Anda di halaman 1dari 32

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Nama : Ny. K Umur : 63 thn Ruang : AMC

ANAMNESIS

Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Pekerjaan Pendidikan Terakhir Tgl periksa

: Ny. K : 63 thn : Perempuan : Tamantirto, Kasihan, Bantul : Islam : IRT (pensiunan kepala sekolah) : D3 : 29 Januari 2013

Tanggal 29 Januari 2013 KELUHAN UTAMA 1. Riwayat Penyakit Sekarang Os menderita nyeri lutut kanan sejak 9 bulan yang lalu. Pasien telah berobat ke dokter di RS dan Puskesmas, keluhan saat itu membaik tetapi sering kambuh. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari, setelah aktivitas, saat pasien bangun dari posisi duduk hingga mulai berjalan. Nyeri berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan pada lutut kanan seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5-7. Lutut tidak bengkak dan tidak merah. Saat ini, obat yang dipakai pasien untuk penyakitnya adalah obat viastin-X (obat dari dokter AMC) dan pasien juga menggunakan balsam geliga . Pasien juga pernah melakukan injeksi pada lututnya yang sakit, tetapi keluhan pasien masih kambuh-kambuhan. Pasien adalah seorang wanita yang aktif. Pada waktu muda pasien menyukai olahraga (voli dan kasti) dan hingga sebelum sakit aktif melakukan aktivitas. Sejak sakit, aktivitas pasien sangat terganggu. Pasien kesulitan untuk melakukan sholat sehingga melakukannya dengan posisi duduk. : Nyeri lutut kanan dan sakit untuk berjalan

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


2. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat jatun/trauma terbentur dengan keras Riwayat Asam Urat : disangkal : (+) trauma jatuh pada KLL (6 kali) dan lutut kanan

Riwayat Diabetes Mellitus: (+) Riwayat Hipertensi : (+)

3. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit yang sama : disangkal Riwayat Hipertensi Riwayat Diabetes Mellitus 4. Riwayat Psikososial dan Lingkungan Pasien sejak lututnya sering sakit mulai mengurangi aktivitasnya. Saat ini pasien terkadang masih belum bisa menerima keadaan sakitnya. Pasien telah menikah. Hubungan pasien dengan keluarganya. baik Pasien termasuk orang yang supel bergaul dengan tetangga sekitarnya dan tidak ada masalah dengan lingkungan sekitar. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga pensiunan kepala sekolah. 5. Pengobatan Sebelumnya Pasien ssering berobat ke PUSKESMAS untuk kontrol penyakitnya 5. Riview Anamnesis Sistem o Neurologi o Respirasi dangkal (-) o Kardiovaskular o Gastrointestinal o Urogenital o Muskuloskeletal kanan) o Integumentum : Panas (-), nyeri kepala (-), kelumpuhan anggota gerak (-), : Batuk (-) berdahak, pilek (-), sesak napas (-), pernapasan : Pucat (-), takikardi (-), : Mual (-), Muntah (-),nyeri uluhati (-), BAB cair (-) : BAK lancar, nyeri BAK (-), BAK sering (-) : Lemas (-), kaku sendi (+) lutut kanan, nyeri sendi (+ lutut : Gatal (-), nyeri tekan epigastrium(-) : disangkal : disangkal

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

ANAMNESIS

Nama : Ny. K Umur : 63 thn

Ruang

: AMC

A. PEMERIKSAAN FISIK Kesan umum Kesadaran Tanda Utama Nadi / HR Suhu badan Pernafasan Tekanan Darah BB TB ::::: 64 kg : 159 cm : Cukup : Kompos mentis

Status Generalis Kulit petekie (-). Kelenjar limfe: pembesaran (-) Kepala Muka Mata (+/+) Leher Mulut : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe (-) : stomatitis (-), gigi berlubang (-) : : massa-, gerakan ketertinggalan-, retraksi -. : fremitus taktil normal kanan-kiri. : sonor kanan-kiri. : ronkhi basah basal +/+, wheezing -/-. : : iktus kordis terlihat : iktus kordis teraba di SIC V agak ke kiri dari garis : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata : Simetris, tidak ada jejas : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), reflek cahaya : teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik,

Thoraks Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi

Jantung Inspeksi Palpasi

midclavicular sinistra teraba d= 3 cm.

