ABSTRACT pada tanah dengan kandungan liat yang tinggi, tetapi dapat
juga tumbuh pada tanah lempung berpasir yang dalam dan
The research was done in Baluran National Park, Banyuwangi di area dengan curah hujan yang tinggi. Umumnya tumbuh
East Java in April to June 2004. The objectives of this research di dekat jalur air terutama di daerah yang sering mengalami
were: to determine of species composition, importance value banjir dan sangat toleran terhadap kondisi salin. Tumbuhan
of species, diversity index and evenness index, similarity
ini dapat tumbuh pada area yang menerima curah hujan
index, distribution pattern of species, and species association.
This research used the quadrat method. The determination of kurang dari 350-1500 mm per tahun. Spesies ini dilaporkan
the species distribution was calculated using Poisson sangat sensitif terhadap kebekuan/dingin, namun dapat
distribution formula and the determination of association was tumbuh pada area dimana rata-rata temperatur bulanan
calculated using contingency table. The results of this sangat dingin yaitu 16oC (Gupta, 1970). Menurut Duke
research indicated that, there were 25 species of the plant (1983) A. nilotica berasal dari Mesir Selatan lalu tersebar ke
including 12 familiy. The importance value was between 1,05- Mozambique dan Natal, kemudian diintroduksi ke Zanzibar,
72,95, and species with hight importance value is Brachiria Pemba, India dan Arab. Saat ini A. nilotica merupakan
reptans, Thespesia lanpas, and Oplismenus burmanii. The
gulma yang menimbulkan masalah serius di Afrika Selatan.
diversity index was between 1,5265-2,6456, and evenness
index was between 0,1223-0,1981. The distribution pattern of Hal yang sama terjadi di Taman Nasional Baluran
species indicated that 13 species were distribution in a Banyuwangi Jawa Timur.
clumped, 6 species were in a reguler, and 6 species were at Di Taman Nasional Baluran dijumpai beberapa spesies
random distribution pattern. The determine of association flora eksotik, yang keberadaannya cukup mengganggu
indicated that 1 species were very higth category of keutuhan ekosistem asli kawasan tersebut. Salah satu
association index is Thespesia lanpas, and 1 species were spesies flora eksotik yang cukup mengganggu
higth category of association index is Brachiria reptans. keseimbangan ekosistem Baluran adalah A. nilotica.
Spesies yang diintroduksi ke Indonesia merupakan sub
Key words: Acacia nilotica, distribution pattern, association,
Baluran National Park. spesies indica. Introduksi dilakukan pada tahun 1850,
melalui Kebun Botani di Calcuta (India) untuk menjadikan
tumbuhan ini sebagai salah satu tumbuhan yang memiliki
PENDAHULUAN nilai komersial yaitu sebagai penghasil getah (gum) yang
berkualitas tinggi. Namun setelah tumbuhan ini ditanam di
Akasia berduri (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del. Kebun Raya Bogor, ternyata produksi getahnya sangat
diperkirakan berasal dari India, Pakistan, dan juga banyak rendah sehingga pohon-pohon tersebut ditebang 40 tahun
ditemukan di Afrika. Sekarang ini telah dikenal beberapa kemudian. Introduksi tumbuhan ini ke Taman Nasional
spesiesnya seperti A. nilotica sub spesies indica, A. Baluran di Banyuwangi Jawa Timur pada tahun 1969 ber-
leucoploea Willd., A. farnesiana Willd., A. ferruginea DC., A. tujuan sebagai sekat bakar untuk menghindari menjalarnya
catechu Willd., A. horrida (l.f) Willd., A. sinuata (Lour.) api dari savana ke kawasan hutan jati (Anonim, 1999).
