Anda di halaman 1dari 7

Ekspresi Sikap Komunitas Beragama (Islam) dalam melihat Globalisasi

SENI MENGAPRESIASI KARYA SEBUAH PERADABAN


Oleh : Nopriadi
Apakah karya di era globalisasi diterima semua? Haruskah ditolak semua? Haruskah dipilah-pilah? Mengapa?Bagaimana?dan Apa argumennya? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas adalah inti dari maksud tulisan ini dibuat. Ini penting mengingat saat ini tidak sedikit yang kebingungan bagaimana harus bersikap[1]. Satu sisi ada yang merasa tidak beres dengan globalisasi[2], namun di sisi lain merasa globalisasi telah berjasa untuk mempermudah kehidupan. Walhasil sebagian dari kaum muslim mengalami krisis identitas dan tidak menampakan jenis kepribadian Islam (syakshiah Islamiyah) yang khas. Semacam split personality. Fakta menunjukkan sikap terhadap karya globalisasi bermacam-macam. Ada yang terkena demam westomania. Ia menganggap semua karya peradaban Kapitalis ini harus diterima apa adanya. Semacam kenyataan sejarah yang tidak bisa ditolak. Contohnya kalangan liberal moderat dan fanatik. Adapula yang secara membabi buta menolak apapun kalo itu menurut mereka berbau Barat. Pola sikap seperti ini semestinya tidak terjadi pada diri seorang muslim, mengingat keyakinan yang dimilikinya adalah Dien yang sempurna. Islam bukan sekedar agama tapi sudah menjadi way of life (cara hidup) yang komplit dan mengurusi seluruh aspek kehidupan[3]. Ini secara de facto dan de yure Islam berbeda dengan agama lain, seperti Kristen, Katolik, Budha, Hindu ataupun Yahudi yang lebih banyak berbicara moral keagamaan atau hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan pribadi antar manusia.[4] Sejauh yang penulis pahami Islam adalah satu-satunya agama yang dapat memberikan kaca mata secara jernih, komprehensif dan detil kepada pemeluknya untuk menyikapi berbagai persoalan kehidupan seperti menyangkut perekonomian, politik, pemerintahan, budaya, hukum dsb. Jadi seorang muslim seharusnya lebih percaya diri dan bersikap elegan ketika menyikapi gemerlapnya karya globalisasi. Diharapkan dengan tulisan ini kita dapat melihat dengan jernih, mendudukannya secara tepat dan bersikap secara cerdas terkait dengan masalah adopsi karya dari sebuah peradaban yang bernama globalisasi. Mudah-mudahan dapat memberikan sedikit pencerahan dan kita selalu dalam ridha dari Allah SWT.

Manusia butuh akan idea dan sarana fisik


Idea dan sarana fisik adalah dua hal yang sepanjang masa diproduksi dan digunakan oleh manusia dalam rangka memenuhi keinginan, kebutuhan maupun menyelesaikan problematika kehidupannya. Dengan keduanya manusia berharap dapat menjalani kehidupan secara normal. Globalisasi harus diakui telah melahirkan pertumbuhan idea dan sarana fisik secara luar biasa, disamping berjasa secara masif menyebarkannya kepada manusia untuk dikonsumsi. Yang dimaksud dengan idea di sini bisa berupa gagasan, konsep, persepsi atau produk pemikiran yang ada dalam benak manusia. Ia bisa bersumber dari pemikiran manusiaun sich, atau bersumber dari wahyu (kitab suci). Biasanya ia dituangkan secara lisan, tulisan atau diwujudkan dengan tindakan/perbuatan. Contoh dari idea adalah gagasan tentang demokrasi, hak azasi manusia, perdagangan bebas, konsep welfare state, neoliberalism, sistem parlemen, liberalisme laissez-faire, trias politica, zakat, haji, jihad, konsep tentang komunikasi efektif, kepemimpinan transformasional, managemen strategis, konsep pengobatan herbal, hipnoterapis, hukum relativitas Einstein maupun hukum mekanika Newton. Termasuk idea di sini adalah karya-karya seperti The 8th Habit-nya Steven Covey,Good to Great-nya Jim Collins, Tao Te Ching-nya Lao Tzu, Psyco-Cybernetics-nya Maxwell

