Anda di halaman 1dari 4

Bentuk bentuk dakwah

{ Oktober 31, 2009 @ 5:57 am } { Uncategorized } { Tags: yup }

Tugas KPI

Bentuk-bentuk Metode Dakwah merujuk kepada Q.S. an-Nahl :125, kita dapat mengambil pemahaman bahwa metode dakwah itu meliputi tiga cakupan, yaitu : 1.Al-Hikmah Hikmah dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Sebagai metode dakwah, al-Hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, dan menarik perhatian orang kepada agama atau Allah. Dapat dipahami bahwa al-Hikmah adalah merupakan kemampuan dan ketepatan seorang dai dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif madu. Al-Hikmah merupakan kemampuan dai dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Al-Hikmah dalam mengenal strata / golongan madu. Dalam menghadapi madu yang beragam tingkat pendidikan, strata sosial, dan latar belakang budaya, para dai memerlukan hikmah, sehingga ajaran Islam mampu memasuki ruang hati para madu dengan tepat. Oleh karena itu, para dai dituntut untuk mampu mengerti dan memahami sekaligus memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan kalbunya.1 Syeikh Muhammad Abduh menyimpulkan dari ayat Al-Quran di atas, bahwa dalam garis besarnya, umat yang dihadapi seorang dai dapat dibagi atas tiga golongan, yang masing-masingnya harus dihadapi dengan cara-cara yang berbeda pula, antara lain : 1.Golongan cerdik-cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berfikir secara kritis, cepat dapat menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan hikmah, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. 2.Golongan awam, kebanyakan orang yang belum dapat berfikir secara kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian yang luas. Mereka ini dipanggil dengan mauidzatun-hasanah, dengan

anjuran dan didikan yang baik dan mudah dipahami. 3.Golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tersebut, belum dapat dicapai dengan hikmah, akan tetapi tidak akan sesuai pula bila dilayani seperti golongan awam. Mereka ini dipanggil dengan mujadalah billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar fikiran, guna mendorong supaya berfikir secara sehat antara satu dengan yang lain dengan cara yang lebih baik.2 Al-Hikmah dalam arti kemampuan memilih saat bila harus berbicara, bila harus diam. Pada satu saat boleh jadi diamnya dai menjadi efektif dan berbicara membawa bencana, tetapi di saat lain terjadi sebaliknya, diam malah mendatangkan bahaya besar dan berbicara mendatangkan hasil yang gemilang. Kemampuan dai menempatkan dirinya, kapan harus berbicara dan kapan harus memilih untuk diam juga termasuk bagian dari hikmah dalam dakwah. Kesemuanya penting sekali dalam usaha dakwah. Seorang dai dapat menghindari pemakaian tenaga yang terbuang-buang, sedangkan hasilnya tidak seberapa malah sering kali negatif. Al-Hikmah dalam mengadakan kontak pemikiran dan mencari titik temu dalam dakwah. Sudah menjadi tabiat manusia pada umumnya sukar untuk menerima suatu pemikiran baru yang dirasakan sebagai pemikiran yang asing sama sekali. Orang lebih mudah menerima atau sekurangkurangnya memberikan minat dan perhatiannya kepada sesuatu yang ada sangkut pautnya dengan apa yang ada dalam pikiran dan perasaannya; yakni apa yang dikenal dalam ilmu jiwa dengan istilah apersepsi; ataupun sesuatu yang dirasakan langsung mengenai kepentingan mereka sendiri. Seorang dai melakukan kontak dengan alam pikiran madu yang dihadapinya. Untuk ini ia harus mengetahui bahan apersepsi apa yang ada, dan harus dapat pula ia menjangkaunya. Dengan demikian ia dapat membangkitkan minat, yang diperlukan guna selanjutnya menggerakkan daya fikir yang bersangkutan. Akan sulit bagi seorang dai memulai tugasnya apabila ia tidak mendapat kontak sama sekali. Dai juga akan berhadapan dengan beragam pendapat dan warna di masyarakat. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Tidak hanya banyak perbedaan itu, sebenarnya ada titik temu di antara mereka. Kepiawaian dai mencari titik temu dalam heterogenitas perbedaan adalah bagian dari hikmah. Al-Hikmah dalam toleransi dengan tidak melepaskan shibghah! Ada kalanya para pendukung dakwah Islam yang menemui satu atau lebih macam kepercayaan dalam suatu masyarakat, bersama-sama dengan para penganut kepercayaan itu saling mengelakkan konfrontasi, malah juga dalam soal pokok yang penting, seperti arkanul-iman, dan arkanul Islam satu dan lainnya atas nama toleransi. Shibghah yakni corak kepribadian dari ajaran yang dibawakan. Memelihara shibghah, corak kepribadian Islam dalam dakwah, serta shibghah dalam arti memelihara martabat pribadi dari pembawa dakwah itu sendiri adalah soal yang vital, tak boleh dilepaskan. Ia merupakan bagian penting pula dari apa yang disebut hikmah, kebijaksanaan berdakwah itu sendiri. Dai juga akan berhadapan dengan realitas perbedaan agama dalam masyarakat yang heterogen. Kemampuan dai untuk bersifat objektif terhadap umat lain, berbuat baik dan bekerja sama dalam halhal yang dibenarkan agama tanpa mengorbankan keyakinan yang ada pada dirinya adalah bagian dari hikmah dalam dakwah. Al-Hikmah dalam memilih dan menyusun kata yang tepat. Dai yang sukses biasanya juga berangkat dari kepiawaiannya dalam memilih kata, mengolah kalimat dan menyajikannya dalam kemasan yang menarik. 1.Qaulan Sadiedan Sadied menurut lughat artinya adalah tepat, mengenai sasaran. Al-Qasyany menafsirkan istilah qaulan sadiedan dalam surat Al-Ahzab ayat 70 yakni kata yang lurus (qawiman); kata yang benar (haqqan); kata yang betul, tepat (shawaban). Maka dapat disimpulkan dalam bidang dakwah qaulan sadiedan adalah kata yang lurus (tidak berbelit-belit), kata yang benar, keluar dari hati yang suci bersih, dan diucapkan dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga tepat mengenai sasaran yang dituju, sehingga panggilan dakwah sampai mengetuk pintu akal dan kalbu para madu yang dihadapinya.

