Anda di halaman 1dari 26

Referat Farmasi

COMBUSTIO

oleh :

Hernanda R. Nita Dwi O. Rahageng W. Arum K. Dwi Cahyani N. Safir

G 0002076 G 0002110 G 0002203 G 0003061 G 0003081 G 0003177

KEPANITERAAN KLINIK UPF / LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2008 1

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik. Penyusunan referat ini merupakan salah satu syarat dalam menjalani kepaniteraan klinik di Laboraturium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. 2. 3. 4. 5. Drs. Waluyo, Apt, selaku Kepala Laboratorium / UPF Farmasi Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Drs. Soetarno, Apt, SU selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dra. Yul Mariah, Apt, MSi selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dra. Kisrini, Apt, MSi selaku dosen pembimbing Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Seluruh staf Laboratorium / UPF Farmasi Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Kami berharap penyusunan referat ini dapat memberikan manfaat sebesarbesarnya dalam menambah khasanah keilmuan mengenai luka bakar ( combustio ). Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, untuk itu kami mohon masukan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan penyusunan referat ini. Fakultas

Surakarta, April 2008

DAFTAR ISI
JUDUL .1 KATA PENGANTAR .2 DAFTAR ISI ....3 BAB I PENDAHULUAN ..4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .5 BAB III ILUSTRASI KASUS .13 BAB IV PEMBAHASAN ....19 BAB V KESIMPULAN .....25 DAFTAR PUSTAKA .. ....26

BAB I PENDAHULUAN

Combustio atau luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat kecacatan yang relatif tinggi disbanding dengan cedera oleh sebab yang lain. Luka bakar bukanlah luka biasa, merupakan suatu bentuk trauma yang berat dengan banyak variasi dan permasalahan yang kompleks. Luka bakar tidak hanya meliputi permasalahan yang terjadi pada kulit saja tetapi juga mengenai keseimbangan cairan tubuh, lambung, jantung, ginjal, system pertahanan tubuh, kehilangan atau kebutuhan energi yang mengalami perubahan secara mendadak. Penyebab luka bakar selain terbakar karena api secara langsung atau tidak langsung, juga pajanan suhu yang tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Selain itu, berat luka juga tergantung juga pada luas dan letak luka. Umur dan kondisi kesehatan sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Kerusakan yang terjadi pda kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan dalam bula pada luka bakar derajat dua atau pengeluaran cairan dari keropeng pada luka bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20 %, mekanisme kompensasi oleh tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik. Pada kebakaran yang terjadi di ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan menyebabkan hambatan jalan napas, yang bisa menimbulkan kematian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api,cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Luka bakar secara sederhana dipahami sebagai trauma panas pada kulit. Dalam konteks penanganan trauma (rudapaksa), harus dibedakan antara penyebab dan mekanisme trauma. Akibat luka bakar karena panas tergantung dari tingginya suhu dan lamanya kontak atau pemaparan. B. PENYEBAB Penyebab luka bakar dapat dibedakan menjadi sebagai berikut : 1. Jilatan api ke tubuh (flash); 2. Kobaran api di tubuh (flame); 3. Terkena cairan panas (scald), dan perlu dibedakan, misalnya antara tersiram air panas dan minyak panas; 4. Kontak dengan benda panas. Adapun penyebab khusus luka bakar adalah sbb.: 1. current). 2. 3. Indonesia Luka bakar kimia, harus dibedakan antara yang berefek lokal (asam Luka bakar karena suhu sangat dingin (frost bite) yang jarang di atau basa kuat) dan yang berefek sistemik karena diserap tubuh (phenol); Luka bakar listrik (sering dijumpai), dan harus dibedakan antara

karena loncatan bunga api listrik (flame) atau karena arus listrik (electrical

C. DERAJAT LUKA BAKAR Derajat luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka : 1. Luka bakar derajat I Mengenai lapisan luar epidermis. Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi kering, merah/ eritem, nyeri, sangat sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih. Pada derajat ini belum terbentuk lepuhan. Penyembuhan terjadi spontan dalam 5 10 hari. a. Luka bakar derajat II Mengenai epdermis dan sebagian dermis, berupa inflamasi disertai eksudasi. Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih, letak lebih tinggi di atas kulit normal. Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri. Dibedakan menjadi 2 : (i) derajat II dangkal ( superficial ) Kerusakan mengenai bagian superficial dermis Organ organ kulit ( folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar keringat ) utuh Penyembuhan spontan 10 14 hari

(ii) derajat II dalam ( deep ) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis 6

Organ kulit sebagian besar utuh Penyembuhan lama, biasanya lebih dari satu bulan.

