Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA

A. Anatomi dan Fisiologi Paru Paru-paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks (bagian atas paru-paru) dan basis. Paru-paru kanan lebih besar dari pada paru-paru kiri. Paru-paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Paru-paru kanan terbagi lagi atas 10 segmen yaitu pada lobus superior terdiri atas 3 segmen yakni segmen pertama adalah segmen apical, segmen kedua adalah segmen posterior, dan segmen ketiga adalah segmen anterior. Pada lobus medius terdiri atas 2 segmen yakni segmen keempat adalah segmen lateral, dan segmen kelima adalah segmen medial. Pada lobus inferior terdiri atas 5 segmen yakni segmen keenam adalam segmen apical, segmen ketujuh adalah segmen mediobasal, segmen kedelapan adalah segmen anteriobasal, segmen kesembilan adalah segmen laterobasal, dan segmen kesepuluh adalah segmen posteriobasal.

Paru-paru kiri terbagi atas dua lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru kiri terdiri dari 8 segmen yaitu pada lobus superior terdiri dari segmen pertama adalah segmen apikoposterior, segmen kedua adalah segmen anterior, segmen ketiga adalah segmen superior, segmen keempat adalah segmen inferior. Pada lobus inferior terdiri dari segmen kelima segmen apical atau segmen superior, segmen keenam adalah segmen mediobasal atau kardiak, segmen ketujuh adalah segmen anterobasal dan segmen kedelapan adalah segmen posterobasal.

B. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi dan darah dialirkan ke sekitar alevoli yang tidak berfungsi. Hipoksemia dapat terjadi tergantung banyaknya jaringan paru-paru yang sakit (Somantri, 2007).

C. Etiologi Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Pneumonia lobaris adalah peradangan jaringan akut yang berat yang disebabkan oleh pneumococcus. Nama ini menunjukkan bahwa hanya satu lobus paru yang terkena. Ada bermacam-macam pneumonia yang disebabkan oleh bakteri lain, misalnya bronkopneumonia yang penyebabnya sering haemophylus influenza dan pneumococcus.

D. Klasifikasi Berdasarkan klinis dan epidemiologi 1. Pneumonia komuniti (Community-acquired pneumonia= CAP)

didapat Sporadis atau endemic; muda atau orang tua. 2. Penumonia nosokomial (Hospital-acquired Pneumonia= HAP) didapat dengan didahului perawatan di RS 3. Pneumonia pada penderita immunocompromised Host didapat biasanya pada pasien transpalansi, onkologi, AIDS 4. Pneumonia aspirasi, biasanya pada Alkoholik, usia tua

Berdasarkan lokasi infeksi 1. Pneumonia lobaris Sering disebabkan aspirasi benda asing atau oleh infeksi bakteri (Staphylococcus), jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya pada aspirasi benda asing atau proses keganasan. Pada gambaran radiologis, terlihat gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram adalah udara yang terdapat pada percabangan bronchus, yang dikelilingi oleh

bayangan opak rongga udara. Ketika terlihat adanya bronchogram, hal ini bersifat diagnostik untuk pneumonia lobaris.

2. Bronko pneumonia (Pneumonia lobularis) Inflamasi paru-paru biasanya dimulai di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat dengan eksudat mukopurulen membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang bersebelahan. Penyakit ini seringnya bersifat sekunder, mengikuti infeksi dari saluran nafas atas, demam pada infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan sistem pertahanan tubuh. Pada bayi dan orang-orang yang lemah, Pneumonia dapat muncul sebagai infeksi primer.

3. Pneumonia interstisial Terutama pada jaringan penyangga, yaitu interstitial dinding bronkus dan peribronkil. Peradangan dapat ditemumkan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi perselubungan yang tidak merata

E. Manifestasi Klinis Secara umum dapat dibagi menjadi: a. Manifestasi nonspesifik infeksi ini dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. b. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, akspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih, dan sianosis. Penderita pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri. c. Tanda pneumonia berupa retraksi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.

d. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat diatas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). e. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagiam yang sakit tertinggal waktu bernafas , pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi basah kasar pada stadium resolusi.