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Perkusi batas jantung : 1) Kanan atas : SIC II linea para sternalis kanan :

2) Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan 3) Kiri atas 4) Kiri bawah Auskultai Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : SIC II linea parasternalis kiri : SIC IV-V ke kiri linea midclavicular

: S1 murni S2 split , bising jantung-. : : bentuk flat, massa-, sikatrik: peristaltic + : timpani, pekak beralih-, undulasi: nyeri tekan abdomen-, defans muscular-, nyeri tekan lepas-,

massa-, pembesaran-. Extremitas Superior Inferior : : Tidak ada kelainan : Sinistra tidak ada kelainan, Dextra (lihat status lokalisata) :

Status Lokalisata

Ekstremitas Inferior region artikulasio dextra Inspeksi o Kontur jaringan lunak : edema (-) o Warna merah (-) o Jaringan parut (-) Palpasi o Panas (-) o Penebalan dan penonjolan tulang (-) o Kontur jaringan lunak : penebalan membrane synovial (-), spasme otot (+) o Nyeri lokal (+) Pergerakan o Nyeri bila digerakkan (+) o Krepitasi (-) Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa) o Fleksi : dalam batas normal

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


o Ekstensi : dalam batas normal

o Cara berjalan : antalgic (cara berjalan menurunkan berat badan intuk menhurangi nyeri) Refleks : Extremitas atas Kekuatan otot Tonus Klonus Reflek patologis Reflek fisiologis B. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan Usulan pemeriksaan : Rontgen genu dextra AP/L, cek kadar asam urat +N 5-5-5-5 + Extremitas bawah 5-5-5-5 + +N

C. DIAGNOSIS : Suspek Osteoarthritis artikulasio dextra DD : Gout arthritis, Reumatoid artritis

D. RENCANA PENATALAKSANAAN Kuratif Farmakologis : o Piroxicam mg 20 o Ranitidin o Fitbon o Voltaren salf 2x1 2x1 1x1 2 x 1 u.e

Non farmakologis : Istirahat, menurunkan berat badan, mengurangi aktifitas Promotif Menginformasikan kepada pasien tentang pengetahuan mengenai penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk prognosis, sehingga pasien dapat ikut serta dalam penatalaksanaan penyakitnya secara mandiri. Preventif Memberikan contoh tindakan pencegahan, seperti ;

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Mengurangi aktivitas berat Menurunkan berat badan ke berat badan ideal Menghindari makanan berlemak Rehabilitatif Menggunakan penyangga lutut Menggunakan muscle relaxan untuk mengontrol nyeri Sering istirahat jangan terlalu capek Giatkan beribadah Selalu ingat kepada Allah, bersyukur, dan tawakal. Rutin control ke puskesmas.

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

H. RENCANA PENATALAKSANAAN Kuratif Farmakologis : memberikan bronkodilator dan anti inflamasi Non farmakologis : Istirahat, diet nasi tinggi kalori tinggi protein Promotif Menginformasikan kepada pasien tentang pengetahuan mengenai penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk prognosis, sehingga pasien dapat ikut serta dalam penatalaksanaan penyakitnya secara mandiri. Preventif Memberikan contoh tindakan pencegahan, seperti ; Menggunakan masker saat memasak dan berjualan Meminta suami untuk merokok di luar rumah Memasak menggunakan kompor Diet dengan makanan sayur, kurangi garam, dan minyak. Olahraga teratur saat tidak dalam serangan Rehabilitatif Management stress Sering istirahat jangan terlalu capek Giatkan beribadah Selalu ingat kepada Allah, bersyukur, dan tawakal. Rutin control ke puskesmas.

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronik Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.1 Epidemiologi Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada jumlah dari partikel yang terinhalasi individu tersebut. Insidensi pada pria lebih banyak daripada wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.2 Faktor Risiko Faktor resiko PPOK bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya.1,3 1. Asap rokok Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada dosis merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental Tobacco Smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan PPOK dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru terbakar. 2. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun) 3. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan

13

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Hampir 3 milyar orang di seluruh dunia menggunakan batubara, arang, kayu bakar ataupun bahan bakar biomass lainnya sebagai penghasil energi untuk memasak, pemanas, dan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. Ini memungkinkan bahwa wanita di negara berkembang memiliki angka kejadian yang tinggi terhadap kejadian PPOK. 4. Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan. 5. Infeksi saluran nafas berulang 6. Jenis kelamin Dahulu, PPOK lebih sering dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Karena dahulu, lebih banyak perokok laki-laki dibanding wanita. Tapi dewasa ini prevalensi pada laki-laki dan wanita seimbang. Hal ini dikarenakan oleh perubahan pola dari merokok itu sendiri. Namun hal tersebut masih kontoversial, maskipun beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok wanita lebih rentan untuk terkena PPOK dibandingkan perokok pria. Di negara berkembang wanita lebih banyak terkena paparan polusi udara yang berasal dari asap saat mereka memasak. 7. Status sosioekonomi dan status nutrisi 8. Rendahnya intake dari antioksidan seperti vitamin A, C, E, kadang-kadang berhubungan dengan peningkatan resiko terkena PPOK, meskipun banyak penelitian terbaru menemukan bahwa vitamin C dan magnesium memiliki prioritas utama. 9. Asma 10. Usia 11. Onset usia dari PPOK ini adalah pertengahan 12. Faktor Genetik 13. Faktor kompleks genetik dengan lingkungan menjadi salah satu penyebab terjadinya PPOK, meskipun penelitian Framingham pada populasi umum menyebutkan bahwa faktor genetik memberi kontribusi yang rendah dalam penurunan fungsi paru. Patofisiologi Karakteristik PPOK adalah keradangan kronis mulai dari saluran napas, parenkim paru sampai struktur vaskukler pulmonal. Diberbagai bagian paru dijumpai peningkatan makrofag, limfosit T (terutama CD8) dan neutrofil. Sel-sel radang yang teraktivasi akan mengeluarkan berbagai mediator seperti Leukotrien B4, IL8, TNF yang mampu merusak struktur paru dan atau mempertahankan inflamasi neutrofilik. Disamping inflamasi ada 2 proses lain yang juga penting yaitu imbalance proteinase dan anti proteinase di paru dan stres oksidatif. 14

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai disaluran napas besar (central airway), saluran napas kecil (periperal airway), parenkim paru dan vaskuler pulmonal. Pada saluran napas besar dijumpai infiltrasi sel-sel radang pada permukaan epitel. Kelenjarkelenjar yang mensekresi mukus membesar dan jumlah sel goblet meningkat. Kelainan ini menyebabkan hipersekresi bronkus. Pada saluran napas kecil terjadi inflamasi kronis yang menyebabkan berulangnya siklus injury dan repair dinding saluran napas. Proses repair ini akan menghasilkan struktural remodeling dari dinding saluran napas dengan peningkatan kandungan kolagen dan pembentukan jaringan ikat yang menyebabkan penyempitan lumen dan obstruksi kronis saluran pernapasan. Pada parenkim paru terjadi destruksi yang khas terjadi pada emfisema sentrilobuler. Kelainan ini lebih sering dibagian atas pada kasus ringan namun bila lanjut bisa terjadi diseluruh lapangan paru dan juga terjadi destruksi pulmonary capilary bed. Perubahan vaskular pulmonal ditandai oleh penebalan dinding pembuluh darah yang dimulai sejak awal perjalanan ilmiah PPOK. Perubahan struktur yang pertama kali terjadi adalah penebalan intima diikuti peningkatan otot polos dan infiltrasi dinding pembuluh darah oleh sel-sel radang. Jika penyakit bertambah lanjut jumlah otot polos, proteoglikan dan kolagen bertambah sehingga dinding pembuluh darah bertambah tebal. Pada bronkitis kronis maupun emfisema terjadi penyempitan saluran napas. Penyempitan ini dapat mengakibatkan obstruksi dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronik, saluran pernapasan yang berdiameter kecil (<2mm) menjadi lebih sempit dan berkelok-kelok. Penyempitan ini terjadi karena metaplasi sel goblet. Saluran napas besar juga menyempit karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru, penyempitan saluran napas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.1 Diagnosis Diagnosis dibuat berdasarkan:1 1) Gambaran klinis a. Anamnesis: Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja Riwayat penyakit emfisema pada keluarga Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara Batuk berulang dengan atau tanpa dahak

15

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi b. Pemeriksaan fisik PPOK dini umumnya tidak ada kelainan Inspeksi - Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu) - Barrel chest - Penggunaan otot bantu napas - Hipertropi otot bantu napas - Pelebaran sela iga - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai - Penampilan pink puffer atau blue bloater Palpasi Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar Perkusi Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah Auskultasi - suara napas vesikuler normal, atau melemah - terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa - ekspirasi memanjang - bunyi jantung terdengar jauh 2) Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan rutin:1 a. Faal paru Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP) - Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % - VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit.

