Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pendapat didalam kehidupan sosial masyarakat kita, predikat usia lanjut seseorang sering dikonotasikan sebagai orang yang sudah mulai menurun kemampuan produktivitas dan aktivitas fisik sudah layak pensiun dari kegiatan pekerjaan, pantas untuk dimanjakan, cukup menunggui cucu di rumah atau mengantar cucu sekolah, harus dihormati untuk dimintai nasehat, pandangan dan pemikirannya lebih arif dan bijak, makin pikun, berlaku otoriter terhadap anak, sulit menyesuaikan diri dengan perubahan, makin meningkatkan kegiatan ibadah agamanya, kemunduran fungsi organik tubuh. Proses biologik baik yang sifatnya menua normal maupun karena penyakit, akan mempunyai dampak/berakibat kemunduran atau disfungsi pada sistem dan subsistem organ tubuh manusia. Proses penuaan fisik berlangsung sejak lahir dengan kecepatan berbeda antara masing-masing individu dan tiap-tiap organ tubuh. Kuantitas dan kualitas disfungsi tiap organ akan saling berpengaruh pada sistem faali dan struktur lainnya. Sampai umur 70 tahun orang kehilangan kira-kira 10 Kg otot, 15 persen tulang, dan 5 Cm tinggi badan. Buah zakar pria sudah mulai menciut pada usia 40 tahun, produksi sperma menurun, dan tidak bisa menghamili lagi setelah usia 90 tahun. Jarak ejakulasi sudah menurun dari semula 2 feet waktu remaja menjadi tinggal 2 inci saja lagi pada usia tua. Jaringan ikat penis meningkat sehingga sifat busa spongiosa pembuluh darah di dalamnya sudah berkurang. Hormon pria testosteron menurun 1% setiap tahun. Sedang wanita sudah tidak subur sejak rata-rata umur 50 tahun. Pada masa itu hormon kewanitaan estrogenik juga sudah menurun. Gerakan motorik pada usia lanjut umumnya menjadi lebih lamban (hipokinetik). Gangguan ini biasanya di sebabkan timbulnya proses degenerasi pada tingkat muskuloskeletal seperti : Iatrofi otot, HNP dan Osteoporosis.

Kurang lebih satu dari empat orang wanita mengalami osteoporosis. Selama lima sampai enam tahun setelah menopause, wanita kehilangan tulang enam kali lebih cepat dari pada pria. 1.2 Tujuan Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa khususnya keperawatan.

1.3 Ruang Lingkup Makalah ini membahas mengenai terjadinya penurunan fungsi tubuh khusunya sistem muskuloskeletal pada usia lanjut.

BAB II PEMBAHASAN Pdpersi, Jakarta dikatakan bahwa proses menua pada manusia merupakan suatu peristiwa alamiah yang tak terhindarkan, dan menjadi manusia lanjut usia (lansia) yang sehat dan bugar merupakan suaturahmat. Ada dua terminologi mengenai usia lanjut yaitu yang berdasarkan usia kronologik dan usia biologik. Terminologi biologik sebenarnya yang lebih bermakna didalam penanganan masalah usia lanjut. Secara kronologik perjalanan hidup manusia terdiri dari beberapa masa yaitu : masa bayi (0-1 tahun), pra sekolah (6-10 tahun), masa pubertas (10-20 tahun), dewasa muda (20-30 tahun), masa setengah renta (50-65 tahun), masa usia lanjut (>65-74 tahun), medium old (74-84 tahun) dan tua renta (old-old : > 84 tahun). Secara biologik proses penuaan manusia terbagi dalam 3 fase : yaitu fase pertumbuhan dan pengembangan, fase pematangan (maturasi) dan fase penurunan. 2.1 Anatomi dan Fisiologi tulang Sistem Muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengurus pergerakan. Komponen utama dari sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur ini. Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat. Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamelar. Jaringan berbentuk anyaman tampak pada saat seseorang sedang dalam masa

pertumbuhan dan selanjutnya akan diganti oleh tulang yang lebih dewasa yang berbentuk lamelar. Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Osteoblas mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti osteoblas dan osteosit, osteoklas mengikis tulang. sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah. Pada keadaan normal tulang melakukan aktivitas pembentukan (pada masa pertumbuhan) dan absorpsi pada suatu tingkat yang konstan. Sebagian hasil absorpsi pada masa sebelum menopause membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relatif menjadi lemah dan rapuh. Beberapa zat yang ikut berperan dalam aktivitas tulang diantaranya: beberapa hormon yang mengatur metabolisme tulang seperti hormon paratiroid yang membantu penyerapan kalsium dan fosfat bergerak memasuki serum dan juga membantu kerja osteoklas dalam demineralisasi. Vit. D mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Vit. D dalam jumlah besar dapat menyebabkan absorpsi tulang seperti yang terlihat pada kadar hormon paratiroid yang tinggi. Jika tidak ada vitamin D, hormon paratiroid tidak akan menyebabkan absorpsi tulang. Hormon lainnya adalah estrogen yang menstimulasi osteoblas dalam meningkatkan matriks organ tulang.

