Anda di halaman 1dari 33

Disusun Oleh: Kharina Novialie

Pembimbing: dr. Novi Anita, Sp.M

Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakat yang serius bagi tiap negara, terutama pada negara-negara berkembang.

Katarak dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.1

Faktanya, katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun.

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), katarak merupakan penyebab kebutaan dan gangguan penglihatan terbanyak di dunia.

Pada tahun 2002, WHO memperkirakan jumlah katarak yang mengakibatkan kebutaan reversible melebihi 17 juta (47,8%) dari 37 juta penderita kebutaan di dunia, dan angka ini diperkirakan mencapai 40 juta pada tahun 2020.

IDENTITAS PASIEN
Nama Umur Jenis Kelamin Alamat

Tn. S

43 tahun
Laki-laki Jl. PUP Sektor V Blok Q6 S2 Guru Islam Sudah menikah

Pendidikan Pekerjaan
Agama Status Perkawinan

Anamnesis

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 26/12/2012 Pk 13:00 di poliklinik mata RSUD Budhi Asih.

Keluhan Utama
Penglihatan pada mata kanan buram sejak 6 bulan SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


6 bulan SMRS 3 bulan SMRS MRS

Pasien merasakan penglihatan pada mata kanannya buram sejak 6 bulan SMRS. Pasien mengatakan bahwa penglihatan mata kanannya semakin menurun sejak 6 bulan yang lalu tanpa sebab yang jelas. Pasien juga mengeluh bahwa mata kanannya sering merasa silau dan seperti berkabut. Pasien menggunakan obat tetes mata propolis selama 6 bulan tetapi tidak ada perubahan.

Pasien mengeluh mata kanannya terlihat putih. Mata merah, sakit kepala atau muntah disangkal pasien. Pasien pernah berobat ke RS Islam dan dianjurkan untuk menjalani operasi pada mata kanannya

Penglihatan pada mata kanannya buram sejak 6 bulan SMRS. Mata kanannya sering merasa silau, seperti berkabut dan tampak putih.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat penyakit darah tinggi, kencing manis, asthma. Pasien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya. Pasien pernah jatuh terpeleset dengan posisi terlentang 3 tahun yang lalu tapi tidak ada masalah yang serius.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

RIWAYAT KEBIASAAN

Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti pasien. Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, asthma, pada anggota keluarga pasien.

Pasien mengatakan bahwa ia pernah memakai lensa kontak selama 7 tahun untuk penglihatan jauh dan selama memakai lensa kontak kedua matanya terkadang iritasi sehingga pasien sering menggosok-gosok matanya. Pasien tidak merokok.

(26/12/2012 Pk 11:00)

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum Baik, tampak sakit sedang Pernafasan: 18 x/menit

Nadi: 80 x/menit

Kesadaran Compos Mentis

STATUS OPTHALMOLOGI

Visus: AVOD: 1/300, PH (-), persepsi cahaya baik AVOS: 6/6, persepsi cahaya baik

Occuli Dextra Ortophoria Baik ke segala arah


Hiperemis (-), oedem (-), ektropion (-). Entropion (-), trikiasis (-), distikiasis (-), ptosis (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Injeksi siliar (-), injeksi episklera (-), perdarahan subkonjungtiva (-), pterigium (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-)

Bola Mata Kedudukan bola mata Pergerakan bola mata Palpebra superior

Occuli Sinistra Orthophoria Baik ke segala arah


Hiperemis (-), oedem (-), ektropion (-). Entropion (-), trikiasis (-), distikiasis (-), ptosis (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-) Injeksi siliar (-), injeksi episklera (-), perdarahan subkonjungtiva (-), pterigium (-) Hiperemis (-), litiasis (-), folikel (-), papil (-)

Konjungtiva tarsalis superior Konjungtiva bulbi

Konjungtiva tarsalis inferior

Jernih
Dalam Kripti baik Bulat, isokor, RCL +, RCTL + Keruh, shadow test (-), leukokoria (+) Sulit dinilai Refleks fundus menurun, papil sulit dinilai

Kornea
Camera occuli anterior Iris Pupil Lensa Viterous humor Funduskopi

Jernih
Dalam Kripti baik Bulat, isokor, RCL +, RCTL + Jernih Jernih Refleks fundus (+), papil bulat, batas tegas, warna orange, C/D ratio 0,3, A:V= 2:3, refleks makula (+), retina perifer baik

