Anda di halaman 1dari 31

TUGAS AKHIR PENGANTAR PENDIDIKAN

NAMA KELAS JURUSAN

: M . JAGAD BAITULLAH : IB : Bahasa dan Sastra Indonesia

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN( STKIP) MUHAMMADIYAH PAGARALAM TAHUN 2012-2013

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Islam, dengan judul Dasar-Dasar Akidah Islam. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi kita, yaitu Nabi Muhammad saw. yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekaran ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

HARAPAN BAKTI

ii

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ......................................................................................i KATA PENGANTAR ...................................................................................ii DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1 1.3 Tujuan ........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2 2.1. Dasar Aqidah islam...............................................................................2 2.2 Dasar-dasar Akidah Islam....................................................................10

2.3 . Tujuan akidah islam...............................................................................13 2.4. Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan........................................................14 2.5 2.7 2.8 Sebab-Sebab Penyimpangan dari Akidah yang Benar......................16 Kedudukan Akidah yang Benar...........................................................21 Tujuan Aqidah Islami ..........................................................................23

BAB III PENUTUP ........................................................................................26 3.1 Kesimpulan ................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................27

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu []-- artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dapat dirumusakan sebagai berikut : 1. Jelaskan apakah yang Dasar Aqidah islam ?
2. Jelaskan Dasar-dasar Akidah Islam ?

3. Apakah Tujuan akidah islam ? 4. Bagaimanakah Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan ? 1.3 Tujuan Tujuan pembuatan makalah ini untuk emahami dasar aqidah islam, serta tujuan dari aqidah islam dan untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK I

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Dasar Aqidah islam Akidah menurut bahasa adalah berasal dari kata Al-aqdu yang berarti ikatan, At-Tausiku yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, AlIhkamu artinya mengukuhkan/ menetapkan, dan Ar-Robtu biquwwah yang berarti meningkat yang kuat. Menurut istilah, akidah islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada qohdo dan qodhar. Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa dasar akidah islam adalah rukun iman yang enam. Yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada kitab, iman kepada hari kiamat, iman kepada Qodho (takdir baik) dan Qodhar (takdir buruk) 1. Beriman kepada Allah SWT Akidah yang mendasar adalah beriman kepada Allah, beriman kepada Allah berarti keyakinan teguh akan wujud Allah, bahwasanya dia adalah Rabb dan pemilik segala sesuatu, hanya Dia sang pencipta dan hanya dia yang berhak disembah (diibadahi) tidak ada sekutu baginya.ungkapan pada kata tauhi, (laailaahaillallah), pada kata ilah, tidak hanya mengandung kataTuhan, akan tetapi

juga mengandung maknayang ditaati. Oleh karenanya berakidah tauhid tidak hanya mengakui adanya Allah yang Esa, yang menciptakan segala sesuatu, akan tetapi harus juga taat kepada apa yang diperintahkan dan apa yang dilarangnya. Tauhid adalah ajaran yang dibawak oleh para Nabi mulai Nabi Adam As sampai pada nabi Muhammad Saw. Ajaran yang dibawa nabi semuanya adalah ajaran tauhid, yaitu agar semua manusia agar menyembah kepada Allah dengan tidak mempersekutukanya.Dialam ini tidak ada yang panatas dijadikan sebagai tuhan selain Allah. alQuran menegaskan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa orang yang mempersekutukanNya;

Artinya; Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni dosa selain dari syirik itu, bagi siapa yang dikehendakinya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar.(Q.S An-Nisa; 48) Allah adalah tuhan sekalian alam hanya Allahlah yang Esa, tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah beranak, serta tidak ada sesuatu apapun yang sama dengan dia, sebagaimana ditegaskan dala Quran Surat Al-Iklhas;

Artinya; Katakanlah Dialah Allah yang maha Esa. Allah SWT tuhan yang bergantung pada tiap-tiap sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan dia (Q.S al-Ikhlass; 1-4).