3. Luka bakar derajat III Mengenai seluruh lapisan kulit. Organ kulit rusak, tidak dijumpai bulae. Permukaan bisa berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Permukaan lebih rendah dari kulit normal. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan rambut atau bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya. Jika disentuh tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi. D. BERATNYA LUKA BAKAR Beratnya luka bakar tergantung pada derajat dan luas kulit yang terkena 1. Ringan Luka bakar derajat I atau luka bakar derjat II seluas < 15% atau derajat II <2 %. 2. Sedang Luka bakar derjat II seluas 15 40 % atau derajat III < 10 % ( kecuali muka, tangan dan kaki ) 3. Berat Luka bakar derajat II seluas > 40 % atau derajat III > 40 % atau mengenai wajah, tangan kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak, atau akibat

tegangan

listrik

tinggi

(>1000V),

atau

dengan

komplikasi

patah

tulang/kerusakan jaringan lunak, atau gangguan saluran pernapasan.

E. PERHITUNGAN LUASNYA LUKA BAKAR Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus 9 yaitu luas kepala, leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri, masing masing 9 %, sisanya 1 % adalah daerah genetalia. Rumus ini digunakan untuk menaksir luasnya tubuh yang terbakar pada orang dewasa. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-1520 uintuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing masing 10 %, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing masing 15 %.

F. PATOFISIOLOGI Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal tersebut menyebabakan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke dalam bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka

bakar derajat tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasi, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik. Paparan suhu yang tinggi pada tubuh manusia akan merusak kulit dan pembuluh darah kapiler maupun pembuluh darah yang lebih besar. Akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma, sel darah dan protein ( terutama albumin yang mempunyai BM besar dan berfungsi mengangkut makanan ) keluar dari dalam lumen pembuluh darah. Karena rusaknya pembuluh darah tubuh mengalami dehidrasi masif dan cairan dalam pembuluh darah menjadi lebih pekat. Selain itu suhu yang tinggi juga merusak lapisan dalam (mukosa) pembuluh darah yang akan memicu terbentuknya sumbatan pada pembuluh darah. Dan dalam beberapa jam setelah itu akan memicu terjadinya reaksi radang sistemik yang berlebihan ( Sindrom Reaksi Perdangan sistemik seluruh tubuh). Pada derajat satu luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat paling lama satu minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun. Derajat dua dangkal akan sembuh dalam waktu dua minggu dengan pengobatan pencegahan infeksi sekunder secara topikal ( dioleskan di kulit). Bila luka tidak sembuh pada minggu kedua ( derajat 2 dalam atau 3), luka akan sembuh dengan melalui terbentuknya jaringan granulasi (jaringan yang berwarna merah terang dan mengkilat) di daerah luka. Luka dengan tipe seperti ini yang merupakan indikasi untuk dilakukan tandur alih kulit. G. KOMPLIKASI Luka bakar derajat ringan tidak menimbulkan suatu komplikasi. Sedangkan, luka bakar derajat sedang dapat meninggalkan jaringan parut, dan jika jaringan ini di dapatkan pada sendi dapat menimbulkan kontraktur dan keterbatasan gerak sendi. Luka bakar derajat berat dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi. Pada fase kritis apabila tidak segera ditangani dapat terjadi dehidrasi, sepsis yang dapat

berakhir pada kematian penderita. Pemaparan bahan kimia dapat memperdalam derajat luka bakar. Yang paling aman pertolongan pertama pada luka bakar adalah mengalirkan iair dingin ke daerah luka tersebut. Fase penyembuhan luka yang terlalu lamaakan meniumbulkan penyembuhan luka dengan skar yang tebal yang mempunyai resiko timbulnya keloid, kontraktur sendi- sendi anggota gerak dan tampilan kulit yang buruk. Dan apabila hal ini tidak di tindak lanjuti maka akan mengakibatkan kehilangan fungsi anggota gerak yang permanen. H. PENATALAKSANAAN Indikasi rawat inap Penderita dengan luka bakar ringan hanya memerlukan perawatan luka secara rawt jalan. Sedangkan penderita dengan luka bakar sedang (15 % >derajat II < 40 %, derajat III < 10 %) dan berat ( Derajat II > 40 %, derajat III > 10 %) merupakan indikasi untuk rawat inap. 1. Tahap I ( Fase resusitasi / fase kritis) Tahap ini berlangsung antara 2 6 minggu perawatan tergantung beratnya luka bakar dan kondisi penyerta lainnya. Tujuan utama tahap ini adalah mempertahankan hidup penderita. Tata laksana tahap ini meliputi : a. Tatalaksana cairan Pada penderita luka bakar sedang dan berat terjadi kehilangan cairan tubuh yang sangat banhyak yang dapat mencapai 2 3 kali jumlah cairan yang beredar di dalam pembuluh darah.Kondisi ini terjadi pada awal awal terjadinya luka bakar. Untuk mengatasinya dilakukan pemberian cairan dalam bentuk cairan elektrolit dengan berbagai rumus Baxt6er dan lainnya. Pada hari hari berikutnya terapi cairan merupakan kombuinasi terapi cairan elektrolit dan pemberian nutrisi parenteral dengan pemberian protein, asam aamino esensial dan

10

lemak. Tata laksana ini dipantau secara ketat dan cermat sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan cairan pada penderita. Pemantauan dilakukan sampai penderita selesai menjalani perawatan di rumah sakit. b. Tatalaksana nutrisi Tata laksana dilakukan kombinasi antara nutrisi per oral dengan nutrisi parenteral melalui infus. Tatalaksana nutrisi penting karena dapat menentukan lamanya luka sembuh, lama perawatan di rumah sakit, dan perwatan lainnya. Biaya untuk nutrisi penderita luka bakar merupaka komponen yng tidak sedikit karena memerlukan pemberian albumin perinfus untuk menjaga stabilitas asupan zat zat yang dibutuhkan tubuh yang diangkut oleh albumin.Dengan jumlah kalori yang diberikan maksimal 30 kalori/kgBB/hari. c. Tatalaksana SIRS, Sepsis dan trombosis Tatalaksana SIRS dan sepsis membutuhkan biaya yang tidak sedikit karena mencakup pemberian imuno globulin untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

2. Fase penyembuhan luka a. Perawatan luka bakar secara terbuka Perawatan luka secara terbuka dilakukan dengan tidak menutup luka bakar tersebut. Perawatan terbuka ini kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia, karena tingginya kelembabpan udara memudahkan timbulnya infeksi pada luka bakar yang dirawat secara terbuka. Selai itu perawatan luka secara terbuka memudahkan penguapan yang akan berakhir dengan mudah terjadinya dehidrasi berulang.

11

b. Perawatan luka bakar secara tertutup Perawatan dilakukan dengan menutup luka bakar. Keuntungan dengan cara aini adalah berkuranganya penguapan dan memperkecil terjadinya infeksi dengan mengurangi pemaparan terhadap mikroorganisme. Beberapa sediaan untuk perawatan luka bakar : a. Sediaan perak b. Sediaan lain : feracrylum 1 %, asam hyaluranic, bio keramik 3. Fase pengembalian fungsi organ anggota gerak Fase ini dilakukan bila terdapat gangguan fungsi pada anggota gerak setelah luka bakar sembuh. Biasanya hal ini dilakukan dengan membuang skar yang mengganggu gerakan dan luka terbuka yang terbentuk karena tindakan ditutup dengan kulit dengan ketebalan yang mencukupi, yang biasanya diambil dari lipat paha penderita. Untuk mencegah pembentukan skar yang tebal dan kontraktur dipasngkan pressure garment (pakaian yang dapat menekan dengan kekuatan tertentu) yang dipakai oleh pasien antara 8 12 jam/hari. 4. Fase Estetika / Penampilan Fase ini merupakan hal terakhir dan tersulit pada pasien luka bakar, karean setipis dan sekecil apapun luka bakar akan menimbulkan bekas yang sulit dihilangkan dan akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menyamarkan berkas tersebut.Beberapa hal yang dapat dilakukan setelah luka kering dengan memberikan sediaan yang menghambat terjadinya keloid ( beberapa sediaan mederma, kenacort, silgeil) dengan berbagai komponen yang berbeda, sampai saat ini belum memberikan hasil seperti yang diharapkan.

