Anda di halaman 1dari 14

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Ekonomi Menurut Pandangan Islam Ekonomi secara bahasa berasal dari bahasa Yunani dari kata Oikos yang berarti keluarga, rumah tangga, dan Nomos yang berarti peraturan, aturan, dan hukum. Secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tangga, atau manajemen rumah tangga. Sedangkan dalam pandangan Islam ekonomi atau iqtishod berasal dari kata qosdu yang berarti keseimbangan dan keadilan. Menurut Dr Muhammad Syauqi Al-Fanjari, pengertian ekonomi Islam adalah semua aktivitas perekonomian yang diatur berdasarkan nilai-nilai Islam dari Al-Qur`an dan Sunah juga berlandasakan pada asas-asas ekonomi. Menurut Ir. Adiwarman Azwar Karim, ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang menjelaskan segala fenomena tentang prilaku pilihan dan pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi dengan memasukkan tata aturan syariah sebagai variabel independen dan ikut mempengaruhi segala pengambilan keputusan ekonomi. Dengan kata lain, ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai sebuah studi tentang pengelolaan harta benda menurut perspektif Islam. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Sistem Perekonomian Islam bersifat universal, artinya dapat digunakan oleh siapapun tidak terbatas pada umat Islam saja, dalam bidang apapun serta tidak dibatasi oleh waktu ataupun zaman sehingga cocok untuk diterapkan dalam kondisi apapun asalkan tetap berpegang pada kerangka kerja atau acuan normanorma islami. Islam mengatur segala aspek kehidupan umat, khususnya di bidang ekonomi antara lain:

1. Islam dirancang sebagai rahmat untuk seluruh ummat, menjadikan kehidupan lebih sejahtera dan bernilai, tidak miskin dan tidak menderita (Q.S. Al-Anbiya : 107). 2. Harta adalah amanat Allah, untuk mendapatkan dan memanfaatkannya harus sesuai dengan ajaran Islam (Q.Q. Al-Anfal : 28). 3. Larangan menjalankan usaha yang haram (Q.S.Al-Baqarah : 273-281). 4. Larangan merugikan orang lain (Q.S.Asy-Syuara : 183). 5. Kesaksian dalam muamalah (Q.S.Al-Baqarah : 282-283), dll.

Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam Islam mengarah pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di akhirat. Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, yaitu: 1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan lingkungannya. 2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah. 3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar: a. Keselamatan keyakinan agama (al din) b. Kesalamatan jiwa (al nafs) c. Keselamatan akal (al aql) d. Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl) e. Keselamatan harta benda (al mal) B. Prinsip Prinsip Ekonomi Islam

Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Thomas Khun menyatakan bahwa setiap sistem ekonomi mempunyai inti paradigma. Inti paradigma ekonomi islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Ekonomi Islam mempunyai sifat dasar sebagai ekonomi Rabbani dan Insani. Disebut Ekonomi Rabbani karena sesuai dengan arahan dan nilai-nilai Ilahiyah. Sedangkan ekonomi Insani karena ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. (Qardhawi). Menurut Yusuf Qardhawi (2004), ilmu ekonomi Islam memiliki tiga prinsip dasar yaitu tauhid, akhlak, dan keseimbangan. Dua prinsip yang pertama kita sama-sama tahu pasti tidak ada dalam landasan dasar ekonomi konvensional. Prinsip keseimbangan pun, dalam praktiknya, justru yang membuat ekonomi konvensional semakin dikritik dan ditinggalkan orang. Ekonomi islam dikatakan memiliki dasar sebagai ekonomi Insani karena sistem ekonomi ini dilaksanakan dan ditujukan untuk kemakmuran manusia. Sedangkan menurut Chapra, disebut sebagai ekonomi Tauhid. Keimanan mempunyai peranan penting dalam ekonomi Islam, karena secara langsung akan mempengaruhi cara pandang dalam membentuk kepribadian, perilaku, gaya hidup, selera, dan preferensi manusia, sikap-sikap terhadap manusia, sumber daya dan lingkungan. Saringan moral bertujuan untuk menjaga kepentingan diri tetap berada dalam batas-batas kepentingan sosial dengan mengubah preferensi individual sesuai dengan prioritas sosial dan menghilangkan atau meminimalisasikan penggunaan sumber daya untuk tujuan yang akan menggagalkan visi sosial tersebut, yang akan meningkatkan keserasian antara kepentingan diri dan kepentingan sosial. (Nasution dkk) Dengan mengacu kepada aturan Ilahiah, maka setiap perbuatan manusia mempunyai nilai moral dan ibadah. Pada paham naturalis, sumber daya menjadi faktor terpenting dan pada pada paham monetaris menempatkan modal finansial sebagai yang terpenting. Dalam ekonomi islam, sumber daya insanilah yang terpenting. Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau titipan dari Allah swt kepada manusia. 2. Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu. 3. Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerja sama. 4. Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja. 5. Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk kepentingan banyak orang. 6. Seorang mulsim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti. 7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab). 8. Islam melarang riba dalam segala bentuk. Sedangkan, prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam menurut Umer Chapra adalah sebagai berikut: 1. Prinsip Tauhid Tauhid adalah fondasi keimanan Islam. Ini bermakna bahwa segala apa yang di alam semesta ini didesain dan dicipta dengan sengaja oleh Allah SWT, bukan kebetulan, dan semuanya pasti memiliki tujuan. Tujuan inilah yang memberikan signifikansi dan makna pada eksistensi jagat raya, termasuk manusia yang menjadi salah satu penghuni di dalamnya. 2. Prinsip khilafah Manusia adalah khalifah Allah SWT di muka bumi. Ia dibekali dengan perangkat baik jasmaniah maupun rohaniah untuk dapat berperan secara efektif sebagai khalifah-Nya. Implikasi dari prinsip ini adalah: (1) persaudaraan universal, (2) sumber daya adalah amanah, (3), gaya hidup sederhana, (4) kebebasan manusia. 3. Prinsip keadilan Keadilan adalah salah satu misi utama ajaran Islam. Implikasi dari prinsip ini adalah: (1) pemenuhan kebutuhan pokok manusia, (2) sumber-sumber pendapatan yang halal dan tayyib, 3) distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata, (4) pertumbuhan dan stabilitas.

C. Karakteristik Ekonomi Islam Karasteristik Ekonomi Islam bersumber pada Islam itu sendiri yang meliputi tiga asas pokok. Ketiganya secara asasi dan bersama mengatur teori ekonomi dalam Islam, yaitu asas akidah, akhlak, dan asas hukum (muamalah). Ada beberapa Karasteristik ekonomi Islam, diantaranya sebagai berikut: 1. Harta Kepunyaan Allah dan Manusia Merupakan Khalifah Atas Harta. Karasteristik pertama ini terdiri dari 2 bagian yaitu: Pertama, semua harta baik benda maupun alat produksi adalah milik Allah Swt, firman Q.S. AlBaqarah, ayat 284 dan Q.S.Al -Maaidah ayat17. Kedua, manusia adalah khalifah atas harta miliknya.Sesuai dengan firman Allah dalam QS. Al-Hadiid ayat 7. Selain itu terdapat sabda Rasulullah SAW, yang juga mengemukakan peran manusia sebagai khalifah, diantara sabdanya Dunia ini hijau dan manis. Allah telah menjadikan kamu khalifah (penguasa) didunia. Karena itu hendaklah kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini. Dapat disimpulkan bahwa semua harta yang ada ditangan manusia pada hakikatnya milik Allah, akan tetapi Allah memberikan hak kepada manusia untuk memanfaatkannya. 2. Ekonomi Terikat dengan Akidah, Syariah (hukum), dan Moral Diantara bukti hubungan ekonomi dan moral dalam Islam larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat, larangan melakukan penipuan dalam transaksi, larangan menimbun emas dan perak atau sarana sarana moneter lainnya, sehingga mencegah peredaran uang, larangan melakukan pemborosan, karena akan menghancurkan individu dalam masyarakat. 3. Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan Beberapa ahli Barat memiliki tafsiran tersendiri terhadap Islam. Mereka menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang menjaga diri, tetapi toleran (membuka diri). Selain itu para ahli tersebut menyatakan Islam adalah agama