Jika diantara langiot dan bumi ini ada tuhan selain Allah maka keduanya antara langit dan bumi ini akan hancur binasa. 2. Beriman kepada para malaikat Malaikat adalah mahluk ghoib ciptaan Allah yang di ciptakan dari cahaya, mereka dianugrahkan sifat kepatuhan, dan selalu taat kepada Allah atas apa yang telah Allah perintahkan kepadanya, oleh karena itu malaikat tidak pernah durhaka atas apa yang telah aAllah perintahkan kepadanya. Allah berfirman;

Artinya; malaikat itu tidak mendurhakai Allahterhadap apa yang diperintahkan

kepadanya dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(Q.S; Attahrim: 6) Beriman kepada malaikat cukup dnagan hal-hal sebagai berikut; a) Beriman dan mempercayai akan wujudya(keberadaan) mereka. b) Beriman dan mempercayai para malaikat yang telah diajarkan namanya kepada kita, yaitu 10 malaikat. Sedangkan para malaikat yang kita tidak mengetahui namanya, maka kita hanya mengimani secara menyeluruh. c) Beriman kepada sifat-sifat malaikat, misalnya ketika malaikat jibril menyampaikan wahyu kepada Nabi, malaikat itu dengan izin Allah bisa berubahrubah. d) Beriman dan mempercayai tugas-tugas yang nereka lakukan. Seperti menyampaikan wahyu, mencatat amal baik dan buruk manusia, menanyai mayat dalam kubur, menjaga pintu neraka, menjaga pintu surga, menyabut nyawa dan meniup terompet sangkakala, dan lain sebagainya. 3. Beriman kepada kitab-kitab Allah Beriman kitab kepada kitab-kitab Allah SWT adalah meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah SWT memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya; yang benar-benar merupakan kalam (firman,ucapan)-Nya.Kitab-kitab itu adlah cahaya dan petunjuk dari Allah SWT.Hal ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman,tetaplah beriman kepada Allah SWT, rasul-Nya dan kitab-Nya yang diturunkan kepada rasul-Nya,serta kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi sebelumnya.barang siapa yang ingkar terhadap Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabny, rasul-rasulNya, dan hari akhir, maka sesungguhnya orang itu telah tersesat sangat jauh. (Q.S An-nisa;136) Alquran merupakan kitab penyempurna dari kitab sebelumnya, seluruh kitab yang dahulu semuanya tergabung dalam kitab alquran. Alquran adalah kalam Allah yang diturunkan, bukan makhluk, akan tetapi berasal dari Allah dan akan kembali kepadanya. Beriman kepada kitab Allah SWT mengandung empat unsur, yaitu: a) mengimani kepada kitab-kitab itu benar-benar diturunkan dari Allah. b) Mengimani kitab-kitab yang sudah kita kenali, seperti Al-Quran, taurad, injil, dan zabur. c) Membenarkan berita yang ada didalam alquran dan kitab-kitab yang terdahulu yang tidak bertentangan dengan Alquran.

d) Tunduk dan mengerjakan apa yang diperintahgkan didalam alquran dan apa yang dilarang oleh alquran, karena perintah bdan larangan yang ada didalam alquran itu adalah perintah dan larangan Allah SWT.

4. Beriman kepadapara nabi dan Rasul Rasul adalahsetiap orang yang mendapat wahyu agama dan mendapat perintah untuk menyampaikanya. Nabi yang pertama adalah Adam As, dan yang terahir adalah nabi Muhammad Saw. Allah SWT beer firman;

Artinya; hatakanlah hai orang-orang mukmin. Kami beriman kepada Allah SWT dan apa yang diturunkan kepada kami dan apayang ditrurunkan kepada Ibrahim,

Ismail, Ishak, yaqub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dab Isa serta apa yng diberikan kepada nabi-nabi dari tuhannya. Kami yidak membedakan seorangpun diantara merekadan kami hanya tunduk dan patuh kepada-Nya.(QS. Al-Baqarah; 136) Allah SWT selalu mengutus nabi dan rasuluntuk membimbing mereka pada jalanyaatau yang meneruskan ajaran nabi dan rasul yang diturunkan sebelumya.para rasul Allah SWT adalah manusia biasa, akan tetapi dia adalah manusia terbaik dan pilihan Allah. Para nabi dan rasul mendapat derajat nabi dan rasul bukan dengan usaha mereka akan tetapi Allahlah yang mengangkat derajat mereka. Beriman kepada nabi dan rasul meliputi hal-hal sebagai berikut; a) mempercayai bahwa kerasulan mereka adalah benar, dan barang siapa yang menginkari salah satu dari mereka berarti orang tersebut mengingkari seluruh nabi dan rasul. b) Membenarkan berita-berita yang sahih tentang mereka c) Mengamalkan ajaran (syariat) rasul yang terahir dari mereka, yaitu rasul yang diutus kepada setiap umat manusia, yaitu nabi Muhammad Saw.

