Anda di halaman 1dari 7

JurnalTugasAkhir

ANALISA POTENSI SOIL LIQUEFACTION DI DAERAH PESISIR KOTA PACITAN


BERDASARKAN DATA CPT
Dwi Febi A
(1)
, Wahyudi
(2)
, Kriyo Sambodho
(3)

1
Mahasiswa teknik Kelautan,
2,3
Staf Pengajar Teknik Kelautan

Tugas akhir ini mendiskusikan potensi soil liquefaction akibat gempa bumi di daerah pesisir Pacitan. Pemilihan lokasi studi didasarkan pada
kenyataan bahwa Pacitan adalah daerah rawan gempa, karena dilalui oleh lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Berdasarkan hasil
boring test yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kondisi tanah di lokasi studi sebagian besar merupakan tanah pasir yang sangat
berpotensi terjadi soil liquefaction. Potensi soil liquefaction dievaluasi berdasarkan nilai Safety Factor (SF) yang merupakan perbandingan
antara Cyclic Resistance Ratio (CRR) dan Cyclic Stress Ratio (CSR). Nilai CSR dihitung dari parameter gempa sedangkan data hasil Cone
Penetration Test (CPT) digunakan untuk menghitung nilai CRR. Hasil analisa menunjukkan bahwa lokasi-lokasi S-1, S-2, S-4 dan S-5
sangat berpotensi terjadi soil liquefaction. Hal ini ditunjukkan oleh nilai SF yang lebih kecil daripada 1.
Kata Kunci: Soil liquefaction, Cone Penetration Test, Cyclic Stress Ratio (CSR), Cyclic Resistance Ratio (CRR)
1. PENDAHULUAN
Kota Pacitan yang berada di pesisir selatan pulau
Jawa yang dilalui lempeng Eurasia dan lempeng
Indo-Australia akan rentan terjadi bahaya gempa
bumi dikarenakan oleh pergerakan dua lempeng
tersebut. Apabila gelombang gempa bumi ini
merambat di tanah berpasir jenuh air pada kondisi
undrained maka akan menimbulkan potensi bahaya
soil liquefaction. Soil liquefaction ini dapat
mengakibatkan keruntuhan atau kehancuran
struktur yang bediri di atasnya, yang sangat
membahayakan dan menimbulkan kerugian yang
besar baik materi maupun jiwa. Peristiwa tersebut
secara visual nampak dengan munculnya sand boil,
atau rembesan air melalui tanah, tenggelamnya
suatu struktur dan munculnya struktur yang ringan
keatas permukaan. Di banyak negara soil
liquefaction ini telah mendatangkan kerugian yang
sangat besar baik materi maupun jiwa. Seperti yang
terjadi di Niigata, Jepang maupun di Alaska, USA
pada tahun 1964 (The Japanese Geotechnical
Society). Karena alasan tersebut maka diperlukan
adanya analisa potensi soil liquefaction, agar
didapatkan perkiraan awal terjadinya potensi soil
liquefaction ini sehingga ada penanganan preventif
untuk menanggulanginya.
2. DASAR TEORI
Secara umum fenomena terjadinya soil liquefaction
hanya ada pada pasir jenuh air (Sr = 100%) dalam
kondisi undrained dan ada pada beban siklik gempa
yang bekerja (Gambar 2.1). Dalam kondisi ini
maka pasir akan kehilangan kekuatan mekaniknya,
yang ditandai dengan hilangnya tegangan efektif
tanah ( = 0) dan naiknya tegangan air pori (u)
hingga mencapai nilai tegangan total (). Dalam
keadaan ini, perilaku pasir berubah menjadi Fluid-
Viscous (Gambar 2.2).

Gambar 2.1 Gambar Lapisan Tanah Sebelum dan
Sesudah Terjadi Gempa Bumi
(http://wapi.isu.edu/envgeo/EG5_earthqks/eg_mod
5.htm)