Occuli dextra

Occuli sinistra

Seorang laki-laki, 43 tahun, datang dengan keluhan penglihatan pada mata kanannya buram sejak 6 bulan SMRS. Pasien mengatakan bahwa penglihatan mata kanannya semakin menurun sejak 6 bulan yang lalu. Selain itu, pasien juga mengeluh bahwa mata kanannya sering merasa silau, seperti berkabut dan mata kanannya terlihat putih. Pasien menggunakan obat tetes mata propolis selama 6 bulan untuk mengurangi keluhannya dan dianjurkan menjalani operasi saat berobat ke RS Islam. Pasien sering menggosok-gosok matanya saat memakai lensa kontak 7 tahun yang lalu. Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada mata kanan visus 1/300 dengan PH (-), lensa keruh, leukokoria, shadow test (-), refleks fundus menurun, TIO 27,1 mmHg dan pada mata kiri TIO 26,9 mmHg.

Katarak Juvenil Occuli Dextra dan Hipertensi Occuli Dextra Sinistra

Katarak Juvenil Occuli Dextra dengan Hipertensi Occuli Dextra dan Glaukoma Primer Occuli Sinistra.

Katarak Juvenil Occuli Dextra dengan Glaukoma Sekunder Occuli Dextra dan Glaukoma Primer Occuli Sinistra.

USG OD
Untuk melihat keadaan segmen posterior yang tidak bisa dinilai dengan funduskopi .

Gonioskopi
Untuk melihat dengan pasti kondisi sudut COA.

Kampimetri
Untuk melihat apakah terdapat kelainan lapang pandang.

Laboratorium darah
Untuk persiapan operasi GDS, Hb, leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan.

Elektrokardiografi
Untuk persiapan operasi.

Retinometri
Untuk mengetahui fungsi retina.

Biometri
Untuk mengukur kekuatan lensa yang akan ditanam.

Non medikamentosa

Medikamentosa

Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang diberikan. Evaluasi TIO pada kedua mata.

Evaluasi ulang funduskopi setelah tindakan operasi

Non-operatif

Operatif

Timol 0,5% eye drop 2x1 OS

Anjuran operasi phacoemulsification +implantasi IOL

Acetazolamide tab 2x1

Kalium tablet 2x1

Ad vitam: Ad bonam
Ad fungsionam: Dubia ad bonam

Ad Sanationam: Dubia ad bonam

ANALISA KASUS

Pada kasus ini pasien didiagnosa katarak juvenile OD dan hipertensi occuli ODS yang didasarkan pada anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Dari anamnesis penglihatan pada mata kanan pasien buram sejak 6 bulan yang lalu dan semakin memburuk tanpa sebab yang jelas dan ia juga mengeluh mata kanannya sering silau dan pandangannya berkabut gejalagejala yang mengarah pada katarak.

Pasien mengatakan tidak ada mata merah, sakit kepala maupun mual sehingga diagnosis banding berupa glaukoma sudut tertutup dapat disingkirkan tetapi masih perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan secara pasti.

Penglihatan yang buram terjadi secara progresif gangguan pada segmen anterior, kelainan refraksi dan gangguan pada segmen posterior yang dapat diperjelas dengan melakukan pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelainan pada mata kanan berupa lensa keruh, shadow test (-), leukokoria, refleks fundus menurun, papil sulit dinilai pada funduskopi dan TIO meningkat 27,1 mmHg serta pada mata kiri ditemukan TIO yang meningkat 26,8 mmHg.

Adanya lensa yang keruh, leukokoria dan shadow test (+) serta refleks fundus yang menurun katarak OD.

TIO ODyang meningkat bisa disebabkan oleh karena katarak hidrasi pada lensa menyebabkan lensa membengkak (swollen lens) sehingga mendorong iris dan COA menjadi dangkal dengan akibatnya TIO meningkat.

TIO OS meningkat tetapi tidak didapatkan kelainan pada visus maupun pemeriksaan oftalmologi DD/ adalah hipertensi occuli mata kiri dan suspek glaukoma primer mata kiri.

