Anda di halaman 1dari 5

KOMPOS*)

Oleh Budi Prasetya Kepala UPT Kompos, Laboratorium Biologi Tanah Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang

Pengertian Kompos
Pemupukan dengan pupuk kandang (pukan) dan pupuk hijau (pujau) saja dalam skala luas, belum dapat memenuhi kebutuhan bahan organik untuk menyediakan nutrisi dan kadar bahan organik tanah yang memadai, karena: (1) untuk memperoleh pukan dalam jumlah yang besar, lebih-lebih yang sudah terdekomposisi (matang) tidak mudah, (2) budidaya tanaman penghasil pujau tidak selalu berhasil dan jumlahnya reltif terbatas, (3) ada kendala lain dalam hal ini karena mengurangi areal tanaman utama, dan (4) tidak menghasilkan (pendapatan langsung) kecuali bahan pujau selama penanaman. Pembuatan kompos dalam kasus seperti ini dimaksudkan dapat membantu mengatasi kendala di atas dengan memanfaatkan sumber bahan lain selain pukan dan pujau. Pembuatan kompos adalah merupakan serangkaian kegiatan mengumpulkan bahan-bahan organik, mengatur kelembaban, suhu dan tata-udara dari tumpukan yang dibuat sehingga memacu penguaraian bahan organik menjadi kompos. Bahan organik yang sudah menjadi kompos sempurna mempunyai nisbah C dan N (C/N) yang rendah ( bisa 15) sebelum diberikan kepada tanaman sebagai pupuk. Namun demikian mengingat berbagai faktor yang mempengaruhi proses perubahan di dalam tumpukan bahan pada pembuatan kompos, hendaklah diperhatikan tahapan-tahapan sebagai langkah-langkah pengomposan berikut (Gambar 1).

PENGUMPULAN PEMILAHAN DAN BAHAN PENGHALUSAN

PENUMPUKAN BAHAN KOMPOS/FERMENTASI

PANEN

PENGAYAKAN/ PENYARINGAN

PENGEMASAN

Gambar 1. Skema Langkah-langkah Pembuatan Kompos LANGKAH-LANGKAH PENGOMPOSAN Langkah-langkah pembuatan kompos di atas tidak cukup memberikan penjelasan yang rinci untuk dapat dipraktekkan dengan tepat, sehingga perlu diberikan uraian mengenai masing-masing langkah dan kegiatan di dalamnya. 1. Pengumpulan bahan baku pembuatan kompos merupakan langkah awal yang penting. Pada tahap ini pertimbangan tentang jumlah dan jenis bahan baku untuk kompos harus menjadi pertimbangan utama. Jenis bahan dari sisa-sisa tumbuhan dengan kadar nutrisi yang tinggi, kadar air rendah, mudah dirombak, dan tidak mengandung bahan pencemar dapat dipilih sebagai bahan utama. Jumlah bahan baku yang terlalu sedikit tidak cukup untuk membuat kompos yang memadai, tetapi jumlah yang berlebih dan tidak segera dapat diolah menjadi kompos sering juga menimbulkan masalah dalam lingkungan di sekitarnya. 2. Pemilahan bahan baku berdasarkan jenis dan karakternya dapat dilakukan sebelum proses penghalusan atau pencacahan. Pemilahan demikian ini dapat mempermudah pekerjaan dan mencapai mutu kompos yang dikehendaki. Struktur bahan-bahan yang akan dibuat kompos jangan terlalu kasar. Bahan-bahan seperti jerami, bahan-bahan pangkasan, dan hijauan, sebaiknya dirajang menjadi potongan-potongan yang lebih halus. Semakin halus bahan bakukompos dirajang maka semakin cepat proses pengomposan dan pematangan yang lebih sempurna. Bahan-bahan yang kurang mengandung N harus dicampur dahulu dengan bahan-

