Anda di halaman 1dari 4

Draft Siaran Pers Rumah123.

com

PASAR PROPERTI INDONESIA TETAP POSITIF,


HASIL TEMUAN SURVEI OLEH IPROPERTI GROUP
Masyarakat Indonesia memiliki gairah yang cukup besar untuk membeli properti dibandingkan masyarakat dari negara lain. Dari survei yang telah dilakukan, 75,4% masyarakat merencanakan membeli properti dalam waktu dekat. Sebesar 33,6% masyarakat Indonesia memiliki properti sebanyak dua atau lebih properti. Jumlah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan Malaysia yang 41,1% masyarakatnya yang memiliki dua atau lebih properti Investasi properti belum menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia, berbeda halnya dengan masyarakat negara Singapura dan Hong Kong

Jakarta, 20 Februari 2012 Berdasarkan survei pasar properti online yang pertama kali dilakukan oleh iProperti Group, jaringan website properti no.1 di Asia, terungkap bahwa kebutuhan akan properti dan perumahan di Indonesia terus meningkat. Melalui survei yang diperoleh dari BPS pada tahun 2010, kebutuhan jumlah properti saat ini telah mencapai hingga 13 juta unit. Dengan perbandingan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa, jumlah ini bukanlah jumlah yang dapat dikatakan sedikit, Dimana sekitar 78 persen dari jumlah penduduk telah menempati properti yang layak sebagai tempat tinggal, dan sisanya sebesar 21 persen atau sekitar 13 juta keluarga belum menempati properti pribadi milik mereka sendiri. Survei yang dilakukan oleh portal properti terkemuka dibawah iProperti Group Indonesia yaitu portalrumah123.com dan rumahdanproperti.com menunjukkan bahwa mayoritas dari penduduk Indonesia yang disurvei telah memiliki rumah ( sebesar 91.2%), sementara 4.9% lainnya memiliki apartemen. Jenis properti lain, seperti perumahan yang disubsidi oleh pemerintah, hotel dan ruko, hanya dipilih oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. "Hal yang menarik yang didapat dari survey ini, bahwa sebesar 33,6% dari mereka yang disurvei memiliki satu atau lebih properti. Prosentase yang lebih kecil dibandingkan dengan negara lain, misalnya Malaysia. Sebesar 40% penduduk Malaysia memiliki dua atau lebih properti,dan merupakan proporsi yang lebih tinggi dibandingkan di negara lain," kata Shaun Di Gregorio, CEO dari iProperti Group. Survei menunjukkan adanya kecenderungan di penduduk Indonesia, bahwa kebutuhan untuk memiliki properti pribadi sampai saat ini belum menjadi prioritas utama bagi mereka. "Ini adalah kesempatan yang baik bagi para pengusaha properti untuk mendorong masyarakat Indonesia memiliki properti sebagai investasi untuk jangka panjang," ditambahkan Di Gregorio. Hasil Penemuan Meraih lebih dari 3 juta investor properti perbulan, iProperti Group menjadi perusahaan yang berpengaruh di pasar properti dan kini menjadi pemimpin pasar website properti di Malaysia (iproperti.com.my), Hong Kong (GoHome.com.hk), Indonesia (Rumah123.com dan rumahdanproperti.com) dan Singapura (iproperti.com.sg) dan melakukan berbagai pengukuran pendapat berhubungan dengan bisnis properti dari ribuan penduduk dari masing-masing negara. Partisipan survei ini adalah masyarakat dengan rentang usia 26-40 tahun dimana sebagian besar berprofesi sebagai eksekutif manajerial dan profesional. Para peserta survey merupakan penduduk dengan pendapatan tahunan rumah tangga berada di atas rata-rata pendapatan nasional. Pemilihan ini juga didasarkan pada kemampuan penduduk untuk melakukan pembelian properti dan melakukan pemilihan berinvestasi di bidang properti. Berdasarkan survei yang telah dilakukan, penentuan keputusan untuk memiliki suatu properti bagi penduduk Indonesia dan Malaysia dipengaruhi oleh lokasi properti, yang kemudian disusul oleh harga