F. Patofisiologi Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel sistem pernapasan bawah. Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan: 1. Inokulasi langsung 2. Penyebaran melalui pembuluh darah 3. Inhalasi bahan aerosol 4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah cara Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 2,0 nm melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveoli dan selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring terjadi pada orang normal waktu tidur (50%) juga pada keadaan penurunan kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse). Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia. Terdapat empat stadium anatomik dari pneumonia terbagi atas: 1. Stadium kongesti (4 12 jam pertama) Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediatormediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan

perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. 2. Stadium hepatisasi merah (48 jam selanjutnya) Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. 3. Stadium hepatisasi kelabu (konsolidasi) Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. 4. Stadium akhir (resolusi) Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan normal.

G. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik dibagi menjadi beberapa pemeriksaan yaitu : 1. Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit, biasanya >10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul, dan pada

hitungan jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED. Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20-25% penderita yang tidak diobati. Anlalisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.

2. Gambaran Radiologis Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:

Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru secara anantomis.

Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas. Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.

Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius kanan.

Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura. Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir terkena.

Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler. Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign

(terperangkapnya udara pada bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus). Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun dapat mengenai beberapa lobus.

Pneumonia Lobaris Foto Thorax

Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar. Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.

CT Scan

Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.

Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis) Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.

CT Scan

Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar sampai perifer.

Pneumonia Interstisial Foto Thorax

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial. Radiologis berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak merata.

CT Scan

Gambaran CT Scan pneumonia interstitiak pada seorang pria berusia 19 tahun. (A) Menunjukan area konsolidasi di percabangan

peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)

3. Pemeriksaan Bakteriologis Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi. Kuman yang predominan pada sputum disertai PMN yang kemungkinan penyebab infeksi.

H. Penatalaksanaan Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat dirawat dirumah. Penderita yang tidak dirawat di RS 1) Istirahat ditempat tidur, bila panas tinggi di kompres 2) Minum banyak 3) Obat-obat penurunan panas, mukolitik, ekspektoran 4) Antibiotika Penderita yang dirawat di Rumah Sakit, penanganannya dibagi menjadi 2 : Penatalaksanaan Umum

Pemberian Oksigen Pemasangan infuse untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit Mukolitik dan ekspektoran, bila perlu dilakukan pembersihan jalan nafas

Obat penurunan panas hanya diberikan bila suhu > 400C, takikardi atau kelainan jantung.

Bila nyeri pleura hebat dapat diberikan obat anti nyeri.

Pengobatan Kausal Dalam pemberian antibiotika pada penderita pneumonia sebaiknya

berdasarkan MO (Mikroorganisme) dan hasil uji kepekaannya, akan tetapi beberapa hal perlu diperhatikan:

Penyakit yang disertai panas tinggi untuk penyelamatan nyawa dipertimbangkan pemberian antibiotika walaupun kuman belum dapat diisolasi.

Kuman pathogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab sakit, oleh karena itu diputuskan pemberian antibiotika secara empiric. Pewarnaan gram sebaiknya dilakukan.

Perlu diketahui riwayat antibiotika sebelumnya pada penderita. Pengobatan awal biasanya adalah antibiotik, yang cukup manjur mengatasi pneumonia oleh bakteri., mikroplasma, dan beberapa kasus ricketsia. Kebanyakan pasien juga bisa diobati di rumah. Selain antibiotika, pasien juga akan mendapat pengobatan tambahan berupa pengaturan pola makan dan oksigen untuk meningkatkan jumlah oksigen dalam darah. Pada pasien yang berusia pertengahan, diperlukan istirahat lebih panjang untuk mengembalikan kondisi tubuh. Namun, mereka yang sudah sembuh dari pneumonia mikroplasma akan letih lesu dalam waktu yang panjang.