bahan yang banyak mengandung N, juga dengan bahan yang banyak mengandung jasad renik; misalnya pupuk kandang, humus, dan lain-lain. 3. Penumpukan bahan baku dan penyediaan lingkungan mikro yang mendukung dalam proses fermentasi merupakan salah satu kunci untuk mencapai mutu kompos yang baik. Beberapa hal penting yang perludiperhatikan dalam tahapan ini adalah: (a) Suhu, (b) Kelembaban, (c) Tata udara (aerasi), dan (d) pH atau keasaman bahan yang diproses. Suhu optimal bagi aktivitas dan perkembangan mikro perombak bahan organik adalah 25 35oC. Kelembaban dalam tumpukan bahan baku kompos ditunjukkan dalam kadar air bahan adalah 30 40%. Tata udara yang baik akan menjadikan tumpukan bahan baku tetap berada pada kisaran suhu dan kelembaban yang optimal tersebut, apabila suhu dan kelembaban di luar kisaran tersebut maka diperlukan upaya untuk mencapai kondisi optimal yangdimaksud. Demikian juga halnya dengan keasamandapat diperbaiki dengan menghindarkan hambatan pada suhu, kelembaban, dan aerasi. Pada umumnya keasaman meningkat dengan semakin banyak lindi (lechate) yang dihasilkan dalam pengomposan. Hindarkan kelembaban yang berlebih yang dapat menimbulkan kelebihan air. Bahan-bahan untuk kompos ditumpuk berlapis-lapis di atas tanah. Tiap-tiap lapisan setebal < 30 cm, kira-kira merupakan hasil pemupukan sehari dan luasnya lapisan 2 x 3 m. Tinggi tumpukan seluruhnya hendaknya selesai dalam waktu < 5 hari. Untuk mempercepat proses penguraian, pada tiap-tiap lapisan diberikan tambahan mikroba perombak, kapur atau abu dapur secukupnya. Perlu diperhatikan dalam penembahan bahan kapur atau abu ini tidak boleh berlebihan karena bisa jadi malah menghambat pertumbuhan dan perkembang-biakan mikroba pengurai. Kapur dapat meningkatkan pH, demikian juga abu sebagaimana telah dibuktikan dalam penelitian di lapangan pada tanah Gambut dengan penambahan abu janjang kelapa sawit diperoleh peningkatan pH tanah (Abdurrahman, 2006). Tumpukan kompos harus cukup lembab dan diberi penutup dan atap untuk mencegah panas matahari dan hujan. Setiap satu bulan tumpukan dibongkar untuk dibalik dan ditumpuk kembali. Dengan jalan demikian perubahan di dalam tumpukan dapat merata. Setelah 3 atau 4 kali dilakukan pembongkaran, pembalikan dan penumpukan kemabali, akan diperoleh kompos yang telah masak. Perkembangan Pembuatan Kompos Bahan kompos yang tersedia saat ini semakin beranekaragam, sehingga membawa konsekuensi dalam proses pembuatan, waktu yang diperlukan dalam pembuatan dan hasil yang diperoleh. Bahan kompos berupa sampah organik saat ini sudah banyak bercampur dengan bahan-bahan anorganik dalam bentuk plastik, kertas, aluminium voil, stereofoum, logam dan kaca, sehingga harus dipisahkan dahulu sebelum proses pembuatan kompos dlakukan (Gambar 2)

Foto by Budi Pras 06

Gambar 2. Sampah Organik yang Bercampur dengan Sampah Anorganik Komparasi Kompos dengan Pupuk Buatan Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik yang mengandung unsur hara tertentu dengan menggunakan bahan baku umumnya dari bahan tambang atau mineral dan kandungan unsur haranya tinggi. Di daerah tropika pupuk buatan lebih populer daripada pupuk alam, karena (1) pelapukan dari bahan organik di daerah-daerah tropika berlangsung dengan cepat, sedangkan pupuk alam jumlahnya sangat kurang untuk dapat memenuhi kebutuhan akan pupuk, dan (2) pupuk buatan lebih ekonomis, karena dapat meringankan ongkos pengangkutan dan tenaga kerja serta cepat memberikan pengaruh terhadap produksi. Pupuk buatan mempunyai sifat kebaikan dan keburukan, yaitu: I. Kebaikannya adalah: 1. Lebih mudah menentukan jumlah pupuk yang diperlukan sesuai dengan keperluan tanaman. 2. Hara yang diberikan dalam bentuk tersedia 3. Dapat diberikan pada saat-saat yang tepat 4. Pemakaian dan pengangkutannya lebih mudah dan murah karena kadarnya tinggi. II. Keburukannya adalah: 1. Bila tidak dengan perhitungan, pupuk buatan dapat merusak lingkungan 2. Umumnya sedikit mengandung unsur mikro, dan hanya unsur tertentu saja yang mempunyai

Anda mungkin juga menyukai