5. Beriman Kepada Hari Kiamat Hari kiamat adalah hari dimana Allah SWT menghancurkan manusia danseluruh ciptaanya dan membangkitkan manusia kembali untuk dihisab dan diberi balasan. Sesudah terjadinya hari kiamat, maka ditetapkan golongan ahli surga dan ahli neraka. Allah SWT berfirman;

Artinya; maka apabila sekali sangkakala ditiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. (QS. Al-Haqqah; 13-16)

Makna beriman kepada hari kiamat adalah percaya dan membenarkan dengan keyakinan yang pasti akan datangnya dan beramal salah untuk menghadapinya. Beriman kepada hari kiamat meliputi empat hal yaitu;

a) Beriman dan mempercayai akah adanya kebangkitan sesudah kematian. b) Percaya akan adanya balasan atas semua perbuatan, sebagaimana Allah jelaskan dalam Quran surat Al-Zalzalah ayat 7-8;

c) Beriman dan mempercayai akan adanya surga dan neraka. d) Beriman kepada sesudah terjadsinya kematian, yaitupertanyaan malaikat sesudah sesorang dikubur dan azab kubur. 6. Beriman Kepada Takdir (Qada Dan Qadar) Takdir adalah ketetapan Allah terhadap alam semesta, pencatatan dan kehendaknya, dan penciptaan dari segala sesuatu tersebut. Allah SWT berfirman;

Artinya; tiada bencanapun yang menimpa bumi dan (tidak pula) dirimu sendiri melainkan sudah tertulis dalam (lauhul mahfuz) sebelum kami ciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah SWT. (QS. Al-Hadid; 22) Beriman kepada takdir adalah percaya dan menyakini seyakinyakinyabahwa Allah SWt telah mengetahu apa yang sedang dan akan terjadi. Setiap apa yang terjadi di langit dan bumi ini semuanya tidak pernah terlepas dari catatanya, termasuk segala perbuatan baik dan buruk manusia. Oleh karena itu orang-orang yang beriman kepada qada dan qadar mereka merasakan ketentraman dan kedamaian jiwa.

2.2 Dasar-dasar Akidah Islam Dasar dari akidah Islam adalah al-Quran dan Hadits. Al-Quran dan Hadits/Sunnah Rasul merupakan dua perkara yang diwariskan kepada umat Islam oleh Nabi Muhamad SAW, untuk dijadikan pedoman hidup umat Islam dalam kehidupan sehari-hari, dalam segala tingkah laku dan perbuatan.

10

Adapun penjelasan dari masing-masing dasar aqidah Islam tersebut adalah sebagai berikut; 1. Al-Quran Al-Qur'an adalah firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan dasar pokok akidah Islam yang paling utama. Al-Quran menjelaskan tentang segala hal yang ada di alam semesta ini, dari yang jelas sampai hal yang ghaib termasuk masalah-masalah yang berkaitan dengan ajaran pokok tentang keyakinan dan keimanan. Sedangkan dasar-dasar akidah yang harus diimani oleh setiap muslim di antaranya QS an-Nisa/4 : 136

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An- Nisa / 4 :136) 2. Al-Hadits

11

Hadits adalah segala ucapan, perbuatan dan takrir (sikap diam) Nabi Muhammad SAW. Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa hadits adalah hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an, baik sebagai sumber hukum dalam akidah ataupun dalam segala persoalan hidup manusia. Hadits memiliki fungsi sebagai pedoman yang menjelaskan masalah-masalah yang ditetapkan di dalam al-Quran yang masih bersifat umum. Setidaknya ada dua alasan bahwa Hadits merupakan pedoman akidah Islam, yaitu : a. Hadits yang bersumber dari Nabi Muhamad SAW, tidaklah semata-mata keluar dari hawa nafsu. Akan tetapi semata-mata berasal dari wahyu Allah SWT Sebagaimana ditegaskan QS. an-Najm/53 :3-5.

Artinya : Dan tidaklah mengucapkan dari hawa nafsu. Tetapi yang diucapkan tidak lain hanya dari wahyu yang diwahyukan. Yang diajarkan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat. ( QS. An Najm/53 : 3 5 ). Ayat tersebut berisi peringatan keras kepada orang-orang yang masih meragukan kebenaran Islam yang beliau sampaikan. Dengan adanya ayat tersebut, manusia diharapkan untuk memercayai dengan sepenuh hati bahwa apa-apa yang diucapkan oleh Rasulullah SAW benar-benar berasal dari Allah SWT, bahwa Rasulullah SAW memiliki sifat shidiq (benar). b. Allah SWT telah memberi petunjuk kepada manusia agar mengakui kebenaran yang disampaikan Rasulullah SAW. Sebagaimana firman-Nya dalam Q.S. Al-Hasyr/59: 7 yang artinya:

12

apa

yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa

yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya

Apa-apa yang disampaikan Rasulullah SAW. kepada manusia adalah petunjuk hidup dari Allah SWT. Termasuk akidah Islam. Oleh karena itu, setiap setiap orang yang mengaku beriman kepada Rasul wajib mengikuti akidah yang diajarkan Rasulullah SAW. c. Banyak Hadits yang menjelaskan maksud beberapa ayat Al-qur'an yang masih bersifat global, termasuk masalah akidah Islam. Contohnya Allah swt berfirman sebagai berikut: Artinya: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun (Q.S. An-Nisa'/4: 36) Ayat diatas berisi perintah untuk menyembah Allah saja dan larangan menyekutukan Dia dengan apa pun, tetapi tidak dijelaskan bagaimana cara menyembah Allah dan bagaimana pula sikap yang tidak tergolong mempersekutukan Dia. Tata cara menyembah Allah dan bentuk-bentuk perbuatan menyekutukan Allah dapat dipahami melalui hadits Nabi Muhammad SAW. Oleh sebab itu, hadits dapat memperjelas maksud ayat Al-Qur'an. Di dalam hadits disebutkan bahwa bentuk-bentuk menyekutukan Allah, antara lain memuja patung, minta tolong kepada roh nenek moyang, dan membuat sesaji untuk jin dan setan.

13

2.3. Tujuan akidah islam Dengan adanya pondasi akidah islam seperti yang telah dipaparkan diatas,tujuan yang dicapai adalah; 1. Melluruskan dan mengikhglaskan niat dan ibadah kepada Allah SWT. Karena dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu baginya, tujuan dari ibadah hanya diperuntukan kepada Nya. 2. Membebaskan akal dan pikiran dari kosongnya hati. 3. Ketenangan jiwa dan pikiran. 4. Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dasar dari ibadah ini dalah adalah mengimani para rasul mengikuti jalan merekan yang lurus. 5. Bersungguh-sungguh dalam beramal baik dengan mengharapbalasan dari Allah SWT, serta menjauhi perbuatan dosa karena takut akan balasanya. 6. Mencintai umat yang kuat serta menjalin rasa kesatuan yang kuat sesama umat, dan berjuang menegkkan agama Allah. 7. Meraih kebahagiaan dunia dan akherat dengan beramal sholeh demi meraih pahala dan kemuliaan.

2.4. Hubugan Iman, Islam Dan Ikhsan Iman, islam, dan ikhsan merupakan suatu bagian yang tidak bisa di pisahkan antara satu dengan lainya. Hal ini dijelaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan ole imam muslim yaitu

