Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang. Kebutaan akan berdampak secara sosial dan ekonomi. 75% kebutaan di dunia ini dapat dicegah atau diobati. Salah satunya adalah kebutaan yang disebabkan oleh katarak. Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu Kataarhakies, Inggris Cataract dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.1 Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi banyak faktor-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-obatan, dan trauma.1 Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia di atas 70 tahun. Faktanya, katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar umumnya menyebabkan penglihatan menurun yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia. Dengan proses penuaan populasi umum, prevalensi keseluruhan kehilangan penglihatan sebagai akibat dari kekeruhan lensa meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia, dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020. Indonesia dalam catatan WHO berada di urutan ketiga dengan angka kebutaan sebesar 1,47%.

BAB II LAPORAN KASUS

STATUS ILMU PENYAKIT MATA SMF PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH Nama Mahasiswa NIM Pembimbing : Kharina Novialie : 030.07.135 : dr. Novi Anita, Sp.M KATARAK IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : Tn. S Usia : 42 tahun Status perkawinan : Sudah menikah Pekerjaan : Guru Alamat : Jl. PUP Sektor V Blok Q6

Jenis kelamin Suku bangsa Agama Pendidikan No. MR

: Laki-laki : Jawa : Islam : S2 : 844767

II. 1 ANAMNESIS Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 26/12/2012 pk 11:00 di poliklinik mata RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama: Penglihatan pada mata kanan buram sejak 6 bulan SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang ke poliklinik RSUD Budhi Asih dengan keluhan penglihatan pada mata kanannya buram sejak 6 bulan SMRS. Pasien mengatakan bahwa penglihatan mata kanannya semakin menurun sejak 6 bulan yang lalu tanpa sebab yang jelas. Pasien juga mengeluh bahwa mata kanannya sering merasa silau dan seperti berkabut. 3 bulan terkahir ini, mata kanannya terlihat putih. Mata merah, sakit kepala atau muntah disangkal pasien. Untuk mengurangi keluhan pada mata kanannya, pasien menggunakan obat tetes mata propolis selama 6 bulan tetapi tidak ada perubahan. 2 bulan yang lalu, 2

pasien pernah berobat ke RS Islam dan dianjurkan untuk menjalani operasi pada mata kanannya.

Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asthma, sakit mata maupun penyakit jantung. Pasien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya. Pasien pernah jatuh terpeleset dengan posisi terlentang 3 tahun yang lalu tapi tidak ada masalah yang serius.

Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti pasien. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, asthma, maupun penyakit jantung pada anggota keluarga pasien.

Riwayat Medikasi Pasien pernah memakai obat tetes propolis untuk mata kanannya yang terasa buram selama 6 bulan.

Riwayat Kebiasaan Pasien mengatakan bahwa ia pernah memakai lensa kontak selama 7 tahun untuk penglihatan jauh dan selama memakai lensa kontak kedua matanya terkadang iritasi sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya. Pasien tidak merokok.

II. 2 PEMERIKSAAN FISIK (26/12/2012 Pk 11:00) STATUS GENERALIS Pemeriksaan Umum Kesadaran Keadaan umum Nadi : Compos mentis : Tampak sakit sedang : 80x/menit

Suhu Pernapasan (Frekuensi dan tipe) STATUS OPTHALMOLOGIS Visus:

: 36,8oC : 18 x/menit

AVOD: 1/300, PH (-), persepsi cahaya baik AVOS: 6/6, persepsi cahaya baik Occuli Dextra Ortophoria Bola Mata Kedudukan bola mata Baik ke segala arah Pergerakan bola mata Hiperemis (-), oedem (-), ektropion (-). Entropion (-), trikiasis (-), distikiasis (-), ptosis (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Injeksi siliar (-), injeksi episklera (-), perdarahan subkonjungtiva (-), pterigium (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Jernih Dalam Konjungtiva tarsalis inferior Kornea Camera occuli anterior Kripti baik Bulat, isokor, RCL +, RCTL + Keruh, shadow test (-), Lensa 4 Iris Pupil Kripti baik Bulat, isokor, RCL +, RCTL + Jernih Konjungtiva tarsalis superior Konjungtiva bulbi Palpebra superior Hiperemis (-), oedem (-), ektropion (-). Entropion (-), trikiasis (-), distikiasis (-), ptosis (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Injeksi siliar (-), injeksi episklera (-), perdarahan subkonjungtiva (-), pterigium (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Jernih Dalam Baik ke segala arah Occuli Sinistra Orthophoria

leukokoria (+) Sulit dinilai Refleks fundus menurun, papil sulit dinilai Viterous humor Funduskopi Jernih Refleks fundus (+), papil bulat, batas tegas, warna orange, C/D ratio 0,3, A:V= 2:3, refleks makula (+), retina perifer baik 27, 1 mmHg Tekanan intra okuler 26,9 mmHg