I. Asuhan Keperawatan pada Pasien Pneumonia A. Pengkajian Data Dasar Aktifitas Gejala: Tanda: kelemahan, kelelahan, Insomania letargi, Penurunan toleransi terhadap aktivitas

Sirkulasi Gejala: Tanda: riwayat adanya GJK kronis Takikardia, Penampilan kemerahan atau pucat

Integritas ego Gejala: Banyaknya stressor, masalah financial

Makanan/cairan Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah, Riwayat diabetes mellitus Tanda: Distensi abdomen, Hiperaktif bunyi usus, Kulit kering dengan turgor buruk, Penampilan kakeksia (malnutrisi)

Neorusensori Gejala: Tanda: sakit kepala daerah frontal (influensa) Perubahan menrtal (bingun somnolen)

Nyeri/ Kenyamanan Gejala: Sakit kepala, Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), Mialgia, artralgia Tanda: melindungi area yang sakitn (pasiennya umumnya tidur) pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan) Pernafasan Gejala: riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret

Takpenia, dispenia progresif, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesoris, pelebaran nasal Tanda: Sputum: merah mudah, berkarat, atau purulen Perkusi: pekak di atas area konsolidasi Fremitus: taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi Gesekan fliksi pleural Bunyi nafas: menurun atau tak ada diatas area yang terlibat, atau nafas brongkial Warna: pucat atau sianosis bibir/kuku

Keamanan Gejala: riwayat gangguan system imun, mis, SLE, AIDS,

penggunaan steroid atau kemotrapi, institusionalisasi, ketidak mampuan umum Demam (mis, 38,5 39.6C) Tanda: berkeringat Menggigil berulang, gemetar. Kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela Penyuluhan/Pembelajaran Gejala: Pertimbangan: 6,8 hari Rencana permulaan: Bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah Oksigen mungkin diperlukan, bila odakondisi pencetus Pemeriksaan dignostik sinar x: mengidentifikasi distribusi structural (mis, lobar, bronkial); dapat juga menyatakan abses luas/infiltrate, ampiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih. GDA/ nadi oksimentari : Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan baru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, stpilococcus aereus, Ahemolitik strepcoccus, Haemopilus influenza; CMV. Catatan : Kultur sputum dapat tak mengidentifikasi semua organism yang ada. Kultur darah dapat menunjukkan baktremia sementara. riwayat mengalami pembedahan DRG menunjukkan rerata lama riwayat

JDL: Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi firus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan

berkembangnya pneumonia bacterial Pemeriksaan serologi, mis, titer virus atau Leginella, agglutinin dingin : membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus LED: meningkat Pemeriksaan fungsi paru : Volume mungkin menurun (kogesti dan kolaps alveolar): tekanan jalan nafas mungkin meniongkat dan complain menurun. Mungkin terjadi pembebasan (hipoksemia) Elektrolit: Natrium dan kalorida mungkin rendah Bilirubin: mungkin meningkat Aspirasi perkutan/ biopsy jaringan paru terbuka : Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV); karaktristik sel raksasa (rubeolla) Prioritas Keperawatan 1. 2. 3. 4. Mempertahankan/ memperbaiki fungsi pernafasan Mencegah komplikasi Mendung proses penyembuhan Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan

Tujuan pemulangan 1. 2. 3. 4. Ventilasi dan okzigenasi adekuat untuk kebutuhan individu Komplikasi dicegah/ diminimalkan Proses penyakit/ prognosis dan program terapi dipahami Perubahan pola hidup teridentifikasi/ dilakukan untuk mencegah

kebutuhan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN HASIL KRETERIA INTERVE NSI RASIONAL

N O

Bersihan jalan nafas, tidak efektif s/d inflamasi trakebronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. Nyeri pleurtik, penurungan energy, kelemahan. Ditandai dengan: Perubahan frekuensi, kedalaman pernafasan. Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori. Dispnea, sionosis. Batuk, efektif atau tak apektif, dengan/ tanpa pruduksi sputum.

- mengidentifikasi / menunjukkan prilaku mencapai bersihan jalan nafas. m e n u n j u k k a n j a l a n n a f a s p a t e n

Mandiri Kaji frekuensi/ kedalama n pernafasa n dan gerakan dada. Auskultasi area paru, catat area penurunan atau tak ada aliran udara dan bunyi nafas adventisiu s. Mis, krekles, mengi Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan atau bantu pasien mempelaj ari melakukan batuk mis, menekan

Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi nafas bronchial (normal bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekles, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpula n cairan, secret kental, dan spasme jalan nafas/ obstruksi. Nafas dalam memudahka n ekspansi

d e n g a n b u n y i n a f a s b e r s i h , t a k a d a

dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. Penghisap an sesuai indikasi Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hr (kecuali kontra indikasi). Tawarkan air hangat, dari pada dingin Kolaborasi Bantu mengawas i efek pengobata n nebulizer dan fisiotrafi lain, mis. Spiromete r insentif, IPPB, tiupan

maksimum paru- paru / jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertaha nkan jalan nafas paten. Penekanan menurunkan ketidak nyamanan dada dan posisi duduk memungkink an upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat. Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melkukan

d i s p n e a , s i a n o s i s

botol, perkusi, drainase postural. Lakukan tindakan diantara waktu makan dan batasan cairan bila mungkin. Berikan obat sesuai indikasi: mukolitik, ekspektor an, bronkodila tor, analgesic. Berikan cairan tambahan, mis, IV, oksigen humudifika si, dan ruangan humidifika si. Awasi seri sinar x

karena batuk tak efetif atau menurun tingkan kesadaran. Cairan (khususnya yang hangat) memobilisasi dan mengeluarka n secret Memudahka n pengencaran dan pembanguna n secret. Drainase postural tidak efektif pada pneumonia intertisial atau menyebabka n eksudat alveolar/keru sakan. Koordinasi pengobatan/ jadwal dan memasukkan oral menurunkan muntah

dada, GDA, nadi, oksimetri. ( Rujuk ke DK: pertukaran gas, dangguan, 167) Bantu bronkosko pi/ torasentes is bila diindikasik an

karena batuk, pengeluaran sputum. Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengen mobilisasi secret. Analgesic diberikan untuk memperbaiki batuk dengan neburunkan ketidak nyamanan tetapi harus digunakan secara hatihati, karena da[pat menurunkan upya batuk/ menekan pernafasan Cairan diperlukan untuk menggatikan kehilangan (termasuk

yang tak nampak) dan mobilisasikan secret. Mengevaluas i kemajuan dan efek proses penyakit dan memudahka n pilihan terapi yang di perlukan. Kadangkadang diperlukan untuk membuang perlengketan mukosa, mengeluarka n sekresi parulen, dan / atau mencegah atelektasis. Kerusakan Pertukaran gas, s/d perubahan membrane alveolar kapiler (efek inflamasi). Gangguan kapasitas -menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tak ada gejala distress pernafasan. -berpartisipasi pada Mandiri Kaji frekuensi, kedalama n, dan kemudaha n bernafas. Observasi Manifestasi distress pernafasan tergantung pada / indikasi derajat keterlibatan paru dan

pembawa oksigen darah (demam, perpindahan kurva oksihemoglobin) Gannguan pengiriman oksigen (hipoventilasi) Ditandai dengan: Dispnea, sianosis Takikardia Gelisah perubahan mental Hipoksia

tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi .

warna kulit, membrane mukosa, dan kuku, catat adanya sianosis perifeir (kuku) atau sianosis sentral (sirkumora l). Kaji status mental. Awasi frekuensi jantung/ irama. Awasi suhu tubuh, sesuai indikasi. Bantu tindakan kenyaman an untuk menurunk an demam dan menggigil, mis,

status kesehatan umum. Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respons tubuhterhada po demam/ menggigil. Namun seanosis daun telinga, membrane mukosa, dan kulit sekitar mulut (membrane hangat) menunjukkan hipoksemia sistemik. Gelisah, mudah terangsang, dan somnolen dapat menunjukkan hiposemia/ penurunan oksigenasi terserebral. Takikardia

selimut tanmbaha n/ menghilan gkannya, suhu ruangan nyaman, kompres hangat atau dingin. Pertahank an istirahat tidur. Dorong mengguna kan teknik relaksasi dan aktifitas senggang. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif. Kaji

biasanya ada sebagai akibat demam/ dehidrasi tetapi dapat sebagai respon terhadap hipoksemia. Demam tinggi (Umum pada pneumonia bacterial dan influenza) sangat meningkatka n kebutuhan metabolic dan kebutuhan oksigendan mengganggu oksigenasi seluler. Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan / konsumsi oksigen untuk memudahka

tingkat ansietas. Dorong menyatak an masalah/ perasaan. Jawab pertayaan dengan jujur. Kunjungi dengan sering, atau pertemuan / kunjungan oleh orang terdekat/ pengunjun g sesuai indikasi. Observasi penyimpa nan kondisi, catat hipotensi, banyaknya jumlah sputum merah muda/ berdarah,

