Anda di halaman 1dari 2

VINCENTIUS BASKHARA SUNARNO / 112010101046

TATALAKSANA RHINITIS ALERGI Imunoterapi Cara ini lebih dikenal sebagai dese nsitisasi atau hiposensitisasi.

C a r a n ya adalah dengan memberikan injeksi berulang dan dosis yang ditingkatkan dari alergen, tujuannya adalah mengurangi beratnya reaksi tipe I atau bahkan menghilangkan sama sekali. Imunoterapi bekerja dengan pergeseran produksi antibodi IgE menjadi produksi IgG atau dengan cara menginduksi supresi yang dimediasi oleh sel T (lebih meningkatkan produksi Th1 dan IFN-y). Dengan adanya IgG, maka antibodi ini akan b e r s i f a t "blocking antibody" karena berkompetisi dengan IgE terhadap

a l e r g e n , kemudian mengikatnya, dan membentuk kompleks antigen-antibodi untuk kemudian di fagosit. Akibatnya alergen tersebu t tidak ada dalam tubuh dan tidak merangsang membran mastosit. Antibodi netralisasi bekerja dengan cara memberikan anti IgE monoklonal. Antibodi ini berikatan d e n g a n IgE yang bebas di dalam tubuh dan tentu saja secara langsung a k a n mengurangi produksi IgE selanjutnya oleh sel B. Hasil akhirnya adalah konsentrasi IgE yang rendah mengurangi sensitivitas basofil. Cara ini tidak hanya digunakan untuk rinitis alergi, tetapi jenis alergi lain seperti alergi makanan.

PERBEDAAN RHINITIS ALERGI DAN RHINITIS VASOMOTOR

GEJALA SINUSITIS KRONIS 1. Gejala Subjektif Bervariasi dari ringan sampai berat, terdiri dari : Gejala hidung dan nasofaring, berupa sekret pada hidung dan sekret pasca nasal (post nasal drip) yang seringkali mukopurulen dan hidung biasanya sedikit tersumbat. Gejala laring dan faring yaitu rasa tidak nyaman dan gatal di tenggorokan. Gejala telinga berupa pendengaran terganggu oleh karena terjadi sumbatan tuba eustachius. Ada nyeri atau sakit kepala Gejala mata, karena penjalaran infeksi melalui duktus nasolakrimalis. Gejala saluran nafas berupa batuk dan komplikasi di paru berupa bronkhitis atau bronkhiektasis atau asma bronkhial. Gejala di saluran cerna mukopus tertelan sehingga terjadi gastroenteritis.

2. Gejala Objektif Temuan pemeriksaan klinis tidak seberat sinusitis akut dan tidak terdapat pembengkakan pada wajah. Pada rinoskopi anterior dapat ditemukan sekret kental, purulen dari meatus medius atau meatus superior, dapat juga ditemukan polip, tumor atau komplikasi sinusitis. Pada rinoskopi posterior tampak sekret purulen di nasofaring atau turun ke tenggorok. Dari pemeriksaan endoskopi fungsional dan CT Scan dapat ditemukan etmoiditis kronis yang hampir selalu menyertai sinusitis frontalis atau maksilaris. Etmoiditis kronis ini dapat menyertai poliposis hidung kronis.

Anda mungkin juga menyukai