Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Secara teori, sebuah negara dibentuk oleh masyarakat di suatu wilayah yang tidak lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama setiap anggotanya dalam koridor kebersamaan. Dalam angan setiap anggota masyarakat, negara yang dibentuk oleh mereka ini akan melaksanakan fungsinya untuk menyediakan kebutuhan hidup anggota masyarakat berkaitan dengan konstelasi hidup berdampingan dengan orang lain di sekelilingnya. Di kehidupan sehari-hari, kebutuhan bersama itu sering kita artikan sebagai kebutuhan publik. Salah satu contoh kebutuhan publik yang mendasar adalah kesehatan. Puskesmas sebagai bentuk nyata peran birokrasi dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan. Namun pada kenyataannya ada kerumitan atau masalah yang terjadi dalam peran puskesmas itu sendiri untuk memberikan pelayanan yang baik contohnya, peran puskesmas dalam hal identifikasi masalah terutama berkaitan dengan program pokok puskesmas (basic six program) yang ada di lingkungan kerjanya sehingga penulis berniat untuk membahas lebih dalam lagi mengenai hal tersebut. 1.2 Rumusan Masalah 1. Masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas 2. Masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Ambacang berkenaan dengan Basic six Program 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi dalam pelayanan kesehatan di lingkup Puskesmas. 2. Mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Ambacang berkenaan dengan basic six program.

BAB II ANALISA SITUASI

2.1. Gambaran Umum Puskesmas Ambacang terletak di salah satu Kelurahan pada Kecamatan Kuranji kota Padang yaitu kelurahan Pasar Ambacang. Karena terletaknya Puskesmas di kelurahan tersebut maka diberi nama Puskesmas Ambacang Kuranji sesuai dengan masukan dari berbagai pihak antara lain Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang dengan sebutan Puskesmas Ambacang Kuranji Awalnya pelaksanaan program puskesmas ini masih bekerja sama dengan Puskesmas Kuranji, karena 4 kelurahan sebagai wilayah kerja Puskesmas Kuranji. Pada tahun 2006 telah berdiri sendiri dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan.

2.2 Geografi Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Ambacang berbatasan dengan kecamatan dan kelurahan yang menjadi tanggung jawab wilayah Puskesmas Ambacang. Batas - batas wilayah kerja Puskesmas Ambacang yaitu : - Utara - Timur - Selatan - Barat : Kelurahan Korong Gadang Kec. Kuranji. : Kecamatan Pauh : Kecamatan Pauh dan Lubuk Begalung. : Kecamatan Padang Timur dan Kecamatan Nanggalo

Puskesmas Ambacang terletak pada 0 55' 25.15", Lintang Selatan dan +100 23' 50.14" Lintang Utara dengan luas wilayah kerja Puskesmas Ambacang sekitar 12 Km2, mewilayahi 4 Kelurahan yaitu : Kelurahan Pasar Ambacang, Kelurahan Anduring,

Kelurahan Ampang dan Kelurahan Lubuk Lintah dimana umumnya masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dari dan ke Puskesmas. Secara sketsa, wilayah kerja Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut:

2.3 Demografi Jumlah penduduk wilayah Puskesmas Ambacang Kuranji adalah 43.114 jiwa yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut: a. Kelurahan Pasar Ambacang b. Kelurahan Anduring c. Kelurahan Lubuk Lintah d. Kelurahan Ampang : 15.461 jiwa dan 3.513 KK : 12.329 jiwa dan 1.924 KK : 8.951 jiwa dan 1.673 KK : 6.373 jiwa dan 2.928 KK

2.4 Prasarana dan Sarana Kesehatan serta sasaran Kesehatan Puskesmas ambacang pada saat ini telah memiliki prasarana dan sarana yang relativ lebih baik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Prasarana gedung dengan 2 lantai mampu dmamfaatkan untuk pelayanan dan kegiatan administarsi/manajemen. Begitu pula prasarana kendaraan roda 4 dan roda 2 telah mampu menjangkau pelayanan terutama luar gedung seperti posyandu,UKS dan UKGS serta pembinaan desa siaga.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi dan Fungsi Puskesmas a. Definisi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008) Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan. Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Jadi, yang harus diketahui adalah bahwa peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja seperti di Rumah Sakit.

LEVEL PELAYANAN KESEHATAN RS Provinsi RS Kabupaten Puskesmas Kecamatan Puskesmas Kelurahan Posyandu

b. Fungsi Puskesmas (Ilham Akhsanu Ridlo, 2008) 1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. 2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat 3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara: a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri. b. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien. c. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis Maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program

Basic six Puskesmas e. Promosi kesehatan f. Kesehatan lingkungan g. Kesehatan ibu dan anak serta KB h. Perbaikan gizi masyarakat i. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular j. Pengobatan

Pelaksanaan kegiatan tersebut diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa ( PKMD ). Disamping penyelenggaraan usaha-usaha kegiatan pokok Puskesmas seperti tersebut di atas,
5

Puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan program kesehatan pengembangan. Puskesmas harusmemberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat a 3.2 Masalah-Masalah yang Muncul di Lingkup Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya. Kondisi ini didasari oleh persepsi awal yang negatif dari masyarakat terhadap pelayanan Puskesmas, misalnya anggapan bahwa mutu pelayanan yang terkesan seadanya, artinya Puskesmas tidak cukup memadai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dilihat dari sarana dan prasarananya maupun dari tenaga medis atau anggaran yang digunakan untuk menunjang kegiatannya sehari-hari. Sehingga banyak sekali pelayanan yang diberikan kepada masyarakat itu tidak sesuai dengan Standar Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

3.3 Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalahmasalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993: 44-46) Faktor Internal Pelaksanaan Manajemen Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap baik/sudah biasa. Sarana dan Prasarana
6

Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standar kesehatan. Tenaga medis Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran. Sumber keuangan Puskesmas Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.

Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas

dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan Puskesmas.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke Puskesmas. Faktor Eksternal Kondisi Geografis Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki

keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas. Pemerintah daerah Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legislatif dan eksekutif yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tulang punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar. Keadaan Ekonomi Penduduk Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang

memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas. Kondisi Pendidikan Penduduk Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya. Peran Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis.

si Mengatasi MasalahVBBAB IV PEMBAHASAN yang alit as tenaga keseh

alis Masalah kesehatan di puskesmas Ambacang Kuranji.


Masih adanya penyulit pada 6 program pokok puskesmas Promosi kesehatan Kesehatan lingkungan KB KIA Gizi Pengobatan Umum Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular

endapat perhatian dari pemerintah pusat dan pemerintaang tengga penyelenggaraan pelayanan kesehata 4.1 PERMASALAHAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR / P2P

24 Psr Ambacang

61

13

Lb Lintah
Anduring

17 7

Ampang Puskesmas

Gambar 3.1.2.2. Insiden penyakit DBD berdasarkan cakupan bulanan dan Kelurahan wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2012.

Berdasarkan grapik di atas terdapat peningkatan kasus (61) kasus di banding tahun 2010 (36) kasus. Salah satu cara untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan karena DBD adalah dengan melakukan PSN-DBD yang secara berkesinambungan.dengan kegiatan
10

ini sangat diharapkan tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegepti jadi tidak ada lagi dan dapat berkurang. Perilaku dan lingkungan dengan sanitasi yang buruk juga sangat berpotensi dalam berjangkitnya penyakit demam Berdarah Dengue (DBD).

