FERDIANSYAH 100406078
email : ferdhie_archie10@yahoo.com
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Urban Design menurut Andy Siswanto sebenarnya adaiah sebuah disiplin perancangan yang merupakan pertemuan dari arsitektur, perencanaan dan pembangunan kota. Lebih jauh lagi, Urban Design adalah menterjemahkan kedua bidang riset perkotaan dan arsitektural sedemikian rupa, sehingga ruang dan bangunan perkotaan dapat dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal secara teknis maupun ekonomis Namun demikian, terkadang definisi Urban Design banyak disalahartikan, dimana arsitek sendiri sering terkonsentrasi pada perancangan bangunan sebagai sosok tunggal yang terisolasi dari kawasan, tidak merespon dan, terintegrasi dengan tipologi morfologi arsitektur, serta struktur fisik kawasan. Pendapat ini sama dengan Danisworc yang mendefinisikan urban design berdasarkan posisinya dalam proses perancangan suatu kota, dan menjelaskan fungsi clan tujuan dari proses tersebut Disain kota atau Urban Design, dapat didefinisikan sebagai bagian dari rangkaian perencanaan kota, yang rnenyangkut seal estetika, yang akan mengatur dan menata bentuk serta penampilan dari suatu kota (Djoko Sujarto). Pendapat ini berbeda dengan beberapa definisi diatas, Djoko Sujarto lebih menekankan pandangannya pada segi estetika. Berdasarkan atas beberapa analisa tersebut, banyak ditemui adanya kesamaan-kesamaan pandangan persepsi, mengenai pengertian dan definisi dari urban design, antara lain: a. Lebih menekankan pada aspek perancangan secara fisik, daripada perencanaan. b. Lebih condong pada suatu nilsi estetis, daripada fungsi dan penampilan fisiknya. c. Sama-sama menekankan pada aspek saling keterkaitan dalam proses perancangan, antara dampak yang satu dengan yang lainnya. Disamping beberapa kesamaan pandangan tersebut, ada pula beberapa perbedaan yang dapat ditemukan, terutama dalam hal penekanan masalah yang rnenyangkut pengertian dan definisi Urban Design, yaitu antara lain: a. Shirvani dan Danisworo, lebih menekankan pada kebijakan dan manajemen pembangunan, dalam perancangan fisik kota. b. Catanese dan Snyder dalam definisinya, lebih menekankan pada kebijakan dan manajemen pembangunan, dalam perancangan fisik kota. c. Andy Siswanto dan Djoko Sujarto iebih menekankan urban design dalam posisinya, yaitu sebagai suatu penghubung antara dua disiplin ilmu, yang menjadi bagian dari suatu proses perancangan kota. d. Jo Santoso iebih menekankan pada latar belakang dari timbulnya proses perancangan tersebut, dibandingkan dengan pembahasan tentang proses itu sendiri. Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya urban design adalah merupakan suatu disiplin perancangan, yang merupakan suatu jembatan antara perencanaan kota dan arsitektur, dan berkaitan erat dengan kebijakan dalam perancangan dan manajemen pembangunan fisik kota, yang perhatian utamanya adalah pada bentuk fisik kota dan lingkungannya, baik daiam bentuk lingkungan alami, maupun lingkungan binaan, yang sesuai dengan aspirasi masyarakat, kernampuan sumberdaya setempat, serta daya dukung lahannya, dan diatur sedemikian rupa, sehingga 3
ruang dan bangunan perkotaan tersebut dapat dimanfaatkan, sosial, artistik, berbudaya dan optimal, secara teknis maupun ekonomis.
B.
Pandangan Geografi Geografi Mutakhir memastikan arah perkembangan konsep geografi untuk dapat diterapkan pada berbagai lingkugan geografi yang beraneka tingkat perkembangan ekonomi, budaya dan penguasaan teknologi. Dalam tahapan ini studi geografi dapat berorientasi pada masalah interaksi manusia dengan lingkungan, selain itu juga dapat berorientasi pada studi wilayah, permukaan bumi dipandang sebagai lingkungan hidup dimana manusia dapat memanfaatkan sumberdaya alam. Potensi dan masalah unsur-unsur geografi sangat bervariatif, sehingga perlu kajian secara spasial dan temporal untuk dapat mengenali watak/sifat wilayah. Geografi Dalam Penataan Ruang Ruang diartikan sebagai ruang daratan, lautan dan ruang udara termasuk lahan/tanah, air, udara, benda lainnya serta daya dan keadaan sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (Ditjen Ciptakarya, Departemen Pekerjaan Umum, 1996). Memperhatikan pandangan geografi mutakhir yang bersifat integratif dengan memahami pula pengertian ruang, maka ruang (space) juga merupakan kajian penting dalam studi geografi. Dengan demikian sasaran penataan ruang yang mencakup proses perencanaan, pelaksanaan rencana dan pengedalian dalam implementasi rencana, peran geografi terapan (applied geography) sangat penting. Unsur-unsur geografi yang dikaji oleh geograf dalam penataan ruang dapat dibedakan menurut kegiatan dalam penataan ruang yang terdiri dari : I. KEGIATAN PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH Dalam kegiatan ini dilakukan pemahaman karakteristik wilayah melalui studi kompilasi data, kemudian dilakukan kegiatan analisis data dan selanjutnya menyusun rumusan rencana disertai penyajian peta-peta dengan cara : a. Kegiatan Pemahaman Karakteristik Wilayah Data Geografi yang diperlukan meliputi : 1) Karakteristik ekonomi wilayah 2) Karakteristik kependudukan/demografi 3) Data sosial kemasyarakatan 4) Karakteristik sumberdaya alam 5) Sumberdaya buatan
Data tersebut dapat diperoleh melalui survei instansional, survei lapangan, interpretasi citra dan peta, sedangkan penyajiannya dapat berupa peta dan tabel disesuaikan dengan skala perencanaan. b. Kegiatan analisis wilayah (analisis data) Setelah kegiatan inventarisasi data wilayah dilanjutkan dengan analisis wilayah , kegiatan yang dapat dilakukan oleh geografi meliputi : 1. Analisis sistem perwilayahan 2. Analisis sosial kemasyarakatan 3. Analisis geografi 4. Analisis ekonomi 5. Analisis fisik/daya dukung lingkungan 6. Analisis kondisi sarana dan prasarana 7. Analisis struktur dan pola masyarakat 8. Analisis potensi dan sumberdaya alam, buatan manusia Dalam melaksanakan kegiatan analisis dapat menerapkan rumus-rumus, statistik, analisis peta dan hasil interpretasi citra serta pengolahan data spasial dengan SIG c. Perumusan Rencana Tata Ruang Wiayah Kegiatan perumusan rencana tata ruang wilayah dapat dilakukan pula oleh ahli geografi yang meliputi : 1. Perumusan arahan pemanfaatan ruang dan masalah pembangunan 2. Perumusan konsep dan strategi pengembangan wilayah 3. Penjabaran konsep dan strategi pengembangan tata ruang wilayah Penyajian informasi rencana tata ruang wilayah dapat diwujudkan dalam bentuk peta-peta hasil rumusan rencana yang diperoleh atas dasar studi kompilasi data dan analisis data wilayah II. PERAN DALAM PELAKSANAAN TATA RUANG 1. Memberikan informasi alokasi pemanfaatan ruang yang ekonomis dan ekologik 2. Memberikan input bagi analisis kelayakan investasi 3. Memberikan arahan pola pemerataan pertumbuhan / perkembangan wilayah 4. Memberikan masukan program penanganan masalah fisik, ekonomi dan sumberdaya manusia 5. Mengarahkan pilihan prioritas penanganan kawasan tertentu berdasarkan kepentingan ekonomi, eksositem dan sumber alam 6. Mengatur pola pemanfaatan tata guna sumber alam, pelestarian lingkungan dan sumber alam 7. Memberikan masukan pembangunan infrastruktur wilayah yang merata 8. Menganalisis kecenderungan perkembangan secara keruangan 9. Memberikan gambaran dampak pembangunan secara keruangan
10.
Memberikan alternatif dalam pola pemanfaatan ruang yang sesuai dengan aspirasi berbagai kepentingan
III. TERAPAN DALAM PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Peran ahli geografi dalam hal ini mencakup : 1. Pengarahan alokasi kegiatan pembangunan 2. Ploting lokasi perubahan peruntukan ruang 3. Program pengambilan fungsi kawasan dan ekosistem, misalnya wilayah resapan, sempadan pantai, kawasan gambut dsb 4. Pencegahan terjadinya kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsinya, seperti kasus lapangan golf di Pantai Parangtritis Yogyakarta 5. Mengarahkan program pengelolaan lingkungan dan pelestarian tataguna sumber alam 6. Mengevaluasi dan meng-update data secara spasial
C.
