Anda di halaman 1dari 5

Journal Review Daniel Wilhelmus Adityatama, 0906513384

Fatigue Life of an Aerospace Aluminium Alloy Subjected to Cold Expansion and a Cyclic Temperature Regime J.M. Minguez a , J. Vogwell b
a

Departamento de Fisica Aplicada II, Facultad de Ciencia y Technologia, Universidad del Pais Vasco bilbao, Spain
b

Department of Engineering and Applied Science, University of Bath, UK

Abstrak Paper ini menjelaskan mengenai percobaan yang dilakukan untuk mempelajari pengaruh variasi temperature siklik terhadap ketahanan fatigue terhadap lubang baut di aluminium alloy pesawat terbang yang mengalami cold expansion atau pembesaran dingin. Tiga jenis specimen yang berbeda dibuat untuk dilakukan uji fatigue. Sample specimen jenis pertama dibuat memiliki lubang baut seperti apa adanya atau as drilled, dan jenis specimen kedua dan ketiga lubang bautnya diperbesar dengan cold expansion dengan memaksa mendorong masuk batang dengan diameter yang lebih besar daripada ukuran lubang baut tersebut. Sebagai tambahan, jenis specimen yang ketiga dengan lubang yang diperbesar dengan cold expansion diberi perlakuan perubahan temperature yang mensimulasikan perubahan temperature selama penerbangan. Hasil dari percobaan ini menunjukkan bahwa variasi temperature siklis ternyata meningkatkan ketahanan fatigue dari specimen yang mengalami pembesaran dengan cold expansion, daripada yang ditakutkan sebelumnya bahwa cold expansion akan menghilangkan residual stress dan efek cold expansion. Hal ini dipercaya karena perubahan temperature cenderung untuk menetralisasi puncak lokalisasi residual stress yang terjadi pada permukaan atas lubang baut.

Introduksi Struktur pembangun pesawat terbang memerlukan persyaratan yang kadang terkesan saling bertolak belakang. Beberapa di antaranya adalah adanya persyaratan dari strukutr agar seringan mungkin, namun tanpa mengurangi keamanan dari pesawat tersebut (dimana perlu adanya ketahanan struktur terhadap fatigue dan retak). Meskipun kedua hal tadi terkesan saling bertolak belakang, namun pada prakteknya kombinasi yang optimum dari kedua syarat tersebut harus dicapai.oleh karena itu, berbagai metode untuk dilakukan untuk mengoptimalkan kinerja dan performa dari struktur pesawat. Salah satu metode yang dikenal luas adalah metode cold expansion tadi, yang bertujuan untuk memberikan residual stress ke permukaan material terutama lubang baut sehingga menjadi lebih keras dan karenanya menjadi lebih tahan terhadap fatigue dan retak. Hal ini disebabkan oleh karena cold expansion mampu untuk mengurangi adanya stress concentration akibat adanya pengeboran karena adanya

Journal Review Daniel Wilhelmus Adityatama, 0906513384 compressive residual stress. Namun ada beberapa penelitian terakhir yang mengklaim bahwa cold expansion malah menghasilkan efek yang tidak baik karena bisa munculnya tensile residual stress, dan juga bahwa pada aplikasinya dimana pesawat bisa terpapar perubahan temperature yang cukup tinggi dari waktu di darat dengan saat terbang mampu meniadakan efek dari cold expansion sehingga membuat struktur rentan terhadap fatigue. Tujuan dari paper ini adalah untuk menyelidiki pengaruh dari cold expansion dan perubahan temperature yang terjadi secara siklis dari operasional pesawat itu.

Aplikasi Cold Expansion Metode cold expansion telah digunakan dari sejak lama untuk meningkatkan ketahanan fatigue dari suatu lubang, terutama lubang baut. Penggunaan cold expansion sendiri akan sangat efektif apabila lubang yang ada dipaksa untuk melebar hingga melebihi titik luluhnya. Setelah beban diangkat, maka akan ada residual stress negative yang disebabkan karena pada bagian yang jauh dari permukaan lubang hanya mengalami deformasi elastis, dan akan mendorong kembali keluar. Adanya negative residual stress ini menguntungkan karena residual stress tadi cenderung untuk meniadakan adanya konsentrasi stress sehingga menurunkan stress concentration pada ujung lubang. Karena besarnya stress pada tepi lubang menurun membuat kecendrungan inisiasi retak di bawah beban yang berfluktuasi berkurang. Diperolehnya negative residual stress yang seragam merupakan sesuatu yang ideal, namun untuk memperolehnya dalam aplikasinya sangat sulit karena beberapa alas an. Alasan pertama adalah karena adanya perbedaan regangan yang terjadi antara permukaan atas lubang dengan di dalam lubang. Perbedaan regangan ini menyebabkan adanya perbedaan residual stress pada ujung atas lubang dengan permukaan bagian dalam lubang. Selain itu, morfologi benda yang digunakan untuk cold expansion juga berpengaruh kepada persebaran residual stress dari lubang. Cold expansion yang menggunakan ball bearing dan pin akan berbeda persebaran residual stressnya. Jumlah variasi persebaran residual stress dapat signifikan dan tergantung kepada beberapa hal seperti junlah expansion yang dilakukan, ketebalan pelat, dan material yang digunakan serta sifat sifatnya. Dalam beberapa kondisi bahkan positive residual stress teramati pada lubang, dan hal ini berarti bahwa ada peningkatan stress concentration di beberapa tempat tertentu yang mampu mengurangi ketahanan fatigue suatu struktur.