Maltz, The Alchemist-nya Paulo Coelho, The Wealth of Nations-nya Adam Smith,The Social Contractnya Rousseau, Ar-Risalah-nya Imam Syafi, Muqoddimah-nya Ibnu Khaldun, Bulugul Maram-nya Ibnu Hajar Atsqolani, Ahkamul Shultoniyah-nya Imam Al-Mawardi, Nidzhom al Islam-nya Taqiyuddin AnNabnahi, maupun How to Win Friends and Influence People-nya Dale Carenegie. Semua ini adalah idea yang dihasilkan, dikembangkan dan diaplikasikan oleh manusia untuk memenuhi keinginan, kebutuhan danproblem solving kehidupannya. Sementara yang dimaksud dengan benda atau sarana fisik adalah hal-hal yang memiliki wujud dan bisa diindera secara langsung maupun tak langsung. Ia terbentuk bisa karena campur tangan manusia, bisa pula secara alamiah terbentuk melalui mekanisme alam. Namun yang menjadi perhatian kita di sini adalah sarana fisik yang dihasilkan melalui kreasi manusia, seperti komputer, internet, laptop, webcam, microprocessor, patung, washing machine, salib, televisi, kaligrafi Islam, masjid, vihara, gereja, baju bikhu, kipas angin, reaktor nuklir, satelit ikonos, radar, pesawat terbang dan lain sebagainya. Sementara benda fisik seperti udara, air, gunung, cahaya matahari dan lain sebagainya tidak termasuk dalam pembahasan.

Peradaban dominan sebagai trend setter idea dan sarana fisik


Kenyataan menunjukkan bahwa peradaban dominan akan menjadi trend setter bagi peradaban yang lain dalam hal produksi serta aplikasi idea dan sarana fisik. Dulu di masa Romawi berkuasa apa-apa yang berasal dari Romawi diadopsi oleh negara lainnya, seperti konsep hukum yang tertuang dalam corpus juris[5]. Kodifikasi hukum ala Romawi ini diadopsi oleh banyak manusia pada zaman kejayaannya. Ketika Islam berkuasapun, fiqhtidak hanya dipelajari oleh muslim, tapi menjadi minat banyak kalangan. Saat ini Kapitalis menjadi peradaban dominan yang mewarnai era global. Bahkan tidak berlebihan bila mengatakan globalisasi sebagai globocapitalism. Dengan demikian sarana fisik maupun idea yang berasal dari negara Capitalism menjadi trend dan digemari di seluruh pelosok dunia. Lihat saja Mac Donald, KFC, Pizza Hut, Cola, Pepsi, lagu Barat, film-film Holly Wood dan berbagai produk teknologi. Tidak cuma itu, idea yang berasal atau dikembangkan dari negara Kapitalis Barat saat ini menjadi paradigma atau terms of reference umat manusia di seluruh dunia. Ini bisa dibuktikan dengan melihat kenyataan berbondong-bondongnya umat manusia, termasuk kaum muslimin, yang belajar ke negara Barat untuk mendalami berbagai masalah pemikiran, agama, hukum, politik, ekonomi, seni, manajemen, psikologi, sains-teknologi dan berbagaitsaqofah dan disiplin ilmu lainnya. Harvard Business School, Massachushate International Technology (MIT), Oxford University, Cambridge University, Chicago University, McGills Institute of Islamic Studies dan California University adalah sedikit dari sekian banyak sekolah yang digandrungi dan dijadikan impian para scholar maupun calon scholar dari berbagai negeri, termasuk dari negeri-negeri Islam. Jutaan orang telah berhasil membanjiri berbagai university, institute atau college tersebut, namun yang antri dan yang hanya bisa bermimpi jumlahnya jauh lebih banyak lagi. Hal ini membawa kita pada ingatan masa lalu dimana dunia Islam pernah menjadi tempat pelancong ilmu dari Eropa, Asia dan dari berbagai penjuru dunia lainnya. Madrasah[6],Kuttab[7] banyak sekali bertebaran di negeri Islam, begitupun halaqoh[8] yang didirikan oleh para khalifah. Banyak lembaga pendidikan yang tersebar di kota-kota seperti Baghdad, Damaskus, Kairo,Granada, Seville, Pisa, Malaga, Cordoba dan lainnya. Beberapa sekolah tinggi yang terkenal di antaranya Mustansiriah, Nidhamiyyah, Sarwiyyah, an-Nuriah,Khawja Najamuddin dan Darb-i-Mahan. Tempat ini membahas berbagai cabang ilmu, dari masalah agama sampai maslah ilmu pengetahuan umum seperti matematika,geografi, sejarah dan kedokteran. Kenyataan lain yang menunjukkan bahwa Kapitalis Barat menjadi kiblatnya idea adalah melimpahnya toko-toko buku atau perpustakaan yang menyediakan buku-buku orisinil maupun hasil terjemahan dari