Lingkup Perencanaan
Perencanaan kota menyangkut tiga lingkup perencanaan yaitu : perencanaan social (social planning), perencanaan ekonomi (economic planning), dan perencanaa fisik (physical planning). 1. Perencanaan social : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada segi-segi kehidupan kemasyarakatan a. Rencana pengembangan pendidikan b. Rencana kependudukan dan keluarga berencana c. Perencanaan kelembagaan d. Perencanaan pengembangan keagamaan e. Perencanaan pengembangan politik Perencanaan ekonomi : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada pengembangan perekonomian a. Rencana pengembangan produksi b. Rencana pengembangan perkapita, regional, dan nasional c. Rencana pengembangan lapangan kerja d. Rencana distribusi konsumsi e. Rencana pengembangan pengangkutan dan perhubungan f. Rencana moneter Perencanaan fisik : perencanaan pembangunan yang berorientasi dan bermotivasi kepada aspek fisik untuk dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan ruang dan sumber daya 6
2.
3.
a. Perencanaan tata ruang yang berwawasan luas b. Perencanaan tata guna lahan c. Perencanaan prasarana dan sarana fisik Perencanaan social merupakan landasan bagi perencanaan ekonomi, demikian juga sebaliknya. Perencanaan fisik tidak dapat dikembangkan tanpa ditunjang oleh rencana pengembangan social dan ekonomi.
D.
Hirarki Perencanaan
E.
MANFAAT RDTR
F.
KOTA PEKANBARU
Perda Kota Pekanbaru Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
MINERAL - PAJAK PERDA NO. 11 TAHUN 2011 2011 PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN ABSTRAK :Bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di Kota Pekanbaru dan telah ditetapkannya UU No. 28 Tahun 2009, dipandang perlu menetapkan Perda tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. Dasar hukum : UU No. 8 Tahun 1956, UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 19 Tahun 2000, UU No. 14 Tahun 2002, UU No. 10 tahun 2004, UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 28 Tahun 2009, PP No. 19 Tahun 1987, PP No. 27 Tahun 1983, PP No. 25 Tahun 2000, Kepmendagri No. 170 Tahun 1997, Kepmendagri No. 173 Tahun 1997, Kepmendagri No. 43 Tahun 1999, Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, Perda No. 15 Tahun 2000, Perda No. 7 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2008. Peraturan Daerah ini mengatur tentang pajak mineral bukan logam dan batuan dengan sistimatika sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ketentuan Umum; Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak; Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak; Tata Cara Pemungutan, Wilayah Pemungutan, dan Cara Penetapan Pajak; Masa Pajak, Saat Pajak Terutang dan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah; Tata Cara Perhitungan dan Penetapan Pajak; Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak; Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Pajak; 9
10. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Keberatan dan Banding; Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak; Kedaluwarsa Penagihan; Insentif Pemungutan; Penyidikan; Sanksi Administrasi; Ketentuan Pidana; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
Perda Kota Pekanbaru Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung Walet
WALET - PAJAK PERDA NO. 10 TAHUN 2011 2011 PAJAK SARANG BURUNG WALET ABSTRAK :Bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di Kota Pekanbaru dan telah ditetapkannya UU No. 28 Tahun 2009, dipandang perlu menetapkan Perda tentang Pajak Sarang Burung Walet. Dasar hukum : UU No. 8 Tahun 1956, UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 5 Tahun 1990, UU No. 41 Tahun 1999, UU No. 19 Tahun 2000, UU No. 14 Tahun 2002, UU No. 10 tahun 2004, UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 28 Tahun 2009, UU No. 32 Tahun 2009, PP No. 19 Tahun 1987, PP No. 68 tahun 1998, PP No. 8 Tahun 1999, PP No. 27 Tahun 1999, PP No. 25 Tahun 2000, PP No. 6 Tahun 2007, Kepmendagri No. 170 Tahun 1997, Kepmendagri No. 173 Tahun 1997, Kepmendagri No. 71 Tahun 1999, Kepmendagri No. 100/Kpts-11/2003, Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, Perda No. 15 Tahun 2000, Perda No. 7 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2008. Peraturan Daerah ini mengatur tentang pajak sarang burung walet dengan sistimatika sebagai berikut: 10
