Anda di halaman 1dari 12

MUSIM BUNGA Bunga akan nampak indah Ketika musim bunga bermula Mencium pucuk-pucuk kecilnya Namun kasih

akan sentiasa Nampak indah dari bunga Kerana ia terus tumbuh tanpa bantuan musim

PERENGGAN 13 Seorang ahli pidato maju ke depan; bertanyakan masalah kebebasan. Dia mendapat jawapan; Telah kusaksikan, di gerbang kota maupun dekat tungku perapian, dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan. Laksana hamba budak merendahkan diri di depan sang tuan, si zalim yang disanjung puja, walaupun dia hendak menikam. Ya, sampaipun di relung-relung candi, dan keteduhan pusat kota, kulihat yang paling bebas pun diantara kalian, mengendong kebebasannya laksana pikulan, mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan. Hatiku menitikkan darah dalam dada, kerana kutahu,

bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya, pabila kau dapat menyedari; bahawa keinginan untuk kebebasan pun, merupakan sebentuk belenggu jiwamu. Hanya jikalau kau pada akhirnya, berhenti bicara tentang Kebebasan, sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan, maka kau akan bebas, bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran, dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan. Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam rangkuman beban hidup ini, tetapi yang berhasil engkau atasi, dan jaya kau tegak menjulang tinggi, sempurna, terlepas segala tali-temali. Dan bagaimana kau kan bangkit, mengatasi hari dan malammu, pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan, yang di pagi pengalamanmu, telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu? Sesungguhnyalah, apa yang kau namai Kebebasan, tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu, walau kilaunya gemerlap cemerlang di sinar suria, serta menyilaukan pandang matamu. Dan sedarkah engkau,

apa yang akan kau lepaskan itu? tiada lain adalah cebisan dari dirimu, jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu. Pabila yang akan kau buang itu, suatu hukum yang tak adil, akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri, serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu. Mustahil kau akan menghapusnya, dengan hanya membakar kitab-kitab hukummu, tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu, walau air seluruh lautan kaucurahkan untuk itu. Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan, usahakanlah dahulu, agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu, kau cabut akarnya sebelum itu. Sebab bagaimanakah seorang zalim, dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri, jika bukan engkau sendiri membiarkannya, menodai kebebasan yang kaujunjung tinggi, mencorengkan arang pada harkat martabat kemanusiaanmu peribadi? Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kautanggalkan, maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu, bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu. Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan, maka perasaan ngeri itu bersarang di hatimu,

bukannya berada pada dia yang kau takuti. Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri, dalam rangkulan setengah terkatup, yang abadi; antara; yang kauinginkan dan yang kau takuti, yang memuakkan dan yang kausanjung puji, yang kaukejar-kejar dan yang hendak kau tinggal pergi. Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu, bagaikan Sinar dan Bayangan, dalam pasangan-pasangan, yang lestari berpelukan. Dan pabila sang bayangan menjadi kabur, melenyap hilang, maka sinar yang tinggal, wujudlah bayangan baru, bagi sinar yang lain; demikianlah selalu. Seperti itulah pekerti Kebebasan, pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama, maka ia sendirilah menjadi pengikat baru, bagi Kebebasan yang lebih agung, sentiasa.

DARI PETIKAN SANG NABI (THE PROPHET) PERENGGAN 12 Seorang ahli hukum menyusul bertanya; Dan bagaimana tentang undang-undang kita?

Dijawabnya; Kalian senang meletakkan perundangan, namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran, Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain di tepi pantai, yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara, kemudian menghancurkannya sendiri, sambil gelak tertawa ria. Tapi, selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu, sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi, Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu, sang laut pun turut tertawa bersamamu. Sesungguhnya, samudera sentiasa ikut tertawa, bersama mereka yang tanpa dosa. Tapi bagaimanakah mereka, yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudera, dan melihat undang-undang buatannya sendiri, bukan ibarat menara pasir? Merekalah yang memandang kehidupan, laksana sebungkal batu karang, dan undang-undang menjadi pahatnya, untuk memberinya bentuk ukiran, menurut selera manusia, sesuai hasrat kemahuan.

Bagaimana dia, si tempang yang membenci para penari? Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya, dam mencemuh kijang, menamakannya haiwan liar tiada guna? Lalu betapa ular tua, yang tak dapat lagi menukar kulitnya, dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang, tak kenal susila? Ada lagi dia, yang pagi- pagi mendatangi pesta, suatu keramaian perkahwinan, kemudian setelah kenyang perutnya, dengan badan keletihan, meninggalkan keramaian dengan umpatan, menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan, dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka. Apalah yang kukatakan tentang mereka, kecuali bahawa memang mereka berdiri di bawah sinar mentari, namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi? Mereka hanya melihat bayangannya sendiri, dan bayangan itulah menjadi undang-undangnya. Apakah erti sang suria bagi mereka, selain sebuah pelempar bayangan? Dan apakah kepatuhan hukum baginya,

selain terbongkok dan melata di atas tanah, mencari dan menyelusuri bayangan sendiri? Tapi kau, yang berjalan menghadapkan wajah ke arah mentari, bayangan apa di atas tanah, yang dapat menahanmu? Kau yang mengembara di atas angin, kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu, hukum mana yang mengikatmu, bila kau patahkan pikulanmu, tanpa memukulnya pada pintu penjara orang lain? Hukum apa yang kau takuti, jikalau kau menari-nari, tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain? Dan siapakah dia yang menuntutmu, bila kau mencampakkan pakaianmu, tanpa melemparkannya di jalan orang lain? Rakyat Orphalese, kalian mungkin mampu memukul gendang, dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi, namun katakan, siapakah yang dapat menghalangi, burung pipit untuk menyanyi.

7 ALASAN MENCELA DIRI

Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku, pertama kali ketika aku melihatnya lemah, padahal seharusnya ia bisa kuat. Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket-jongket dihadapan orang yang lumpuh Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah ia memilih yang mudah Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan cuba menghibur diri dengan mengatakan bahawa semua orang juga melakukan kesalahan Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat

SURAT DARI KEKASIH Untukmu yang selalu Kucintai, Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita, meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu walaupun hanya sepatah kata. Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu....

Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja... Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu. Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk... Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapaKu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan, tetapi engkau tidak melakukannya..... Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya

seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktuwaktu untukKu dilupakan. Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan. Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba. Baiklah..... engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu... Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu. Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku.

Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU.... Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan, kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan, kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ??? Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu ... Kembali kepadaKu. Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu....

KEHIDUPAN Engkau dibisiki bahawa hidup adalah kegelapan Dan dengan penuh ketakutan Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan padamu penuh kebimbangan Kuwartakan padamu bahawa hidup adalah kegelapan jika tidak diselimuti oleh kehendak Dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan Dan segala macam pengetahuan akan kosong bila tidak diiringi kerja Dan segala kerja hanyalah kehampaan kecuali disertai cinta

Maka bila engkau bekerja dengan cinta Engkau sesungguhnya tengah menambatkan dirimu Dengan wujudnya kamu, wujud manusia lain Dan wujud Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai