ANAMNESIS
Nama Lengkap Umur Jenis Kelamin Alamat Agama Pekerjaan Pendidikan Terakhir Tgl periksa
: Ny. K : 63 thn : Perempuan : Tamantirto, Kasihan, Bantul : Islam : IRT (pensiunan kepala sekolah) : D3 : 29 Januari 2013
Tanggal 29 Januari 2013 KELUHAN UTAMA 1. Riwayat Penyakit Sekarang Os menderita nyeri lutut kanan sejak 9 bulan yang lalu. Pasien telah berobat ke dokter di RS dan Puskesmas, keluhan saat itu membaik tetapi sering kambuh. Nyeri dirasakan terutama pada pagi hari, setelah aktivitas, saat pasien bangun dari posisi duduk hingga mulai berjalan. Nyeri berkurang dengan istirahat. Nyeri dirasakan pada lutut kanan seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5-7. Lutut tidak bengkak dan tidak merah. Saat ini, obat yang dipakai pasien untuk penyakitnya adalah obat viastin-X (obat dari dokter AMC) dan pasien juga menggunakan balsam geliga . Pasien juga pernah melakukan injeksi pada lututnya yang sakit, tetapi keluhan pasien masih kambuh-kambuhan. Pasien adalah seorang wanita yang aktif. Pada waktu muda pasien menyukai olahraga (voli dan kasti) dan hingga sebelum sakit aktif melakukan aktivitas. Sejak sakit, aktivitas pasien sangat terganggu. Pasien kesulitan untuk melakukan sholat sehingga melakukannya dengan posisi duduk. : Nyeri lutut kanan dan sakit untuk berjalan
3. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat penyakit yang sama : disangkal Riwayat Hipertensi Riwayat Diabetes Mellitus 4. Riwayat Psikososial dan Lingkungan Pasien sejak lututnya sering sakit mulai mengurangi aktivitasnya. Saat ini pasien terkadang masih belum bisa menerima keadaan sakitnya. Pasien telah menikah. Hubungan pasien dengan keluarganya. baik Pasien termasuk orang yang supel bergaul dengan tetangga sekitarnya dan tidak ada masalah dengan lingkungan sekitar. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga pensiunan kepala sekolah. 5. Pengobatan Sebelumnya Pasien ssering berobat ke PUSKESMAS untuk kontrol penyakitnya 5. Riview Anamnesis Sistem o Neurologi o Respirasi dangkal (-) o Kardiovaskular o Gastrointestinal o Urogenital o Muskuloskeletal kanan) o Integumentum : Panas (-), nyeri kepala (-), kelumpuhan anggota gerak (-), : Batuk (-) berdahak, pilek (-), sesak napas (-), pernapasan : Pucat (-), takikardi (-), : Mual (-), Muntah (-),nyeri uluhati (-), BAB cair (-) : BAK lancar, nyeri BAK (-), BAK sering (-) : Lemas (-), kaku sendi (+) lutut kanan, nyeri sendi (+ lutut : Gatal (-), nyeri tekan epigastrium(-) : disangkal : disangkal
ANAMNESIS
Ruang
: AMC
A. PEMERIKSAAN FISIK Kesan umum Kesadaran Tanda Utama Nadi / HR Suhu badan Pernafasan Tekanan Darah BB TB ::::: 64 kg : 159 cm : Cukup : Kompos mentis