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Ketentuan Umum; Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak; Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak; Wilayah Pemungutan, Masa Pajak, Perhitungan dan Saat Pajak Terutang; Surat Pemberitahuan Pajak Daerah; Tata Cara Pemungutan dan Tata Cara Penetapan Pajak; Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak;
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Ketentuan Pemeriksaan; Insentif Pemungutan; Penyidikan; Sanksi Administrasi; Ketentuan Pidana; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
Perda Kota Pekanbaru Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan
DESA & KOTA - PBB PERDA NO. 8 TAHUN 2011 2011 11
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN ABSTRAK :Bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di Kota Pekanbaru dan telah ditetapkannya UU No. 28 Tahun 2009, dipandang perlu menetapkan Perda tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. - Dasar hukum : UU No. 8 Tahun 1956, UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 6 Tahun 1983, UU No. 12 Tahun 1994, UU No. 19 Tahun 2000, UU No. 14 Tahun 2002, UU No. 10 tahun 2004, UU No. 15 Tahun 2004, UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 28 Tahun 2009, PP No. 27 Tahun 1983, PP No. 38 Tahun 2007, PP No. 91 Tahun 2010, Kepmendagri No. 170 Tahun 1997, Kepmendagri No. 173 Tahun 1997, Kepmendagri No. 43 Tahun 1999, Permendagri No. 13 Tahun 2006, Permendagri No. 59 Tahun 2007, Perda No. 15 Tahun 2000, Perda No. 7 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2008. 1. 2. Peraturan Daerah ini mengatur tentang pajak hiburan dengan sistimatika sebagai berikut: Ketentuan Umum; Objek, Subjek dan Wajib Pajak;
3. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak, Dasar Pengenaan dan Besaran Tarif Pajak, serta Cara Perhitungan Tarif; 4. 5. 6. 7. 8. Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; Wilayah Pemungutan, Masa Pajak, Perhitungan dan Saat Pajak Terutang; Tata Cara Pemungutan dan Tata Cara Penetapan Pajak; Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak;
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasif; 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Ketentuan Pemeriksaan; Insentif Pemungutan; Penyidikan; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
:-
13
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasif; 10. 11. 12. 13. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Pembukuan dan Pemeriksaan; 14
Insentif Pemungutan; Ketentuan Khusus; Penyidikan; Ketentuan Pidana; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN :Dengan berlakunya Perda ini, maka Perda No. 05 Tahun 2006 Tentang Pajak Hotel dinyatakan tidak berlaku.
5. 6. 7. 8.
Tata Cara Pemungutan dan Tata Cara Penetapan Pajak; Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak;
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Pembukuan dan Pemeriksaan; Insentif Pemungutan; Ketentuan Khusus; Penyidikan; Ketentuan Pidana; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
Dasar hukum : UU No. 8 Tahun 1956, UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 6 Tahun 1983, UU No. 19 Tahun 2000, UU No. 14 Tahun 2002, UU No. 10 tahun 2004, UU No. 15 Tahun 2004, UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 33 Tahun 2004, PP No. 27 Tahun 1983, PP No. 25 Tahun 2000, PP No. 38 Tahun 2007, PP No. 91 Tahun 2010, Kepmendagri No. 170 Tahun 1997, Kepmendagri No. 173 Tahun 1997, Kepmendagri No. 43 Tahun 1999, Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, Perda No. 15 Tahun 2000, Perda No. 7 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2008. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Peraturan Daerah ini mengatur tentang pajak hiburan dengan sistimatika sebagai berikut: Ketentuan Umum; Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak; Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak; Wilayah Pemungutan, Masa Pajak, Perhitungan dan Saat Pajak Terutang; Tata Cara Pemungutan dan Tata Cara Penetapan Pajak; Surat Pemberitahuan Pajak Daerah Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak;
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Pembukuan dan Pemeriksaan; Insentif Pemungutan; Ketentuan Khusus; Penyidikan; Ketentuan Pidana; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
17
CATATAN : Dengan berlakunya Perda ini, maka Perda No. 03 Tahun 2006 Tentang Pajak Hiburan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
10. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 11. Pemeriksan; 18
Keberatan dan Banding; Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak; Kedaluwarsa Penagihan; Penyidikan; Sanksi Administrasi; Ketentuan Pidana; Ketentuan Lain-lain; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN : Dengan berlakunya Perda ini, maka Perda No. 04 Tahun 2008 Tentang Pajak Parkir dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak; Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak; Tata Cara Pemungutan, Wilayah Pemungutan, Masa Pajak, Cara Perhitungan Pajak; Surat Pemberitahuan Pajak Daerah dan Tata Cara Penetapan Pajak; Penyelenggaraan Reklame; Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak; Tata Cara Pengurangan, Keringan dan Pembebasan Pajak;
10. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Ketentuan Pemeriksaan dan Sanksi; Insentif Pemungutan Penyidikan; Sanksi Administrasi; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
Perda Kota Pekanbaru Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
09/02/2010 16:19 TANAH & BANGUNAN - BEA PEROLEHAN PERDA NO. 04 TAHUN 2010 2010 20
BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN ABSTRAK :Bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di Kota Pekanbaru dan telah ditetapkannya UU No. 28 Tahun 2009, dipandang perlu menetapkan Perda tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Dasar hukum : UU No. 8 Tahun 1956, UU No. 8 Tahun 1981, UU No. 17 Tahun 1997, UU No. 19 Tahun 2000, UU No. 14 Tahun 2002, UU No. 10 tahun 2004, UU No. 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 12 Tahun 2008, UU No. 33 Tahun 2004, UU No. 28 Tahun 2009, PP No. 27 Tahun 1983, PP No. 19 Tahun 1987, PP No. 38 Tahun 2007, Kepmendagri No. 170 Tahun 1997, Kepmendagri No. 173 Tahun 1997, Kepmendagri No. 48 Tahun 1999, Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, Perda No. 15 Tahun 2000, Perda No. 7 Tahun 2008, Perda No. 8 Tahun 2008. Peraturan Daerah ini mengatur mengenai bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dengan sistimatika sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ketentuan Umum; Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak; Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak; Penetapan Besarnya Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak; Wilayah Pemungutan, Perhitungan dan Saat Pajak Terutang; Tata Cara Pemungutan dan Tata Cara Penetapan Pajak; Tata Cara Pembayaran; Tata Cara Penagihan Pajak;
9. Tata Cara Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Keberatan dan Banding; Kedaluwarsa Penagihan; Pengawasan; Ketentuan Pemeriksaan; Insentif Pemungutan; Penyidikan; Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
STATUS : -
CATATAN
:-
Perda Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Izin Tempat Usaha
02/08/2000 11:29 TEMPAT USAHA - IZIN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2000 2000 IZIN TEMPAT USAHA ABSTRAK : Bahwa Peraturan Daerah ini dibentuk untuk meningkatkan sumber-sumber pendapatan asli daerah, maka pemberian izin bagi tempat-tempat usaha. Dasar Hukum : Undang-undang Nomor 8 Tahun 1956, Undang-undang Nomor 61 Tahun 1958, Undang-undang 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 84 Tahyun 1993, Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perdagangan nomor 56 Tahun 1971 tanggal 19 Nomor 103-A/KP-V/71 Mei 1971. Undang-Undang ini mengatur mengenai izin tempat usaha, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum 2. Ketentuan izin tempat usaha 3. Ketentuan persyaratan dan tata cara memperoleh izin tempat usaha 4. Ketentuan retribusi izin tempat usaha 5. Ketentuan tidak berlakunya tempat 6. Sanksi administrasi 7. Ketentuan pidana 8. Penyidikan 9. Ketentuan peralihan 10. Ketentuan penutup STATUS : Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 4 Desember 2000 -
CATATAN :
Perda Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
23/12/2010 08:35 22