Gambar 2.2 Struktur Tanah
http://www.aegweb.org/i4a/pages/index.cfm?pagei
d=4074
Penelitian mengenai fenomena soil liquefaction
dilakukan secara intensif setelah ada dua peristiwa
gempa bumi yaitu gmpa yang terjadi di Niigata,
Jepang pada tahun 1964 dan gempa yang terjadi di
Alaska, Amerika pada tahun 1964. Gempa Niigata
berkekuatan 7,3 skala Ritcher dengan pusat gempa
sekitar 56 km dari kota Niigata, percepatan gempa
maksimum 0,16 kali percepatan gravitasi. Gempa
JurnalTugasAkhir
2

tersebut menyebabkan terjadinya sand boil. Air


mengalir melalui celah-celah tanah bercampur pasir
yang mengakibatkan runtuhnya gedung-gedung
yang berdiri di kota tersebut. (Oshaki, 1996; Seed
dan Idriss, 1982). Gempa yang terjadi di Alaska
berkekuatan 8,3 skala Ritcher. Kerusakan yang
terjadi adalah jembatan yang berada sekitar 80 km
sampai dengan 120 km dari pusat gempa berupa
bergesernya pilar dan pangkal jembatan. Hal
tersebut terjadi akibat adanya peristiwa soil
liquefaction.
Dalam perhitungan/analisa potensi soil liquefaction
metode sederhana yang sering digunakan oleh para
engineer adalah metode sederhana berdasarkan data
Standard Penetration Test (SPT) dan Cone
Penetration Test (CPT). Stark dan Olson (1995)
mengusulkan penggunaan data CPT untuk
mengevaluasi potensi soil liquefaction. Mereka
menyimpulkan bahwa nilai yang dihasilkan oleh
CPT nampak lebih baik dibandingkan dengan nilai
N-SPT dalam mengevaluasi potensi soil
liquefaction hal ini disebabkan karena uji CPT
lebih standard, mudah direproduksi dan murah.

2.2 Pengertian Soil Liquefaction
Dalam Dictionary of Soil Mechanics and
Foundation Engineering, soil liquefaction
didefinisikan sebagai keadaan dimana tanah pasir
jenuh kehilangan kekuatan geser dan berkurangnya
tekanan efektif akibat dari naiknya tekanan pori air.
Penyebab naiknya tekanan pori air adalah akibat
dari naiknya permukaan air tanah akibat gerakan
gelombang dan juga gerakan berulang dari
tegangan geser pada tanah berpasir jenuh selama
gempa bumi.
Jefferies dan Been (2006) mengemukakan soil
liquefaction adalah fenomena dimana tanah
kehilangan banyak kekuatan (strength) dan
kekakuannya (stiffness) untuk waktu yang singkat
namun meskipun demikian liquefaction menjadi
penyebab dari banyaknya kerusakan, kematian dan
kerugian ekonomi yang besar. Sebagai contoh
gempa Niigata Jepang pada tahun 1964
menyebabkan kerugian lebih dari 1 milyar dollar
yang disebabkan kerusakan yang diakibatkan oleh
soil liquefaction.
Soil Liquefaction dihubungankan dengan
kegagalan/kerusakan permukaan tanah yang
umumnya berkaitan dengan gempa bumi yang
besar. Secara umum soil liquefaction berhubungan
dengan hilangnya kekuatan tanah pada keadaan
jenuh air, atau dengn kata lain, hilangnya sifat
kohesi pada partikel tanah yang diakibatkan oleh
tekanan-tekanan pori air selama pembebanan
dinamik. Definisi yang lebih tepat dari soil
liquefaction diberikan oleh Sladen et al. (1985)
adalah fenomena dimana massa dari tanah
kehilangan kekuatan gesernya dalam persentase
yang sangat besar, ketika dikenai beban monotik,
siklik, maupun beban kejut dimana beban tersebut
mengalir seperti sebuah cairan hingga tegagan
geser partikel tanah tersebut rendah sehingga
mengurangi kekuatan geser.
Secara lebih singkat soil liquefaction diartikan
sebagai sebuah proses transformasi/perubahan
bentuk dari bentuk padat ke bentuk yang sifatnya
cair sebagai konsekuensi dari naiknya tekanan pori
tanah dan berkurangnya tegangan efektif tanah.
Fenomena soil liquefaction lebih mudah dipahami
apabila mengacu pada Gambar 2.2 serta Persamaan
(2.1) hingga Persamaan (2.7) berikut:


Gambar 2.3 Ilustrasi Sederhana Penjabaran
Fenomena Soil Liquefaction: a. Gambar Skematis
Mengenai Gaya-Gaya Yang Bekerja (The Japanese
Geotechnical Society, 1998); b.Interaksi Gaya-
Gaya Yang Bekerja; c. Vektor Gaya-Gaya Yang
Bekerja

Dari Gambar 2.2 dapat diketahui hubungan antara
gaya normal (N dalam Newton), gaya geser (F
dalam Newton) dan sudut geser () sebagai berikut:
tan0 =
P
N
(2.1)
Dengan memperhitungkan faktor tekanan air (u
dalam N/m
2
), maka Persamaan (2.1) dapat
dituliskan sebagai berikut:
F = (N -Au) tan0 (2.2)
dimana A adalah luasan efektif dalam m
2

