Anda di halaman 1dari 14

BAB I (PENDAHULUAN)

1.1 Kejang Demam Kejang demam adalah kejang yang terkait dengan demam usia, serta tidak didapatkan infeksi intracranial ataupu kelainan lain di otak . Kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai dengan 5 tahun. Insiden bangkitkan kejang demam tinggi pada usia 18 bulan.kejang demam dikelompokkan menjadi dua , yaitu kejang demam kompleks dan kejang demam sederhana. Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15menit, atau berulang dalam 24 jam. Pada kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya sekali dalam 24 jam. Factor-faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam : Demam Usia Riwayat keluarga Riwayat prenatal ( usia saat ibu hamil ). Prognosis kejang demam baik, kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64% - 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2 7%. Walaupun prognosis kejang demam baik, bangkitan kejang demam cukup mengkhawatirkan bagi orang tuanya. Kejang demam juga mengakibatkan gangguan tingkah laku dan serta penurunan intelengensi dan pancapaian tingkat akademik.

Kejang Demam

Page 1

Pemberian antipiretik tanpa disertai pemberian antikonvulsan atau diazepam, fenobarbital, dan fenitoin.

BAB II (PEMBAHASAN)
2.1 DEFENISI Kejang demam ialah bangkitkan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Menurut consensus statement on febrile seizures kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intracranial atau penyebab tertentu. Kejang Demam menurut Internasional League Against Epilepsy (ILAE) adalah kejang yang terjadi usia 1 bulan yang berkaitan dengan demam yang bukan disebabkan oleh infeksi susunan saraf pusat, tanpa riwayat kejang sebelumnya pada masa neonatus dan tidak memenuhi criteria tipe kejang akut misalnya karena keseimbangan elektrolit akut. Kejang demam terjadi pada 2 - 4% anak berumur 6bulan sampai 5 tahun. Bila anak berumur kurang dari 6bulan atau lebih dari 5 tahun. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului dengan demam pikiran kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

Kejang Demam

Page 2

Anak yang pernah kejang tanpa demam kemungkinan mengalami kejang demam kembali dan bayi yang berumur kurang dari 4 minggu tidak termasuk dalam defenisi kejang demam. Derajat tingginya demam yang dianggap cukup untuk mendiagnosis kejang demam adalah 380C atau lebih, tetapi suhu sebenarnya saat berlangsung sering tidak diketahui. Kejang demam komlpleks ialah kejang demam yang lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih daripada 1 kali kejang per episode demam) sedangkan kejang demam sederhanan ialah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik tanpa ada gerakan fokal, kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejadian kejang demam sederhana yaitu 80% diantara suluruh kejang demam. Jika kejang yang disertai demam terjadi selama lebih dari 30 menit baik satu kali atau multiple tanpa kesadaran penuh diantara kejang maka diklasifikasikan sebagai status epileptikus yang diprovokasi demam. Kejadian ini berkisar 5% dari keseluruhan kejang yang disertai demam. Faktor yang penting pada kejang demam ialah demam, umur, genetic, prenatal dan perinatal. Demam sering disebabkan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi, terkadang kejang terjadi pada demam yang tidak begitu tinggi. Bila hal ini terjadi maka anak tersebut memiliki resikio untuk berulang kejang. Kejang demam diturunkan secara autosomal dominan sederhana. Banyak pasien kejang demam yang orangtua atau saudara kandungnya menderita penyakit yang sama. Factor prenatal dan perinatal dapat berperan dalam kejang demam.

Kejang Demam

Page 3

2.2 EPIDEMIOLOGI Kejadian kejang sangat tergantung kepada umur, 85% kejang pertama sebelum berumur 4 tahun yaitu terbanyak diantara umur 17-23 bulan. Hanya sedikit yang mengalami kejang demam pertama sebelum berumur 5-6 bulan atau setelah berumur 5-8 tahun. Biasanya setelah berumur 6 tahun pasien tidak kejang demam lagi / namun, beberapa pasien masih dapat mengalami kejang demam sampai umur lebih dari 5-6 tahun. Prognosis kejang demam baik, kjang bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64% 0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsy sebanyak 2-7%. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. 2.3 MANIFESTASI KLINIS Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Seringkali kejang berhentis sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak member reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Kejang demam kompleks dapat diikuti oleh hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung bebrapa jam sampai beberapa hari. 2.4 FAKTOR RESIKO KEJANG DEMAM Terdapat enam faktor yang berperan dalam etiologi kejang demam, yaitu : Demam Usia Riwayat keluarga
Page 4