n perbaikan infeksi. Tindakan ini meningkatka n inspirasi maksimal, meningkatka n pengeluaran secret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK: bersihkan jalan nafas, tak efektif. Hal 166) Ansietas adalah manifestasi ,masalah psikologi sesuai dengan renpon fisilogi terhadap hiposia. Pemberian keyakinan dan meningkatka n rasa aman dapat

pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran , dispnea berat, gelisah. Siapkan untuk/ pemindah an ke unit perawatan kritis bila diindikasik an. Kolaborasi Berikan terapi oksigen dengan benar, mis., dengan nasal porong, masker, masker penturi.

menurunkan komponen psikologis, sehingga menurunkan kebutuhanok sigen dan efek merugikan dari respon psikologis. Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan membutuhka n interfensi medis segera. Intibasi dan ventilasi mekanik mungkin diperlukan pada kejadian kegagalan pernafasan. Tujuan terapi oksigen

adalah untuk mempertaha nkan PaO2 diatas 60 mm hg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien Mengevaluas i proses penyakit dan memudahka n terapi paru. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi s/d ketidak ada kekuatan pertahankan utama (penurunan kerja silia, perlengketan secret pernapasan). Tidak adekuat pertahanan skunder (adanya infeksi, p e w a k t u m e n c a p a i Mandiri Pantau tanda vital dengan ketat, khususnya selama awal terapi. Anjurkan pasien memperha tikan pengeluar an sekresi (mis. Meningkat Selama waktu ini, potensial komplikasi (hipotensi/sy ok) dapat terjadi. Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindari nya, penting bahwa

penekanan imun) penyakit kronis, malnutrisi. Ditandai dengan: Tidak dapat diterapkan; tanda- tanda dan gejala gejala membuat diagnose actual.

r b a i k a n i n f e k s i b e r u l a n g t a n p a k o n f

kan pengeluar an dari pada menelann ya) dan melaporka n perubahan warna, jumlah dan bau secret. Tunjukkan / dorong teknik mencuci tangan yang baik. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuang an paru yang baik. Batasi pengunjun gan sesuai indiukasi Lakukan isolasi pencegah an sesuai

sputum harus dikelarkan dengan cara ,aman. Perubahan karaktristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi skunder. Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi Meningkatka n pengeluaran, pembersihan infeksi. Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain. Tergantu pada tipe infeksi, respon terhadap anti

l i k a s i . -menidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi.

individual. Dorong keseimban gan istirahat adekuat dengan aktifitas sedang. Tindakan masukan nutrisi adekuat. Awasi keefetifan terapi antimicrobi al. Selidiki perubahan tiba- tiba/ penyimpa nan kondisi, seperti peningkat an nyeri dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangn ya

biotic, kesehatan umum pasien, dan terjadinya konflikasi, teknik isolasi mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran/ melindungi pasien dari proses infeksi lain. Memudahka n proses penyembuha n dan meningkatka n tahanan alamia. Tanda perbaikan kondisi haus terjadi dalam 24 28 jam. Penyembuha n melambat atau peningkatan beratnya gejala diduga tahanan

demam, perubahan karaktristik sputum Kolaborasi Berikan antimicrobi al sesuindika si dengan hasil kultur sputum/ darah, mis, pinisillin, eritromisin , tetrasiklin, amikain, sefalospori n; amantadin

terhadap anti biotic atau infeksi skunder. Konflikasi mempengaru hi beberapa atau smua system organ termasuk abses paru/ empiema, bakteremia, perikarditis/ endokarditis, meningitis/ ensefalitis, dan super infeksi. Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pneumonia. Kombinasi antiviral dan anti jamur mungkin digunakan bila pneumonia di akibatkan oleh