properti. Sementara, berlaku sebaliknya, penduduk di Singapura dan Hong Kong lebih mempertimbangkan harga properti dibandingkan lokasi properti. Faktor inilah yang cukup membedakan preferensi pilihan penduduk di negara yang mencakup wilayah yang luas, yaitu Indonesia dan Malaysia, dengan penduduk di negara yang memiliki cakupan wilayah yang tidak terlalu luas, yaitu Singapura dan Hong Kong. Whatimportantfactorsdoyoutakeintoaccountwhenyouarereadytopurchasea property? Politicalandeconomicclimate Recommendations Financingeligibility/process Developer'strackrecordandreputation Potentialcapitalappreciation/ROI Potentialrentalyield Price Location 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 Dibandingkan Singapura, Malaysia dan Hong Kong, Indonesia masih menempati urutan terendah dalam preferensi pembelian properti sebagai bentuk investasi yang disewakan. Motivasi kepemilikan properti di Indonesia saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh alasan kepemilikan properti pribadi, kemudian diikuti oleh Hong Kong. Penduduk Malaysia memiliki ketertarikan pada properti sebagai investasi yang dapat dijual kembali. Sementara hampir 40% dari penduduk yang menjadi peserta survei di Singapura tertarik pada pendapatan sewa dari properti mereka, meskipun sektor sewa relatif kecil. Whatisyourmainmotivationtopurchaseproperty? 100% 80% 60% 40% 20% 0% Malaysia Singapore Indonesia HongKong 40.7% 34.2% 50.5% 57.9% 28.2% 26.1% 24.2% 25.3% 39.7% 14.9% 27.2% Investmentforresale Rentalincomeinvestment Toownmyownproperty HongKong Indonesia Singapore Malaysia

31.1%

Kepemilikan properti bagi penduduk di 4 negara peserta survey menunjukkan bahwa negara Singapura dan Malaysia merupakan negara yang penduduknya lebih dominan memiliki dua properti atau lebih. Indonesia menempati urutan ketiga untuk kepemilikan dua properti atau lebih, setelah Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia merupakan target pasar yang cukup potensial untuk didorong dalam melakukan pembelian properti.

Owningtwoormoreproperties 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% Malaysia Singapore Indonesia HongKong 15.7% 41.1% 34.8% 33.6%

Keinginan yang besar untuk membeli properti luar negeri dimiliki oleh penduduk Singapura yaitu sebesar 42.2%. Partisipan survei di Singapura menunjukan ketertarikannya untuk memiliki properti di luar negeri, dimana prosentase nya lebih signifikan dan lebih besar dari negara partisipan lainnya. Di Indonesia, peserta survei yang berencana membeli properti di luar negeri mempunyai kecenderungan untuk membelinya dalam waktu 2 tahun atau lebih dari waktu sekarang. Hal ini menjadi perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan dengan 3 negara lain yang disurvei yang proporsi pembelian properti di luar negeri cenderung cukup besar persentasenya. Para peserta survei di Indonesia memiliki minat yang masih sangat sedikit untuk berencana membeli properti di luar negeri. Survei menunjukkan preferensi masyarakat Indonesia untuk membeli properti lokal masih menjadi prioritas daripada membeli properti di luar negeri Namun apabila mereka punya keinginan untuk membeli properti di negara lain, Singapura adalah lokasi yang paling diinginkan untuk hal tersebut. Posisi kedua diduduki oleh Australia sebagai lokasi properti di luar negeri yang ingin dimiliki oleh peserta survei. Intendtobuyoverseasproperty 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% Malaysia Singapore Indonesia HongKong 17.9% 17.7% 15.3% 42.2%

Pasar Properti pada tahun 2012 Gambaran Asia Adanya isu krisis ekonomi yang muncul di Eropa dan Amerika Serikat sedikit banyak memberikan dampak terhadap perekonomian dan bisnis properti Asia di tahun 2012. Namun, pertumbuhan properti di Asia optismis dapat bergerak maju dengan dukungan kuatnya konsumsi domestik yang terjadi di negara-negara Asia. Asian Development Bank (ADB) pun mengumumkan bahwa mereka telah merevisi proyeksi pertumbuhan Asia di bidang properti untuk 2012 menjadi 7.5% (tidak termasuk Jepang) pada bulan September 2011. Walaupun inflasi diperkirakan akan menetap sebesar 4.6% pada tahun 2012. Indonesia: Optimisme Konsumsi Domestik - Pembeli Asing Dinomorduakan Di Indonesia, tingkat perekonomian yang tumbuh sebesar 1,5% di kuartal pertama 2011, 2,9% di kuartal kedua 2011 dan 3,5% di kuartal ketiga 2011, memicu kenaikan harga properti residensial sebesar 4,5% dari awal tahun sampai akhir kuartal ketiga 2011. Tingkat perenomian penduduk yang terus tumbuh secara stabil menjadi salah satu indikator yang dapat membangkitkan gairah bisnis properti di Indonesia. Periode ini juga mempengaruhi kenaikan harga bahan bangunan, yang mungkin memiliki faktor dalam kenaikan harga properti.