Artinya: Dari Umar r.a. beliau berkata pada suatu hari ketika kami duduk

14

didekat Rasulullah SAW tiba-tiba muncul seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih dan rambutnya sangat hitam. Pada dirinya tidak tampak bekas dari perjalalan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Kemudian dia duduk dihadapan Nabi, lalu menempelkan kedua lututnya kelutut Nabidan meletakkan kedua tanganya diatas kedua pahanya kemudian berkata; wahai Muhammad, terangkanlah kepadaku tentang Islam, Rasulullah menjawab, islam yaitu hendaklah kamu mengucapkan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, dan sesungguhnya muhammad adalah ututsan Allah, hendaklah kamu mendirikan sholat, membayar zakat, menunaikan puasa dibulan ramadhan dan mengerjakan haji jika kamu orang yang mampu, orang itu berkata engkau benar, kami heran dia yang bertanya dan dia pula yang membenarkan. Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman. Rasulullah menjawab; hendaklah kamu beriman kepada Allah, keppada malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari akhir, dan hendaklah kamu beriman kepada qada dan qadar, orang tadi berkata engkau benar, lalu orang itu bertanya lagi; lalu terangkanlah kepadaku tentang ikhsan, beliau menjawab, hendaklah engkau beribadah seolah-olah engkau melihatnya, namun jika engkau tidak dapat beribadah seolah-olah melihatnya, sesungguhnya Ia melihat engkau, orang itu berkata lagi, beritahukanlah kepada kami tentang hari kiamat, beliau menjawab, orang yang ditanya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, orang itu kemudian berkata lagi; beritahukanlah kepadaku tanda-tandanya, beliau menjawab, apabila budak melahirkan tuanya, dan orang-orang baduwi yang bertelanjang kaki, yang miskin lagi mengembala domba berlomba-lomba dalam mendirikan bangunan, kemudian orang itu pergi,

15

dedang aku tetap tinggal beberapa saat lamanya, lalu nabi bersabda, wahai Umar! Tahukah engkau siapa orang y6ang bertanya itu, aku menjawab, Allah dan Rasulnyalah yang lebih tahu, lalu beliau bersabda; dia adalah Malaikat Jibril yang yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian. (HR. Muslim) Dari hadis diatas, menunjukan bahwa iman, islam, dan ikhsan, yang semuanya disebut ad-din/ agama yang mencakup 3 tingkatan, islam, iman dan ikhsan. 1. Tingkatan islam, yaitu mencakup rukun iman yang lima. 2. Tingkatan iman yaitu mencakup rukun iman yang lima 3. Ikhsan adalah sikap menyembah kepada Tuhanya dengan penuh mengharap dan keinginan, seolah olah engkau melihatnya, dan inilah derajat ikhsan yang sempurna, akan tetapi jikAa kita tidak dapat beribadah seakan-akan engkau melihatnya, maka ibadah kita merasa takut dan cemas akan siksanya, jadi tingkatan ikhsan mencakup perkara lahir dan batin, Dari uraian diatas jelas perbedaan antara islam, iman, dan ikhsan yaitu islam adal perihal ibadah (jasmaniah), iman prihal tentang keyakinan (rohaniah), dan ikhsan yaitu mencakup kedua-duanya (lahir maupun batin) 2.5 Sebab-Sebab Penyimpangan dari Akidah yang Benar Penyimpangan dari akidah yang benar adalah sumber petaka dan bencana. Seseorang yang tidak mempunyai akidah yang benar maka sangat rawan termakan oleh berbagai macam keraguan dan kerancuan pemikiran, sampai-sampai apabila mereka telah berputus asa maka mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara yang sangat mengenaskan yaitu dengan bunuh diri. Sebagaimana pernah kita dengar ada remaja atau pemuda yang gantung diri gara-gara diputus pacarnya.

16

Begitu pula sebuah masyarakat yang tidak dibangun di atas fondasi akidah yang benar akan sangat rawan terbius berbagai kotoran pemikiran materialisme (segala-galanya diukur dengan materi), sehingga apabila mereka diajak untuk menghadiri pengajian-pengajian yang membahas ilmu agama mereka pun malas karena menurut mereka hal itu tidak bisa menghasilkan keuntungan materi. Jadilah mereka budak-budak dunia, shalat pun mereka tinggalkan, masjid-masjid pun sepi seolah-olah kampung di mana masjid itu berada bukan kampungnya umat Islam. Alangkah memprihatinkan, wallaahul mustaaan (disadur dari At Tauhid Li Shaffil Awwal Al Aali, hal. 12) Oleh karena peranannya yang sangat penting ini maka kita juga harus mengetahui sebab-sebab penyimpangan dari akidah yang benar. Di antara penyebab itu adalah:
1. Bodoh terhadap prinsip-prinsip akidah yang benar. Hal ini bisa terjadi

