Anda di halaman 1dari 3

DIKSI ATAU PILIHAN KATA

A. Pengertian Diksi
Diksi adalah pemilihan kata yang tepat dalam berbahasa, baik tertulis maupun lisan, agar apa yang ingin kita sampaikan dapat diungkapkan dengan tepat. Diksi sangat tergantung pada situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu. Agar kita dapat memilih diksi dengan tepat, kita harus menggunakan kamus. Kamus dapat memberi kita ketepatan makna kata, sehingga kita dapat tahu dengan pasti apakah kata tersebut sesuai dan tepat untuk kita gunakan atau tidak.

B. Makna Denotatif dan Konotatif


Sebuah kata dapat memiliki makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna kata apa adanya. Makna denotatif sering juga disebut makna konseptual. Makna konotatif, sebaliknya, adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Oleh karena pola pikir masyarakat selalu berkembang dari zaman ke zaman, maka makna denotatif juga tidak tetap dan mengikuti perkembangan zaman. Makna konotatif bersifat lebih khusus, profesional, dan operasional. Dalam beberapa penggunaannya, makna konotatif juga dapat bersifat pribadi dan dapat menimbulkan rasa tertentu. Contoh kata yang memiliki arti denotatif dan konotatif adalah kata manis. Makna denotatif dari kata manis adalah sejenis rasa makanan, namun dalam kalimat Gadis itu memiliki paras yang manis. kata tersebut memiliki arti yang dapat dipadankan dengan kata cantik. Bukan hanya kata, frase tertentu juga dapat memiliki arti konotatif. Misalkan saja frase idiom membanting tulang. Frase tersebut biasanya dipakai dalam makna konotatifnya, dan bukan makna denotatif. Frase tersebut biasanya memiliki arti bekerja keras, bukan membanting sepotong tulang.

C. Kata Umum dan Khusus


Kata umum memiliki acuan yang lebih luas dari kata khusus. Biasanya, kata-kata khusus adalah anggota, jenis, atau spesifikasi dari kata-kata umum. Misalnya saja kata mujair, bandeng, dan arwana adalah kata-kata khusus yang berpadanan dengan kata umum ikan. Dalam hal ini, mujair, bandeng, dan arwana adalah jenis-jenis dari ikan. Contoh lainnya adalah kata menjinjing, memikul, dan membopong, yang adalah katakata khusus yang berpadanan dengan kata umum membawa. Penggunaan kata membawa, misalnya pada kalimat Saya membawa tas tangan milik ibu saya. kurang dapat menjelaskan bagaimana cara membawa tas tersebut. Jika kita menggunakan kata menjinjing untuk menggantikan kata membawa, maka kita dapat tahu dengan lebih jelas bagaimana tas itu dibawa.

D. Kata Konkret dan Abstrak


Kata konkret adalah kata-kata yang acuannya mudah dicerap oleh pancaindra kita. Contohnya adalah kata komputer, handphone, buku, cantik, dan indah. Sementara kata

abstrak adalah kata-kata yang maknanya sulit dicerap oleh pancaindra, seperti ide, gagasan, perdamaian, dan kebahagiaan. Kata abstrak dapat menjelaskan ide yang rumit, namun kata abstrak juga dapat membuat suatu karangan abstrak dan tidak cermat bila dipakan berlebihan.

E. Sinonim
Sinonim adalah padanan kata-kata dengan bentuk yang berbeda, namun memiliki arti yang sama atau hampir sama. Penggunaan sinonim dalam membuat sebuah karangan dapat menghindari pemilihan kata yang berulang-ulang. Akan tetapi, kata-kata yang bersinonim belum tentu dapat menggantikan satu sama lain. Misalnya pada kata cerdik dan cerdas yang bersinonim. Sebuah kalimat belum tentu dapat menggunakan kata cerdik dan cerdas sekaligus karena kedua kata itu tidak memiliki arti yang persis sama. Sinonim sangat bergantung pada makna denotatif dan konotatif.

F. Pembentukkan Kata
Kata-kata dalam bahasa Indonesia dapat diserap dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Penyerapan kata-kata ini disebabkan adanya kata-kata atau frase dalam bahasa asing atau bahasa daerah yang belum memiliki padanannya dalam bahasa Indonesia. Acara-cara pembentukkan kata adalah sebagai berikut: 1. Mengambil kata dalam bahasa asing yang sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia, seperti bank, opname, dan golf 2. Mengambil dan menyesuaikan kata bahasa asing dengan ejaan bahasa Indonesia, misalnya subject menjadi subyek, apotheek menjadi apotik, dan lainnya 3. Mengambil dan memadankan dengan istilah dalam bahasa Indonesia, misalnya starting point menjadi titik tolak 4. Mempertahankan ejaan , seperti pada kata de facto dan cum laude Dalam membentuk kata, kita perlu memperhatikan: 1. Penggunaan bahasa tersebut 2. Kecermatan dan kehati-hatian pemilihan kata sesuai dengan tempat dan suasana 3. Pengurangan penggunaan kata-kata yang tidak lazim.

G. Kesalahan Pembentukkan dan Pemilihan Kata


Dalam membentuk sebuah kata atau memilih penggunaan kata, seringkali terjadi kesalahan-kesalahan. Contohnya sebagai berikut: 1. Penagggalan awalan meng- (misalnya kata luncurkan, seharusnya meluncurkan) 2. Penanggalan awalan ber- (misalnya kata jumpa, seharusnya berjumpa) 3. Peluluhan bunyi /c/ (misalnya kata menyuci, seharusnya mencuci) 4. Penyengauan kata dasar (misalnya kata nulis, seharusnya menulis) 5. Tidak luluhnya bunyi /s/, /p/, /k/, dan /t/ ketika diberi imbuhan meng-/peng-, kecuali pada kata-kata yang diawali dengan gugus konsonan seperti kata khusus (misalnya kata pesakitan, seharusnya penyakitan, dan menghususkan, seharusnya mengkhususkan)

6. Awalan ke- yang keliru (misalnya ketabrak, seharusnya tertabrak) 7. Pemakaian akhiran -ir (misalnya legalisir, seharusnya legalisasi) 8. Padanan yang tidak serasi (misalnya apabila ... maka ... dan ketika ... sehingga ... (salah)) 9. Pemakaian kata depan yang salah (misalnya lebih besar dari, seharusnya lebih besar daripada) 10. Pemakaian akronim yang rancu dan tidak teratur (misalnya penggunaan IBF yang memiliki dua makna) 11. Penggunaan kata kesimpulan, keputusan, penalaran, pemukiman dengan penulisan yang salah 12. Penggunaan kata yang tidak hemat (misalnya sejak dari (salah), seharusnya sejak atau dari) 13. Analogi 14. Bentuk jamak dalam bahasa Indonesia yang salah (misalnya banyak ibu-ibu, seharusnya ibu-ibu atau banyak ibu saja) 15. Penggunaan yang mana, di mana, dan hal mana yang salah.

H. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang unsurunsurnya tidak dapat dihilangkan. Misalnya ungkapan bertemu dengan. Ungkapan ini tidak tepat jika tidak disandingkan bersama dengan kata dengan. Fungsi ungkapan idiomatik adalah untuk memperkuat diksi suatu tulisan.

Anda mungkin juga menyukai