yang memiliki unsur keagamaan (mementingkan segi akhirat) dan sekularitas (segi dunia). Sesungguhnya Islam tidak memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. 4. Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbangan antara Kepentingan Individu dengan Kepentingan umum Arti keseimbangan dalam ekonomi islam adalah, islam tidak mengakui hak mutlak dan kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasan- batasan tertentu, termasuk dalam bidang hak milik. Hanya keadilan yang dapat melindungi keseimbangan antara batasan batasan yang ditetapkan dalam ekonomi islam untuk kepemilikan individu dan umum. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterakan dirinya, tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum. 5. Kebebasan Individu Dijamin dalam Islam Individu-individu dalam perekonomian Islam diberikan kebebasan untuk beraktivitas baik secara perorangan maupun kolektif untuk mencapai tujuan. Namun kebebasan tersebut tidak boleh melanggar aturan aturan yang telah digariskan Allah SWT. Dengan demikian kebebasan tersebut sifatnya tidak mutlat. Prinsip kebebasan ini sangat berbeda dengan prinsip kebebasan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis. Dalam kapitalis, kebebasan individu dalam berekonomi tidak dibatasi norma- norma ukhrawi, sehingga tidak ada urusan halal atau haram. Sementara dalam sosialis justru tidak ada kebebasan sama sekali, karena seluruh aktivitas ekonomi masyarakat diatur dan ditujukan hanya untuk negara. 6. Negara Diberi Wewenang Turut Campur dalam Perekonomian Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar kebutuhan masyarakat baik secara individu maupun sosial dapat terpenuhi secara proporsional. Dalam Islam, negara berkewajiban melindungi

kepentingan masyarakat dari ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang, ataupun dari negara lain. Negara juga berkewajiban memberikan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup secara layak. Peran negara dalam perekonomian pada sistem Islam ini jelas berbeda dengan sistem kapitalis yang sangat membatasi peran negara. Sebaliknya juga berbeda dengan sistem sosialis yang memberikan kewenangan negara untuk mendominasi perekonomian secara mutlak. 7. Bimbingan Konsumsi Islam melarang orang yang suka kemewahan dan bersikap angkuh terhadap hukum karena kekayaan, sebagaimana Firman Allah dalam QS. AlIsraa ayat 16. 8. Petunjuk Investasi Tentang kriteria atau standar dalam menilai proyek investasi, terdapat lima kriteria yang sesuai dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam menilai proyek investasi, yaitu: a. Proyek yang baik menurut Islam. b. Memberikan rezeki seluas mungkin kepada anggota masyarakat. c. Memberantas kekafiran, memperbaiki pendapatan, dan kekayaan. d. Memelihara dan menumbuhkembangkan harta. e. Melindungi kepentingan anggota masyarakat. 9. Zakat Zakat adalah salah satu karasteristik ekonomi Islam mengenai harta yang tidak terdapat dalam perekonomian lain. Sistem perekonomian diluar Islam tidak mengenal tuntutan Allah kepada pemilik harta, agar menyisihkan sebagian harta tertentu sebagai pembersih jiwa dari sifat kikir, dengki, dan dendam. 10. Larangan Riba Islam menekankan pentingnya memfungsikan uang pada bidangnya yang normal yaitu sebagai fasilitas transaksi dan alat penilaian barang. Diantara faktor yang menyelewengkan uang dari bidangnya yang normal adalah bunga (riba).