negara Kapitalis barat. Buku-buku mereka digemari dan menjadi koleksi yang diburu, persis seperti para remaja menggandrungi para selebriti dari HollyWood. Buku-buku ini mengupas hampir seluruh sendi kehidupan seperti masalah motivasi personal, konsep kebahagiaan, konsep kesehatan, membangun keluarga bahagia, kiat sukses dalam bisnis, ilmu retorika, konsep politik, pemerintahan, ekonomi, HAM, demokrasi,civil society, kedokteran, fisika, dan lain sebagainya. Karya-karya mereka ini tidak hanya menjadi kebutuhan, namun menjadi karya favorite di kalangan pemuda muslim. Sama halnya dengan sejarah Islam. Dulu toko buku dan perpustakaan tersebar di berbagai kota, seperti di Baghdad, Kairo, Cordova, Toledo, Sharaz, Merv, Mosul,Basrah, Fez, tunis dan lain sebagainya. Mehdi Nakosteen mencatat di Baghdad saja ada 36 perpustakaan, diantaranya Bayt Al-Hikmah, perpustakaan Umar Al-Waqidi, Dar Al-Ilmi, Nizamiyah, perpustakaan Madrasah Mustansiriyah, AlBaiqani, Muhammad Ibn Al-Husain, Ibnu Kamil. Perpustakaan-perpustakaan ini menyediakan banyak buku dari berbagai disiplin ilmu serta dinikmati oleh siapa saja, baik muslim maupun non-muslim dari berbagai penjuru negeri. Dari deskripsi singkat di atas dapatlah disimpulkan bahwa sebuah peradaban yang dominan secara sunatullah akan menjadi rujukan dan kiblat dalam masalah sarana fisik dan idea. Dalam era global ini, harus diakui, Kapitalis-Barat yang menjadi rujukan utama. Ia menjadi dominan dalam peradaban ini. Sebelumnya Islam juga pernah menjadi rujukan idea dan sarana fisik, yaitu pada saat menjadi super power dunia selama 13 abad.

Mengambil sikap atas kreasi Globalisasi


Idea dan sarana fisik, masing-masing, dapat dipetakan menjadi dua macam. Ada idea yang lahir dari pandangan hidup atau ideologi tertentu (yang selanjutnya disebut hadharoh), sehingga bersifat valuelead. Contohnya seperti konsep demokrasi, HAM, trias politica, konsep trinitas, konsep zakat, jihad, diyat, jizyah, maupun konsep-konsep lain yang terkait dengan sistem ekonomi, sistem politik, sistem pemerintahan, sistem perundangan dsb.Hadharah ini merupakan sekumpulan persepsi tentang kehidupan. Ada pula idea yang bersifat value- free, tidak dipengaruhi pandangan hidup tertentu. Contohnya seperti kebanyakan konsep dalam masalah manajemen, administrasi dan sains-teknologi. Hal ini kita sebut saja sebagai ilmu pengetahuan. Kemudian ada sarana fisik yang bersifat umum (madiyah am) yang tidak khas pandangan hidup tertentu seperti komputer, hp, pesawat, jaringan komputer, fiber optik, sensor, kereta api, mobil, pesawat terbang, kaca mata, penggaris, motor, mobil dsb. Ada pula sarana fisik yang bersifat khas (madiyah khoz), dipengaruhi oleh hadharoh tertentu seperti patung, salib, kaligrafi Qurn, baju bikhu dan sebagainya. Tabel berikut untuk memetakan idea dan sarana fisik yang ada di sekitar manusia. Peta Idea dan Sarana Fisik Idea Sarana fisik Hadharoh (Value- Madiyah Khoz Lead Idea) Ilmu pengetahuan Madiyah Am (Value-Free Idea)

Macam Terpengaruh pandangan hidup Tidak terpengaruh pandangan hidup

Dengan pemetaan di atas manakah yang boleh dan tidak boleh digunakan/diadopsi oleh seorang muslim? Kreasi peradaban manakah yang bisa ditolerir atau tidak sama sekali? Yang boleh diadopsi/digunakan oleh seorang muslim adalah ilmu pengetahuan (value-free idea) dan madaniyah m . Alasannya karena tidak terpengaruh pandangan hidup lain dan bersifat

universal yang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja. Sementara madaniyah khoz danhadharoh (value-lead idea) dilarang untuk mengambil dan mengadopsinya. Alasannya karena berasal atau dipengaruhi oleh pandangan hidup asing (yang berseberangan dengan Islam). Membolehkan dan tidak membolehkan ini tidak didasari oleh pandangan sempit dengan pertimbangan maslahat-mudharat versi kecenderungan hati manusia. Namun, harus dengan hujjah atau argumentasi syar. Artinya Quran dan Hadits Rasulullah SAW dijadikan rujukan untuk melihat segala sesuatu boleh ataukah tidak. Inipun bagi yang masih percaya dan meyakini Qurn dan Hadits sebagai dua sumber hukum otoritatif yang dibawa oleh Rasululullah saw. Pertimbangan manfaat dan mudharat un sich adalah cara berpikir yang sangat tidak standar bagi seorang muslim. Pola pikir seperti ini primitif dan naif karena segala sesuatu dilihat dari kecenderungan hati (sangat tipis dibedakan dengan kecenderungan nafsu). Pertimbangan atau penempatan masalah maslahat dan mudharat Insya Allah akan dikupas secara tuntas di lain kesempatan. Bolehnya menggunakan madiyah m dan Ilmu pengetahuan bisa dilihat bagaimana praktek Rasulullah saw dan para sahabat. Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan akan teknologi, Rasulullah saw pernah mengirim dua orang sahabat, yaitu: rwah Ibnu Masud dan Ghailan Ibnu Maslamahke kota Jarasy di Yaman untuk mempelajari pembuatan peralatan perang yang bernama Dabbaabah[9], setelah beliau mengetahui bahwa alat tersebut mampu digunakan untuk menerobos benteng lawan.[10] Begitupun dalam perang khandaq. Kaum muslimin menggunakan strategi parit yang diusulkan oleh sahabat Salman Al-Farisi untuk membentengi kota Madinah dari serangan musuh. Metode ini diadopsi dari Persia dan belum dikenal oleh Rasul dan para sahabat. Umar bin Khattab adalah orang yang pertama kali membuat diwan di dalam sejarah Islam. Hal ini diteruskan oleh kaum muslimin. Setelah Islam menguasai Irak maka diwanul istiifa(instansi pengumpul harta fai). Sejak itu instansi pengumpul harta mulai berjalan seperti praktek yang terjadi sebelumnya di sana. Di daerah Syam, diwan mempergunakan gaya romawi, karena Syam-ketika itu-merupakan bagian dari kerajaan Romawi. Sedangkan diwan Irak mempergunakan gaya Persia, karena Irak-ketika itumerupakan bagian dari kerajaan Persia. Dari peristiwa di atas dapatlah kita simpulkan bahwa madiyah m dan ilmu pengetahuan(value-free idea) adalah boleh untuk diadopsi atau digunakan. Secara umum ia bersifat universal. Karena itu segala ilmu pengetahuan maupun produk dari sains teknologi bersifat boleh untuk dipakai. Kaum muslimin tidak dilarang belajar dan menggunakan internet, laptop, web cam, head phone, microphone, software microsoft, linux, mouse, roket, hukum fisika Einstein, hukum mekanika kuantum, thermodinamika, radar, telekomunikasi, sistem administrasi, managemen organisasi, ilmu menanak nasi ala Cina, menggoreng telur ala Eropa, ilmu retorika dan lain sebagainya. Bahkan status hukum sebagian ilmu tadi hukumnya fardhu kifayah, dan bisa menjadi fardhu ain dalam kondisi tertentu. Al-Imam Al-Ghazali berkata : Apabila ilmu dan karya-karya yang dimiliki non muslim lebih baik dan lebih utama dari yang dimiliki kaum muslimin, maka kaum musimin berdosa dan kelak mereka dituntut atas kelalaian itu Sad Hawwa menjelaskan pandangannya : Kami mencatat ada ribuan ilmu pengetahuan yang semuanya paling tidak dianggap fardhu kifayah bagi umat Islam, fardhu kifayah bukan berarti hanya sebatas orang yang mengetahui (melakukannya) saja, tetapi harus ada kelompok orang yang memenuhi kebutuhan umat. Ini berarti tidak cukup adanya tenaga ahli dalam ilmu atom/nuklir saja, tetapi harus ada industri pengembangannya supaya umat tidak terkena