2.2 Patofisiologi Salah satu penyakit degeneratif yang berhubungan dengan sistem muskuloskeletal adalah osteoporosis. Osteoporosis merupakan penurunan massa tulang seiring peningkatan umur, yang dihubungkan dengan peningkatan kerentanan fraktur. Tetesan pascamenopause dalam kadar estrogen menyebabkan tulang yang lebih tua lebih cepat rapuh daripada tulang batu yang dibentuk. Hal ini menyebabkan tulang secara perlahan menipis. Estrogen diperlukan untuk mengubah vitamin D menjadi kalsitonin yang essensial dalam absorpsi kalsium dalam usus halus. Estrogen pun menstimulasi osteoblas. Penurunan estrogen setelah menopause mengurangi aktivitas osteoblastik, menyebabkan penurunan matriks organik tulang. Umumnya kalsifikasi tulang tidak terpengaruh pada osteoporosis yang terjadi pada wanita sebelum usia 65 tahun; namun berkurangnya osteoporosis. Kurang lebih satu dari empat orang wanita mengalami osteoporosis. Selama lima sampai enam tahun setelah menopause, wanita kehilangan tulang enam kali lebih cepat dari pada pria. Saat wanita mencapai usia 80 tahun, mereka sudah kehilangan 47 % tulang trabekular yang terkonsentrasi di vertebra, pelvis dan tulang pipih lain serta di epifisis. Asupan kalsium yang rendah merupakan faktor risiko, khususnya selama masa remaja (Johnston, Longcope, 1990). Asupan tinggi protein atau kafein meningkatkan ekskresi kalsium. Merokok, asupan alkohol berlebihan serta asupan fospor yang melebihi kalsium merupakan faktor risiko lain. Tanda pertama osteoporosis seringkali adalah penurunan tinggi badan akibat fraktur serta kolaps tulang belakang. Nyeri punggung dapat timbul tetapi dapat juga tidak timbul. Tanda-tanda selanjutnya meliputi munculnya bongkol di punggung, yang membuat tulang belakang tidak dapat lagi menopang tubuh bagian atas serta fraktur pinggul. matriks organiklah yang merupakan penyebab dari

Mencegah Keluhan Terkait Osteoporosis Estrogen replacement therapy (ERT) merupakan pencegahan osteoporosis yang paling baik dicatat. Kalsitonin terbukti efektif dalam mencegah dan mengobati osteoporosis, tetapi harus diberikan secara subkutan. Selain itu konsumsi kalsium oral sedini mungkin setiap hari pada masa pramenopause. Dosis kalsium yang direkomendasikan ialah satu sampai 1,5 gram setiap hari, biasanya dikonsumsi sebelum tidur. Namun konsumsi kalsium paling baik bila dikonsumsi bersama makanan karena pada saat makan sekresi asam meningkat dan waktu kalsium berada di lambung meningkat. Sekurang kurangnya 240 cc air direkomendasikan untuk meningkatkan daya larut kalsium. 2.3 Teori Biologik Cros Linkage Dari hasil analisa kami bahwa penurunan fungsi tubuh yang diuraikan diatas termasuk dalam teori Cross Linkage yaitu seiring dengan bertambahnya usia, beberapa protein dalam tubuh akan saling bertautan, yang selanjutnya aktivitas metabolik yang normal tidak terjadi, sisa-sisa metabolisme tertumpuk dalam sel dan berakibat juga pada jaringan yang tidak dapat berfungsi secara optimal. Bila dikaitkan dengan kasus yang kami bahas dapat kita lihat dari proses penuaan seseorang terutama pada perempuan pada usia menopause terjadi penurunan hormon estrogen yang merupakan faktor penting dalam pemenuhan kalsium dan posfor bagi tulang, sehingga bila hormon estrogen ini berkurang maka kebutuhan kalsium dan posfor bagi tulang pun dapat kita simpulkan menjadi kurang dan ini menyebabkan proses degenerasi tulang yaitu tulang menjadi rapuh/pengeroposan tulang atau sering kita sebut dengan osteoporosis.

PROSES PENYERAPAN KALSIUM OLEH TULANG Sel Penyusun Tulang

Osteoblast membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses Osteosit Sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat Osteoklas Sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi

Hormon Estrogen Menstimulasi osteoblas dalam meningkatkan matriks organ tulang Vitamin D

Menstimulasi

Kalsium & Posfat

Hormon Paratiroid Menyebabkan absorpsi tulang

PROSES PENYERAPAN KALSIUM OLEH TULANG PADA KETIKA MENOPAUSE/LANSIA Sel Penyusun Tulang

Osteoblast membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses Osteosit Sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat Osteoklas Sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi

Hormon Estrogen Menstimulasi osteoblas dalam meningkatkan matriks organ tulang Vitamin D

Menstimulasi

Kalsium & Posfat

Hormon Paratiroid Menyebabkan absorpsi tulang

Anda mungkin juga menyukai