D. Perbandingan Ekonomi Islam dengan Ekonomi Konvensional Sekitar tahun 1998, ekonomi islam mulai masuk ke Indonesia. Ini ditandai dengan berdirinya salah satu bank islam. Seiring waktu berjalan terutama ketika krisis global yang terjadi tahun 2010 dan suksesnya ekonomi islam yang tidak terlalu terpengaruh oleh krisis global membuat banyak pasang mata yang tidak memandang sistem ini dengan sebelah mata lagi. Dari periode tersebut hingga sekarang berbagai lembaga keuangan baik bank maupun non-bank berusaha menampilkan produk-produk syariah. Tidak hanya di Indonesia, bahkan sekarang dunia secara tidak langsung terbagi atas dua ilmu ekonomi, yaitu ekonomi konvensional dan ekonomi islam. Sebenarnya, penyebutan ekonomi konvensional ini marak disebutkan ketika ekonomi islam mulai merajalela yang mana sebelumnya masih kita sebut ekonomi. Kata ekonomi sendiri berasal dari dua suku kata, yaitu oikos (rumah tangga) dan nomos (aturan) yang mana bila disatukan berarti aturan rumah tangga. Jika dilihat definisinya bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dalam usahanya mencapai kemakmuran. Sedangkan ekonomi islam memiliki definisi yang berbeda, yaitu suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia untuk mencapai kemaslahatan bersama juga untuk mencapai falah dunia dan akhirat. Maksudnya ialah ekonomi islam dalam kegiatan ekonominya bertujuan untuk mencapai kemakmuran (maslahah) bersama dan tidak hanya itu, ekonomi islam juga berpikir panjang bagaimana mencapai kejayaan (falah) dunia dan akhirat. Hal ini sangat bertolak belakang dengan ekonomi konvensional yang tidak lain tujuan utamanya mencapai kesejahteraan semata. Padahal jika kita sedikit teliti tolak ukur untuk mencapai kesejahteraan setiap individu berbeda. Ada keluarga atau individu yang hidup sederhana merasa sudah sejahtera di lain pihak ada keluarga atau individu yang hidup berkecukupan tapi masih merasa kurang atau bahkan belum sejahtera. Dalam kegiatan ekonomi itu sendiri tidak terlepas dari suatu permasalahan. Di ekonomi konvensional kita mengenal scarcity (kelangkaan), yaitu suatu permasalahan ekonomi yang disebabkan oleh kebutuhan manusia yang tidak terbatas sedang alat pemuas kebutuhan terbatas. Sedangkan dalam ilmu ekonomi

islam tidak mengenal adanya scarcity (kelangkaan). Ini dikarenakan Tuhan dalam membuat segala sesuatunya di dunia ini tidak terbatas (bisa dilihat pada surat AlQamar (54):49). Lantas apa yang membuat masyarakat merasa alat pemuas kebutuhannya terbatas? Ekonomi islam berpendapat bahwa ini bukan disebabkan oleh kelangkaan, melainkan beberapa diantaranya kurangnya kemampuan manusia dalam mengolah sumber daya yang ada dan pendistribusiannya yang masih belum merata, sehingga di beberapa daerah merasa komoditi yang mereka butuhkan menjadi terbatas. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang mengatakan bahwa seolah-olah sumber daya yang ada di alam terbatas untuk kebutuhan hidup manusia. Selain itu dalam ekonomi konvensional dikenal bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas yang berarti manusia secara tidak langsung akan memenuhi hawa nafsunya atas apa yang diinginkannya. Sangat tidak berbanding lurus tentunya karena yang disebut kebutuhan adalah sesuatu yang pokok, yang harus dipenuhi, yang mana jika tidak dipenuhi akan mengganggu kelangsungan hidup manusia. Bila kita memperhatikan dari berbagi teori ilmu ekonomi konvensional ada satu hal yang kurang, yaitu tidak dimasukkannya elemen nilai dan norma. Sehingga kita tidak jarang melihat banyaknya saling sikut yang tidak sehat entah itu dalam memasarkan produknya, menarik minat konsumen, bahkan tidak sedikit yang menipu konsumen agar mendapat keuntungan yang besar. Disinilah ekonomi islam membuat perbedaan yang cukup signifikan sekaligus sulit untuk diterapkan dewasa ini. Hal ini disebabkan masih terjebaknya masyarakat sekarang akan pemikiran lama yang mengatakan dengan modal sekecil-kecilnya meraih hasil yang sebesar-besarnya. Sebenarnya hal yang demikian tidaklah salah, hanya saja pada praktiknya mereka terlalu mengejar keuntungan tanpa memikirkan kualitas barang yang diproduksi serta tidak memikirkan dampak bagi konsumen. Jika hal ini terus terjadi bangsa ini tidak akan terlepas dari kondisi seperti ini dimana para produsen tidak berlaku jujur dengan menjual ayam tiren misalnya yang tentunya akan merugikan konsumen dan mendatangkan mudarat (kerugian) bagi yang mengonsumsinya.

