Anda di halaman 1dari 11

Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Anak III Di RSIA Zainab

I. Identitas pasien No rekam medik Tanggal masuk RS Nama anak Umur Jenis kelamin Nama ibu Pekerjaan ibu Alamat Agama Pendidikan ibu : 120.100.042 : 3 Januari 2013 : An.N.A : 5 tahun : perempuan : Ny.D : ibu rumah tangga : Jl.Arengka : islam : SD

II. Anamnesis Keluhan Utama : Batuk kering selama 2 minggu tidak sembuh-sembuh. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) : Pasien mengeluhkan batuk sudah 2 minggu tidak sembuh-sembuh, batuk kering tidak berdahak. Awalnya batuk dengan lendir jernih dan cair 1 minggu yang lalu, lamakelamaan batuk menjadi sering terutama pada malam hari dan lendir tidak ada. Terganggu saat tidur. Demam ada 1 minggu yang lalu namun tidak terlalu tinggi. Demam sudah sembuh. Perut terasa sakit dan ingin muntah terutama saat batuk. Sudah diberikan obat batuk biasa namun tidak kurang batuknya. Tidak ada sesak nafas. Buang air kecil dan buang air besar tidak ada keluhan. Riwayat kelahiran: Pasien adalah anak pertama, lahir di bidan dengan BBL 3100 gr, lahir spontan dan langsung menangis.

Riwayat Imunisasi: BCG Polio DPT : 1x : 4x : 3x

Hepatitis : 2x Campak : 1x Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) : Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat asma, batuk >3 minggu disangkal. Riwayat Penyakit Keluarga (RPK) : Keluhan yang sama pada keluarga disangkal, riwayat penyakit yang lain disangkal. Namun di lingkungan tempat tinggal ada yang mengalami batuk seperti ini. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi (RSE) : Pasien sehari-hari makan nasi dengan lauk secukupnya dan sedikit sayur. Jarang makan buah. Makan 3 kali sehari, dengan porsi sedang. Ayah pasien adalah seorang perokok aktif.

III. Pemeriksaan fisik Keadan umum : tampak sakit ringan Kesadaran Vital sign : Compos mentis : Berat badan Tinggi badan Nadi Pernafasan Suhu Status general Kepala Normochepali Tidak tampak adanya deformitas : : 15 kg :: 98 x/menit : 30 x/menit : 36,5C

Mata Conjunctiva tidak anemis Sklera tidak tampak ikterik Pupil: isokor

Hidung Bagian luar Septum Mukosa hidung Cavum nasi : normal, tidak terdapat deformitas : terletak ditengah dan simetris : tidak hiperemis : tidak ada tanda perdarahan

Telinga Daun telinga Lieng telinga Membrana timpani : normal : lapang : intake

Nyeri tekan mastoid : tidak ada Sekret : tidak ada

Mulut dan tenggorokan Leher JVP Kelenjar tiroid Trakea : (5+2) cm H2O : tidak teraba membesar : letak di tengah Bibir Palatum Lidah Tonsil Faring : tidak pucat/sianosis : tidak ditemukan torus : normoglosia : T1/T1 tenang : tidak hiperemis

Thorax Paru-Paru Inspeksi : pergerakan nafas statis dan dinamis

Palpasi Perkusi Auskultasi Jantung Inspeksi Palpasi

: vocal fremitus sama pada kedua paru : sonor pada kedua paru : suara nafas vesikuler, ronkhi +/+, wheezing -/-

: ictus cordis tidak terlihat : ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra, ICS 5

Perkusi

: Batas atas

: ICS 2 linea parasternalis sinistra

Batas kanan Batas kiri

: ICS 3-4 linea sternalis dextra : ICS 5, 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra

Auskultasi Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi Ekstremitas atas Ekstremitas Bawah

: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

: datar, tidak ada pelebaran vena, : bising usus (+) normal : timpani, nyeri ketok (-), shifting dullnes (-) : nyeri tekan (-), pembesaran organ (-) : Akral hangat, sianosis akral (-), edem (-) : Akral hangat, sianosis akral (-), edem (-)

IV. Diagnose kerja Pertusis V. Diagnosis banding TBC, Asma, Bronkhitis VI. Pemeriksaan penunjang a. Darah rutin: Hb Leukosit Eritrosit Trombosit Hematokrit : 12 g/dl : 11.000/mm3 : 3,90 jt/mm3 : 280.000/mm3 : 34,1%

b.

Foto thorax: menunjukkan adanya atelektasis

VII. Penatalaksanaan Eritromisin 50 mg/kgBB dibagi dalam 4 dosis

VIII. Prognosis Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.

Definisi Pertusis Pertusis adalah suatu infeksi akut saluran nafas yang mengenai setiap pejamu yang rentan, tetapi paling sering dan serius pada anak-anak. Definisi Pertusis lainnya adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan yang sangat menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodic dan paroksismal disertai nada yang meninggi. Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat. Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Seranagn batuk terjadi tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara di dalam paru-paru terbuang keluar.1,2

2.