PEMECAHAN MASALAH

Dengan ditemukannya kasus DBD.sebanyak 61 kasus, dan meningkat dari tahun lalu maka perlu ditingkatkan penyuluhan untuk pencegahan penyakit DBD,seperti sarang nyamuk,pemeriksaan jentik berkala. Pemberantasan

4.2 PERMASALAHAN PADA PROMOSI KESEHATAN

Data rekapan D/S dan N/D posyandu wilayah kerja puskesmas Ambacang Tahun 2012

Grafik. Persentase D/S di wilayah kerja Puskesmas Ambacang tahun 2012

Dari grafik diatas dapat dilihat pencapaian penimbangan Balita dengan D/S di Puskesmas Ambacang tahun 2012 pencapaian yang tertinggi terdapat dikelurahan Pasar Ambacang sebesar 64,8 %, pencapaian yang terendah terdapat pada kelurahan Ampang sebesar 59 % sedangkan pencapaian Puskesmas sebesar 64,9 % dan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota sebesar 75 % berarti pencapai Puskesmas belum tercapai dari target yang ditetapkan

11

Grafik. Persentase N/D di wilayah kerja Puskesmas Ambacang.

Dari grafik diatas dapat dilihat pencapaian penimbangan Balita dengan D/S di Puskesmas Ambacang tahun 2012 pencapaian yang tertinggi terdapat dikelurahan Ampang sebesar 87,9 %, pencapaian yang terendah terdapat pada kelurahan Lubuk Lintah sebesar 74,7 % sedangkan pencapaian Puskesmas sebesar 84, % dan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota sebesar 89 % berarti pencapai Puskesmas belum tercapai dari target yang ditetapkan

PPEMECAHAN MASALAH

Bagi posyandu yang pencapaian D/S dan N/D yang masih rendah, harus di lakukan lagi kerjasama dengan lintas sektoral terutama pada bapak RT/RW yang kunjungan posyandunya masih di bawah target, dan mencarikan solusi bagi tempat posyandu tidak layak pakai dengan membuat tempat posyandu dengan bantuan swadaya masyarakat dan pemerintah. Untuk meningkatkan kunjungan posyandu ini perlu diadakannya pemberian makanan tambahan pada balita dan ibu hamil yang dananya bisa diambilkan dari dana sehat posyandu tersebut, dan juga adanya pembentukan arisan anggota posyandu sehingga para ibu tidak hanya datang untuk menimbang saja tapi ada hal lain yang membuat ibu tertarik secara rutin datang ke posyandu.

12

4.3 PERMASALAHAN DI BIDANG GIZI

a. Cakupan distribusi vitamin A pada bayi

100 90 80

70
60 50

40
30 20 10 0 Psr Ambacang 93,81 94,76 Anduring 96,41 92,81 Lb Lintah 95,08 96,72 Ampang 86,05 89,53 Pusk Ambacang 93,68 93,84

FEBRUARI
AGUSTUS

Grafik . CAKUPAN DISTRIBUSI VITAMIN A BAYI (USIA 6-11 BULAN) PUSKESMAS AMBACANG TAHUN 2012

Dari grafik diatas dapat dilihat pendistribusian Vitamin A bulan Februari yang tertinggi terdapat pada kelurahan Anduring sebesar 96,41 % pencapaian yang rendah pada kelurahan Ampang yaitu sebesar 86,05 % sedangkan pendistribusian bulan Agustus pencapaian yang tertinggi terdapat pada kelurahan Lubuk Lintah pencapaian yang rendah terdapat pada kelurahan Ampang yaitu sebesar 89,53 % . DIDistribusi vitamin A belum maksimal dimana pada keluarahan Ampang masi berada dibawah target MDGs sebesar 90%.

13

PEMECAHAN MASALAH Meningkatkan promosi kesehatan melalui peningkatan kunjungan posyandu dan penyuluhan lainnya agar meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan kerja sama lintas sektor dan meningkatkan pengawasan wilayah distribusi.

b. Cakupan ASI eksklusif

100 90 80 70 60 50 40 30 20
10

65,74 49,59

FEBRUARI

AGUSTUS

Grafik. CAKUPAN ASI EKSLUSIF PUSKESMAS AMBACANG 2012

Dari grafik diatas dapat dilihat tentang cakupan ASI EKLUSIF pencapaian yang tertinggi pada bulan Agustus sebesar 65,74 % . Angka ini masih rendah dari target 75%.

PEMECAHAN MASALAH Meningkatkan promosi kesehatan melalui penyuluhan agar meningkatkan kesadaran masyarakat, meningkatkan kerja sama lintas sektor dan meningkatkan pengawasan wilayah distribusi.

14

4.4 PERMASALAHAN DI BIDANG KESEHATAN LINGKUNGAN 1. Rendahnya angka kunjungan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi

Tabel Kunjungan Klinik sanitasi No 1 2 3 4 Kelurahan Psr Ambacang Lubuk Lintah Anduring Ampang Penyakit Kunjungan Klinik Sanitasi Diare 59 22 24 24 129 Ispa 196 68 49 64 377 Malaria 0 0 0 0 0 DBD 9 8 6 2 25 TB 10 7 1 3 21 Cacingan 4 1 0 1 6 Kulit 92 40 27 32 191 Cik 0 0 0 1 1

Grafik 4.3 : Jumlah Angka Kunjungan Kasus Penyakit Berbasis Lingkungan di Pojok Kesling

10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0

9149

3245

3094

2583 1563 1555 1158 889 292

257

Grafik . 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2012 Di Puskesmas Ambacang Kuranji

Dari data diatas dapat terlihat bahwa penyakit berbasis lingkungan masih menduduki 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Ambacang Kuranji pada tahun 2012, namun pada kenyataannya hanya sebagian kecil dari kasus tersebut yang sampai pada tahap pengelolaan di pojok kesling. Hal ini dapat dinilai dari tidak sebandingnya jumlah kasus penyakit berbasis

15

lingkungan dengan angka kunjungan ke pojok kesling tersebut di Puskesmas Ambacang Kuranji. PEMECAHAN MASALAH Hendaknya ada kerja sama lintas program dari pengobatan umum dan kesling, dimana pasien yang berobat dengan penyakit berbasis lingkungan dapat dirujuk ke klinik sanitasi, sehingga di klinik sanitasi pasien tersebut akan diberikan penyuluhan dan didata, dan pasien dengan penyakit berbasis lingkungan dapat terpantau dengan kunjungan rumah untuk menilai keadaan lingkungannya. Hal ini juga bermanfaat untuk mengurangi angka penyakit berbasis lingkungan jika dijalankan berkesinambungan.

44.5 PERMASALAHAN DI PENGOBATAN UMUM

10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0

9149

3245

3094

2583 1563 1555 1158 889 292

257

Grafik. Jumlah 10 penyakit terbanyak Puskesmas Ambacang 2012

Dari data di atas terlihat bahwa tingginya kasus penyakit tidak menular seperti rematik dan hipertensi diikuti oleh gastritis. Hal ini perlu ditindak lanjuti mengingat penyakit tersebut perlu penanganan yang menyeluruh. Program pemerintah telah mencanangkan adanya Posbindu ( Pos Binaan Terpadu ) di wilayah kerja puskesmas, namun Posbindu di puskesmas Ambacang belum dijalankan, Posbindu ini sangat penting karena bertujuan untuk menangani penyakit-penyakit tidak menular terutama penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit tulang sendi lainnya. Dimana penyakit tersebut tidak hanya mengandalkan pengobatan secara kuratif saja bagi masyarakat tapi juga perlu
16

program-program yang bersifat promotif, preventif, dan rehabilitatif dan semua itu menjadi kegiatan yang bersifat menyeluruh di Posbindu. Selain itu dibutuhkan juga kerja sama lintas program untuk menangani penyakit tidak menular, seperti kerja sama dengan program gizi.

PEMECAHAN MASALAH Perlu adanya kerja sama lintas sektor dengan kelurahan di wilayah kerja puskesmas, untuk dapat mempermudah terbentuknya UKBM Posbindu.

4.6 PERMASALAHAN DI KIA

Rendahnya Pencapaian Kunjungan Nifas di Puskesmas Ambacang KF 1 Kunjungan nifas dalam 6 jam 3 hari KF 2 Kunjungan nifas pada hari ke-4 hingga hari ke- 28 KF 3 Kunjungan nifas pada hari ke- 29 hingga hari ke- 40

Grafik . Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Lengkap (KF 3) Di Puskesmas Ambacang Tahun 2012

Pada pelaksanaan program minimal ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Ambacang mengikuti kunjungan nifas 3 x ( KF 3). Target yang ditetapkan sebesar 86 % namun pencapaian di tahun 2012 hanya sebesar 80,82 %. Di dapatkan kesenjangan sebanyak 5,18 %. Ini menjadi masalah di PWS KIA dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan untuk memantau ibu nifas di wilayah kerja Puskesmas Ambacang agar menyelesaikan kunjungan nifasnya.
17

18

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan strata pertama memiliki programprogram yang terus berjalan, dimana terdapat basic six program terdiri dari Pengobatan Umum, KIA KB, Kesehatan Lingkungan, Gizi, Pengelolaan Penyakit Menular, dan Promosi kesehatan, dimana didalam pelaksanaannya tiap program memiliki kendala dan masalah. Pada Pengobatan Umum di dapat penyakit tidak menular masuk dalam 10 penyakit terbanyak di tahun 2012 dan belum ada pengelolaan khusus untuk mengatasi hal itu. Pada Program KIA KB masih rendahnya pencapaian angka Kunjungan Nifas (KF 3). Pada Program Kesehatan Lingkungan rendahnya angka kunjungan penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi, tidak sesuai dengan jumlah penyakit berbasis lingkungan dari jumlah kunjungan ke BP umum, ini menunjukkan belum optimalnya kerja program di klinik sanitasi. Pada Program Gizi terdapat rendahnya angka distribusi vit A pada balita, dimana pencapaian belum sesuai target. Pada Program Promosi Kesehatan didapatkan rendahnya angka D/S ke Posyandu yang belum mencapai target. Dengan adanya identifikasi masalah di atas, Puskesmas dapat menentukan prioritas masalah dan tindakan lebih lanjut untuk mengatasi segala permasalahan yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas ambacang berkenaan dengan Basic six Program.

5.2 Saran 1. Mengidentifikasi ulang hal-hal yang menjadi kendala pada tiap program. 2. Perlu adanya kerja sama lintas program untuk mengatasi masalah kesehatan yang menjadi masalah di program kesling, diharapkan adanya rujukan dari balai pengobatan ke klinik sanitasi. 3. Perlunya Kerja sama lintas sektor untuk menangani permasalahan di program KIA dan Promosi Kesehatan. Dengan berkoordinasi dengan tokoh masyarakat setempat dalam meningkatkan angka kunjungan balita sehingga angka D/S posyandu dapat meningkat.

19

4. Perlunya Puskesmas membentuk UKBM Posbindu untuk menangani tingginya kasus penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus dan penyakit tulang-sendi yang masuk 10 penyakit terbanyak di Puskesmas Ambacang. 5. Perlunya Puskesmas terutama Program KIA, membentuk Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dimana program ini dapat membantu meningkatkan penemuan kasus pneumoni yang masih sangat jauh dari target yang ditetapkan pemerintah.

20

DAFTAR PUSTAKA

1. www.litbang.depkes.go.id 2. http://one.indoskripsi.com 3. http://muharrikyanuar.wordpress.com 4. http://els.bappenas.go.id 5. Laporan Tahunan Puskesmas Ambacang-Kuranji 2012

21

Anda mungkin juga menyukai