangkan metode dilusi (Dillution Test) digunakan untuk

3 mengetahui MIC (Minimum Inhibitory Concentration) dan MBC (Minimum bactericidal Concentration) pada bahan antibakteri. MIC merupakan konsentrasi terendah bahan antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan sedangkan MBC adalah konsentrasi terendah bahan antibakteri yang dapat membunuh mikroorganisme. Potensi tumbuhan Majapahit sebagai agen antibakteri telah dibuktikan oleh Melendez (2006), yang melakukan uji antibakteri yang menggunakan daun C. cujete L. pada bakteri Pseudomonas fluorescens dengan metode difusi yang menunjukkan zona hambat sebesar 19 mm. Intan (2008), melakukan uji antibakteri menggunakan ekstrak basah daun Majapahit (C. cujete) dengan metode difusi dan hasil uji aktivitas terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes menunjukkan zona hambat sebesar 19 mm. Nurhayati (2008), melakukan uji antibakteri menggunakan ekstrak basah buah Majapahit (C. cujete L.) dengan metode dilusi dan hasil uji aktivitas terhadap bakteri Shigella dysenteriae dan Escherichia coli mampu membunuh pada konsentrasi 100%. 1.2 Rumusan Permasalahan Tumbuhan Majapahit (C. cujete L.) bersifat antibakteri terhadap P. fluorescens, S. aureus, S. pyogenes , S. dysenteriae dan E. coli, tetapi belum diketahui aktivitas antibakteri terhadap V. alginolyticus. Sehingga permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh ekstrak daun, buah, dan kulit batang Majapahit (C. cujete L.) terhadap pertumbuhan bakteri V. alginolyticus berdasarkan besarnya zona bening yang terbentuk, konsentrasi MIC maupun MBC terhadap bakteri tersebut.

4 1.3 Batasan Permasalahan Batasan permasalahan dalam penelitian ini antara lain : Bagian tumbuhan Majapahit (C. cujete L.) yang digunakan yaitu daun, kulit batang dan buah dalam bentuk ekstrak kering dan basah Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etanol 96% Nilai yang ingin diketahui adalah nilai zona hambat, MIC, dan MBC terhadap V. alginolyticus.

1.4.

Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak daun, kulit batang dan buah Majapahit (C. cujete L.) terhadap bakteri V. alginolyticus, sehingga dapat diketahui zona hambat, nilai MIC, dan MBC pada bakteri tersebut. 1.5 Manfaat Penelitian Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat tumbuhan Majapahit (C.cujete L.) sebagai bahan alternatif pengganti antibiotik untuk pencegahan penyakit ikan air payau dan air laut.

Anda mungkin juga menyukai