dosa. Jadi harus ada tenaga-tenaga ahli dan harus ada reaktornya, sehingga dengan demikian terhindalah umat dari dosa Ibnu Taimiyyah menegaskan lagi: Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat fardhu kifayah apabila tidak dilaksanakan akan berubah menjadi fardhu in , terutama bila yang lain tidak mampu mengerjakannya. Kalau masyarakat membutuhkan tenaga pertanian, tekstil atau teknik sipil maka itu merupakan tugas wajib yang bisa dipaksakan penguasa apabila ahlinya menolak Namun para pekerja harus diberi imbalan yang layak dan pemerintahan tidak boleh memberi kesempatan orang untuk berbuat kezaliman dengan mengurangi imbalan/hak mereka. Sementara argumen tidak diterimanya hadharoh dan madaniyah khoz yang bertentangan dengan Islam bisa dilihat dari beberapa peristiwa berikut : Suatu saat Umar bin al-Khattab membawa sobekan Taurah, dan Rasulullah saw menunjukkan rasa marahnya dengan mengatakan : Apa (yang kamu bawa) ini, bukankah aku gtelah membawa (al-Kitab) yang jelas dan jernih? Kalau seandainya saudaraku Musa as hidup pada zamanku, tentu beliau tidak akan susah-susah lagi, kecuali mengikutiku(HR Ahmad dan al-Bazzar dari Jabir). Disamping itu, hal ini diperkuat dari beberapa nash, diantaranya: Siapa saja yang mengambil selain Islam sebagai Dien, maka tidak akan pernah diterima(Q.S AliImran:85) Apakah hukum jahiliyah yang mereka ambil? Dan hukum siapakah yang lebih baik dari hukum Allah bagi orang-orang yang beriman (Q.S Al-Maidah: 50) Dengan demikian kaum muslimin dilarang mengadopsi dan memakai madaniyah khozseperti patung, salib, baju bikhu, lukisan porno. Dilarang pula mengadopsi hadharah seperti sistem demokrasi (kedaulatan di tangan rakyat), sistem hukum Barat, sistem sosial Barat, sistem pemerintahan Barat, sistem ekonomi dan sistem keuangan Barat, trinitas, budaya free sex, homo seksual, pluralisme dan lain sebagainya. Perlu juga dicatat di sini adalah bahwa menolak hadharoh asing bukan berarti larangan untuk mempelajari dan mendalaminya. Boleh mempelajari hadharoh mana saja, apalagi untuk kepentingan penjagaan aqidah serta dakwah. Yang dilarang hanyalah mengadopsi dan meyakini hadharoh tersebut sebagai kebenaran dan lebih layak daripada hadharoh Islam.Bila Islam memiliki hadharoh yang benar dan baik, untuk apa lagi mengadopsi hadharohKapitalis? Persis seperti sikap yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada Umar bin Khattab. Bila kita berpikir positif (husnudzhon) maka satu-satunya alasan yang bisa dipahami mengapa para intelektual masih gandrung terhadap hadharoh Kapitalis adalah kegagalannya memahami hadharoh Islam yang genuine. Kebodohanya akan konsep Islam-lah yang membuat mereka masih mengagungkan hadharoh Kapitalis ini.