1.Qaulan Lay-Yinan Qaulan Lay-yinan lazim diterjemahkan dalam bahasa kita dengan kata yang lembut atau kata yang manis. Qaulan Lay-yinan seperti yang dibawakan oleh Pembawa Risalah. Ia mengetuk otak dan hati sekaligus. Ia adalah suara yang dikendalikan oleh jiwa yang beriman. Cara dan gayanya tidak terlepas dari adab. Adab orang berkepribadian, yang bercelupkan shibghatallah. Al-Hikmah dalam cara perpisahan. Konfrontasi antara dai dan madu yang berlainan pihak, ada kalanya berhasil dalam waktu yang singkat, ada kalanya menghendaki masa yang panjang dan ada kalanya bertemu dengan jalan buntu. Dalam keadaan seperti itu, sebagaimana pentingnya cara mencari kontak pemikiran antara kedua pihak pada awal dakwah, demikian pula pentingnya cara mengakhiri suatu dakwah yang sedang terjadi konfrontasi. Yakni, hentikan pertukaran fikiran dan anjuran-anjuran jika pada kenyataannya apabila diteruskan hanya akan menghabiskan tenaga dan waktu dengan sia-sia. Tapi, kata perpisahan harus qaulan balieghan, kata yang sampai menjangkau lubuk hati mereka, jangan menggunakan kata-kata yang meninggalkan rasa pahit atau jengkel, sehingga dapat memutuskan hubungan persaudaraan. Bila nampaknya jalan masih bersimp harus dilakukan dengan cara yang patut dan pantas. Hikmah yang terkandung dalam qaulan balieghan cukup terang, diskusi dan panggilan suatu waktu bias diakhiri, tetapi untuk saluran dakwah jangan sampai diputuskan; jalan jangan ditutup untuk menyambung usaha kembali pada suatu saat yang lebih baik. Al-Hikmah dalam arti Uswatun Hasanah dan Lisanul Hal. Ada satu alat menyampaikan dakwah selain daripada lisan dan tulisan, yakni Uswatun Hasanah : contoh teladan yang baik dan Lisanul Hal : tindakan, tanpa suara. Berdakwah dengan Uswatun Hasanah adalah cara berdakwah dengan melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosial di berbagai bidang yang dapat menjadi contoh teladan yang baik untuk madu. Berdakwah dengan Lisanul Hal adalah cara berdakwah melalui perbuatan dan perilaku nyata yang dilakukan secara langsung oleh dai. Dai tidak boleh hanya sekadar menyampaikan ajaran agama tanpa mengamalkannya. Seharusnya dailah orang pertama yang mengamalkan apa yang diucapkannya. Kemampuan dai untuk menjadi contoh nyata umatnya dalam bertindak adalah hikmah yang seharusnya tidak boleh ditinggalkan oleh seorang dai. Dengan amalan nyata yang langsung dilihat oleh madunya, para dai tidak terlalu sulit untuk harus berbicara banyak, tetapi gerak dia adalah dakwah yang jauh lebih efektif dari sekadar berbicara.3 1.Al-Mauizha Al-Hasanah Secara bahasa, mauizhah hasanah terdiri dari dua kata, yaitu mauizhah dan hasanah. Kata mauizhah berasal dari kata waadza-yaidzu-waadzan-idzatan yang berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara hasanah artinya kebaikan. Mauizhah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan positif yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Jadi, kalau ditelusuri kesimpulan dari mauizhah hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk ke dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan ke dalam perasaan dengan penuh kelembutan, tanpa membeberkan kesalahan orang lain. 1.Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah terambil dari kata jadala yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan Faala, jaa dala dapat bermakna berdebat, dan mujaadalah artinya perdebatan. Kata jadala dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan ucapan untuk meyakinkan lawannya dengan menguatkan pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.

Dari segi terminologi (istilah) pengertian al-Mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya. Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa al-Mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.4 Permalink

Anda mungkin juga menyukai