12

BAB III ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Pedididkan Agama Suku Status Pekerjaan B. ANAMNESIS 1. Keluhan utama : Luka Bakar pada kedua kaki bawah sampai dengan pertengahan paha 2. Riwayat Penyakit Sekarang: Siang tadi kedua kaki pasien masuk kedalam tumpukan kulit padi yang terbakar selama 10 menit sampai pertengahan kedua paha kanan-kiri. Ia berhasil keluar dari dan mencari bantuan. Kemudian dibawa ke poliklinik di Karang Pandan, dimana oleh dokter kedua kaki pasien disiram air dingin dan pasien diinfus pada kedua lengan. Pasien mengeluh kakinya sakit sekali saat disiram air dingin. : Tn. G : 32 th : Laki-laki : Blora, Karang Pandan, Karang Anyar : SLTA : Islam : Jawa : Menikah : Pedagang Tanaman Hias

13

Setelah satu jam pasien dibawa ke IGD RSUD Dr.Moewardi dalam keadaan sadar. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat hipertensi Riwayat alergi Riwayat DM Riwayat asma 4. Riwayat keluarga: Riwayat Tumor Riwayat TBC Riwayat Hemofilia Riwayat DM Riwayat Alergi : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

Riwayat Mondok RS : disangkal

Riwayat Peny. ginjal : disangkal 5. Riwayat sosioekonomi: Tinggal di rumah bersama istri, anak serta adik 6. Riwayat kebiasaan: Merokok 3 batang per hari 7. Riwayat gizi: Makan 3 x sehari, tidak terlalu suka sayur-sayuran. C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan Umum: Compos Mentis, gizi kesan cukup 2. Vital Sign: Tensi: 120/70mmHg Suhiu: 37 C 4. Kepala: Mesochepal 5. Mata : Eksophtalmus (-), Reflek pupil (+/+), Pupil isokor (3mm/3mm), CA (-/-), Si (-/-) Nadi: 80x/menit, regular, isi cukup RR: 21X/menit, teratur

3. Kulit : Kering, turgor baik, rambut hitam, sawo matang

14

6. Telinga : Gangguan pendengaran (-) 7. Hidung: Rongga hidung, septum, mukosa dbn, epistaxis (-) 8. Mulut: Mukosa basah, bibir tidak sianosis 9. Leher : JVP tidak meningkat, kaku leher (-), kelenjar tiroid dBn, pembesaran KGB (-) 10. Thorax: Bentuk simetris, perapasan regular, thorachoabdomial,retraksi (-) Cor: Inspeksi: Ictus Cordis tidak tampak Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat Perkusi : Batas Jantung kesan tidak melebar Auskultasi: BJ I-II interval Normal, regular, bising (-) Pulmo: Inspeksi: Pergerakan dada kanan = kiri Palpasi: Fremitus Raba Kanan = kiri Perkusi: sonor/sonor Auskultasi: SDV (+/+), ST (-/-) + dinding dada Auskultasi : Peristaltik (+) normal Perkusi: tympani, asites (-) Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba 12. Ekstermitas: Luka combutio + 11. Abdomen: Inspeksi: dinding perut//

13. Status Lokalis: R: Cruris dextra et sinistra distal femur dextra et sinistra L: hiperemis, oedem, melepuh M: gerak terbatas karena nyeri, sulit untuk memflexikan lutut

15

F: nyeri, panas, dan parese pada cruris 14. Neurologis: saraf, otak, reflek, sensorik dBn 15. Genetalia: Laki-laki, scrotum teraba 2 testis