16

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20% b. Uji bronkodilator - Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. - Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml - Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil b. Darah rutin Hb, Ht, leukosit. c. Radiologi Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran : - Hiperinflasi - Hiperlusen - Ruang retrosternal melebar - Diafragma mendatar Pada bronkitis kronik : - Normal - Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus Pada bronkitis kronis, foto thoraks memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan garis-garis yang paralel keluar dari hilus menuju apeks paru dan corakan paru yang bertambah. Pada emfisema, foto thoraks menunjukkan adanya hiperinflasi dengan gambaran diafragma yang rendah dan datar, penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan cortakan ke distal.

Normal

Hyperinflation

17

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Gambar 2. Peredaan paru normal dan hiperinflasi pada foto thoraks. Pemeriksaan khusus (tidak rutin) a. Faal paru - Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF), Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF,VR/KPT meningkat - DLCO menurun pada emfisema - Raw meningkat pada bronkitis kronik - Sgaw meningkat - Variabiliti Harian APE kurang dari 20 % b. Uji latih kardiopulmoner - Sepeda statis (ergocycle) - Jentera (treadmill) - Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal c. Uji provokasi bronkus Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktivitas bronkus derajat ringan. d. Uji coba kortikosteroid Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid. e. Analisis gas darah Terutama untuk menilai : - Gagal napas kronik stabil - Gagal napas akut pada gagal napas kronik

f. Radiologi - CT - Scan resolusi tinggi Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos. - Scan ventilasi perfusi Mengetahui fungsi respirasi paru g. Elektrokardiografi

18

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel kanan. h. Ekokardiografi Menilai funfsi jantung kanan i. Bakteriologi Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia. j. Kadar alfa-1 antitripsin Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia. Klasifikasi Tabel 1. Klasifikasi PPOK Klasifikasi Penyakit Ringan - Tidak ada gejala waktu istirahat atau VEP bila exercise prediksi > 80% Gejala Spirometri

- Tidak ada gejala waktu istirahat VEP/KVP < 75% tetapi gejala ringan pada latihan sedang (misal : berjalan cepat, naik tangga) Sedang - Tidak ada gejala waktu istirahat VEP 30 - 80% tetapi mulai terasa pada latihan / prediksi kerja ringan (misal : berpakaian) - Gejala ringan pada istirahat VEP/KVP < 75%

Berat

- Gejala sedang pada waktu istirahat - Gejala berat pada saat istirahat - Tanda-tanda korpulmonal

VEP1<30% prediksi VEP1/KVP 75% <

19

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Penatalaksanaan Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :1 1. Edukasi 2. Obat-obatan 3. Terapi oksigen 4. Ventilasi mekanik 5. Nutrisi 6. Rehabilitasi

1. Edukasi Inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah : Pengetahuan dasar tentang PPOK Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya Cara pencegahan perburukan penyakit Menghindari pencetus (merokok) Penyesuaian aktifitas Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel. Edukasi berdasarkan derajat penyakit: Ringan Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok Segera berobat bila timbul gejala

Sedang Menggunakan obat dengan tepat Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini Program latihan fisik dan pernapasan Berat Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan

20

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Penggunaan oksigen di rumah 2. Obat-obatan a. Bronkodilator Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi berat derajat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi (dihisap melalui saluran nafas), nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting). Macammacam bronkodilator adalah : golongan antikolinergik, golongan agonis beta-2, kombinasi antikolinergik dan beta-2 dan golongan xantin. b. Anti inflamasi Digunakan apabila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral (diminum) atau injeksi intravena (ke dalam pembuluh darah). Ini berfungsi untuk menekan inflamasi yang terjadi. Dipilih golongan metilpradnisolon atau prednison. c. Antibiotika Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan untuk lini pertama adalah amoksisilin dan makrolid. Dan untuk lini kedua diberikan amoksisilin dikombinasikan dengan asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon dan makrolid baru. d. Antioksidan Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup. Digunakan Nasetilsistein, dan dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.

e. Mukolitik (pengencer dahak) Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang kental. Tetapi obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang. f. Antitusif Diberikan dengan hati-hati. 3. Terapi oksigen