IMB - RETRIBUSI PERDA NO. 1 TAHUN 2010 RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN ABSTRAK : Bahwa Peraturan Daerah ini dibentuk dalam rangka penataan kota (perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang kota) secara terpadu, menyeluruh, efisien dan efektif melalui retribusi izin mendirikan bangunan Dasar hukum : Undang-undang No.8 Tahun 1956, Undang-undang No.61 tahun 1958, Undang-undang No.5 Tahun 1960, Undang-undang No.4 Tahun 1992, Undang-undang No.23 Tahun 1997, Undang-undang No.28 Tahun 2002, Undang-undang No.10 Tahun 2004, Undang-undang No.32 Tahun 2004, Undang-undang No.26 Tahun 2007, Undang-undang No.18 Tahun 2008, Undang-undang No.28 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1987, Peraturan Pemerintah No.66 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 2005, Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007, Keppres No.37 Tahun 1994, Peraturan Menteri PU No.66/PRT/1993, Permendagri No.2 Tahun 1987, Peraturan Menteri PU No.54/PRT/1991, Permendagri No.5 Tahun 1992, Permendagri No.7 Tahun 1992, Kepmendagri No.650658 Tahun 1985, Kepmendagri No.23 Tahun 1986, Kepmendagri No.29 Tahun 1992, Kepmenpera No.04/KPTS/BKP4N/1995, Kepmendagri No.174 Tahun 1997; Kepmendagri No.175 Tahun 1997; Kepmen PU No.441/KPTS/1998; Kepmen PU No.468/KPTS/1998; Kepmen PU No.10/KPTS/2000; Kepmen PU No.11/KPTS/2000; Kepmenhub KM 60 Tahun 2004; Perda Kota Pekanbaru No. 15 Tahun 2000; Perda Kota Pekanbaru No. 8 Tahun 2008. Undang-Undang ini mengatur tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan, dengan sistematika sebagai berikut : 1. Ketentuan Umum 2. Nama, Objek dan Subjek Retribusi 3. Penyelenggaraan Bangunan Gedung 4. Ketentuan Administrasi Bangunan 5. Ketentuan Teknis Bangunan 6. Perizinan Bangunan 7. Retribusi 8. Sanksi 9. Pengawasan 10. Penyidikan 11. Ketentuan Peralihan 12. Ketentuan Penutup STATUS : Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan pada tanggal 31 Desember 2009 Nomor BAB tidak konsisten
CATATAN
23
Perda Kota Pekanbaru Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Pemberian Izin dan Pengawasan Usaha Jasa Konstruksi
09/08/2009 18:03 IZIN - PENGAWASAN - USAHA JASA KONSTRUKSI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2009 2009 PEMBERIAN IZIN DAN PENGAWASAN USAHA JASA KONSTRUKSI ABSTRAK : Bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi dan berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan, setiap badan usaha jasa konstruksi yang akan melaksanakan kegiatan usahanya harus memiliki perizinan usaha jasa konstruksi. Oleh karena itu dipandang perlu menetapkan peraturan daerah tentang izin usaha jasa konstruksi. Dasar Hukum : UU No.8 Tahun 1956; UU No.18 Tahun 1999; UU No.8 Tahun 1981; UU No.34Tahun 2000; UU No.10 Tahun 2004; UU No.32 Tahun 2004; UU No.33 Tahun 2004; PP No.19 Tahun 1997; PP No.28 Tahun 2000; PP No.29 Tahun 2000; PP No.30 Tahun 2000; PP No.66 Tahun 2001; PP No.38 Tahun 2007; Keppres No.80 Tahun 2003; Permendagri No.15 Tahun 2006; Perda No.15 Tahun 2000; Perda No.7 Tahun 2001. Peraturan Daerah ini mengatur tentang Pemberian Izin Dan Pengawasan Usaha Jasa Konstruksi dengan sistimatika: 1. Ketentuan Umum; 2. Lingkup Bidang Usaha Jasa Konstruksi; 3. Prinsip Pelaksanaan Pemberian IUJK; 4. Perizinan Usaha Jasa Konstruksi; 5. Usaha Jasa Kostruksi; 6. Penyelenggara Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK); 7. Tata Cara Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK); 8. Persyaratan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK); 9. Pengawasan Penerbitan Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK); 10.Pengawasan Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi;
24
11.Dasar Pengenaan Tarif Retribusi dan Registrasi; 12.Tata Cara Pembayaran; 13.Legalisasi; 14.Pembinaan; 15.Sanksi Administrasi Kepada Perusahaan; 16.Sanksi Teguran Kepada Pengguna Jasa; 17.Penyidikan; 18.Ketentuan Pidana; 19.Ketentuan Lain-Lain; 20.Ketentuan Peralihan; 21.Ketentuan Penutup. Mulai berlaku pada tanggal diundangkan; Diundangkan di Pekanbaru pada tanggal 21 Maret 2009 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Keputusan Walikota No.534 Tahun 2003 tentang Izin Usaha Jasa dan Konstruksi tidak berlaku.
STATUS
: : -
CATATAN
25
DAFTAR PUSTAKA
Internet http://www.docstoc.com/docs/129489684/Permen-PU-No-20-tentang-PedomaPenyusunan-RDTR-dan-Peraturan-Zonasi-Kabupaten-Kota?# http://arcaban.blogspot.com/2011/02/pengertian-perancangan-kota.html http://pekanbaru.bpk.go.id/web/ dari berbagai sumber
26