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG: Laboratorium darah: Hb : 9,9gr/dL Hct : 30,7 % Eritrosit : 4,2. 106/mm3 Leukosit : 6,3. 103L Trombosit : 3, 97.103L Waktu perdarahan : 2,00 Waktu Pembekuan : 4,00 HBsAg : (-) E. DIAGNOSIS : Combutio Grade II 27% F. PENATALAKSANAAN Tujuan: 1. Mengganti cairan yang hilang 2. Memelihara keseimbangan cairan tubuh dan suplai asam amino 3. Mencegah komplikasi: a. Infeksi b. Tukak lambung atau duodenum 4. Mengatasi nyeri 5. Mengatasi Anemia Strategi: 1. Terapi cairan a. Resusitasi Rumus Bexter

16

Pada 24 jam I diberikan : Ringer Laktat: 4 x BB x % luka bakar 4 x 60 x 27 = 6480 ml !/2 dari 6480 diberikan 8 jam pertama. Jadi, 3240 ml dalam 8 jam. Dan 3240 ml sisanya diberikan dalam 16 jam kemudian.

Pada 24 jam II dilanjutkan Ringer Laktat : 4 x BB x % luka bakar 4 x 60 x 27 = 6480 ml Diberikan sedemikin rupa sehingga didapatkan produksi urin 50-100 ml/jam b. Rumatan Infus KAEN 3B : Amiparen = 1:1 Dengan dosis disesuaikan dengan keadaan pasien, balance cairan, dan kadar elektolit pasien. 2. Mencegah komplikasi a. Infeksi - Antinfeksi topical silver sulfadiazine cream 1% Setelah luka dibersihkan & didebridement, oleskan 1-2x sehari - Antibiotik Profilaksis injeksi Ceftazidim 1 g/12 jam IV b. Tukak lambung atau duodenum Injeksi Ranitidin 50 mg tiap 8 jam IV c. Tetanus injeksi ATS 1500UI 3. Mengatasi nyeri Injeksi IV perlahan Tramadol 50 mg dalam I menit dapat diulang tiap 30-60 menit maksimal 400 mg 1 hari. 4. Mengatasi Anemia Ferrofumarat 2 dd 200 mg

17

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Surakarta, 23 April 2008 R/ Infus RL flb No. XXVI Infus KAEN 3B flb No. II Infus Amiparen flb No. II Injeksi Ceftazidim amp. No II Injeksi Tramadol amp No. III Injeksi Ranitidin amp No.III Silver sulfadiazine cream 1% No. Anti tetanus serum 1500 UI Transfusi set No.I Abbocath No. 22 No. I DC No.I Spuit cc 10 No.I Urin bag No. I Spuit cc 3 No. VI Simm Ferofumarat tab mg 200 No. II S 2 dd tab 1 d.c Pro: Tn G 32 th

18

BAB IV PEMBAHASAN

A. Tindakan Umum
Upaya pertama saat terbakar dalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala. Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah luk bakar dalam air atau menyiraminya dengan air mengalir, sekurang-kurangnya lim belas menit. Ini bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Dengan demikian, luka yang sebenarnya menuju derajat II dapat berhentim pada derajat I, atau luka yang akan menjadi tingkat III, bisa dihentikan pada tingkat II. ( Wim de Jong, 2006) Prinsip penanganan utama dari luka bakar setelah mendinginkan daerah yang terbakar adalah mencegah infeksi dan memberi kesemptan sisa-sisa sisa sel epitel untuk berproliferasi, dan menutup permukaan. (Wim de Jong, 2006)

B. Pembahasan Terapi
19

Terapi yang dipilih pada kasus Luka Bakar diatas adalah, antara lain: 1. Infus RL 2. Infus KAEN 3Bs 3. Infus Amiparen 4. Injeksi Tramadol 5. Injeksi Ranitidin 6. Silver sulfadiazine cream 1% 7. Injeksi Ceftazidim 8. Ferofumarat 9. ATS

B.1 Infus RL Pada resusitasi luka bakar, kita menggunakan RL . RL merupkan cairan fisiologis jika volume besar diperlukan. RL lebih mudah didapatkan dan dapat diberikan pada usia berapapun.Laktat yang terdapat dalam cairan ini akan dikonversi oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk asidosis metabolik ringan RL baik untuk keadaan defisit CES, kehilangan pada intra-operatif, cairan pilihan pad kasus trauma. Walaupun begitu RL tidak memasok kalori. ( Karsono, 2000). Namun hal ini dapat diatasi dengan pemberian kombinasi pemberian nutrisi parenteral dengan pemberian protein, asam amino dan asam lemakpada perawatan hari hari berikutnya.