Kejang Demam

Faktor prenatal (usia saat ibu hamil) Riwayat pre-eklamsia pada ibu Hamil primi / multipara Pemakaian bahan toksik Faktor perinatal (asfiksia, bayi berat lahir rendah, usia kehamilan, pretus lama, cara lahir) Faktor pascanatal (kjenag akibat toksik, trauma kepala).

2.5 PATOGENESIS KEJANG DEMAM Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan akibat terjadinya pelepasan muatan listrik yang berlebihan di sel neuron karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi. Sel syaraf, seperti juga sel hidup pada umumnya, mempunyai potensial membrane. Potensial membran yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial intrasel lebih negative dibandingkan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat potensial membran berkisar antara 30 - 100 mV, selisih potensial membran ini kana tetap sama selama sel tidak mendapat rangsangan. Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori yaitu 4 : Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K, misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia. Perubahan permeabilitas sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan hipomagnesemia.

Kejang Demam

Page 5

Perubahan relative neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan neurotransmitter yang bersifat inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat akan menimbulkan kejang. Patofisiologikejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan bahwa pada

keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan lebih cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf meningkat. Saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otal, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial, hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan

hiperglikemia. Semua hal ini akan mengakibatkan iskemia neuron karena kegagalan metabolisme di otak. Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut : Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum matang / immature. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan elektrolit yang menyebabkan gangguan permeabilitas membrane sel. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2 yang akan merusak neuron Kejang Demam
Page 6

Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow serta meningkatkan kebutuhan oksigen da glukosa, sehingga menyebabkan gangguan aliran ion-ion keluar masuk sel.

2.6 DIAGNOSIS Diagnosis kejang demam ditegakkan setelah penyebab kejang yang lain dapat disingkirkan yaitu meliputi meningitis, enseefalitis, trauma kepala, ketidak seimbangan elektrolit, dan penyebab kejang akut lainnya. Dari ebberapa diagnosis banding tersebut, meningitis merupakan penyabab kejang yang lebih mendapat perhatian. Angka kejadian meningitis pada kejang demam yaitu 2-5% . Kejadian demam pada kejang demam biasanya diakrenakan adanya infeksi pada system respirasi atas, otitis media, infeksi virus herpes termasuk roseola. Lebih dari 50% kejadian kejang demam pada anak kurang dari 3 tahun berhubungan dengan infeksi virus herpes (Human Herpes Virus 6 dan 7). Pemeriksaan fisik yang dilakukan anatara lain : Kesadaran Suhu tubuh Tanda rangsang meningeal Tanda peningkatan intracranial Tanda infeksi diluar SSP Pem. Neurologis Pemeriksaan Laboratorium : Pem. Kadar elektrolit (kalsium, fosfor, magnesium dan glukosa )
Page 7

Kejang Demam

Pemeriksaan Penunjang : EEG Cairan serebrospinal Pem. Fungsi lumbal MRI

2.7 PENATALAKSANAAN Pada tatalaksana kejang demam ada 3 hal yang eprlu diperhatikan yaitu : 1. Pengobatan fase akut 2. Mencari dan mengobati penyebab 3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam Pada waktu pasien datang dalam keadaan kejang maka hal yang harus dilakukan ialah membuka pakaian ketat dan posisi pasien dimiringkan gunanya apabila muntah untuk mencegah aspirasi, jalan nafas harus bebas agar oksigen terjamin. Penghisapan lender dilakukan secara tertatur, diberikan terapi oksigen dan jika perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air hangat dan pemberian antipiretik. Tidak ditemukan bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat diberikan ketika anak demam ( >38,50C). Dosis parasetamolyang digunakan ialah 10-15mg/kgBB/kali diberikan 4x sehari dan tidak lebih dari 5x. Dosis ibuprofen 5-10mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari.

