Anda di halaman 1dari 105

KOMUNIKASI EFEKTIF

Kelompok 5

Aldianov Masadi Putera Anggi Triantoro Annisa Auliyya Intan Utamawati Kristiana Yanuar Nugraheni Riska Amalia Putri Hutami Yudith Kusuma Putri

1006704846 1006704884 1006704890 1006705123 1006705155 1006705344 1006705483

Breaking Bad News Communications in Special Situations


Ethical Patient Care

Komunikasi Efektif

Communications in Special Situations


Komunikasi dalam praktik kefarmasian sering kali terhalang oleh masalah-masalah spesifik dari berbagai pasien dan hambatan komunikasi tertentu yang melibatkan berbagai macam situasi. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam situasi seperti ini, jika kita merasa bahwa pasien memiliki masalah yang khusus, kita harus melihat persepsi kita terhadap masalah tersebut.

Seperti contoh, bagaimana kita biasanya memperlakukan orang tua. Meskipun beberapa pasien lanjut usia mungkin tampak lemah, namun mereka mungkin bukan orang yang pelupa atau tuna rungu.

Memperhatikan petunjuk nonverbal untuk melihat apakah mereka mengerti apa yang sedang kita bicarakan atau mereka memiliki tatapan bingung pada wajahnya.
Menanyakan pertanyaan terbuka juga dapat memberikan umpan balik tentang kemampuan pasien untuk berkomunikasi.

Communications in Special Situations


Orang Tua Gangguan Bicara sebagai Hambatan Pasien dengan Gangguan Jiwa Pasien dengan Sakit yang Parah

Pasien dengan Sakit AIDS

Remaja

Care Givers

Faktor paling penting : Seorang apoteker harus peka terhadap interaksi yang melibatkan sejumlah orang yang lebih tua atau lanjut usia. Sesuai populasi para orang tua yang terus meningkat, mereka membutuhkan layanan konseling dengan apoteker. Proses bertambahnya usia terkadang mempengaruhi unsur-unsur tertentu dari proses komunikasi dalam beberapa orang yang lebih tua.

Masalah atau hambatan komunikasi yang berpotensi terjadi pada orang tua
Pemahaman

Penglihatan

Pendengaran

Perbedaan Nilai dan Persepsi

Faktor Psikososial

Pemahaman
Pada individu tertentu, proses penuaan cenderung mempengaruhi proses pemahaman, tetapi bukan kemampuan untuk memahami. Mereka memiliki kemampuan untuk memahami, namun dalam proses penyampaian informasi dengan tingkat yang berbeda. Di samping itu, ingatan Laju berbicara dan jumlah informasi jangka pendek, proses yang diberikan dalam waktu yang mengingat kembali, bersamaan harus sesuai dengan dan perhatian mereka kemampuan pasien untuk memahami mungkin berkurang apa yang disampaikan. untuk beberapa pasien usia lanjut.

Ketika diberi kesempatan untuk memahami dengan cara mereka sendiri, sebagian besar orang tua tersebut dapat memahami selayaknya orang yang lebih muda.

Pendekatan yang baik dengan beberapa orang yang lebih tua bertujuan untuk mengatur tujuan jangka pendek yang masuk akal, mendekati tujuan jangka panjang secara bertahap, dan mendapatkan apa yang kita harapkan.

Langkah penting lainnya ialah mendorong umpan balik mengenai apakah mereka menerima pesan yang dimaksud, secara bijaksana kita meminta pasien untuk mengulang instruksi dan informasi lainnya dan dengan melihat tanggapan non-verbal mereka.

Pertambahan usia juga mempengaruhi proses penglihatan pada orang lanjut usia. Pada beberapa individu, lebih banyak cahaya dibutuhkan untuk menstimulasi reseptor pada mata.