Apabila kita membagi kedua ruas pada Persamaan
(3.2) dengan A, maka didapatkan:
P
N
= j[
N
A
-u[ tan0
(2.3)
Dengan:
P
N
= (2.4a)
JurnalTugasAkhir
3

N
A
= o (2.4b)
dimana adalah tegangan geser tanah (N/m
2
) dan
adalah tegangan total (N/m
2
).
Subsitusi Persamaan (2.4a) dan Persamaan (2.4b)
kedalam Persamaan (2.3) menghasilkan
= (o -u) tan0 (2.5)
Diketahui bahwa tegangan total adalah fungsi dari
tegangan efektif dan tekanan air pori:
o = o +u (2.6)
Maka Persamaan (2.5) dapat dituliskan sebagai
berikut
= o tan0 (2.7)
Dari Persamaan (2.5) dan dapat disimpulkan bahwa
soil liquefaction bisa terjadi apabila tekanan air
pori naik hingga mendekati harga tegangan total.
Hal ini akan menyebabkan hilangnya tegangan
efektif ( = 0) sehingga tanah cenderung bersifat
seperti benda cair.

2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Soil
Liquefaction
Seperti fenomena alam yang lain, soil liquefaction
juga mempunyai faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya fenomena tersebut (Chassagneux et al.,
1998), antara lain:
a. Faktor Permanen
Yang menjadi faktor permanen dari
peristiwa soil liquefaction ini adalah
karakteristik serta parameter-parameter
tanah itu sendiri. Seperti pada Tanah
pulvurent/quicksand rentan mengalami
fluidization apabila tanah tersebut terkena
tekanan. Dimana tekanan ini disebabkan
oleh peningkatan tekanan pori tanah
akibat bertambah atau berkurangnya
kandungan air yang dimiliki oleh
tanah tersebut.
b. Faktor Pemicu
Faktor pemicu utama terjadinya peristiwa
soil liquefaction adalah terjadinya gempa
bumi dan beban siklis yang disebabkan
oleh gelombang laut pada suatu daerah
tertentu. Dimana energy yang ditimbulkan
tersebut dapat menyebabkan tanah
kehilangan kohesivitas dan akan membuat
tanah mengalami fenomena soil
liquefaction

2.4 Dampak dari Soil Liquefaction

Secara umum, fenomena soil liquefaction ini dapat
menyebabkan penurunan tanah (settlement).
Penurunan tanah ini disebabkan oleh hilangnya
daya dukung tanah akibat hilangnya kohesivitas
tanah tersebut, peristiwa penurunan tanah yang
disebabkan oleh pembebanan yang terjadi di atas
permukaan tanah dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu
a. Penurunan Konsolidasi (Consolidation
Settlement)
Merupakan hasil dari perubahan volume
tanah jenuh air sebagai akibat dari
keluarnya air yang menempati pori-pori
tanah.
b. Penurunan Segera (Immediate Settlement
Merupakan akibat dari deformasi elastis
tanah, kering, basah dan jenuh air tanpa
adanya perubahan kadar air. Perhitunngan
penurunan segera umumnya didasarkan
pada penurunan yang diturunkan dari teori
elastic.
2.5 Soil Liquefaction akibat Pengaruh
Gempa:Evaluasi Potensi Soil
Liquefaction
2.5.1 Pengaruh Ukuran Butiran Tanah
Terhadap Soil Liquefaction
Gambar 2.4 menunjukkan pengaruh dari
granulometri butiran tanah terhadap liquefaction.
Tampak bahwa zone tanah terliquefaksi terletak
pada butiran pasir halus. Sedangkan pada butiran
kasar (gravels) dan butiran halus (clay), sulit untuk
terjadi liquefaction. Ukuran butiran tanah yang
seragam dengan: 0,20 mm < D
50
0,40 mm adalah
sensitive terhadap liquefaction. Bentuk butiran
yang bulat atau bundar, relative lebih jelek
daripada yang berbentuk pipih atau angular bila
dikaitkan dengan liquefaction.