21

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang mengakibatkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi dalam sel dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya. 4. Ventilasi mekanik Ventilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, atau pada penderita PPOK derajat berat dengan gagal napas kronik. Ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan intubasi atau tanpa intubasi. 5. Nutrisi Malnutrisi pada pasien PPOK sering terjadi, disebabkan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respiratorik yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperaapni menyebabkan terjadinya hipermetabolisme. 6. Rehabilitasi Rehabilitasi PPOK bertujuan untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita dengan PPOK. Program ini dapat dilaksanakan baik di luar maupun di dalam Rumah Sakit oleh suatu tim Program rehabilitasi ini terdiri dari latihan fisik, psikososial dan latihan pernapasan. Prinsip Penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah terjadinya gagal napas. Beberapa hal yang harus diperhatikan meliputi: a. Diagnosis beratnya eksaserbasi b. Terapi oksigen adekuat Tujuan terapi oksigen adalah untuk memperbaiki hipoksemi dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa. Sebaiknya dipertahankan PaO2> 60 mmHg atau Sat O2> 90%, evaluasi ketat hiperkapnoe. Bila terapi oksigen tidak dapat mencapai kondisi oksigen adekuat, harus gunakan ventilasi mekanik, bila tidak berhasil gunakan intubasi. c. Pemberian obat-obatan yang adekuat Antibiotik Bronkodilator Kortikosteroid

d. Tidak terlalu diberikan tergantung derajat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedang diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat

22

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


diberikan intravena. Pemerian lebih dari 2 minggu tidak memberikan hasil yang lebih baik, tetapi banyak menimbulkan efek samping. e. Nutrisi adekuat untuk mencegah starvation yang disebabkan hipoksemia berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot bantu napas. f. Ventilasi mekanik g. Kondisi lain yang berkaitan Monitor balans cairan elektrolit Pengeluaran sputum Gagal jantung aritmia. Evaluasi ketat progresivitas penyakit

23

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


2. HIPERTENSI A. Definisi Menurut Joint National Committee 7 (2003), hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih, sedangkan menurut WHO tahun 1999, hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama atau melebihi 90 mmHg diastolik pada seseorang yang tidak menggunakan anti hipertensi. B. Etiologi Menurut Yogiantoro et al (2006), berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan faktorfaktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder. Adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.

Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. C. Epidemiologi Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Person (orang) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang : a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit

24

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


kardiovaskuler oleh hormone estrogen yang dimana kadar estrogen menurun setelah menopause. c. Status gizi Keadaan Zat gizi seperti karbohidrat, protein dan lemak

Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta

mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi. d. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psikokultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tibatiba yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan. 2. Place (tempat) Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan 3. Determinan Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah : a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama. b) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerahdaerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggi c) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi. D. Klasifikasi dan Manifestasi klinis Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National Comitte (JNC) 7 tahun 2003 adalah sebagai berikut: 25

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Klasifikasi Tekanan Darah Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium I Hipertensi Stadium II Sistolik (mmHg) <120 120-139 140-159 160 Diastolik (mmHg) dan <80 atau 80-89 atau 90-99 atau 100

Manifestasi klinis hipertensi : Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. E. Faktor Resiko Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya : 1. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang

olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya. 2. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu

Umur, jenis kelamin, dan genetic. F. Patofisiologi dan Patogenesis Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini, dokter harus aktif menemukan tanda awal hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat dirasakan atau tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa arteriosklerosis kapiler. Hal ini, karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronik. Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan darah., akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Dan Justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain yang mana sedikitnya timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi plus gangguan toleransi

26

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


glukosa atau diabetes mellitus DM), dislipidemia, dan obesitas.Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 5560 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. G. Diagnosis Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC) 2007, prosedur diagnosa hipertensi terdiri atas: pemeriksaan tekanan darah, identifikasi faktor resiko, dan pemeriksaan adanya kerusakan organ dan penyakit lain yang terjadi bersamaan atau menyertai keadaan klinis yang ada. H. Penatalaksanaan Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis penatalaksanaan: a. Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup; Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat hipertensi, akan tetapi cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko kardiovaskuler dan bermanfaat pula menurunkan tekanan darah. Disamping itu diharapkan memperbaiki efikasi obat antihipertensi. Keuntungan lain karena merupakan upaya penatalaksanaan hipertensi yang murah dengan efek samping minimal. Menurut JNC 7, modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi adalah sebagai berikut: Menurunkan berat badan (index masa tubuh diusahakan 18,5 - 24,9 kg/m2) diperkirakan menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg penurunan berat badan. Diit dengan asupan cukup kalium dan kalsium dengan mengkonsumsi makanan kaya buah, sayur, rendah lemak hewani dan mengurangi asam lemak jenuh diharapkan menurunkan TDS 8-14 mmHg Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100 mmoU hari (6 gram NaCI), diharapkan menurunkan TDS 2-8 mmHg Meningkatkan aktifitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari diharapkan menurunkan TDS 4-9 mmHg