Di 14 kota yang disurvei oleh Bank Indonesia, termasuk Jabodetabek-Banten, Surabaya dan Bandung, pasokan properti perumahan ditemukan melampaui permintaan, dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut sampai tahun 2012. Angin segar bagi para pembeli domestik ini ternyata tidak berlaku bagi para pembeli asing di Indonesia. Adanya pembatasan kepemilikan properti untuk orang asing menjadi faktor yang kurang menguntungkan bagi para pembeli asing yang ingin melakukan investasi di Indonesia. Warga asing di Indonesia tidak dapat memiliki properti sendiri. Mereka hanya dapat memiliki sewa jangka panjang atau memperoleh tanah melalui individu yang diangkat atau perusahaan investasi asing (Penanaman Modal Asing atau PMA). Namun, implementasinya tidak berjalan dengan mulus. Sebuah perpanjangan yang diusulkan untuk periode sewa, dari 25 tahun menjadi 70 tahun, telah macet sejak akhir 2010. Dukungan dari pemerintah untuk memberikan fasilitas bagi warga asing yang ingin berinvestasi properti di Indonesia masih cukup minim sampai saat ini. Malaysia: Antusiasme Positif Bisnis Properti Perekonomian Malaysia mulai tumbuh dalam tiga kuartal pertama tahun 2011, dengan kenaikan sebesar 5,2%, 4,3% dan 5,8% pada masing-masing kuartal. Perumahan dan harga properti Malaysia terus naik di 2011. Indeks Harga Rumah Malaysia untuk kuartal ketiga 2011 melaporkan, peningkatan dari tahun ke tahun sebesar 3,15% pada harga rumah, turun dari 5,76% pada saat yang sama tahun lalu. Menyesuaikan dengan inflasi yang terjadi, harga rumah dan properti menjadi turun sebesar 1,96% untuk periode ini. Rumah, apartemen/kondominium tetap menjadi yang terfavorit di kalangan pembeli properti Malaysia. Meskipun pasokan high-end kondominium tetap jauh di atas permintaan, dengan 2.278 proyek tambahan selesai di Kuala Lumpur selama kuartal ketiga. Adanya program Malaysia Rumah Kedua Saya di bawah Departemen Parwisata memungkinkan orang asing yang memenuhi kriteria untuk tinggal di Malaysia tanpa halangan. Berbeda dengan kepemilikan asing yang terjadi di Indonesia yang masih mendapat banyak hambatan dari pemerintah. Singapura: Jaga Keyakinan akan Pertumbuhan Bisnis Properti Perekonomian Singapura tumbuh dalam tiga kuartal pertama tahun 2011, dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9,4%, 1,0% dan 6,1%. Sedangkan pertumbuhan di tahun 2012 diharapkan menjadi lebih rendah, dengan Otoritas Moneter Singapura yang memprediksi pertumbuhan sebesar 1 - 3% saja. Harga properti residensial swasta di Singapura naik sebesar 1,3% di kuartal ketiga 2011, lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan 2,0% pada kuartal sebelumnya. Keyakinan tetap muncul dari penduduk Singapura yang menjadi peserta survey dengan memberikan tanggapan positif mengenai pasar properti. 68% dari mereka berencana untuk membeli properti dalam 6-12 bulan ke depan. Penduduk Singapura sangat tertarik pada properti kondominium dan pendapatan sewa dari kodominium tersebut. Hong Kong: Pembelian yang Lebih Selektif Berdasarkan survei yang telah dilakukan, 29,1% penduduk Hong Kong berada di flat Perumahan Sewa Publik (PRH), sementara 18,1% menempati flat bersubsidi. Pada tahun 2012, pemerintah Hong Kong merencanakan untuk membebaskan sewa perumahan publik dalam rangka memberikan bantuan kepada kelompok berpenghasilan rendah dan menengah. Hal ini tentu saja dapat memicu kalangan-kalangan yang lebih luas di Hong Kong untuk memiliki properti di negara tersebut. Lebih dari separuh penduduk Hong Kong yang menjadi peserta survey, yaitu sebesar 53%, berniat untuk membeli properti dalam 1-2 tahun ke depan. Pertumbuhan bisnis properti di Indonesia pada tahun 2012 akan berkembang pesat seiring dengan adanya keinginan yang cukup besar dari sebagian besar masyarakat Indonesia yang ingin segera memiliki properti. Perubahan ekonomi yang terjadi di Eropa dan Amerika pun tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi pertumbuhan bisnis properti di negara-negara Asia, tak terkecuali Indonesia, dikarenakan besarnya konsumsi pasar domestik di negara-negara terkait. Konsumsi domestik yang besar ini juga terjadi di Indonesia. Walaupun konsumsi akan properti di Indonesia masih memprioritaskan kebutuhan akan perumahan dan belum memiliki antusiasme yang besar untuk berinvestasi di bidang properti, seperti Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. ***

Anda mungkin juga menyukai