Journal Review Daniel Wilhelmus Adityatama, 0906513384 Spesimen Uji Tes dan Variasi Temperature Penyelidikan dilakukan dengan menggunakan specimen yang terbuat dari aluminium alloy tempa untuk pesawat BSL165-T6. Material ini di anneal pada 4130C, diberi perlakuan panas pada 5020C dan di aging dengan kondisi temper T6, sehingga memiliki sifat mekanis dan sifat termal yang susuai dengan aplikasi sebagai fuselage pesawat dan struktur sayap.
Density: 2.80 g/cc. Elastic modulus in tension: 72.4 GPa. Elastic modulus in compression: 73.8 GPa. Poissons ratio: 0.33. Tensile strength: 450 MPa. Liquidus temperature: 638 C. Solidus temperature: 507 C.
0 0

Alloy ini kemudian dibentuk menjadi bentuk lembaran dengan ketebalan 5mm dan dipotong menjadi bentuk dan dimensi seperti Fig. 2. Lubang dengan diameter 4.8 mm pada tengah setiap sampel dibor dengan menggunakan mata bor standar untuk logam. Tiga jenis sampel dengan masing masing sejumlah enam specimen disiapkan, satu dengan lubang biasa tanpa diberi perlakuan apapun atau as-drilled, dan jenis kedua dan ketiga dilakukan cold expansion dengan mendorong pin baja ke dalam lubang. Untuk membuat pin mampu menembus sampai keluar lubang maka digunakan ring dari baja di bagian yang berlawanan dengan arah memasukkan pin ke dalam lubang. untuk sampel ketiga selain digunakan metode cold expansion juga dilakukan perubahan temperature secara siklis untuk mensimulasi penggunaan pesawat sebenarnya, dimana temperature diangkat mencapai 800C dan diatahan selama dua jam untuk kemudian diturunkan hingga mencapai -700C, dan dialkukan pengulangan seperti pada fig. 4 sebanyak sepuluh kali.

Journal Review Daniel Wilhelmus Adityatama, 0906513384

Hasil Pengujian Fatigue Semua specimen dites dengan mesin uji fatigue Isntron 1332 dan dikenakan beban siklik dengan amplitude yang konstan dan jumlah siklus dicatat sampai sebelum terjadi kegagalan. Siklus pembebanan dalam semua specimen adalah pembebanan tarik, dan range tegangan berkisar dari nol sampai kepada tegangan maksimal. Tegangan maksimal meningkat dari 6KN sampai 16KN dari sampel pertama sampai sampel ke enam dari masing masing jenis specimen. Sehingga diperolehlah amplitude tegangan dari setiap jenis meningkat dari 24 MPa sampai ke 64 MPa. Harus dicatat bahwa pengujian dilakukan tidak lebih dari 107 siklus, melainkan dihentikan setalah siklus mencapai jumlah tersebut, sehingga, apabila tidak terjadi kegagalan yang tercatat maka sebenarnya jumlah siklus maksimalnya pasti lebih besar daripada 107 siklus.

Journal Review Daniel Wilhelmus Adityatama, 0906513384 Diskusi

Fig. 6. Fatigue life of the samples corresponding to the three batches, when varying the stress amplitude of the loading cycle

Dari hasil di atas, dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh dari pengujian ini sesuai dengan prediksi sebelumnya, yaitu bahwa jenis sampel pertama yang hanya menggunakan as-drilled memiliki ketahanan fatigue yang paling rendah, kemudian diikuti dengan jenis kedua dengan diberi perlakuan cold expansion. Yang mengejutkan justru hasil yang diperoleh pada sampel jenis ketiga, karena dengan adanya perubahan temperature siklis justru meningkatkan ketahanan fatigue. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh dua alasan utama. Alasan pertama, distribusi residual stress compressive yang dihasilkan oleh cold expansion yang tidak merata dibuat menjadi merata oleh karena adanya variasi temperature. Yang kedua, mungkin terjadi perubahan mikrostruktur dari aluminium alloy karena perubahan suhu secara siklik tersebut. Kesimpulan Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode cold expansion yang dilakukan pada lubang baut memiliki efek meningkatkan ketahanan fatigue dari lubang baut tersebut. Selain itu, efek perubahan temperature secara siklis terbukti mampu meningkatkan ketahanan fatigue lubang baut. Hal ini dipercaya karena peningkatan temperature mampu membuat distribusi residual stress yang tidak merata menjadi menyebar dan menjadi lebih merata sehingga membuat lebih tahan terhadap fatigue.

Anda mungkin juga menyukai