Diagnosis banding hipertensi occuli OS karena tidak didapatkan gejala maupun kelainan dalam visus dan pemeriksaan oftalmologi sehingga kemungkinan penyebab TIO meningkat belum diketahui.

Diagnosis banding suspek glaukoma primer mata kiri karena didapatkan TIO yang meningkat dengan funduskopi yang baik tetapi tidak diketahui apakah ada defek pada lapang pandang mata kiri pasien sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan gonioskopi (untuk mengetahui dengan pasti sudut COA pasien) dan kampimetri (untuk mengetahui apakah terdapat defek pada lapang pandang pasien).

Apabila hasil dari kedua pemeriksaan tersebut normal maka glaukoma primer mata kiri dapat disingkirkan.

Pada mata kanan juga didapatkan TIO yang meningkat tetapi diduga akibat oleh adanya lensa yang membengkak karena proses hidrasi pada katarak (katarak intumesen)1,2.

Belum dapat diketahui apakah TIO yang meningkat pada mata kanan dapat menyebabkan glaukoma sekunder akibat katarak intumesen karena pada funduskopi tidak dapat dinilai keadaan papil akibat kekeruhan pada lensa sehingga perlu dilakukan evaluasi ulang TIO dan funduskopi setelah tindakan operasi.

Refleks fundus yang menurun pada mata kanan menandakan adanya kekeruhan pada media refraksi, yaitu pada lensa. Namun, belum dapat diketahui dengan pasti bagaimana kondisi segmen posterior (vitreous humor dan retina) sehingga dianjurkan dilakukan pemeriksaan USG dan retinometri pada mata kanan.

Pemeriksaan anjuran lain, seperti laboratorium darah, EKG dan biometri untuk keperluan tindakan operasi.

Edukasi kepada pasien tentang penyakit dan pengobatan yang akan diberikan secara jelas.

Evaluasi/pemeriksaan ulang TIO pada kedua mata serta funduskopi mata kanan setelah tindakan operasi. Pasien juga diberitahu untuk menjalani latihan wajah di rumah dan mengikuti fisioterapi untuk membantu penyembuhan kelumpuhan otot-otot wajah yang dideritanya.

PENATALAKSANAAN

Untuk penatalaksanaan medikamentosa dibagi menjadi non-operatif dengan obat-obatan untuk menurunkan TIO pada kedua mata dan operatif dengan tindakan phacoemulsification+implantasi IOL.

Ada 3 macam obat yang diberikan pada pasien, yaitu obat tetes mata timolol maleate 0,5% yang dipakai 2 kali sehari pada kedua mata, obat minum acetazolamide dan tablet kalium yang diminum 2 kali sehari.

Timolol maleate golongan -blocker yang kerjanya menurunkan produksi aquous humor Acetazolamide golongan inhibitor enzim carbonic anhidrase yang kerjanya mengakibatkan diuresis sehingga sekresi aquous humor menurun sehingga TIO menurun tetapi efek diresis menyebabkan hipokalemia sehingga diberi suplemen kalium.

Tindakan operasi yang akan dilakukan adalah phacoemulsifikasi+implantasi IOL dimana pada tindakan phaco luka lebih cepat sembuh karena insisi luka kecil dan tidak dilakukan penjahitan.

Prognosis ad vitam adalah ad bonam


Katarak tidak menimbulkan kematian.

Prognosis ad fungsionam adalah dubia ad bonam


Visus pasien sebelum dioperasi adalah 1/300 dimana sudah terjadi penurunan penglihatan yang buruk dan diharapkan dengan menjalani operasi fungsi penglihatan pasien akan membaik.

Prognosis ad sanasionam adalah dubia ada bonam


Dapat terjadi katarak sekunder setelah operasi

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009; hal 200-12. 2. Ilyas S. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009; hal 144-51. 3. Lang GK. Ophtalmology. German: Georg Thieme Verlag. 2000; p.g 165-95. 4. Schlote T, Grueb M, Mielke J. Pocket Atlas of Ophtalmology. German: Georg Thieme Verlag. 2006; p.g 138-48. 5. James B, Chew C, Bron A. Lecture Notes of Oftalmologi. Edisi kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2002; hal 76-81.

Anda mungkin juga menyukai