karena sikap tidak mau mempelajarinya, tidak mau mengajarkannya, atau karena begitu sedikitnya perhatian yang dicurahkan untuknya. Ini mengakibatkan tumbuhnya sebuah generasi yang tidak memahami akidah yang benar dan tidak mengerti perkara-perkara yang bertentangan dengannya, sehingga yang benar dianggap batil dan yang batil pun dianggap benar. Hal ini sebagaimana pernah disinggung oleh Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu, Jalinan agama Islam itu akan terurai satu persatu, apabila di kalangan umat Islam tumbuh sebuah generasi yang tidak mengerti hakikat jahiliyah.

17

2. Taashshub (fanatik) kepada nenek moyang dan tetap mempertahankannya

meskipun hal itu termasuk kebatilan, dan meninggalkan semua ajaran yang bertentangan dengan ajaran nenek moyang walaupun hal itu termasuk kebenaran. Keadaan ini seperti keadaan orang-orang kafir yang dikisahkan Allah di dalam ayat-Nya, Dan apabila dikatakan kepada mereka: Ikutilah wahyu yang diturunkan Tuhan kepada kalian! Mereka justru mengatakan, Tidak, tetapi kami tetap akan mengikuti apa yang kami dapatkan dari nenek-nenek moyang kami (Allah katakan) Apakah mereka akan tetap mengikutinya meskipun nenek moyang mereka itu tidak memiliki pemahaman sedikit pun dan juga tidak mendapatkan hidayah? (QS. Al Baqarah: 170) 3. Taklid buta (mengikuti tanpa landasan dalil). Hal ini terjadi dengan mengambil pendapat-pendapat orang dalam permasalahan akidah tanpa mengetahui landasan dalil dan kebenarannya. Inilah kenyataan yang menimpa sekian banyak kelompok-kelompok sempalan seperti kaum Jahmiyah, Mutazilah dan lain sebagainya. Mereka mengikuti saja perkataan tokoh-tokoh sebelum mereka padahal mereka itu sesat. Maka mereka juga ikut-ikutan menjadi tersesat, jauh dari pemahaman akidah yang benar.
4. Berlebih-lebihan dalam menghormati para wali dan orang-orang saleh.

Mereka mengangkatnya melebihi kedudukannya sebagai manusia. Hal ini benar-benar terjadi hingga ada di antara mereka yang meyakini bahwa tokoh yang dikaguminya bisa mengetahui perkara gaib, padahal ilmu gaib

18

hanya Allah yang mengetahuinya. Ada juga di antara mereka yang berkeyakinan bahwa wali yang sudah mati bisa mendatangkan manfaat, melancarkan rezeki dan bisa juga menolak bala dan musibah. Jadilah kubur-kubur wali ramai dikunjungi orang untuk meminta-minta berbagai hajat mereka. Mereka beralasan hal itu mereka lakukan karena mereka merasa sebagai orang-orang yang banyak dosanya, sehingga tidak pantas menghadap Allah sendirian. Karena itulah mereka menjadikan wali-wali yang telah mati itu sebagai perantara. Padahal perbuatan semacam ini jelas-jelas dilarang oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau bersabda, Allah melaknat kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur-kubur Nabi mereka sebagai tempat ibadah. (HR. Bukhari). Beliau memperingatkan umat agar tidak melakukan

sebagaimana apa yang mereka lakukan Kalau kubur nabi-nabi saja tidak boleh lalu bagaimana lagi dengan kubur orang selain Nabi ?
5. Lalai dari merenungkan ayat-ayat Allah, baik ayat kauniyah maupun

quraniyah.