20

RL mempunyai konsentrasi Natrium lebih sedikit 130 mEq/ L( kalo NaCl= 154 mEq/L) . Konsentrasi PHnya RL pun lebih tinggi dibanding dibanding NaCl ( 6,5 dibanding 5) yang lebih mendekati tingkat fisiologis. ( Oliver, 2008). B.2. Silver SulfaDiazin ( SSD ) Ketika luka bakar terjadi, tubuh berupaya untuk memperbaiki jaringan yang rusak. Badan akan mengerahkan seluruh darah dan Antibodi ke lokasi luka bakar. Proses ini dapat menyebabkan terbentuknya jaringan parut palsu eschar. Eschar merupakan jaringan mati, ia tidak bernafas dan tidak memungkinkan lalu lintas keluar masuknya bagian-bagian ke dalam kulit. Dengan begitu salep antibiotika tidak bisa menembus masuk. Karena itu obat tidak akan menimbulkan efeknya. Eschar juga menghalangi pertumbuhan sel-sel mati , maka harus dihilangkan. Untuk itu digunakan salep Silver Sulfadiazin ( SSD) sebagai antiseptik yang mempunyai kandungan aktif yang mempunyai kemampuan menembus kulit mati kemudian melunakkan jaringan kulit mati, sehingga eschr dapat dilenyapkan. In vitro, obat SSD menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, termasuk species yang telah resisten terhadap sulfonamid. SSD mempunyai kerja bakterisid kuat terhadap banyak bakteri khususnya Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, E.Coli, Proteus dan Pseudomonas. ( Tjay, 2005)

21

SSD tidak diinaktivasi oleh PABA. SSD digunakan untuk mengurangi jumlah koloni mikroba dan mencegah infeksi luka bakar. Ag dilepaskan secara pelan-pelan sampai mencapai kadar toksik yang selektif untuk memberikan sifat bakterisidnya. Ag hanya sedikit diserap tetapi sulfadiazin dapat mencapai kadar terapi bila permukaan yang diolesi cukup luas ( Mariana,m 2004) SSD sukar larut, maka tidak mengendapkan protein dan tidak merangsang atau menimbulkan rasa sakit pada penggunan lokal. Walaupun jarang terjadi, efek samping dapat timbul dalam bentuk rasa terbakar, gatal dan erupsi kulit. Obat ini dalam bentuk cream (1-3 % ) Kandungan antimikroba SSD mempunyai waktu paruh 12 jam, yang berarti harus diberikan 1 2 kali sehari. ( Tjay, 2005) Setelah 2-3 hari, barulah kita memiliki gambaran yang tepat tentang kondisi luka dan terapi apa yang mesti diberikan. SSD selalu menjadi pilihan pertama karena salep ini juga mengandung antibiotika di dalamnya. Disamping kandungan silver yang melakukan fungsi debridemen. Sediaan lain,kita mengenal tulle untuk mencegah permukaan luka menempel langsung pada kassa. Feracrylum 1% merupakan cairan multifungsi sebagai cairan pencuci, pelembab dan anti septik, penghenti perdarahan dan bersifat higroskopis kuat sehingga tidak mudah menempel pada kassa.cairan ini tidak perih dan tidak menimbulkan alergi.

22

Butiran bio keramik yang berfungsi untuk menyerap dan merangsang penyembuhan luka terbuka. Sediaan ini merangsang DMA pembentukan kolagen tipe1 yang akan menyembuhkan luka tanpa skar. Yang merupakan penyembuhan luka yang ideal. Namun sediaan ini amat mahal.

B.3. Injeksi Ranitidin Senyawa ini daya menghambatnya terhadap sekresi asam lebih kuat daripada cimetidin, tetapi lebih ringan dibandingkan penghambat pompa proton ( omeprazol ). Tidak merintangi perombakan oksidatif dari obat-obat lain, sehingga tidak mengakibatkan interaksi yang tidak diinginkan. Selain pada gastritis dan tukak lambung, obat ini juga digunakan selama penggunaan prednison guna menghindari keluhan lambung Resorpsinya pesat dan baik, tidak dipengaruhi oleh makanan. BA nya 50 60 %, plasma t nya kira-kira 2 jam. Sifatnya sangat hidrofil, maka Ppnya ringan (15 %) dan sukar memasuki CCs. Ekskresinya melalui kemih terutama dalam keadaan utuh. Efek sampingnya mirip cimetidin, tetapi tidak menimbulkan gynecomastia ( karena tidak bersifat antiandrogen ) dan efek-efek psikis ( perasaan kalut). Dosis ranitidin 1 dd 300 mg sesudah makan malam atu 1 ampul/ 12 jam.