Etiologi Bordetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu bakteri gram negatif, tidak bergerak, dan ditemukan dengan melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada media agar Bordet-Gengou.3 bakteri ini menghasilkan dua toksin: toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin) dan endotoksin (lipopolisakarida). Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain:3 1. Berbentuk batang (coccobacilus). 2. Tidak dapat bergerak. 3. Bersifat gram negatif. 4. Tidak berspora, mempunyai kapsul. 5. Mati pada suhu 55C selama jam, dan tahan pada suhu rendah (010C). 6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula bipolar metakromatik. 7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn, tetapi resisten terhdap penicillin.

3.

Pathogenesis

4.

Manifestasi klinis Pada Pertusis, masa inkubasi 7-14 hari, penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih dan berlangsung dalam 3 stadium yaitu :1,2,4 1) Stadium kataralis / stadium prodomal / stadium pro paroksimal Lamanya 1-2 minggu a. Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran

pernafasan bagian atas, yaitu timbulnya rinore dengan lender yang jernih b. Kemerahan konjungtiva, lakrimasi c. Batuk dan panas ringan d. Anoreksia kongesti nasalis e. Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan common cold f. Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin hebat.

2) Stadium paroksimal / stadium spasmodic, lamanya 2-4 minggu. a. Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh whoop (batuk yang bunyinya nyaring) sering terdengar pada saat penderita menarik nafas pada akhir serangan batuk. Batuk dengan sering 5 10 kali, selama batuk anak tak dapat bernafas dan pada akhir serangan batuk anak mulai menarik nafas denagn cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking (whoop) dan diakhiri dengan muntah. b. Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama beberapa bulan tanpa adanya infeksi aktif dan dapat menjadi lebih berat. c. Selama serangan, wajah merah, sianosis, mata tampak menonjol, lidah terjulur, lakrimasi, salvias dan pelebaran vena leher. d. Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal menangis dan aktifitas fisik (makan, minum, bersin dll).

3) Stadium konvaresens a. Terjadi pada minggu ke 4 6 setelah gejala awal b. Gejala yang muncul antara lain: batuk berkurang c. Nafsu makan timbul kembali, muntah berkurang d. Anak merasa lebih baik e. Pada beberapa penderita batuk terjadi selama berbulan-bulan akibat gangguan pada saluran pernafasan. 5. Penatalaksanaan 1) Anti mikroba: Pemakai obat-obatan ini di anjurkan pada stadium kataralis yang dini. Eritromisin merupakan anti mikroba yang sampai saat ini dianggap paling efektif dibandingkan dengan amoxilin, kloramphenikol ataupun tetrasiklin. Dosis yang dianjurkan 50mg/kg BB/hari, terjadi dalam 4 dosis selama 5-7 hari. 2) Kortikosteroid a. Betametason oral dosis 0,075 mg/lb BB/hari

b. Hidrokortison suksinat (sulokortef) I.M dosis 30 mg/kg BB/ hari kemudian diturunkan perlahan dan dihentikan pada hari ke-8 c. Prednisone oral 2,5 5 mg/hari Berguna dalam pengobatan pertusis terutama pada bayi muda dengan seragan proksimal.

Salbutamol Efektif terhadap pengobatan pertusis dengan cara kerja : Beta 2 adrenergik stimulant: Mengurangi paroksimal khas, Mengurangi frekuensi dan lamanya whoop, Mengurangi frekuensi apneu. 3) Terapi suportif a. Lingkungan perawatan penderita yang tenang b. Pemberian makanan, hindari makanan yang sulit ditelan, sebaiknya makanan cair, bila muntah diberikan cairan dan elektrolit secara parenteral c. Pembersihan jalan nafas d. Oksigen
Diagnosis banding batuk kronik pada anak 4

6.

Kelompok I Anak relatif tampak sehat Bronkitis akut viral berulang Batuk pasca infeksi Pertussis and tussis like cough Asma Postnasal drip Refluks gastro-esofagus

Kelompok II Penyakit dasar nyata Penyakit paru supuratif kronik Aspirasi paru berulang Benda asing Bronkiektasis Defisiensi imun Diskinesia silia primer Lesi respiratorik
Trakeobronkomalasia Tuberkulosis (kompresi oleh kelenjar getahbening) Tumor, kolaps lobus, kista, sekuestrasi

7.

Komplikasi Pada saluran nafas. a. Broncopneumonia. b. Bronkitis. c. Atelektasis. d. Empisema pulmonum. e. Bronkiektasis. f. Aktivase tubercolusa. Pada sistem saraf pusat. a. Kejang, kongesti b. Edema otak c. Perdarahan otak Pada sistem pencernaan. a. Muntah berat. b. Prolaps rectum (hernia umbilikus serta inguinalis) c. Ulkus pada frenulum lidah. Komplikasi yang lain. a. b. Epistaksis Perdarahan sub konjungtiva

REFERENSI 1. Hassan Rusepto, dkk, Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika, Jakarta: 1997 2. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Pertusis.Dalam: Buku Ajar Infeksi dan Peiatri Tropis Edisi 2. Jakarta: Balai penerbit IDAI. 2010 3. Brooks GF, Butel JS, Ornsto LN. Bordetella. Dalam: Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1996. 4. Long, SS. Pertusis. Dalam: Wahab AS (Editor). Ilmun Kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15. Jakarta: EGC. 2000

Anda mungkin juga menyukai