Anda di halaman 1dari 2

Pendahuluan

1. Definisi Tindak kekerasan merupakan satu agresi fisik dari seseorang terhadap lainnya.

2. Epidemiologi

3. Teknik wawancara Pasien mungkin menunjukkan kekerasan karena banyak alasan, dan wawancara dengan pasien tersebut harus berusaha untuk mendapatkan penyebab dasar dari tingkah laku kekerasan karena menentukan intervensi yang dilakukan. Wawancara psikiatrik harus termmasuk pertanyaan yang berusaha untuk mendapatkan diagnosis banding untuk tingkah laku kekerasan dan pertanyaan yang diarahkan langsung ke arah perkiraan kekerasan. (Kusuma W. Kedaruratan psikiatrik dalam praktek. Jakarta: Professional Books, 1997) Bersikap suportif dan tidak mengancam terhadap pasien yang cenderung bertindak keras. Namun demikian, bersikap tegas dan letakkan batas yang tegas yang dapat dijalankan dengan pengekangan fisik bila perlu. Berikan batas dengan memberikan pilihan (seperti, minum obat atau dikekang), dari pada pengarahan yang provokatif (seperti, makan obat sekarang!). beritahukan pasien langsung bahwa tindak kekerasan tidak dapat dibiarkan. Berikan jaminan pada pasien bahwa mereka disini aman. Cerminkan sikap yang tenang dan menguasai keadaan. Tawarkan pada pasien obat yang dapat membantu mereka agar tenang. 1. Lindungi diri sendiri. Harus beranggapan bahwa tindak kekerasan selalu mengancam, dan jangan membuat diri sendiri dikagetkan oleh tindak kekerasan yang mendadak. Tidak dibenarkan untuk mengadakan wawancara pasien yang bersenjata. Pasien harus ditundukkan dahulu dan menyerahkan senjata itu pada anggota pengaman. Ketahuilah sebanyak mungkin tentang pasien sebelum wawancara. Pemeriksa harus berdiri di tempat yang berjarak dekat dan tampak oleh anggota staf lain. Bila dibutuhkan pengekangan fisik, serahkan kepada petugas yang sudah biasa melakukannya.

Jangan berikan pasien kesempatan untuk mendekati tempat yang banyak terdapat senjata tajam atau senjata api, (seperti tempat penyimp

FAKTOR PREDISPOSISI 1. Faktor psikologis: hubungan yang tidak suportif, kehidupan yang berorientasi pada diri sendiri, kegagalan yang dialami, adanya penguatan perilaku kekerasan, korban perilku kekerasan dan terpapar perilaku kekerasan
2. Faktor sosial budaya: ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup, bermasalah dalam

perilaku, keluarga dengan single parent, tidak memiliki pekerjaan, gangguan hubungan interpersonal
3. Faktor

bioneurologis: Kerusakan Ketidakseimbangan Neurotransmiter

sistem

limbik

lobus

frontal

&

temporal,

Factor presipitasi
1. Faktor dari pasien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang 2. Faktor dari luar diri pasien: Kritikan, penghinaan, kekerasan orang lain, kehilangan orang

yang dicintai, provokatif, konflik, serta lingkungan yang padat dan rebut

(Sulastri, Amperaningsih Y. Pengaruh assertive training terhadap kemampuan pasien mengontrol perilaku kekerasan di RSJ Daerah Provinsi Lampung. Jurnal Kesehatan. Vol I. No.1: April 2010)

Anda mungkin juga menyukai