Gambar 2.4. Potensi Terjadinya Soil Liquefaction
Berdasarkan Diameter Butiran Tanah (Oka, F,
1995)
JurnalTugasAkhir
4

2.5.2 Evaluasi Soil Liquefaction Berdasarkan


Hasil CPT
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk
mengevaluasi potensi soil liquefaction adalah
metode yang disepakati oleh workshop mengenai
CRR oleh NCEER pada tahun 1996 dan tahun
1998, yang dimuat dalam Journal of Geotechnical
and Geoenviromental Engineering, Vol. 127, No.
10, October, 2001. Page 817- 833. Workshop
tersebut pada dasarnya mengembangkan simplified
prosedur yang diusulkan oleh Seed and Idriss,
1971, difokuskan pada analisis ketahanan tanah
terhadap bahaya liquefaction (CRR).
Pada dasarnya analisa soil liquefaction adalah
mencari dua parameter utama yaitu: Cyclic Stress
Ratio (CSR) yang merupakan tegangan siklik yang
terjadi akibat gempa dibagi dengan tegangan
efektif, dan Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang
merupakan ketahanan tanah untuk menahan
liquefaction. Dari perbandingan CRR dan CSR
didapatkan angka keamanan, jika angka keamanan
lebih kecil dari satu maka terjadi liquefaction, dan
jika lebih besar atau sama dengan satu, maka tidak
terjadi soil liquefaction.

A. Perhitungan Cyclic Stress Ratio (CSR)
Seed dan Idriss (1971) memformulasikan
persamaan untuk penghitungan Cyclic Stress ratio:
CSR = [
:
c
c
c
= u.6S[
u
mcx
g
[
c
c
c
c
r
d
(2.8)
dengan
a
max
= percepatan horizontal maximum
akibatgempa
g = percepatan gravitasi

vo
= tegangan total vertical overburden

vo
= tegangan efektif vertical overburden
r
d
= koefisien tegangan reduksi.
Rasio antara tegangan total dengan tegangan efektif
dihitung dengan persamaan-persamaan yang ada di
dalam teori Mekanika Tanah.
Dimana tegangan total dirumuskan:
o = Ey
w
+ (E
A
+E)y
sut
(2.9)
dengan
= tegangan total

w
= berat volume air (9,8 kN/m
3
)

sat
= berat volume tanah jenuh air
H = tinggi muka air diukur dari permukaan
tanah
H
A
= jarak antara titik A dan muka air
Berat volume tanah jenuh air sendiri dihitung
dengan persamaan:

sat
=
(G
s
+c)
v
(1 +c)
(2.10)
dengan
G
s
= berat spesifik butiran pada
e = void ratio (angka pori)

w
= berat volume air (9,8 kN/m
3
)
Tegangan efektif tanah dihitung menggunakan
persamaan:
o' = o u (2.11)
dengan u adalah tekanan pori air tanah, yang
dihitung dengan persamaan:
u = EA yw (2.12)
dengan H
A
adalah jarak titik yang ditinjau dengan
muka air.
Percepatan horizontal maksimum akibat gempa
(a
max
) dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Iog PE0A = -1.u2 +u.249H
w
-log r -
u.u2SSr (2.13)
dengan r adalah jarak episentrum (km) dan M
w

adalah magnitude gempa.
Koefisien reduksi kedalaman (r
d
) dihitung
berdasarkan persamaan Liao & Whitmann, 1986
sebagai berikut:
r
d
= 1.u - u.uu76Sz (2.14a)
untuk z 9.15 m
r
d
= 1.174 -u.u267z
untuk 9.15 < z 23 m
(2.14b)
dengan
r
d
= faktor reduksi redaman
z = kedalaman (m)


JurnalTugasAkhir
5

B. Perhitungan Cyclic Resistance Ratio (CRR)


Normalisasi Ketahanan Cone Penetration
Pada CPT ujung ketahanan konus harus
dinormalisasi menggunakan persamaan dibawah
ini:
q
c1N
= C

[
q
c
P
c


(2.15)
dimana
C

= [
P
c
c
c

n
(2.16)
dengan
C
Q
= faktor normalisasi utuk cone
penetration resistance
P
a
= 1 atm untuk tekanan yang sama yang
digunakan oleh
vo