Status Generalis Kulit petekie (-). Kelenjar limfe: pembesaran (-) Kepala Muka Mata (+/+) Leher Mulut : pembesaran kelejar tiroid dan kelenjar limfe (-) : stomatitis (-), gigi berlubang (-) : : massa-, gerakan ketertinggalan-, retraksi -. : fremitus taktil normal kanan-kiri. : sonor kanan-kiri. : ronkhi basah basal +/+, wheezing -/-. : : iktus kordis terlihat : iktus kordis teraba di SIC V agak ke kiri dari garis : Simetris, mesochepal, distribusi rambut merata : Simetris, tidak ada jejas : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikhterik (-/-), reflek cahaya : teraba hangat, tidak kering, turgor kulit kembali < 2 detik,
2) Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis kanan 3) Kiri atas 4) Kiri bawah Auskultai Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi : SIC II linea parasternalis kiri : SIC IV-V ke kiri linea midclavicular
: S1 murni S2 split , bising jantung-. : : bentuk flat, massa-, sikatrik: peristaltic + : timpani, pekak beralih-, undulasi: nyeri tekan abdomen-, defans muscular-, nyeri tekan lepas-,
massa-, pembesaran-. Extremitas Superior Inferior : : Tidak ada kelainan : Sinistra tidak ada kelainan, Dextra (lihat status lokalisata) :
Status Lokalisata
Ekstremitas Inferior region artikulasio dextra Inspeksi o Kontur jaringan lunak : edema (-) o Warna merah (-) o Jaringan parut (-) Palpasi o Panas (-) o Penebalan dan penonjolan tulang (-) o Kontur jaringan lunak : penebalan membrane synovial (-), spasme otot (+) o Nyeri lokal (+) Pergerakan o Nyeri bila digerakkan (+) o Krepitasi (-) Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa) o Fleksi : dalam batas normal
o Cara berjalan : antalgic (cara berjalan menurunkan berat badan intuk menhurangi nyeri) Refleks : Extremitas atas Kekuatan otot Tonus Klonus Reflek patologis Reflek fisiologis B. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan Usulan pemeriksaan : Rontgen genu dextra AP/L, cek kadar asam urat +N 5-5-5-5 + Extremitas bawah 5-5-5-5 + +N
D. RENCANA PENATALAKSANAAN Kuratif Farmakologis : o Piroxicam mg 20 o Ranitidin o Fitbon o Voltaren salf 2x1 2x1 1x1 2 x 1 u.e
Non farmakologis : Istirahat, menurunkan berat badan, mengurangi aktifitas Promotif Menginformasikan kepada pasien tentang pengetahuan mengenai penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk prognosis, sehingga pasien dapat ikut serta dalam penatalaksanaan penyakitnya secara mandiri. Preventif Memberikan contoh tindakan pencegahan, seperti ;
H. RENCANA PENATALAKSANAAN Kuratif Farmakologis : memberikan bronkodilator dan anti inflamasi Non farmakologis : Istirahat, diet nasi tinggi kalori tinggi protein Promotif Menginformasikan kepada pasien tentang pengetahuan mengenai penyakitnya, hal-hal yang dapat memperburuk prognosis, sehingga pasien dapat ikut serta dalam penatalaksanaan penyakitnya secara mandiri. Preventif Memberikan contoh tindakan pencegahan, seperti ; Menggunakan masker saat memasak dan berjualan Meminta suami untuk merokok di luar rumah Memasak menggunakan kompor Diet dengan makanan sayur, kurangi garam, dan minyak. Olahraga teratur saat tidak dalam serangan Rehabilitatif Management stress Sering istirahat jangan terlalu capek Giatkan beribadah Selalu ingat kepada Allah, bersyukur, dan tawakal. Rutin control ke puskesmas.
1. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) Definisi Penyakit Paru Obstruksi Kronik Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.1 Epidemiologi Setiap orang dapat terpapar dengan berbagai macam jenis yang berbeda dari partikel yang terinhalasi selama hidupnya, oleh karena itu lebih bijaksana jika kita mengambil kesimpulan bahwa penyakit ini disebabkan oleh iritasi yang berlebihan dari partikel-partikel yang bersifat mengiritasi saluran pernapasan. Setiap partikel, bergantung pada ukuran dan komposisinya dapat memberikan kontribusi yang berbeda, dan dengan hasil akhirnya tergantung kepada jumlah dari partikel yang terinhalasi individu tersebut. Insidensi pada pria lebih banyak daripada wanita. Namun akhir-akhir ini insiden pada wanita meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah perokok wanita.2 Faktor Risiko Faktor resiko PPOK bergantung pada jumlah keseluruhan dari partikel-partikel iritatif yang terinhalasi oleh seseorang selama hidupnya.1,3 1. Asap rokok Perokok aktif memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik, abnormalitas fungsi paru dan mortalitas yang lebih tinggi daripada orang yang tidak merokok. Resiko untuk menderita PPOK bergantung pada dosis merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok. Enviromental Tobacco Smoke (ETS) atau perokok pasif juga dapat mengalami gejala-gejala respiratorik dan PPOK dikarenakan oleh partikel-partikel iritatif tersebut terinhalasi sehingga mengakibatkan paru-paru terbakar. 2. Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun) 3. Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
13
15
16
Normal
Hyperinflation
17
f. Radiologi - CT - Scan resolusi tinggi Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos. - Scan ventilasi perfusi Mengetahui fungsi respirasi paru g. Elektrokardiografi
18
- Tidak ada gejala waktu istirahat VEP/KVP < 75% tetapi gejala ringan pada latihan sedang (misal : berjalan cepat, naik tangga) Sedang - Tidak ada gejala waktu istirahat VEP 30 - 80% tetapi mulai terasa pada latihan / prediksi kerja ringan (misal : berpakaian) - Gejala ringan pada istirahat VEP/KVP < 75%
Berat
- Gejala sedang pada waktu istirahat - Gejala berat pada saat istirahat - Tanda-tanda korpulmonal
19
1. Edukasi Inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Secara umum bahan edukasi yang harus diberikan adalah : Pengetahuan dasar tentang PPOK Obat-obatan, manfaat dan efek sampingnya Cara pencegahan perburukan penyakit Menghindari pencetus (merokok) Penyesuaian aktifitas Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK stabil, karena PPOK merupakan penyakit kronik progresif yang ireversibel. Edukasi berdasarkan derajat penyakit: Ringan Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok Segera berobat bila timbul gejala
Sedang Menggunakan obat dengan tepat Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini Program latihan fisik dan pernapasan Berat Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan
20
e. Mukolitik (pengencer dahak) Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut, karena akan mempercepat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang kental. Tetapi obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian jangka panjang. f. Antitusif Diberikan dengan hati-hati. 3. Terapi oksigen
21
d. Tidak terlalu diberikan tergantung derajat eksaserbasi. Pada eksaserbasi derajat sedang diberikan prednison 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat
22
23
disebut juga hipertensi idiopatik. Disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, dan faktorfaktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia. 2. Hipertensi sekunder. Adalah hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Penyebabnya banyak disebabkan oleh penyakit ginjal, penggunaan estrogen, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain. C. Epidemiologi Distribusi epidemiologi penyakit hipertensi terdiri dari : 1. Person (orang) Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit hipertensi dilihat dari segi orang : a. Umur Penyakit hipertensi pada kelompok umur paling dominant berumur (31-55tahun). Hal ini dikarenakan seiring bertambahnya usia, tekanan darah cenderung meningkat. Yang mana penyakit hipertensi umumnya berkembang pada saat umur seseorang mencapau paruh baya yakni cenderung meningkat khususnya yang berusia lebih dari 40 tahun bahkan pada usia lebih dari 60 tahun keatas. b. Jenis kelamin Penyakit hipertensi cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan pada perempuan meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang mana pada perempuan masa premenopause cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki penyebabnya sebelum menopause, wanita relatife terlindungi dari penyakit