Penutup
Setelah bisa memetakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dalam masalah adopsi idea dan penggunaan sarana fisik, serta menyadari status hukum yang melandasinya, maka semua tergantung pada kita semua untuk memilih. Mudah-mudahan Allah swt memberi kekuatan pada kita untuk memilih berdasar standar syar, bukan pertimbangan maslahat-mudharat un sich, yang bisa menyesatkan. Bila kita

masih merasa berat untuk memilih standar syariat maka marilah kita berusaha menyempurnakan pemahaman Dien kita, serta berdo kepada Allah SWT agar dimudahkan untuk menerima konsep-konsep Islam dan menolak yang bertentangan dengannya. Mudah-mudahan kita mau secara jujur dan ikhlas dalam mempelajari Islam. InsyaAllah setelah memahami Islam secara utuh akan memunculkan rasa cinta pada peradaban Islam yang memiliki berjuta keunggulan. Dengan memahami keunggulan dan kejernihannya secara obyektif, diharapkan tumbuh rasa optimisme untuk memperjuangkan dan mengembalikan kehidupan peradaban alternatif ini. Bukankah peradaban Islam ini tidak bersikap ekslusif? Peradaban Islam tidak hanya untuk orang Islam, namun dipersembahkan untuk semua manusia.[11]. Peradaban Islam tidak hanya dinikmati oleh kaum muslim, namun juga kalangan non-muslim. Mudah-mudahan Allah swt dapat membuka mata kita, serta menghindarkan kita dari kebingungan akan globalisasi. Tanpa kaca mata yang jelas akan membuat ketergantungan akan peradaban Kapitalis tidak pernah hilang, padahal ia tidak selalu sesuai untuk kita[12]. Peradaban Kapitalis juga telah terbukti merusak kehidupan umat manusia[13]. Hati-hati! Ketergantungan terhadap ideologi kapitalis bisa jadi karena lemahnya pemahaman tentang konsep peradaban Islam yang genuine, atau karena sudah terlanjur banyak investasi (harta, waktu, tenaga, pikiran) yang dicurahkan untuk mempelajari ideologi kapitalis, atau karena sudah menjadi mata pencaharian? Mudah-mudahan Allah SWT membimbing dan menyayangi kita semua.
Makalah pada Workshop dengan tema Globalisasi, Simbol dan Identitas Keberagaman, yang diselenggarakan pada tanggal 10-11 Mei 2008 oleh Center for Religious and Cross-Cultural Studies(CRCS) Universitas Gadjah Mada dan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Kristen Duta Wacana. Anggota Hizbut Tahrir Indonesia dan Staff Pengajar di Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. [1] Apa yang terjadi di Beirut menggambarkan hal ini.Pada tahun 1997 Pusat Studi Kesatuan Arab menyelenggarakan konferensi untuk mengkaji globalisasi dan sikap yang harus diambil oleh negara-negara Arab untuk menghadapinya. Diundang puluhan ulama dan professor dari berbagai universitas. Karena persepsi tentang globalisasi simpang siur, maka yang terjadi hanya debat kusir. Walhasil konferensi tidak mengeluarkan resolusi atau rekomendasi apapun. [2] Globalization means, then, the extension of the capitalist way of life to all corners of the globe (Sosialism and Democrazy pada http://www.sdonline.org/31/eisenstein.htm) Noam Chomsky mendefinisikan globalisai sebagai "a conspiracy of the Western elite to establish private tyrannies across the world Dengan globalisasi umat manusia akan diseragamkan hidupnya dengan gaya kapitalisme ala Amerika (Neoliberal). Lihatlah apa yang dikatakan Friedman : With the end of Cold War, globalization is globalizing Anglo-American style capitalism and the Golden Straitjacket. It is globalizing American culture and cultural icons. It is globalizing the best of America and the worst of America. Perlu direnungkan apa yang dikatakan Ahmad Al Khatib dalam majalah Al-Wai edisi 128: Globalisasi bukan sekedar slogan ekonomi kapitalis dan bukan pula salah satu fenomena dalam ideologi kapitalisme yang beraneka ragam. Globalisasi adalah sebuah pemikiran ideologi kapitalisme yang komprehensif dan meliputi segenap aspek kehidupan, kendatipun yang menonjol adalah aspek ekonomi. Globalisasi merupakan serangan total peradaban kapitalis yang melanda seluruh pelosok dunia termasuk dunia Islamdan merupakan serangan yang sangat ganas dan mematikan dengan senjata modal untuk melumpuhkan seluruh bangsa di dunia, termasuk kaum muslimin.