n = eksponen untuk berbagai macam tipe
tanah
q
c
= ketahanan cone penetration dilapangan
yang diukur pada ujungnya.
Nilai CRR dihitung dengan persamaan berikut:
CRR = u.uS8 exp|u.u2q
c1N
] (2.20)
C. Penghitungan Persamaan Normalisasi Cone
Penetration Resistance (q
c1N
)
CS
Clean-Sand
Normalisasi ketahanan penetrasi (q
c1N
) untuk tanah
lanau berpasir dikoreksi terhadap persamaan nilai
clean sand (q
c1N
)
cs
yang hubungannya sebagai
berikut:
(q
c1N
)
CS
= K
c
q
c1N
(2.21)
3. METODOLOGI
Pertama, dilakukan studi literatur dan pengumpulan
data yang meliputi mencari serta mempelajari
buku, diktat, jurnal ataupun laporan tugas Akhir
terdahulu yang membahas pokok permasalahan
yang sama atau mirip dengan Tugas Akhir ini.
Literatur tersebut digunakan sebagai acuan ataupun
referensi Tugas Akhir ini. Literatur tersebut
digunakan sebagai acuan ataupun referensi Tugas
Akhir ini
Selanjutnya mengumpulkan data lapangan, yaitu
data gempa dari tahun 2004 sampai tahun 2006
yang didapatkan dari BMKG Tretes, data tanah
yang didapkan dari survey langsung melalui boring
test dan sondir test.

Tabel 3.1 Kejadian Gempa tahun 2004-2006

Dari data gempa yang didapatkan yang berupa
epicentrum dan magnitude dapat dihitung
percepatan gempa. Dari data boring test dapat
dihitung tegangan total dan tegangan efektif, semua
parameter yang didapatkan digunakan untuk
menghitung CSR. Nilai tekanan konus yang
didapatkan dari sondir test digunakan untuk
menghitung nilai CRR. Perbandingan CRR dan
CSR didapatkan nilai Safety Factor, jika safety
factor lebih kecil satu maka terjadi soil
liquefaction, dan jika lebih besar atau sama dengan
satu, maka tidak terjadi soil liquefaction.
4. KONDISI DAERAH STUDI

4.1 Umum
Kabupaten Pacitan merupakan salah satu
Kabupaten yang berada di pesisir selatan Propinsi
Jawa Timur. Letak Geografis Kabupaten Pacitan
ini berada antara 110
o
5 111
o
25 Bujur Timur dan
7
o
55 8
o
17 Lintang Selatan.

Kabupaten ini merupakan pintu Gerbang jawa
Timur bagian salatan di ujung paling barat, dan
berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas
batas wilayah adalah sebagai berikut:
Sebelah Timur : Kabupaten Trenggalek
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Barat : Kabupaten Wonogiri
Sebelah Utara : Kabupaten Ponorogo

Luas wilayah Kabupaten pacitan 1.389,87 km
2

yang sebagian besar berupa perbukitan dan tanah
kapur yang merupakan bagian pegunungan kapur
selatan yang membentang dari Gunung Kidul ke
Trenggalek menghadap Samudera Indonesia.
Secara administrasi, Kabupaten Pacitan terbagi
menjadi 4 wilayah pembantu Bupati, 12
Kecamatan, 5 Kelurahan dan 159 Desa.
Tempat penelitian berada di ObyeK Wisat Pantai
Teleng Ria, Pantai ini menghadap ke Pantai Laut
Selatan dengan hamparan pasir putih 3 km. jarak
dari Ibu Kota Kabupaten ke lokasi wisata hanya 3.5
Waktu Kejadian
Jarak
Epicentrum
(Km)
Magnitude
13 Mei 2004 101 4.9
30 Agustus 2006 76 3.9
12 Agustus 2006 81 4.5
17 Nopember
2006
31 4.7
6 Nopember
2006
16 5.1
JurnalTugasAkhir
6

Km, dan dapat dengan mudah dicapai dengan


berbagai jenis kendaraan.
Menurut hasil boring yang dilakukan sampai
kedalaman 10 m tanah merupakan lapisan tanah
berpasir yang berwarna cokelat, dengan muka air
tanah pada daerah tersebut rata-rata berkisar pada
kedalaman 1m.

5. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisa Potensi Soil Liquefaction menurut
Grain Size
Menurut Grain size analisis tanah pada boring test-
1 sampai boring test-5 merupakan tanah pasir yang
sangat berpotensi terjadi soil liquefaction. Dari
semua Grafik menunjukkan pada semua sempel
tanah pada titik boring 1 sampai titik Boring 5
semuanya most liquefiable soil, ini artinya bahwa
tanah didaerah tersebut sangat berpotensi untuk
terjadi soil Liquefaction