24
Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu agar tercapai kondisi kesehatan yang prima.Dimana ini merupakan faktor penting sebagai zat pembangun atau protein ini penting untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel rusak yang didapatkan dari bahan makanan hewani atau tumbuh-tumbuhan (nabati).Sehingga ini sebagai penunjang untuk membantu menyiapkan makanan khusus serta
mengingatkan kepada penderita, makanan yang harus dihindari/dibatasi. d. Faktor psikokultural Penyakit Hipertensi ada banyak hubungan antara psikokultural, tetapi belum dapat diambil kesimpulan.Namun pada dasarnya dapat berpengaruh apabaila terjadi stres, psikososial akut menaikkan tekanan darah secara tibatiba yang mana ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit hipertensi dan merupakan masalah kesehatan yang layak untuk perlu diperhatikan. 2. Place (tempat) Tempat yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus hipertensi adalah merupakan wilayah yang berdominan dipesisir dari pada dipegunungan. Yang dimana penduduk yang berdomisil didaerah pesisir lebih rentan terhadap penyakit hipertensi karena tingkat mengkonsumsi garam lebih tinggi atau berlebihan dibanding daerah pegunungan yang kemungkinan lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan 3. Determinan Determinan atau faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit Hipertensi adalah : a). Faktor herediter didapat pada keluarga yang umumnya hidup dalam lingkungan dan kebiasaan makan yang sama. b) Konsumsi garam : telah jelas ada hubungan, tetapi data pe-nelitian pada daerahdaerah dimana konsumsi garam tinggi tidak selalu mempunyai prevalensi tinggi c) Obesitas : telah diketahui adanya korelasi timbal balik antara obesitas dan hipertensi. D. Klasifikasi dan Manifestasi klinis Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan kriteria Joint National Comitte (JNC) 7 tahun 2003 adalah sebagai berikut: 25
Klasifikasi Tekanan Darah Kategori Normal Prehipertensi Hipertensi Stadium I Hipertensi Stadium II Sistolik (mmHg) <120 120-139 140-159 160 Diastolik (mmHg) dan <80 atau 80-89 atau 90-99 atau 100
Manifestasi klinis hipertensi : Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada mata, ginjal, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditimbulkan adalah sakit kepala, epistaksis, sering marah, telinga mendengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing. E. Faktor Resiko Faktor risiko hipertensi, beberapa di antaranya dapat dikendalikan atau dikontrol dan tidak dapat dikontrol diantaranya : 1. Faktor risiko yang dapat dikendalikan atau dikontrol yaitu obesitas, kurang
olahraga, merokok, menderita diabetes mellitus, menkonsumsi garam berlebih, minum alKohol, diet, minum kopi, pil KB , stress emosional dan sebagainya. 2. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat dikontrol yaitu
Umur, jenis kelamin, dan genetic. F. Patofisiologi dan Patogenesis Hipertensi terbukti sering muncul tanpa gejala, berarti gejala bukan merupakan tanda untuk diagnostik dini, dokter harus aktif menemukan tanda awal hipertensi, sebelum timbul gejala dan hipertensi muncul tidak dapat dirasakan atau tanpa gejala dan terjadi kelainan pada jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah tubuh berupa arteriosklerosis kapiler. Hal ini, karena ada hubungan antara hipertensi, penyakit jantung koroner, dengan gagal ginjal khususnya gagal ginjal kronik. Munculnya hipertensi, tidak hanya disebabkan oleh tingginya tekanan darah., akan tetapi, ternyata juga karena adanya faktor risiko lain seperti komplikasi penyakit dan kelainan pada organ target, yaitu jantung, otak, ginjal, dan pembuluh darah. Dan Justru lebih sering muncul dengan faktor risiko lain yang mana sedikitnya timbul sebagai sindrom X atau Reavan, yaitu hipertensi plus gangguan toleransi
26
27
Ya
Hipertensi Stadium 1
dipertimbangkan Obat ACEI, ARB, OB, antihipertensi CCB, atau kombinasi. lainnya (diuretika, ACEI, ARB, PB, CCB) sesuai kebutuhan Hipertensi Stadium 2 160 atau 100 Kombinasi 2 obat Obat-obatan untuk sebagian untuk
28