Ini terjadi

karena

terlalu

mengagumi

perkembangan

kebudayaan materialistik yang digembar-gemborkan orang barat. Sampaisampai masyarakat mengira bahwa kemajuan itu diukur dengan sejauh mana kita bisa meniru gaya hidup mereka. Mereka menyangka kecanggihan dan kekayaan materi adalah ukuran kehebatan, sampaisampai mereka terheran-heran atas kecerdasan mereka. Mereka lupa akan kekuasaan dan keluasan ilmu Allah yang telah menciptakan mereka dan memudahkan berbagai perkara untuk mencapai kemajuan fisik semacam

19

itu. Ini sebagaimana perkataan Qarun yang menyombongkan dirinya di hadapan manusia, Sesungguhnya aku mendapatkan hartaku ini hanya karena pengetahuan yang kumiliki. (QS. Al Qashash: 78). Padahal apa yang bisa dicapai oleh manusia itu tidaklah seberapa apabila dibandingkan kebesaran alam semesta yang diciptakan Allah Taala. Allah berfirman yang artinya, Allah lah yang menciptakan kamu dan perbuatanmu. (QS. Ash Shaffaat: 96)
6. Kebanyakan rumah tangga telah kehilangan bimbingan agama yang benar.

Padahal peranan orang tua sebagai pembina putra-putrinya sangatlah besar. Hal ini sebagaimana telah digariskan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi. (HR. Bukhari). Kita dapatkan anak-anak telah besar di bawah asuhan sebuah mesin yang disebut televisi. Mereka tiru busana artis idola, padahal busana sebagian mereka itu ketat, tipis dan menonjolkan aurat yang harusnya ditutupi. Setelah itu mereka pun lalai dari membaca Al Quran, merenungkan makna-maknanya dan malas menuntut ilmu agama.
7. Kebanyakan media informasi dan penyiaran melalaikan tugas penting

yang mereka emban. Sebagian besar siaran dan acara yang mereka tampilkan tidak memperhatikan aturan agama. Ini menimbulkan fasilitasfasilitas itu berubah menjadi sarana perusak dan penghancur generasi umat Islam. Acara dan rubrik yang mereka suguhkan sedikit sekali menyuguhkan bimbingan akhlak mulia dan ajaran untuk menanamkan

20

akidah yang benar. Hal itu muncul dalam bentuk siaran, bacaan maupun tayangan yang merusak. Sehingga hal ini menghasilkan tumbuhnya generasi penerus yang sangat asing dari ajaran Islam dan justru menjadi antek kebudayaan musuh-musuh Islam. Mereka berpikir dengan cara pikir aneh, mereka agungkan akalnya yang cupet, dan mereka jadikan dalil-dalil Al Quran dan Hadits menuruti kemauan berpikir mereka. Mereka mengaku Islam akan tetapi menghancurkan Islam dari dalam. (disadur dengan penambahan dari At Tauhid li Shaffil Awwal Al Aali, hal. 12-13).

2.6 Kedudukan Akidah yang Benar Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan kunci diterimanya amalan. Hal ini sebagaimana ditetapkan oleh Allah Taala di dalam firman-Nya:

Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya hendaklah dia beramal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Nya dalam beribadah kepada-Nya. (QS. Al Kahfi: 110)

21

Allah taala juga berfirman,

Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi. (QS. Az Zumar: 65) Ayat-ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa amalan tidak akan diterima apabila tercampuri dengan kesyirikan. Oleh sebab itulah para Rasul sangat

memperhatikan perbaikan akidah sebagai prioritas pertama dakwah mereka. Inilah dakwah pertama yang diserukan oleh para Rasul kepada kaum mereka; menyembah kepada Allah saja dan meninggalkan penyembahan kepada selainNya. Hal ini telah diberitakan oleh Allah di dalam firman-Nya:

22

Dan sungguh telah Kami utus kepada setiap umat seorang Rasul yang menyerukan Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allah) (QS. An Nahl: 36) Bahkan setiap Rasul mengajak kepada kaumnya dengan seruan yang serupa yaitu, Wahai kaumku, sembahlah Allah. Tiada sesembahan (yang benar) bagi kalian selain Dia. (lihat QS. Al Araaf: 59, 65, 73 dan 85). Inilah seruan yang diucapkan oleh Nabi Nuh, Hud, Shalih, Syuaib dan seluruh Nabi-Nabi kepada kaum mereka. Nabi shallallahu alaihi wa sallam menetap di Mekkah sesudah beliau diutus sebagai Rasul selama 13 tahun mengajak orang-orang supaya mau bertauhid (mengesakan Allah dalam beribadah) dan demi memperbaiki akidah. Hal itu dikarenakan akidah adalah fondasi tegaknya bangunan agama. Para dai penyeru kebaikan telah menempuh jalan sebagaimana jalannya para nabi dan Rasul dari jaman ke jaman. Mereka selalu memulai dakwah dengan ajaran tauhid dan perbaikan akidah kemudian sesudah itu mereka menyampaikan berbagai permasalahan agama yang lainnya (lihat At Tauhid Li Shaffil Awwal Al Aali, hal. 9-10). 2.7 Tujuan Aqidah Islami Akidah Islam mempunyai banyak tujuan yang baik yang harus dipegang teguh, yaitu :

23

1.