27

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol. Mengurangi konsumsi alkohol 2 gelas ( 30 mL ethanol) per hari pada laki-laki dan1 gelas per hari pada wanita dan pasien kurus diharapkan dapat menurunkan TDS 24 mmHg 2. Penatalaksanaan farmakologis atau dengan obat Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. Pengobatan ini adalah pengobatan jangka panjang dengan kemungkinan besar untuk seumur hidup. Klasifikasi dan Tatalaksana Tekanan Darah Menurut JNC 7 Klasifikasi TDS TDD mmHg Perubahan gaya hidup Terapi obat awal Tanpa Indikasi yang Memaksa Dengan Indikasi yang Memaksa Normal <120 Dan < 80 Dianjurkan

tekanan darah mmHg

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Ya

Tidak ada obat antihipertensi yang dianjurkan

Obat-obatan untuk compelling indication

Hipertensi Stadium 1

140-159 Atau 90-99

Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar, dapat

Obat-obatan untuk compelling indications.

dipertimbangkan Obat ACEI, ARB, OB, antihipertensi CCB, atau kombinasi. lainnya (diuretika, ACEI, ARB, PB, CCB) sesuai kebutuhan Hipertensi Stadium 2 160 atau 100 Kombinasi 2 obat Obat-obatan untuk sebagian untuk

besar (umumnya compelling

28

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


jenis thiazide dan indications. ACEI atau AR atau (3B atau CCB) Obat antihipertensi lainnya (diuretika, ACEI, ARB, Bb, CCB) sesuai kebutuhan

Pemilihan obat anti hipertensi menurut ESH-ESC (2007) harus mempertimbangkan manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan darah itu sendiri. Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu. Kelas-kelas utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker, calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan. Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat tergantung banyak faktor, antara lain: Pengalaman pasien sebelumnya dengan obat antihipertensi, harga obat, gambaran resiko, ada tidaknya kerusakan organ dan penyakit penyerta, serta pilihan pasien. Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan, bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50 % efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor : 1) Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari 2) Harga obat dapat lebih murah 3) Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten

29

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


4) Mendapat perlindungan terhadap faktor resiko seperti kematian mendadak, serangan jantung, dan stroke, yang disebabkan oleh peninggian tekanan darah pada saat bangun setelah tidur malam hari. Ternyata kebanyakan penderita hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah. Jika target tekanan darah belum tercapai penambahan obat kedua dari klas lain harus segera ditambahkan. Jika tekanan darah 20/10 mmHg diatas target tekanan darah dipertimbangkan pengobatan awal dengan menggunakan dua macam klas obat sebagai obat kombinasi tetap atau masing-masing diberikan tersendiri. Pemberian dua obat antihipertensi sejak awal ini akan mempercepat tercapainya target tekanan darah. Akan tetapi harus diwaspadai kemungkinan hipotensi ortostatik terutama pada penderita diabetes, disfungsi saraf otonom dan penderita geriatric. Penggunaan obat generik atau kombinasi perlu dipertimbangkan untuk mengurangi biaya. Penderita paling sedikit harus dievaluasi setiap bulan untuk penyesuaian obat agar target tekanan darah segera tercapai. Jika target sudah tercapai, evaluasi dapat dilakukan tiap 3 bulan. Penderita dengan hipertensi derajat 2 atau dengan faktor komorbid misalnya diabetes, dan payah jantung, memerlukan evaluasi lebih sering. Faktor resiko kardiovaskuler yang lain serta adanya kondisi komorbid harus secara bersama diobati sampai seoptimal mungkin. Pada sebagian besar pasien hipertensi, terapi harus dimulai bertahap, dan penurunan tekanan darah dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Untuk mencapai target tekanan darah, tampaknya sebagaian besar pasien memerlukan terapi kombinasi lebih dari satu obat. Menurut tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi, tampaknya cukup beralasan untuk memulai terapi dengan obat tunggal dosis rendah atau kombinasi dua obat dosis rendah Terdapat keuntungan dan kerugian dari kedua pendekatan ini.