Occuli dextra

Occuli sinistra

Ringkasan Seorang laki-laki, 43 tahun, datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanannya buram sejak 6 bulan SMRS. Pasien mengatakan bahwa penglihatan mata 5

kanannya semakin menurun sejak 6 bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh bahwa mata kanannya sering merasa silau, seperti berkabut dan mata kanannya terlihat putih. Pasien menggunakan obat tetes mata propolis selama 6 bulan untuk mengurangi keluhannya dan dianjurkan menjalani operasi saat berobat ke RS Islam. Pasien sering menggosok-gosok matanya saat memakai lensa kontak 7 tahun yang lalu. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada mata kanan visus 1/300 dengan PH (-), lensa keruh, leukokoria, shadow test (-), refleks fundus menurun dan pada mata kiri TIO 26,9 mmHg.

Diagnosis Diagnosis pada pasien ini adalah katarak juvenil occuli dextra dan hipertensi occuli sinistra.

Diagnosis Banding Diagnosis banding pada pasien adalah 1) Katarak juvenil occuli dextra dan glaukoma primer occuli sinistra. 2) Katarak juvenil occuli dextra dengan glaukoma sekunder occuli dextra dan glaukoma primer occuli sinistra.

Rencana Pemeriksaan Anjuran Rencana pemeriksaan yang dianjurkan pada pasien adalah a. USG occuli dextra untuk melihat keadaan segmen posterior yang tidak bisa dinilai dengan funduskopi . b. Gonioskopi untuk melihat dengan pasti kondisi sudut COA. c. Kampimetri untuk melihat apakah terdapat kelainan lapang pandang. d. Laboratorium darah untuk persiapan operasi GDS, Hb, leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan. e. Elektrokardiografi untuk persiapan operasi. f. Retinometri untuk mengetahui fungsi retina. g. Biometri untuk mengukur kekuatan lensa yang akan ditanam.

Penatalaksanaan: 1. Non medikamentosa o o o Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan. Evaluasi TIO pada kedua mata. Evaluasi ulang funduskopi setelah tindakan operasi

2. Medikamentosa o o Non-operatif Timol 0,5% eye drop 2x1 OS Acetazolamide tab 2x1 Kalium tablet 2x1 Operatif Anjuran operasi phacoemulsification+implantasi IOL

Prognosis Ad vitam Ad fungsionam Ad Sanationam : Ad bonam : Dubia ad bonam : Dubia ad bonam

BAB III ANALISA KASUS

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan. Kekeruhan lensa akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun.1 Pada kasus ini pasien didiagnosa katarak juvenile OD dan hipertensi occuli ODS yang didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis didapatkan bahwa penglihatan pada mata kanan pasien buram sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Pasien mengatakan bahwa penglihatannya tiba-tiba semakin buram tanpa sebab yang jelas dan ia juga mengeluh mata kanannya sering silau dan pandangannya berkabut. Keluhan-keluhan tersebut merupakan gejalagejala yang mengarah pada katarak. Pasien mengatakan tidak ada mata merah, sakit kepala maupun mual sehingga diagnosis banding berupa glaukoma sudut tertutup dapat disingkirkan tetapi masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan secara pasti. Penglihatan yang buram terjadi secara progresif di mana dapat mengarah pada gangguan pada segmen anterior, kelainan refraksi dan gangguan pada segmen posterior yang dapat diperjelas dengan melakukan pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada mata kanan berupa lensa keruh, shadow test (-), leukokoria, refleks fundus menurun, papil sulit dinilai pada funduskopi dan TIO meningkat 27,1 mmHg serta pada mata kiri ditemukan TIO yang meningkat 26,8 mmHg. Adanya lensa yang keruh, leukokoria dan shadow test (+) serta refleks fundus yang menurun mengarah pada adanya katarak OD. TIO mata kanan yang meningkat bisa disebabkan oleh karena katarak dimana terjadi hidrasi pada lensa menyebabkan lensa membengkak (swollen lens) sehingga mendorong iris dan COA menjadi dangkal dengan akibatnya TIO meningkat. Namun juga didapatkan TIO yang 8