organism campuran Intoleransi aktifitas s/d ketidakseimbang an antara suplei dan kebutuhan sendiri Kelemahan umum. Kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidak nyamanan, betuk berlebihan, dan dispnea. Ditandai dengan: -Laporan verbal kelemahan, kelelahan, keletihan. -dispnea karena kerja, takisknea. -takikardia sebagai respon terhadap aktifitas - terjadinya / memburuknya pucat/ sianosis -melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan, dan tranda vital dalam rentang normal Mandiri Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas. Catatan laporan dispnea, peningkat an kelemaha n /kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktifitas Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjun g selama fase akut sesuai indikasi. Dorong pengguna an Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien memudahka n pemilihan interfensi. Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatka n istirahat. Tirah baring dipertahanka n selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metamolik, menghemat energy untuk penyembuha n. Pembatasan aktifitas ditentukan dengan respon individual pasien terhadap

manajmen stress dan pengalih yang tepat. Jelaskan pentingny a istirahat dalam rencana pengobata n dan perlunya keseimban gan aktifitas dan istirahat Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan/ atau tidur. Bantu aktifitas perawatan diri yang diperlukan . Berikan kemajuan peningkat

aktifitas dan perbaikan kegagalan pernafsan. Pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk kedepan meja atau bantal. Meminimalka n kelahan dan membantu keseimbanga n suplai dan kebutuhan oksigen

an aktifitas selama fase penyembu han Nyeri Akut s/d inflamasi parenkim paru. Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin Batuk menetap. Ditandai dengan: -Nyeri dada pleuritik s a k i t k e p a l a , o t o t a -menyatakan nyeri hilang / terkontrol - menunjukkan rilaks, istirahat atau tidur, dan peningkatan aktifitas dengan tepat. Mandiri Tentukan karaktristik nyeri, mis, tajam, konstan, ditusuk. Selidiki perubahan karakter/ lokasi/ intsnsitas nyari. Pantau tanda vital Berikan tindakan nyaman, mis, pijatan punggung, perubahan posisi, music tenang/ perbincan gan, relaksasi/ latihan nafas nyeri dada, biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul konplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis Perubahan frekuensi jantung atau TD menujunkkan bahwa pasien mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat Tindakan

t a u n y e r i s e n d i -melindungi area yang sakit. p r i l a k u d i s t r a k s i ,

Tawarkan pembersih an mulut dengan sering. Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batiuk (rujuk ke DK: bersihkan jalan nafas, tak efektif, hal 166). Kolaborasi Berikan analgesic dan antitusif sesuai indikasi.

nonanalgesik diberikan dengan sentuhan lembut dapat menghilangk an ketidak nyamanan dan memperbesa r efek terapi analgesic. Pernafasan mulut dan terapi oksigen dapat mengiritasi dan mengeringka n membrane mukosa, potensial ketidak nyamanan umum. Alat utnuk mengontrol ketidaknyam anan dada sementara meningkatka n kefektifan upya batuk.

Obat ini g e l i s a h dapat digunakan untuk menekan batuk nonpruduktif/par oksismal atau menurunkan mukosa berlebihan, meningkatka n kenyaman/ istirahat umum. Resiko tinggi kurangnya nutrisi dari kebutuhan tubuh terhadap factor resiko meliputi: -Peningkatan kebutuhan metabolic skunder terhadap demam dan proses infeksi. -Anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri, baud an rasa sputum, dan pengobatan -menunjukkan peningkatan nafsu makan. -mempertahankan atau meningkatkan berat badan. Mandiri Identifikasi factor yang menimbulk an mual/munt ah. Mis,sptum banyak, pengobata n aerosol, dispnea berat, nyeri. Berikan wadah tertutup untuk Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah Menghilangk an tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual. Menurunkan efek mual yang

aerosol -distensi abdomen/gas yang berhubungan dengan menelan udara selama episode dispnea. Ditandai dengan: Tidak dapat diterpakan : adanya tandatanda dan gejala- gejala membuat diagnose actual.

sputum dan buang sesering mungkin. Berikan / bantu kebersiha n mulut setelah muntah, setelah tindakan aerosol dan drainase postural, dan sebelum makan. Jadwalkan pengobata n pernafasa n sidikitnya 1 jam sebelum makan. Auskultasi bunyi usus. Observasi/ palfasi distensi abdomen.

berhubungan dengan pengobatan ini Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/maman jang. Distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara untuk menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran GI. Tindakan ini dapat meningktkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali. Adanya kondisi kronis

Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering (roti panggan. krekers) dan/atau makan yang menarik untuk pasien. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Resiko tinggi Kekurangan volume cairan terhadap factor kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, nafas mulut/ hiperventilasi, muntah). Menunjukkan keseimbangan cairan dibuktikan dengan parameter individual yang tepat, mis, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat, tanda vital stabil. Mandiri Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkat an suhu/ demam memanjan g, takikardia, hipotensi ortostatik.