Pemilihan obat anti hipertensi menurut ESH-ESC (2007) harus mempertimbangkan manfaat utama pengobatan hipertensi, yaitu penurunan tekanan darah itu sendiri. Terdapat bukti bahwa obat-obat kelas tertentu dapat memiliki efek berbeda, dan pada kelompok penderita tertentu obat-obatan tidak memiliki efek samping yang setara, terutama pada individu tertentu. Kelas-kelas utama obat antihipertensi seperti diuretik, -bocker, calcium antagonist, ACE inhibitor, ARB dapat dipakai sebagai pilihan awal dan juga pemeliharaan. Pilihan obat awal menjadi tidak penting karena kebutuhan untuk menggunakan kombinasi 2 obat atau lebih untuk mencapai tekanan darah target. Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah, pilihan obat tergantung banyak faktor, antara lain: Pengalaman pasien sebelumnya dengan obat antihipertensi, harga obat, gambaran resiko, ada tidaknya kerusakan organ dan penyakit penyerta, serta pilihan pasien. Pada sebagian besar pasien, pengobatan dimulai dengan dosis kecil obat antihipertensi yang dipilih, dan jika perlu dosisnya secara perlahan-lahan dinaikkan, bergantung pada umur, kebutuhan, dan hasil pengobatan. Obat antihipertensi yang dipilih sebaiknya yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam dengan dosis sekali sehari, dan setelah 24 jam efek penurunan tekanan darahnya masih diatas 50 % efek maksimal. Obat antihipertensi kerja panjang yang mempunyai efek penurunan tekanan darah selama 24 jam lebih disukai daripada obat jangka pendek disebabkan oleh beberapa faktor : 1) Kepatuhan lebih baik dengan dosis sekali sehari 2) Harga obat dapat lebih murah 3) Pengendalian tekanan darah perlahan-lahan dan persisten
29
30
Tidak mencapai target tekanan darah (< 140/90 mmHg) (<130/80 untuk penderita diabetes atau penyakit ginjal kronik)
Hipertensi stage 1 (TDS 140-159 atau TDD 90-99 mmHg) Diuretika jenis thiazide untuk sebagian besar kasus Dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, Bb, CCB, atau kombinasi
Hipertensi stage 2 (TDS 160 atau TDD 100 mmHg) Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar kasus (umumnya diuretika jenis thiazide dan ACEI, atau ARB, atau PB, atau CCB
Obat-obat untuk indikasi yang memaksa (compelling indications) Obat antihipertensi lain sesuai kebutuhan diuretika, ACEI, ARB, f3b, CCB)
Optimalkan dosis atau berikan tambahan obat sampai target tekanan darah tercapai, pertimbangkan konsultasi dengan ahli hipertensi
31
Pilihan antara
Monoterapi dosis
Kombinasi 2 obat yang efektif dan ditoleransi dengan baik adalah : Diuretika dan beta bloker Diuretic dengan ACE inhibitor w au ARB Calcium antagonis (dehidropiri(lin) dan beta blocker Calcium antagonist dan ACE Inhibitor atau ARB Calcium antagonist dan diuretic Alfa blocker dan beta blocker Oleh karena faktor yang mempengaruhi terjadinya peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer sangat banyak, obat antihipertensi yang dikembangkan tentu saja berdasarkan pengetahuan patofisiologi tersebut. Obat golongan diuretic, penyekat beta,
32
ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi penurunan curah jantung. b. Golongan penghambat simpatetik Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemberian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidin. Metildopa mempunyai efek antihipertensi dengan menurunkan tonus simpatik secara sentral. c. Penyekat beta Mekanisme antihipertensi obat ini adalah melalui penurunan curah jantung dan penekanan sekresi renin. Obat ini dibedakan dalam 2 jenis : yang menghambat reseptor beta 1 dan yang menghambat reseptor beta 1 dan 2. Penyekat beta yang kardioselektif berarti hanya menghambat reseptor beta 1, akan tetapi dosis tinggi obat ini juga menghambat reseptor beta 2 sehingga penyekat beta tidak dianjurkan pada pasien yang telah diketahuimengidap astma bronchial. Kadar renin pasien dapat dipakai sebagai predictor respons antihipertensi penyekat beta karena mekanisme kerjanya melalui system renin-angiotensin. d. Vasodilator Yang termasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazoksid, dan sodium nitropusid. Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan cara relaksasi otot polos yang akan mengakibatkan penurunan resistensi pembuluh darah. Hidralazin, minoksidil, dan diazoksid bekerja pada arteri sehingga penurunan resistensi pembuluh darah akan diikuti oleh peninggian aktivitas simpatik, yang akan menimbulkan takikardia, dan peninggian kontraktilitas otot miokard yang akan mengakibatkan peningkatan curah jantung. e. Penghambat enzim konversi angiotensin Yang pertama kali digunakan dalam klinik adalah enalapril dan kaptopril. Kaptopril yang dapat diberikan peroral menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat enzim konversi angiotensin sehingga terjadi penurunan kadar angiotensin 11, yang mengakibatkan penurunan aldosteron dan dilatasi arteriol. Selain itu, obat ini menghambat degradasi bradikinin yang merupakan vasodilator kuat yang akan memperkuat efek antihipertensinya. Pada hipertensi ringan dan 33
36