meningkat pada mata kiri tetapi tidak didapatkan kelainan pada visus maupun pemeriksaan oftalmologi sehingga diagnosis bandingnya adalah hipertensi occuli mata kiri dan suspek glaukoma primer mata kiri. Diagnosis banding hipertensi occuli mata kiri karena tidak didapatkan gejala maupun kelainan dalam visus dan pemeriksaan oftalmologi mata kiri sehingga kemungkinan penyebab TIO meningkat belum diketahui. Diagnosis banding lain suspek glaukoma primer mata kiri karena didapatkan TIO yang meningkat dengan funduskopi yang baik tetapi tidak diketahui apakah ada defek pada lapang pandang mata kiri pasien sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan gonioskopi (untuk mengetahui dengan pasti sudut COA pasien) dan kampimetri (untuk mengetahui apakah terdapat defek pada lapang pandang pasien). Apabila hasil dari kedua pemeriksaan tersebut normal maka glaukoma primer mata kiri dapat disingkirkan. Pada mata kanan juga didapatkan TIO yang meningkat tetapi diduga akibat oleh adanya lensa yang membengkak karena proses hidrasi pada katarak (katarak intumesen)1,2. Belum dapat diketahui apakah TIO yang meningkat pada mata kanan dapat menyebabkan glaukoma sekunder akibat katarak intumesen karena pada funduskopi tidak dapat dinilai keadaan papil akibat kekeruhan pada lensa sehingga perlu dilakukan evaluasi ulang TIO dan funduskopi setelah tindakan operasi. Refleks fundus yang menurun pada mata kanan menandakan adanya kekeruhan pada media refraksi, yaitu pada lensa. Namun, belum dapat diketahui dengan pasti bagaimana kondisi segmen posterior (vitreous humor dan retina) sehingga dianjurkan dilakukan pemeriksaan USG dan retinometri pada mata kanan. Pemeriksaan anjuran lain, seperti laboratorium darah, EKG dan biometri untuk keperluan tindakan operasi. Diagnosis kerja pada pasien ini adalah katarak juvenil mata kanan karena berdasarkan klasifikasi waktu kejadian dimana umur pasien kurang dari 50 tahun (43 tahun) dan hipertensi occuli mata kiri karena hanya didapatkan TIO mata kiri meningkat tanpa ada kelainan pada pemeriksaan oftalmologi. Penatalaksanaan pada pasien terbagi menjadi 2, yaitu secara non-medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa dengan memberi edukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang akan diberikan secara jelas. Selain itu, perlu dilakukan evaluasi/pemeriksaan ulang TIO pada kedua mata serta funduskopi mata kanan setelah tindakan operasi. Untuk penatalaksanaan medikamentosa dibagi menjadi non-operatif dengan obat-obatan untuk menurunkan TIO pada kedua mata dan 9

operatif dengan tindakan phacoemulsification+implantasi IOL. Ada 3 macam obat yang diberikan pada pasien, yaitu obat tetes mata timolol maleate 0,5% yang dipakai 2 kali sehari pada kedua mata, obat minum acetazolamide dan tablet kalium yang diminum 2 kali sehari. Timolol maleat merupakan golongan -blocker dimana kerjanya menurunkan produksi aquous humor sehingga TIO dapat menurun. Acetazolamide merupakan golongan inhibitor enzim carbonic anhidrase yang menurunkan produksi aquous humor sehingga TIO menurun tetapi karena sifatnyasebagai diuretic akan terjadi hipokalemia sehingga perlu diberikan suplemen kalium. Tindakan operasi yang akan dilakukan adalah phacoemulsifikasi+implantasi IOL dimana pada tindakan phaco luka lebih cepat sembuh karena insisi luka kecil dan tidak dilakukan penjahitan4. Prognosis ad vitam pada pasien adalah ad bonam karena katarak tidak menimbulkan kematian. Prognosis ad fungsionam pada pasien adalah dubia ad bonam karena visus pasien sebelum dioperasi adalah 1/300 dimana sudah terjadi penurunan penglihatan yang buruk dan diharapkan dengan menjalani operasi fungsi penglihatan pasien akan membaik. Prognosis ad sanasionam pada pasien adalah dubia ad bonam karena dapat terjadi katarak sekunder setelah operasi.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009; hal 20012. 2. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009; hal 144-51. 3. Lang GK. Ophtalmology. German: Georg Thieme Verlag. 2000; p.g 165-95. 4. Schlote T, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of Ophtalmology. German: Georg Thieme Verlag. 2006; p.g 138-48. 5. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes of Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2002; hal 76-81.

11

Anda mungkin juga menyukai