(seperti PPOM atau alkoholisme) atau keterbatasan keuangan dapat menimbulkan malnutrusi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, dan/ atau lambatnya respons terhadap terapi

Peningkatan suhu atau memanjangn ya demam meningktkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui epvorasi, TD ortostatik

Penurunan masukan oral Ditandai dengan: Tidak dapat diterapkan : adanya tandatanda dan gejala- gejala membuat diagnose actual

Kaji turgor kulit, kjelembab an membrane mukosa (bibir,lidah ). Catat laporan mual/ muntah Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urin. Hitung keseimban gan cairan. Waspadai kehilangan yang tak tanpak. Ukur berat badan sesuai indikasi Tekankan cairan sedikitnya

berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan kekurangan cairan sistemik. Indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan Adanya gejala ini menurunkan masukan oral Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian. Pemenuhan

2500 ml/hr atau sesuai kondisi individual. Kolaborasi Beri obat sesuai indikasi mis, antipiretik, antiemetic. Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan

kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi. Berguna menurunkan kehilangan cairan Pada adanya penurunan masukan/ banyak kehilangan, penggunaan parental dapat memperbaiki/ mencegah kekurangan

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar, mengenai kondisi dan kebutuhan tind) s/d kurang terpajan Kesalahan intepretasi Kurang mengingat Ditandai dengan: Permintaan

-menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan. -melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program pengobatan

Mandiri Kaji fungsi normal paru, patologi kondisi Diskusikan ketidakma mpuan dari penyakit, lamanya penyembu han, dan harapan

Meningkatka n pemahaman situasi yang ada dan penting menghubung kannya dengan program pengobatan. Informasi dapat meningkatka n koping dan

informasi Pernyataan kesalahan konsep Kegagalan memperbaiki/ berulang.

kesembuh an. Identifikasi perawatan diri dan kebutuhan / sumber pemelihar aan rumah Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal Tekankan pentingny a melajutkan batukl efektif/ latihan pernafsan Tekankan perlunya melanjutkj an terapi antiobiotik selama priode yang di anjurkan Buat langkah untuk

membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. Gejala permafasan mungkin lambat untuk membaik, dan kelemahan, kelelahan dapat menetap selama riode yang panjang. Factor ini dapat brhubungan depresi dan kebutuhan berbagai bentuk dukungan dan bantuan. Kelemahan dan depresi dapat mempangaru hi kemampuan untuk mengasimila

meningkat kan kesehatan umum dan kesejahtra an mis, istirahat dan aktifitas seimbang, diet baik, menhinda dri kerumuna n selama musim pilek/flu dan orang yang mengalam i infeksi saluran nafas atas. Takankan pentingny a melanjutka n evaluasi medic dan vaksin /. Imunisasi dengan tepat Identifikasi

si/ mengikuti program medic. Selam awal 6-8 minggu setela pulang, pasiean beresiko besar untuk kambuh dari pneumonia. Penghentian dini antibiotic dapat mengakibatk an iritasi mukosa bronkus, dan maenghamb at makropag alveolar, mempengaru hi pertahanan alamia/imunit as, membatasi terpajan pada pathogen. Dapat mencegah kambuhnya pneumonia

tanda/geja la yang memerluk an pelaporan pemberi perawatan kesehatan , mis, peningkat an dipnea, nyri dada, ke;lemaha n memanjan g, kehilangan berat badan, demam/ ,menggigil, menetapn ya batu produktif, perubahan mental

dan/ atau komplikasi yang berhubungan . Upaya evaluasi dan interfensib tepat waktu dapat mencegah/ meminimalka n komlikasi.

Daftar Pustaka Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya.

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press. Surabaya. Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensens Medical surgical Nursing A Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1. Penerbit EGC. Jakarta.

Carpenito, L.J., (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. EGC Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM. 2007. Somantri, Imran. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika. 2007

Anda mungkin juga menyukai