Memang bukan sesuatu yang mudah menerapkan ekonomi islam 100% dengan ciri khas yang demikian. Tapi, setidaknya dengan adanya ilmu ekonomi islam di negeri ini membuat kita kembali mengevaluasi diri apakah sistem ekonomi yang telah diterapkan sekarang ini sudah benar? Apakah sistem ekonomi yang ada sekarang ini sudah cukup mampu untuk memecahkan problematika ekonomi bangsa ini? Inilah tantangan besar yang akan kita hadapi terutama untuk generasi mendatang dimana masih banyak dibutuhkan tenaga dalam

mengembangkan ekonomi islam ini sehingga kedepannya diharapkan ekonomi islam tidak sekedar dijadikan suatu produk melainkan menjadi the truly islamic banking which can help to solve economic problems in this country. Hal yang berbeda antara sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi yang lainnya adalah terletak pada aturan moral dan etika ini. Aturan yang dibentuk dalam ekonomi islam merupakan aturan yang bersumber pada kerangka konseptual masyarakat dalam hubungannya dengan Kekuatan Tertinggi (Tuhan), kehidupan, sesama manusia, dunia, sesama makhluk dan tujuan akhir manusia. Sedangkan pada sistem yang lain tidak terdapat aturan-aturan yang menetapkan batas-batas prilaku manusia sehingga dapat merugikan satu pihak dan menguntungkan pihak lainnya. Beberapa aturan dalam ekonomi islam adalah sebagai berikut : 1. Segala sesuatunya adalah milik Allah, manusia diberi hak untuk memanfaatkan segala sesuatu yang ada di muka bumi ini sebagai khalifah atau pengemban amanat Allah, untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak-banyaknya sesuai dengan kemampuannya dari barang-barang ciptaan Allah. 2. Allah telah menetapkan batas-batas tertentu terhadap prilaku manusia sehingga menguntungkan individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. 3. Semua manusia tergantung pada Allah, sehingga setiap orang bertanggung jawab atas pengembangan masyarakat dan atas lenyapnya kesulitankesulitan yang mereka hadapi.

4. Status kekhalifahan berlaku umum untuk setiap manusia, namun tidak berarti selalu punya hak yang sama dalam mendapatkan keuntungan. Kesamaan hanya dalam kesempatan,dan setiap individu dapat menikmati keuntungan itu sesuai dengan kemampuannya. 5. Individu-individu memiliki kesamaan dalam harga dirinya sebagai manusia. Hak dan kewajiban ekonomi individu disesuaikan dengan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya dan dengan peranan-peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial. 6. Dalam Islam, bekerja dinilai sebagai kebaikan dan kemalasan dinilai sebagai kejahatan. Ibadah yang paling baik adalah bekerja dan pada saat yang sama, bekerja merupakan hak dan sekaligus kewajiban. 7. Kehidupan adalah proses dinamis menuju peningkatan. Allah menyukai orang yang bila dia mengerjakan sesuatu melakukannya dengan cara yang sangat baik. 8. Jangan membikin mudarat dan jangan ada mudarat. 9. Suatu kebaikan dalam peringkat kecil secara jelas dirumuskan. Setiap muslim dihimbau oleh sistem etika (akhlak) Islam untuk bergerak melampaui peringkat minim dalam beramal saleh. Dalam ekonomi Islam, yang ditekankan adalah terciptanya pemerataan distribusi pendapatan, seperti terecantum dalam surat Al-Hasyr ayat 7. Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota. Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. Perbedaan yang utama antara sistem ekonomi islam dan sistem ekonomi konvensional adalah:

1. Secara epistemologis ekonomi Islam dipercaya sebagai bagian integral dari ajaran Islam itu sendiri, sehingga pemikiran ekonomi Islam langsung bersumber dari Tuhan. 2. Ekonomi Islam dilihat sebagai sistem yang bertujuan bukan hanya mengatur kehidupan manusia di dunia, tapi juga menyeimbangkan kepentingan manusia di dunia dan akhirat. Ini membawa implikasi dari aspek normatif: apa yang baik dan buruk, apa yang harus dilakukan atau dihindari bukan semata-mata dilihat dari aspek efisiensi sebagaimana dikenal dalam ekonomi konvensional, melainkan bagaimana agar tindakan di kehidupan duniawi juga menghasilkan imbalan di akhirat. 3. Sebagai konsekuensi dari landasan normatif itu, sejumlah aspek positif atau teknis dalam ekonomi konvensional tak bisa diaplikasikan karena bertentangan dengan nilai-nilai yang dibenarkan oleh Islam. Terdapat beberapa sistem ekonomi konvensional, diantaranya: Pertama, Sistem ekonomi Sosialis/komunis. Paham ini muncul sebagai akibat dari paham kapitalis yang mengekploitasi manusia, sehingga negara ikut campur cukup dalam dengan perannya yang dangat dominan. Akibatnya adalah tidak adanya kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi bagi individu individu, melainkan semuanya untuk kepentingan bersama, sehingga tidak diakuinya kepemilikan pribadi. Negara bertanggung jawab dalam

mendistribusikan sumber dan hasil produksi kepada seluruh masyarakat. Prinsip sistem ekonomi komunis adalah: Hak milik atas alat-alat produksi oleh negara. Proses ekonomi berjalan atas dasar rencana yang telah dibuat. Perencanaan ekonomi sebagai rencana/dalam proses ekonomi yang harus dilalui. Sedangkan, prinsip ekonomi sosialis adalah: Hak milik atas alat-alat produksi oleh koperasi-koperasi serikat pekerja, badan hukum dan masyarakat yang lain. Pemerintah menguasai alat-alat produk yang vital.

Proses ekonomi berjalan atas dasar mekanisme pasar. Perencanaan ekonomi sebagai pengaruh dan pendorong dengan usaha menyesuaikan kebutuhan individual dengan kebutuhan masyarakat.

Kedua, Sistem ekonomi Kapitalis. Berbeda dengan sistem komunis, sistem ini sangat bertolak belakang dengan sistem Sosialis/Komunis, di mana negara tidak mempunyai peranan utama atau terbatas dalam perekonomian. Sistem ini sangat menganut sistem mekanisme pasar. Sistem ini mengakui adanya tangan yang tidak kelihatan yang ikut campur dalam mekanisme pasar apabila terjadi penyimpangan (invisible hand). Yang menjadi cita-cita utamanya adalah adanya pertumbuhan ekomomi, sehingga setiap individu dapat melakukan kegiatan ekonomi dengan diakuinya kepemilikan pribadi. Prinsip ekonomi kapitalis ini diantaranya adalah kebebasan memiliki harta secara persendirian, kebebasan ekonomi dan persaingan bebas, dan ketidaksamaan ekonomi. Pada umumnya persaingan dalam sistem kapitalis ini merupakan daya kuat dan dibenarkan berjalan lebih bebas berbanding dengan sistem-sistem ekonomi lain. Sifat-sifat istimewa sistem ini ialah: Ia menolak nilai-nilai akidah, syariat dan akhlak yang mulia. Pengambilan riba iaitu peminjam wang malalui institusi kewangan (bank dan industri kredit) yang mengenakan riba (faedah). Faktor-faktor ekonomi dikuasai oleh individu-individu tertentu secara terus menerus atau dipunyai oleh sekumpulan manusia yang tidak dikenali melalui sistem saham. Pemodal-pemodal bank yang besar mempunyai kuasa yang berlebihan ke atas aktivitas aktivitas ekonomi dan seterusnya politik Negara. Kuasa penentu dalam sistem kapitalisme dan demokrasi barat kebanyakannya mirip kepada pemilik modal. Sebagian besar dari barang-barang dan perkhidmatan yang dihasilkan dibawah sistem kapitalisme telah dibebankan bukan saja dengan faedah-faedah riba, tetapi juga dengan bayaran-bayaran pengiklanan yang berlebihan.

Kapitalisme mempunyai unsur unsur mengasas monopoli, kerena menjadi hasrat setiap pemodal untuk menguasai segalanya dan menghapuskan semua persaingan dengannya.

Anda mungkin juga menyukai