[3] Islam adalah Dien yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Baginda Muhammad SAW untuk mengatur urusan manusia dengan Al-Khalik (dalam masalah aqidah maupun ritual ibadah), mengatur dirinya sendiri (dalam masalah makanan, minuman, pakaian, akhlaq) dan mengatur urusan antar manusia (dalam masalah politikpemerintahan, ekonomi, hukum-perundangan, sosial-budaya, politik pendidikan, politik luar negeri dan lainnya) [4] Dalam The End of History and The Last Man,Francis Fukuyama mengatakan : "Adalah benar bahwa konstitusi Islam merupakan sebuah ideologi sistemik dan koheren, seperti halnya liberalisme dan komunisme, dengan kodenya sendiri mengenai moralitas dan doktrin keadilan politik dan sosial. Seruan Islam secara potensial adalah universal, yang menjangkau semua manusia sebagai manusia dan bukan hanya untuk anggota-anggota dari kelompok etnis atau bangsa tertentu. [5] The Corpus Juris Civilis (Body of Civil Law) is the modern name for a collection of fundamental works in jurisprudence, issued from 529 to 534 by order of Justinian I, Byzantine Emperor. (Lihat http://en.wikipedia.org/wiki/Corpus_Juris_Civilis ) [6] Madrasah adalah pendidikan sekolah untuk umum, atau secara harfiah disebut tempat untuk memberikan pelajaran. Kuttab adalah lembaga pendidikan tingkat dasar yang sudah ada sejak masa Nabi. Di dalamnya diajarkan baca tulis, yang kemudian berkembang menjadi pelajaran ilmu Dien.

[7]

[8]

Halaqoh adalah model pendidikan di mana seorang guru duduk dikelilingi oleh murid-mudrid yang mendengar pelajaran guru. Halaqoh bukan pendidikan tingkat dasar, namun setara dengancollege. [9] Sejenis tank saat itu yang terdiri dari kayu tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Alat ini dipergunakan untuk menerjang pagar ataupun pintu-pintu benteng musuh atau dipergunakan untuk berlindung dari serangan musuh. [10] Lihat : Islam Bangkitlah!, karya Abdurrahman Al-Baghdadi terbitan Gema Insani Press, Jakarta, 1994. [11] Dalam The End of History and The Last Man,Francis Fukuyama mengatakan : "Adalah benar bahwa konstitusi Islam merupakan sebuah ideologi sistemik dan koheren, seperti halnya liberalisme dan komunisme, dengan kodenya sendiri mengenai moralitas dan doktrin keadilan politik dan sosial. Seruan Islam secara potensial adalah universal, yang menjangkau semua manusia sebagai manusia dan bukan hanya untuk anggota-anggota dari kelompok etnis atau bangsa tertentu. [12] Th. Sumartana, seorang pemikir Kristen di Indonesia, dalam secara jujur mengakui : "Apa yang sudah terjadi di Barat sehubungan dengan hubungan agama dan negara sesungguhnya sejak awal bercorak lokal dan berlaku terbatas, tidak universal. Dan prinsip-prinsip yang dilahirkannya bukan pula bisa dianggap sebagai resep yang mujarab untuk mengobati komplikasi yang terjadi antara agama dan negara di bagian dunia yang lain..." (Lihat Th. Sumartana, "Pengantar", dalam Robert Audi, Agama dan Nalar Sekuler dalam Masyarakat Liberal, Terbitan Yogyakarta : UII Press, 2002) [13] Beberapa karya peradaban kapitalis adalah krisis ekonomi global; politik oportunis yang tidak pro rakyat; eksploitasi sumber daya alam; kerusakan lingkungan termasuk global warming; traffickinganak dan perempuan; invansi, dan imperialisme; free sex; budaya perselingkuhan; hubungan sesama jenis; Bom atom Hiroshima dan Naga Saki; Narkoba dan ribuan deret problem kehidupan yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Q.S Ar-Ruum : 41)

Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S. Al Araf : 96).

Anda mungkin juga menyukai