Dengan pencahayaan yang buruk, ketajaman dalam penglihatan dan kepekaan terhadap warna akan berkurang. Pesan tertulis untuk pasien yang memiliki kekurangan dalam penglihatan sebaiknya ditulis dalam huruf yang lebih besar dan lebih baik dicetak pada kertas berwarna muda dibandingkan pada kertas berwarna putih.

Gangguan yang berkaitan dengan proses penuaan tersebut dikenal dengan presbikusis. Namun, kondisi ini menyebabkan seseorang menarik diri secara sosial dan psikologi. Pada kasus tertentu, mereka dapat dianggap sebagai orang yang pelupa. Banyak pasien lanjut usia menggambarkan kekurangan pendengarannya seperti dapat mendengar apa yang orang lain bicarakan, tetapi tanpa mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain tersebut. Mereka bisa mendengar kata-kata, namun tidak dapat menyatukan kata-kata tersebut secara jelas.

Jenis gangguan pendengaran yang terlihat pada orang lanjut usia berkaitan dengan proses pendengaran yang sebenarnya. Dalam hal menanggapi suara frekuensi tinggi pada pasien lanjut usia, seorang apoteker dapat menggunakan nada yang lebih rendah.

Sebagian dari mereka, memiliki kepekaan yang menurun terhadap suara. Pada pasien dalam kasus seperti ini, volume suara harus ditingkatkan untuk memperjelas komunikasi. Namun penting dalam mengurangi tempo berbicara sehingga pasien dapat mendengar informasi dengan baik dan jelas.

Tiga jenis gangguan pendengaran secara fisik, ialah konduktif, sensorineural, dan pusat, yang mana dapat terjadi di antaranya atau kombinasi dari ketiganya.
Pada gangguan pendengaran konduktif, saat terdapat sesuatu yang memblok konduksi dari sumber suara ke pusat saraf sensorik pada telinga. Pada gangguan sensorineural, masalah terletak pada pusat sensorik dari telinga bagian dalam. Sedangkan pada gangguan pendengaran pusat, terjadi jika saraf pusat yang terdapat di dalam otak terpengaruh oleh hal lain. Dalam hal ini, penggunaan alat bantu dengar sangat membantu dalam menangani masalah pendengaran konduktif, tetapi kurang efektif pada gangguan sensorineural dan tidak efektif pada gangguan pendengaran pusat. Karena alat bantu dengar hanya membuat suara terdengar lebih keras. Kekurang pendengaran pada pasien dapat disebabkan oleh berbagai faktor selain prosen penuaan, di antaranya seperti cacat lahir, luka, dan paparan kronis terhadap suara keras.

Banyak pasien dengan pendengaran yang kurang, termasuk beberapa orang lanjut usia, mengandalkan speechreading (menonton gerakan bibir, ekspresi wajah, dan gerak tubuh) untuk mempermudah kemampuan dalam berkomunikasi mereka. Speechreading lebih dari sekedar lipreading karena juga melibatkan isyarat visual dari ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerak tubuh serta gerakan bibir.
Agar speechreading menjadi efektif, apoteker harus berada di depan pasien secara langsung sehingga terlihat jelas apa yang disampaikan dalam speechreading yang diperagakan.

Meningkatkan komunikasi dengan pasien gangguan pendengaran


Apoteker dapat mencoba memposisikan diri sekitar tiga sampai enam meter dari jarak pasien Tidak berbicara secara langsung pada telinga pasien karena mungkin dapat mengubah arti dari informasi yang disampaikan. Apoteker mulai berbicara setelah pasien sudah bertatap langsung, dan jika perlu berikan sentuhan untuk mendapatkan perhatiannya.
Jika pasien tidak mengerti informasi apa yang disampaikan, apoteker tidak harus terus mengulangi pernyataan yang sama, tetapi cukup mengulang kata-kata pendek atau kalimat sederhana. Apoteker sebaiknya juga belajar bahasa isyarat untuk membantu pasien yang mengalami gangguan pendengaran.

Perbedaan Nilai dan Persepsi


Penghalang potensial lain dalam komunikasi antara apoteker dengan pasien yang lanjut usia dapat disebabkan karena kesenjangan generasi. Beberapa orang yang lebih tua mungkin melihat hal-hal dengan cara berbeda dari orang yang lebih muda, karena biasanya orang mematuhi dan menerima nilai-nilai yang diajarkan ketika usia mereka muda.

Kita harus lebih sadar akan reaksi yang akan kita berikan terhadap perbedaan nilai dan sistem kepercayaan dari pasien dibandingkan pasien itu sendiri.
Pandangan pasien terhadap citra apoteker merupakan hal yang juga penting. Mereka mengharapkan seorang apoteker yang rapi, bersih, dan dapat memberikan pelayanan yang baik terhadap mereka. Jika seorang apoteker tidak memberikan yang sesuai dengan ekspektasi mereka, mereka mungkin akan enggan untuk berinteraksi dengan apoteker.

Beberapa orang yang lanjut usia, memiliki sikap menghormati kewenangan apoteker, serta lebih memilih pendekatan otoriter untuk menerima perawatan kesehatan. Sehingga. mereka mungkin lebih mudah menerima untuk diberitahu apa yang harus dilakukan.
Namun di sisi lain, pasien mungkin ingin menjadi lebih mandiri dan merasa perlu untuk menegaskan diri mereka sendiri. Untuk itu, mungkin mereka agak lebih menuntut dan menginginkan informasi tambahan dan masukan lebih ke dalam proses pengambilan keputusan pengobatan. Dengan demikian, seorang apoteker sangat penting untuk menilai pendekatan mana yang tampaknya lebih sesuai setiap pasien.

Faktor Psikososial
Beberapa orang yang lanjut usia mungkin

mengalami kerugian yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Misalnya, teman-teman mereka mungkin akan meninggal pada usia lanjut, mungkin mereka sudah pensiun dari pekerjaannya, atau mungkin mereka harus memperlambat atau menghentikan kegiatan tertentu karena proses penuaan.

Semua situasi ini mengakibatkan kehilangan dan duka yang berkelanjutan.

Hal ini menyebabkan reaksi mereka terhadap situasi medis tertentu, seperti mengabaikan petunjuk apoteker atau mengeluh tentang harga obat mereka, mungkin merupakan respon akan rasa takut terhadap penyakit, bahkan menjadi kurang aktif, atau kematian

Mereka mungkin menolak situasi atau menjadi marah pada seorang apoteker dan penyedia perawatan kesehatan lainnya. Mereka juga bisa berpaling kepada diagnosis mereka sendiri dan perawatan sendiri atau penggunaan obat orang lain.

FaktorPenyebab
Umum
Kelahiran Cedera

Disartria

Cara berbicara pasien menjadi tidak jelas atau sulit untuk dipahami Dapat disebabkan oleh Parkinson, Sklerosis, Cerebral bulbar, serta stroke

Kanker Tenggorokan

Pengangkatan laring sekunder Pasien ini masih dapat belajar untuk berbicara lagi dengan belajar esophageal speech atau dengan menggunakan perangkat elektronik

Afasia
Kurangnya kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dikatakan orang lain dan untuk mengekspresikan diri
Ada yang tidak mampu berbicara Hanya kesulitan dalam mengingat nama atau kata Bermasalah dalam menempatkan kata-kata dalam urutan yang benar dalam kalimat

Walaupun penderita afasia mengalami kekurangan dalam memahami pembicaraan, tapi ketajaman pendengaran mereka masih normal
Beberapa penderita Afasia mengalami kesulitan dalam membaca

Beberapa penderita lainnya dapat disertai dengan disleksia parah dan tidak mampu membaca sama sekali

Solusi
Untuk mengatasi hambatan dalam berkomunikasi yang disebabkan oleh gangguan berbicara yang dialami oleh pasien, menyediakan writing pad dan meningkatkan kesabaran sangat diperlukan agar konseling dapat berjalan dengan baik.

Apa yang harusApotekerlakukan?

Hindari pembicaraan yang terlalu kompleks dengan penderita Afasia

Harus lebih bersabar dalam melakukan konseling dengan pasien ini

Sediakan waktu yang lebih lama (panjang) untuk melakukan konseling

Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengisi (melengkapi) kata-kata yang ingin ia sampaikan

Dorong (support) mereka untuk melakukan interaksi sosial

Orang biasanya merasa tidak nyaman membahas masalah kematian dan tidak yakin tentangapa yang harus dikatakan atau dibicarakan karena mereka tidak ingin mengatakan hal yang salah atau yang dapat menyinggung perasaan pasien dengan sakit parah.

Apa yang harus Apoteker lakukan?


Temui pasien dimana mereka berada Berikan pertanyaanpertanyaan terbuka (open-ended) Introspeksi diri : Sadari perasaan diri sendiri terlebih dulu sebelum mulai berkomunikasi dengan mereka

Tunjukkan empati terhadap pasien tersebut

Buat pasien merasa nyaman untuk berkomunikasi/berbagi mengenai keadaannya

Komunikasi dengan anggota keluarga pasien juga perlu dilakukan

Faktor Penghalang Komunikasi

Penyakit mematikan

Stigma Sosial

Kurangnya Dukungan Keluarga

Kehilangan Identitias

Informasi yang Salah tentang Penyakit AIDS

Solusi

Membuat persepsi tentang pasien sebagai seorang individu

Menggunakan open ended question

Membantu memberikan dukungan dan solusi kepada pasien

Memberikan informasi yang tepat kepada pasien tentang penyakit AIDS

Faktor Penghalang Komunikasi

Kondisi Kejiwaan Pasien

Pemahaman Pasien Terhadap Pengobatan yang Dijalani

Stereotipe Masyarakat tentang Gangguan Jiwa

Pasien Enggan Berinteraksi dengan Praktisi Kesehatan

Solusi

Menggunakan open ended question

Mengevaluasi Kondisi Kejiwaan Pasien

Menggunakan Cara Berbicara yang Baik dan Sesuai Etika

Sering Berkonsultasi dengan Psikiater

Melakukan Pendekatan Berkali-kali

Communications in Special Situations

Outline
introduction Older adults Speech impairments asbarriers to comunication Terminally ill patients Patients with AIDS Patient with mental Helath Adolescents Care givers

ADOLESCENTS
Are unique group of individuals in a variety of ways where they are dealing with so many issues in their lives.

Perubahan fisik

Rasa percaya diri

Siklus menstruasi

Timbulnya Jerawat

Tingkat ego yang labil

Aktivitas seksual

pribadi yang tertutup

Nobody understand me

terkadang menjadi lebih percaya diri

Strategies to improve communications??


1. Using Emphaty
2. Communicating that you accept them as they are.

Tunjukkan bahwa farmasis berusaha untuk mendengarkan, mengerti dan membantu.

3. Using open-ended questions to draw their real feelings out.

4. Using inovative written material

Summary..
Pharmacist must be sincere about their interactions but wedont have act like them or use their languange in order to interact with them.

CARE GIVERS
It can be individuals who takes care of older adults with cronic conditions or parents who take care of children during acute illness.

Ketika Berhadapan dengan Care Givers, beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Care Givers harus mengetahui keadaan pasien dan pengobatannya, serta mengetahui bagaimana cara komunikasi ketika menyampaikan informasi yang spesifik kepada pasien. 2. Care givers harus tahu bagaimana memonitor respon obat,efek obat yang tidak diinginkan, dan melaporkan jika terjadi hal yang mencurigakan.

Berhadapan dengan Care givers membutuhkan strategi khusus karena farmasis tidak bisa berkomunikasi langsung dengan pasien dan hal ini yang membatasi pasien menerima pesan yang disampaikan. Selain itu farmasisi juga sulit untuk mengawasi kepatuhan pasien selama pengobatan.

What Should Pharmacist do??

Written Information
A Follow Up Phone Call Drug Calenders

Namun perlu diketahui juga bahwa care givers juga memiliki kebutuhan khusus untuk dirinya sendiri. Bisa saja care givers berada dalam keadaan stress dalam merawat pasien di rumah atau care givers memiliki pekerjaan dan aktivitas diluar rumah dan mungkin saja memiliki keterbatasan biaya pengobatan. Maka dari itu farmasis harus faham terhadap pesan nonverbal dari care givers.

Summary..
Pharmacist need to first recognize patients with special communication needs and then develop effective strategies to overcome these specific barriers to the communication process.

Breaking a bad news

MENGHADAPI PASIEN YANG MENDAPAT DIAGNOSIS BURUK

Intermezo
Kabar buruk Pemberian informasi

Pemahaman pasien

Beri pasien informasi berguna dan harapan yang realistis

Apa susahnya sih?


Sender selalu merasa takut disalahkan Tidak tahu apa yang harus diperbuat Tidak tahu latar belakang pasien Takut akan reaksi pasien Takut merasa bertanggung jawab

Kepada siapa?
Jangan kepada pasien!! Utamakan orang terdekat Pembimbing psikis pasien

Sang eksekutor
Orang terdekat pasien Tenaga kesehatan jika waktunya tepat Pembimbing psikis pasien jika ada

Kapan?
Ketika kondisi pasien stabil Ketika penyakitnya berbahaya (tidak dengan informasi seutuhnya) Ketika dibutuhkan penanganan yang panjang

caranya adalah
Persiapan pribadi Setting lingkungan Berbicara dan memahami pasien Menyiapkan tindakan lanjutan Beri masukan dan saran yang logis

Hal yang dibutuhkan


Empati Dimulai dengan yang mudah Cari tahu apa yg dia mau Aktif mendengar Memberikan pengetahuan kita tentang hal itu Memberikan solusi dan harapan logis

Apa yang kita lakukan jika...

Pasien : Menangis Marah dan bertindak anarki mengancam bunuh diri

CONTOH KASUS
Seorang ibu didiagnosis menderita kanker

Farmakoetika
oleh Anggi Triantoro, 1006704884

Farmasis memiliki komitmen profesional untuk melayani pasien mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan asas yang dapat menunjang pemahaman farmasis dalam menjalankan tugasnya.

Prinsip Etika
Beneficence Autonomy Veracity Paternalism Confidentiality Fidelity Justice
The duty to do good

Nonmaleficence Preventing harm


Right of determination

Honest without deception


Violating autonomy

What I see and hear is just for myself


Best interest of patient

Equality with everyone

Beneficence
Gambaran kesungguhan farmasis dalam melayani pasien. Bekerja dengan ikhlas dalam berbagai kondisi.

Beneficence (cont.)
Contoh kasus Seorang farmasis yang bekerja di apotek harus menjaga apoteknya sendirian dikarenakan semua asisten apotekernya berhalangan untuk datang. Walaupun demikian, dia tetap melanjutkan kerjanya untuk melayani pasien yang datang

Nonmaleficence
Keamanan pengobatan merupakan salah satu dasar yang melandasi terbentuknya prinsip ini. Farmasis berkewajiban untuk melakukan pengecekan bahwa pasien mendapatkan pengobatan yang tepat.

Nonmaleficence (cont.)
Contoh kasus Seorang pasien datang kepada farmasis untuk menebus obat yang diresepkan oleh dokter. Sebelum mulai meracik obatnya, farmasis melakukan konfirmasi kepada pasien mengenail penyakit yang dideritanya apakah penyakitnya sesuai dengan obat yang diresepkan tersebut.

Autonomy
Otonomi digambarkan sebagai kemampuan untuk membuat keputusan untuk diri sendiri. Keputusan otonomi harus dibuat secara sukarela oleh pasien tanpa adanya unsur paksaan. Penerapan otonomi terkadang sulit diterapkan pada pasien anak-anak, retardasi mental, sakit jiwa, dan pikun.