Gambar 5.1 Hasil Grain-Size Analysis Contoh
Tanah di Lokasi Studi yang Diplot dalam Grafik
Liquefaction Potential dari Oka, 1995.
5.2 Analisa Potensi Soil Liquefaction Menurut
Data Sondir, Percepatan Gempa dan
Magnitude.
Dari data gempa yang ada, percepatan gempa
paling besar yang terjadi di kabupaten Pacitan
adalah 0.36 m/s
2
dengan Magnitude 4.7 dan 0.89
m/s
2
dengan Magnitude 5.1 yang semuanya terjadi
pada Nopember 2006 (Tabel 5.1)
Tabel 5.1 Peak Ground Acceleration
Jarak
(km ) Magnitude r
log
PHGA
PHGA
m/s
2
101 4.9 101 -2.06 0.080
76 3.9 76 -2.13 0.070
81 4.5 81 -2.02 0.090
31 4.7 32 -1.43 0.360
16 5.1 18 -1.04 0.890

Dari perhitungan nilai Safety Factor (Gambar 5.2)
didapatkan bahwa hanya titik Sondir-1, Sondir-2,
Sondir-4 dan Sondir-5 yang berpotensi terjadi Soil
liquefaction dengan nilai Safety Factor < 1.
Umumnya semua terjadi pada percepatan gempa
0.89 m/s
2
.
Gamb
Sond
Gambar 5.2 Nilai Safety Factor Untuk Tiap-Tiap Titik
Sondir yang Berpotensi Terjadi Soil Liquefaction
JurnalTugasAkhir
7

6. KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan dari hasil Boring Test, daerah yang
ditinjau mempunyai potensi soil liquefaction,
karena semua lapisan tanahnya merupakan tanah
pasir.
2. Berdasarkan hasil Sondir, terjadi soil
liquefaction pada titik Sondir-1, titik Sondir-2,
titik Sondir-4 dan titik Sondir-5. Pada titik
Sondir-1, titik Sondir-2 dan titik Sondir-4 Soil
liquefaction akan terjadi pada a
max
0.36 m/s
2

dengan Magnitude 4.7 dan pada a
max
0.89 m/s
2

dengan Magnitude 5.1. Sedangkan pada titik
Sondir-5 hanya terjadi pada a
max
0.89 m/s
2

dengan Magnitude 5.1.
6.2 Saran
Dari hasil yang telah didapatkan bahwa daerah
studi terdapat potensi soil liquefaction, maka dapat
dilanjutkan dengan perhitungan settlement

DAFTAR PUSTAKA
Jefferies, Mike and Ken Been. 2006. Soil
Liquefaction. Taylor & Francis. Abingdon, Oxon.
Juang Hsein,C, Yuang H, K. Chih-Sheng. 2002:
Assesing CPT-based methods for liquefaction
evaluation with emphasis on the cases from the
Chi-Chi, Taiwan, earthquake Journal of Soil
Dynamics and Earthquake Engiineering, 22: 241-
258.
Lai, Y.S., et al. 2004:Descriminant Model for
Evaluating Soil Liquefaction Potential Using Cone
Penetration Test Data. Journal of Geotechnical
and Geoenviromental Engineering, Vol. 130,
No.12, Desember 2004, pp 1271-1282.
Oka, F, 1995, Soil Mechanics Lecture, Morikita
Publishing Company, Tokyo, Japan (in Japanese).
Olsen, R.S., 1997.Cyclic Liquefaction Based on
the Cone Penetration Test, NCEER Workshop on
Evaluation of Liquefaction Resistance of Soils;
National Center for Earthquake Engineering
Research, State University of New York, Buffalo,
pp. 1249-1276
Robertson, P. K. (1990). Soil liquefaction using
CPT. Can. Geotech. J., Ottawa, 27(1), 151-158.
Robertson, P.K and Wride, C.E. 1998. Evaluating
Cyclic Liquefaction Potential Using the Cone
Penetration Test. Geotechnical Group, University
of Alberta, Edmonton, AB T6G 2G7, Canada.
Seed, H.B, and Idriss, I. M. 1982.Ground Motions
and soil Liquefaction During Earthquakes.
Earthquake Engineering Research Institute
Monograph, Oakland, Calif.
The Japanese Geotechnical Society. 1998.
Remedial Measures Against Soil Liquefaction.
A.A. Balkema. Rotterdam. Netherlands
Youd,T.L. et al. 2001.Liquefaction Resistance
soils: Summary Report from The 1996 NCEER and
1998 NCEER/NSF Workshops on Evaluation of
Liquefaction Resistance of Soils. Journal of
Geotechnical and Geoenvironmental Engineering,
Vol. 127, No.8, August 2001, pp.817-833.

Anda mungkin juga menyukai