Kejang Demam

Page 8

Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena atau intrarektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diazepam diberikan secara intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3 0,5mg/kgBB, diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20mg. Untuk memudahkan orang tua di rumah dapat diberikan diazepam rectal dengan dosis : 5mg pada anak dengan berat badan < 10kg 10mg untuk berat badan anak > 10kg

Buccal midazolam (0,5mg/kg ; dosis max 10mg) dikatakan lebih efektif dari pada diazepam per rectal pada anak. Pencegahan berulangnya kejang demam perlu dilakukan karena sering berulang dan menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Ada 2 cara profilaksis yaitu profilaksis intermiten pada waktu demam dan profilaksis terus-menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten, antikonvulsan hanya diberikan pada waktu pasien demam. Obat yang diberikan harus cepat diabsorbsi dan cepat masuk ke jaringan otak. Diazepam intermiten memberikan hasil lebih baik karena penyerapannya lebih cepat. Dapat digunakan diazepam intrarektal tiap 8jam pada kenaikan suhu mencapai 38,50C atau lebih yaitu dengan dosis : 5mg untuk pasien dengan BB < 10kg 10mg untuk pasien dengan BB > 10kg

Kejang Demam

Page 9

Diazepam dapat pula diberikan secara per oral dengan dosis 0.5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis pada pasien demam. Efek samping diazepam adalah ataksia, mengantuk, dan hipotonia. Untuk profilaksis terus-menerus dilakukan dengan pemberian fenobarbital 45mg/kgBB/hari dengan kadar obat dalam darah sebesar 16mmhg/ml menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Efek samping fenobarbital berupa kelainan watak yaitu iritabel, hiperaktif, pemarah, dan agresif ditemukan pada 30-50% pasien. Efek samping dapat dikurangi dengan menurunkan dosis fenobarbital. Obat lain yang dapat digunakan yaitu asam valproat dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari. Fenitoin dan carbamazepin tidak efektif untuk pencegahan kejang demam. Antikonvulsan profilaksis terus-menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Adapun indikasi profilaksis terus-menerus yaitu sebagai berikut : Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kealinan neurologis atau perkembangan. Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara kandung. Kejang demam lebih lama dari 15menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara dan menetap. Kejang demam terjadi pada bayi berumur < 12 bulan atau terjadi kejang multiple dalam satu episode demam.

Kejang Demam

Page 10

2.8 PROGNOSIS Kejadian kecacatan sebagai kompleks kejang demam tidak pernah dilaporkan. Kematian akibat kejang demam juga tidak pernah dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetep normal pada pasien yang memang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus dan kelainan ini biasanya terjadinya pada kasus kejang yang lama atau kejang berulang baik fokal atau kejang umum. Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor resiko berulangnya kejang yaitu riwayat kejang demam dalam keluarga, usia saat kejang pertama < 12 bulan, temperatur yang rendah saat kejang dan timbulnya kejang yang cepat setelah demam. Bila semua faktor tersebut terpenuhi maka resiko berulangnya kejang demam 80% sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut resikonya 10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang paling besar pada tahun pertama

Kejang Demam

Page 11

BAB III (PENUTUP)


3.1 KESIMPULAN

Sesuai dengan pembahasan di atas mengenai KEJANG DEMAM, kami menyimpulkan bahwa dalam penaganan kasus ini, hal terpenting yang perlu dilakukan adalah selalu waspada dengan keadaan demam & beri penanganan setepat mungkin. Dan kita harus tahu hal-hal tentang KEJANG DEMAM :

1. Mengetahui defenisi kejang demam 2. Faktor resiko dan penyebab kejang demam 3. Penanggulangan & Pencegahan

3.2 SARAN

Dalam penyelesaian makalah ini kami juga memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya : Kombinasikan metode pembuatan makalah berikutnya. Pembahsan yang lebih mendalam disertai data-data yang lebih akurat. Pembahasan yang lebih akurat dan tepat Beberapa poin diatas merupakan saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini, dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nantinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususunya mahasiswa Kejang Demam
Page 12

Fakultas Kedokteran UISU semester VII / 2013 dalam penambahan wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan.

Kejang Demam

Page 13

DAFTAR PUSTAKA

M.H. Abdoerrachman, dkk. Kejang Demam, Dalam: dr. Rusepno Hasan. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1985.h. 847-855.

www.scribd.com

Kejang Demam

Page 14

Anda mungkin juga menyukai