Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058,059,060,063/PUU-II/2004 dan Nomor 008/PUU-III/2005 atas

Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air tanggal 19 Juli 2005, dengan hormat dilaporkan sebagai berikut : 1. Pemohon : Munarman, SH (058/PUU-II/2004) Longgena Ginting (059/PUU-II/2004) Zumrotun (060/PUU-II/2004) Suta Widhya (063/PUU-II/2004) Suyanto (008/PUU-III/2005) 2. Materi pasal yang diuji : Pasal 6 ayat (3), Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 8 ayat (2) huruf c, Pasal 9 ayat (1), Pasal 29 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 29 ayat (5), Pasal 38 ayat (2), Pasal 40 ayat (1), ayat (4) dan ayat (7), Pasal 45 ayat (3) dan ayat (4), Pasal 46 ayat (2), Pasal 91, Pasal 92 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) UU No.7 Tahun terhadap Pasal 28A, Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28F, Pasal 28I ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 3. Amar putusan : Menolak permohonan Para Pemohon 4. Pertimbangan Hukum Mahkamah Konstitusi: a. Mahkamah tidak sependapat dengan Pemohon, karena pengelolaan sumber daya air atas suatu wilayah sungai dimana sungai tersebut berada lebih dari satu kabupaten, pengelolanya adalah provinsi, dan apabila wilayah sungai tersebut melampaui terpadu. beberapa provinsi pengelolanya adalah Pemerintah pusat, sehingga pada satu wilayah sungai akan terdapat pengelolaan yang Sedangkan pengutamaan kepentingan penduduk suatu wilayah sungai yang telah dibangun saluran-saluran distribusinya, tentunya didasarkan atas pertimbangan teknis sesuai dengan peruntukan dibangunnya saluran distribusi tersebut. Namun, apabila terjadi kelebihan volume air, tentunya hal tersebut tidak menutup kemungkinan untuk disalurkan ke wilayah sungai yang lain apabila dibutuhkan, sesuai dengan masing-masing pola pengelolaan wilayah sungai. Mahkamah berpendapat Pasal 48 ayat (1) UU SDA tidak bertentangan dengan

1
www.djpp.depkumham.go.id

ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945, dan oleh karenanya permohonan Pemohon tidak cukup beralasan; b. Mahkamah berpendapat bahwa kewajiban untuk mengatur kompensasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan a quo tidaklah dimaksudkan sebagai memberikan kewajiban kepada Pemerintah atau Pemerintah Daerah untuk melakukan pembayaran. Pemerintah atau Pemerintah Daerah Dalam mengatur kompensasi dapat membebankan kepada

penerima manfaat sumber daya air, dan tidak harus ditanggung oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Pengertian mengatur kompensasi tidak sama dengan membayar kompensasi. Mahkamah berpendapat Pasal 29 ayat (5) UU SDA tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat berdasar; c. Mahkamah berpendapat bahwa UU SDA telah cukup memberi persyaratan bagi pengusahaan air untuk negara lain yang diberikan oleh Pemerintah pusat setelah mendapat rekomendasi dari Pemerintah Daerah. Pemerintah hanya dapat memberikan izin pengusahaan air untuk negara lain apabila penyediaan Kebutuhan air untuk berbagai lain, kebutuhan yaitu sendiri telah terpenuhi. sanitasi tersebut antara kebutuhan pokok, dalam UUD 1945, sehingga permohonan Pemohon untuk menyatakan Pasal 29 ayat (5) bertentangan dengan UUD 1945 tidak

lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutananan, dan keanekaragaman hayati, olah raga, rekreasi, dan pariwisata, ekosistem, estetika, serta kebutuhan lain. Hal itu berarti, memang benar-benar terjadi kelebihan air dalam suatu wilayah sungai, dan apabila kelebihan tersebut tidak dimanfaatkan maka akan mubazir. Mahkamah berpendapat bahwa pengusahaan air untuk negara lain hanya mungkin apabila benar-benar telah terjadi kelebihan air dalam suatu wilayah sungai, dari prinsip penerima manfaat membayar biaya pengelolaan harus diterapkan juga, dan kepada penerima maanfaat diwajibkan pula untuk membayar harga air tersebut harus dikenai harga air. Pendapatan negara yang berasal dari pengusahaan air untuk negara lain harus dialokasikan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat; Dengan demikian Mahkamah berpendapat bahwa Pasal 49 ayat (4) Undang-undang Sumber Daya Air tidak bertentangan dengan UUD 1945. 5. Terhadap putusan tersebut, terdapat dua hakim yang mempunyai pendapat berbeda (dissenting opinion) yaitu A. Mukthie Fadja dan Maruarar Siahaan.

2
www.djpp.depkumham.go.id

Anda mungkin juga menyukai