Untuk mengihlaskan niat dan ibadah kepada AllahI semata. Karena Dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu bagiNya, maka tujuan dari ibadah haruslah diperuntukkan hanya kepadaNya.

2.

Membebaskan akal dan pikiran dari kekacauan yang timbul dari kosongnya hati dari akidah. Karena orang yang hatinya kosong dari akidah ini, adakalanya kosong hatinya dari setiap akidah serta menyembah materi yang dapat di indera saja dan adakalanya terjatuh pada berbagai kesesatan akidah dan khurafat.

3. Ketenangan jiwa dan pikiran, tidak cemas dalam jiwa dan tidak goncang

dalam pikiran. Karena akidah ini akan menghubungkan orang mukmin dengan Penciptanya lalu rela bahwa Dia sebagai Tuhan yang mengatur, Hakim yang membuat tasyri'. Oleh karena itu hatinya menerima takdirNya, dadanya lapang untuk menyerah lalu tidak mencari pengganti yang lain
4.

Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermuamalah dengan orang lain. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani para Rasul, dengan mengikuti jalan mereka yang lurus dalam tujuan dan perbuatan.

5. Bersungguh-sungguh dalam segala sesuatu dengan tidak menghilangkan

kesempatan beramal baik, kecuali digunakannya dengan mengharap pahala. Serta tidak melihat tempat dosa kecuali menjauhinya dengan rasa takut dari siksa. Karena diantara dasar akidah ini adalah mengimani kebangkitan serta balasan terhadap seluruh perbuatan.

24

"Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (sesuai) dengan yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan." (QS. Al An'am : 132). Nabi Muhammad SAW juga menghimbau untuk tujuan ini dalam sabdanya :

"Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah. Dan pada masing-masing terdapat kebaikan. Bersemangatlah terhadap sesuatu yang berguna bagimu serta mohonlah pertolongan dari Allah dan janganlah lemah. Jika engkau ditimpa sesuatu, maka jaganlah engkau katakan : seandainya aku kerjakan begini dan begitu. Akan tetapi katakanlah : itu takdir Allah dan apa yang Dia kehendaki dia lakukan. Sesungguhnya mengada-ada itu membuka perbuatan setan." ( HR. Muslim)
6. Menciptakan umat yang kuat yang mengerahkan segala yang mahal

maupun yang murah untuk menegakkan agamanya serta memperkuat tiang penyanggahnya tanpa peduli apa yang akan terjadi untuk menempuh jalan itu. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak raguragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang rang yang benar." (QS. Al Hujurat : 15),
7.

Meraih kebahagiaan dunia dan akhirat dengan memperbaiki individuindividu maupun kelompok-kelompok serta meraih pahala dan kemuliaan. "Barangsiapa yang mengerjakan amal baik, baik lelaki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan balasan

25

kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang paling baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An Nahl 97) Inilah sebagian dari tujuan akidah Islam, Kami mengharap agar Allah merealisasikannya kepada Kami dan seluruh umat Islam.

26

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Akidah islam adalah keyakinan yang kuat dan kokoh. akidah islam adalah ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab, iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada qohdo dan qodhar.

27

DAFTAR PUSTAKA Imam Nawawi, 1992. 40 Hadist Pilihan Terjemah Hadist Arbain Annawawiyah, Husaini Bandung.Husaini; Bandung Junaidi Hidayat, KTSP 2008, akidah akhlak Mts kelas 1, Erlangga; Bandung Departemen agama, 2004 Akidah Akhlak Mda Kelas IV Al-Ally, 2000; Al-QurAn Terjemahan,Diponegoro, Bandung Diposkan oleh akhmad mukhsin di 21.38

28

Anda mungkin juga menyukai