Autonomy (cont.)
Contoh kasus Seorang pasien datang kepada farmasis untuk menebus obat yang diresepkan oleh dokter. Pasien tersebut meminta agar hanya sebagian obat saja yang ditebus karena alasan tertentu. Dalam hal ini, farmasis harus menghormati keinginan pasien tersebut.

Veracity
Prinsip ini mengungkapkan konsep bahwa farmasis berkewajiban untuk bertindak dengan jujur tanpa penipuan. Ketika melayani pasien, farmasis harus bersikap terbuka dan jujur tentang informasi pengobatan. Namun, kejujuran terkadang sangat sulit untuk diterapkan pada situasi tertentu. Apakah pasien perlu tahu segalanya?

Veracity (cont.)
Contoh kasus Seorang pasien datang kepada farmasis untuk menanyakan efek samping yang terjadi apabila ia mengonsumsi obat tersebut. Dalam hal ini, farmasis harus jujur dalam menjelaskan efek samping dari obat tersebut.

Paternalism
Pada paternalisme, segala keputusan pengobatan sepenuhnya akan ditentukan oleh profesional kesehatan tanpa mempertimbangkan keinginan pasien. Hal ini disebabkan karena para profesional kesehatan menganggap bahwa mereka memiliki ilmu yang lebih dari pasien sehingga tahu mana yang terbaik dan menguntungkan untuk pasien.

Confidentiality
Kerahasiaan dalam perawatan kesehatan sangat penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk mencapai pengobatan yang efektif dan memberikan hasil terbaik bagi pasien. Pada dasarnya, pasien menuntut dan berharap bahwa informasi kesehatan pribadi mereka akan dihormati dan hanya digunakan untuk tujuan pengobatan.

Fidelity
Prinsip ini mengacu pada konsep menjaga janji atau komitmen. Prinsip ini mengharuskan para profesional kesehatan setia pada pasien dan memberikan layanan yang terbaik untuk pasien. Prinsip ini mengharuskan kita untuk lebih memberikan pelayanan untuk kepentingan pasien dari pada keinginan kita sendiri.

Justice
Prinsip ini mengharuskan kita bertindak dengan cara memperlakukan pasien seadil-adilnya. Tindakan yang mendiskriminasikan individu atau suatu kelompok akan melanggar prinsip ini.

Daftar Pustaka
Nayan. "Ethical Principles for Pharmacist." Style Sheet. http://familyofpharmacist.forumup.org/about52familyofpharmacist.html (27 September 2012)

Pengembangan Penalaran Moral


Kristiana Yanuar N 1006705155

PRECONVENTIONAL LEVEL

Moral Realism
Individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri

Individualistic,Instrumental Morality
Individu akan mengikuti peraturan jika mereka mendapatkan keuntungan dari aturan tersebut .

CONVENTIONAL LEVEL

Interpersonally Normative Morality


Individu mencoba untuk hidup sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang-orang disekitarnya.

Social System Morality


Individu bertindak dengan mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat.

POSTCONVETIONAL LEVEL

Human Right and Social Contract Morality


individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak

Universal Ethical Principles


Penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal.

PROSES PEMBUATAN KEPUTUSAN

1. Mengenali dilema etika yang terlibat dalam situasi atau kasus 2. Mengumpulkan semua fakta yang relevan 3. Memberikan semua kemungkinan alternatif yang ada. 4. Mengevaluasi alternatif berdasarkan aturan yang berlaku dan kemungkianan konsekuensi yang didapat. 5. Memilih alternatif terbaik dengsn memprioritaskan prinsip-prinsip etis yang terlibat

Anggi jendral Toro

Kristina tutum yanuar

Annisa Auliyya

Jagalah agar kakimu tetap hangat dan fikiranmu tetap tenang, maka dokter terbaikpun akan kau buat jatuh miskin

Anda mungkin juga menyukai