30

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA

Algoritme pengobatan hipertensi (JNC 7)


Modifikasi gaya hidup

Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)

PILIHAN OBAT AWAL

Dengan indikasi yang memaksa (with compelling indications)

Tanpa indikasi yang memaksa (without compelling indiacations)

Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-99 mmHg) Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar kasus Dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi

Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD 100 mmHg) Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus (umumnya diuretika jenis thiazide dan ACEI, atau ARB, atau PB, atau CCB

Obat-obat untuk indikasi yang memaksa (compelling indications) Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan diuretika, ACEI, ARB, f3b, CCB)

TIDAK MENCAPAI TARGET TEKANAN DARAH

Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli hipertensi

31

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


Menurut ESH-ESC (2007), pemilihan antara monoterapi dan terapi kombinasi harus mempertimbangkan tingkat tekanan darah yang belum diterapi, ada tidaknya kerusakan organ dan faktor resiko.

Pilihan antara

Obat tunggal dosis rendah

Jika target tekanan darah tidak tercapai

Kombinasi 2 obat dengan dosis rendah

Obat sebelumnya dengan dosis maksimal

Ganti ke obat lain dengan dosis rendah

Kombinasi sebelumnya dengan dosis maksimal

Tambahkan obat ketiga dengan dosis rendah

Jika target tekanan darah tidak tercapai

Kombinasi 3 obat pada dosis efektif

Kombinasi 2 atau 3 obat

Monoterapi dosis

Kombinasi 2 obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik adalah : Diuretika dan beta bloker Diuretic dengan ACE inhibitor w au ARB Calcium antagonis (dehidropiri(lin) dan beta blocker Calcium antagonist dan ACE Inhibitor atau ARB Calcium antagonist dan diuretic Alfa blocker dan beta blocker Oleh karena faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang dikembangkan tentu saja berdasarkan pengetahuan patofisiologi tersebut. Obat golongan diuretic, penyekat beta,

32

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


antagonis kaslsium, dan penghambat enzim konversi angiotensin (penghambat ACE), merupakan antihipertensi yang sering digunakan pada pengobatan. a. Diuretic Mempunyai efek antihipertensi dengan cara menurunkan volume

ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. b. Golongan penghambat simpatetik Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral. c. Penyekat beta Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahuimengidap astma bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai predictor respons antihipertensi penyekat beta karena mekanisme kerjanya melalui system renin-angiotensin. d. Vasodilator Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung. e. Penghambat enzim konversi angiotensin Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan kaptopril. Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin 11, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol. Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan 33

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


sedang dapat diberikan dosis 2 kali 12,5 mg tiap hari. Dosis yang biasa adalah 25-50 mg tiap hari. Pada saat ini sudah beredar obat penghambat enzim konversi angiotensin yang lain seperti lisinopril, fosinopril, ramipril, silazapril, benazepril, kuinopril, dan delapril. f. Antagonis kalsium Hubungan antara kalsium dengan system kardiovaskuler telah lama diketahui. Aktivitas kontraksi otot polos pembuluh darah diatur oleh kadar ion kalsium (Ca2+) intraseluler bebas yang sebagian besar berasal dari ekstrasel dan masuk melalui saluran kalsium (calcium channels). Peningkatan kontraktilitas otot jantung akan mengakibatkan peninggi-tn curah jantung. Hormone presor seperti angiotensin, juga akan meningkat efeknya oleh pengaruh kalsium. Berbagai faktor tersebut berpengaruh terhadap peningkatan tekanan darah. I. KOMPLIKASI Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang tidak mengalami hipertensi. Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa kematian mendadak. a. Penyakit jantung koroner dan arteri Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan dengan kondisi arteri yang mengeras ini. b. Payah jantung Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung. c. Stroke Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah 34

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit. d. Kerusakan ginjal Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaringkotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru. e. Kerusakan penglihatan Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan. J. Pencegahan Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya (Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut: a. Mengurangi konsumsi garam. Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk diet setiap hari. b. Menghindari kegemukan (obesitas). Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal. c. Membatasi konsumsi lemak. Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah hipertensi. d. Olahraga teratur. Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang 35

PRESUS ILMU KESEHATAN KELUARGA


menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat menimbulkan hipertensi. e. Makan banyak buah dan sayuran segar. Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah. f. g. Tidak merokok dan minum alkohol. Latihan relaksasi atau meditasi. Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa. Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi. h. Berusaha membina hidup yang positif. Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi.

36

Anda mungkin juga menyukai