23

B.4. injeksi Tramadol Dianggap sebagai analgetik opiat karena bekerja pusat, efek sedang, sifat adiksi ringan, tapi tidak menekan pernafasan, tidak mempengaruhi sisem kardiovaskuler dan motilitas lambung usus. 120 mg tramadol oral setara dengan 30 60 mg morfin oral. Untuk nyeri sedang sampai hebat digunakan per rektal atau parenteral. Efek samping berupa mual muntah, berkeringat, pusing, mulut kering, obstipasi, nyeri kepala dan rasa letih. Dosis : > 14 tahun 3 4 dd 50 100 mg, maks 400 mg perhari. Anak anak 1 14 tahun 3 -4 dd 1 2 mg/ kgBB. B. 5 injeksi Ceftazidim Termasuk golongan sefalosporin generasi ke tiga. Aktifitas terhadap kuman gram negatif lebih kuat dan lebih luas daripada sefalosporin generasi pertama dan kedua, meliputi Pseudomonas dan bacteroides. Resistensi terhadap laktamase lebih kuat, tapi khasiat terhadap stafilokokus labih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE. Digunakan untuk infeksi berat Pseudomonas, ex. ISK, sebagai profilaksis pada bedah prostat, meningitis e.c kuman gram negatif. Dosis : i.m / i.v 2 dd 0,5 1 g. B. 6 Ferofumarat

24

Mengandung Fe tertinggi sebesar 33 %, sifat merangsangnya ringan dan tidak menimbulakan rasa logam, sehingga dipilih sebagai hemopoietik pilihan pertama pada terapi oral. Dosis 2 dd 200 mg ( = 65 mg Fe ) antara jam makan. B. 7 infus KAEN 3Bs Komposisi per 1 liter berupa Na 50 mEq, K 20 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq, gukosa 27 g. Diberikan untuk menyalurkan atau memelihara keseimbangan air dan elektrolit pada keadaan dimana asupan oral tidak cukup atau tidak mungkin. B. 8 infus Amiparen Komposisi per 1 liter berupa asam amino bebas 100 g, nitrogen 15,7 g, Na 2 mEq, asetat 120 mEq, asam amino rantai cabang 30 %. Digunakan untuk suplai asam amino pada hipoproteinemia, malnutrisi dan kondisi pra / post OP. B. 9 ATS Vaksin pasif anti tetanus digunakan sebagai profilaksis pada luka yang dalam dan terinfeksi basil tetanus, biasanya dikombinasi dengan kemoterapeutika. Dosis untuk pencegahan 1500 UI, untuk pengobatan 5000 10000 UI.

25

BAB V KESIMPULAN

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan zat zat yang menghasilkan panas atau zat zat yang bersifat membakas. Berdasarkan kedalamannya luka bakar dibagi menjadi luka bakar derajat I, derajat II superficial, derajat II deep, derajat III. Berat luka bakar dihitung berdasarkan luasnya, dan dibagi menjadi luka bakar ringan, sedang, dan berat. Tatalaksana pokok luka bakar meliputi 4 tahap. Tahap pertama adalah tahap resusitasi meliputi tatalaksana cairan, tatalaksana nutrisi, tatalaksana SIRS, sepsis dan trombosis. Tahap kedua adalah fase penyembuhan luka, tahap ketiga adalah tahap pengembalian fungsi gerak, dan tahap keempat adalah tahap estetika. Tahap pertama dan tahap kedua adalah tahap yang sangat penting yang menentukan kelanjutan hidup penderita, dan pengetahuan serta penguasaan ilmu farmasi sangat membantu dalam tatalaksana tahap pertama dan kedua.

26

Anda mungkin juga menyukai