Merr., A. pennata Willd., dan A. senegal Willd. (Brenan, Invasi A. nilotica di Taman Nasional Baluran telah
1983). Akasia tersebar luas di Afrika tropika dan subtropika menyebabkan terdesaknya berbagai spesies rumput
dari Mesir dan Mauritania sampai Afrika Selatan. Beberapa sebagai komponen utama penyusun savana Baluran.
spesies tersebar luas di Asia Timur seperti Birma. A. Invasi A. nilotica menyebabkan pertumbuhan rumput
nilotica sub spesies indica juga tumbuh di Ethiopia, terdesak, sehingga dipandang dari aspek ketersedian
Somalia, Yaman, Oman, Pakistan, India, dan Birma. makanan bagi herbivora sudah tidak memadai, oleh
Kemudian juga berhasil ditanam di Iran, Vietnam (Ho Chi karenanya satwa mencari makanan alternatif yang lain,
Min City), Australia (Sydney dan Queensland) dan di salah satunya adalah daun dan biji A. nilotica. Namun
Carribean (Brenan, 1983). Sub spesies ini umum dijumpai sebagai sumber makanan utama, rumput tetap tidak dapat
tergantikan (Sabarno, 2002). Fenomena ini tentunya dapat
mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem
♥ Alamat korespondensi: Taman Nasional Baluran, misalnya berkurang dan
Jl. Ceremai Ujung No. 18, RT 04, RW 02, menyusutnya makanan utama bagi herbivora. Kondisi ini
Bantar Jati Atas, Bogor 16153
Tel.: +62-251-359860. Fax.: +62-251-384242 pada gilirannya dapat mengancam keberadaan satwa
e-mail: arjan_abdullah@yahoo.com
DJUFRI – Acacia nilotica di TN Baluran 49
spesies istimewa (exclusive) dalam hal nilai kuantitatif baik spesies, pada daerah SKR1 sebanyak 12 spesies, dan
frekuensi, kerapatan, dan dominansi. Di samping itu, SKR2 sebanyak 8 spesies. Dengan demikian, tingkat kera-
spesies tersebut dapat digunakan sebagai spesies indikator patan tegakan A. nilotica telah menyebabkan gangguan
pada komunitas tegakan A. nilotica pada basis yang setara, pada lingkungan tumbuhan yang hidup di bawahnya,
baik topografi maupun kondisi habitat dan lingkungan sehingga jumlah spesies yang dapat beradaptasi dan
mikronya. Sedangkan spesies yang lainnya memiliki NP toleran terhadap kondisi demikian jumlahnya terbatas. Hal
yang rendah (< 18%). Gejala demikian umum dijumpai ini kemungkinan besar erat kaitannya dengan keterbatasan
pada tipe vegetasi yang mengarah kepada kondisi klimaks intensitas sinar matahari akibat naungan, atau karena ada
dan stabil. Hal tersebut sangat relevan dengan kesimpulan pengaruh alelopati dan kompetisi dari A. nilotica terhadap
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) bahwa komposisi tumbuhan yang hidup di bawahnya.
komunitas yang terinvasi terbentuk untuk jangka waktu Spesies yang mempunyai NP tinggi dan sangat tinggi
yang lama akan memperlihatkan fisiognomi, fenologi, daya tersebut di atas dalam ekologi tumbuhan dikenal sebagai
regenerasi yang relatif lambat dan mantap, sehingga spesies istimewa (exclusive) dalam hal nilai kuantitatif baik
dinamika floristik komunitas yang terinvasi tidak terlalu frekuensi, kerapatan, dan dominansi. Di samping itu,
nyata dan mencolok. Pergantian dan regenerasi spesies spesies tersebut dapat digunakan sebagai spesies indikator
seolah-olah tidak tanpak nyata. Sebagai konsekuensinya pada komunitas tegakan A. nilotica pada basis yang setara,
jarang dijumpai spesies tertentu yang mendominasi baik topografi maupun kondisi habitat dan lingkungan
komunitas yang bersangkutan. mikronya. Sedangkan spesies yang lainnya memiliki NP
yang rendah (< 18%). Gejala demikian umum dijumpai
Tabel 2. Nilai penting (%) spesies pada seluruh stasiun pada tipe vegetasi yang mengarah kepada kondisi klimaks
pengamatan. dan stabil. Hal tersebut sangat relevan dengan kesimpulan
Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) bahwa komposisi
Nilai komunitas yang terinvasi yang terbentuk untuk jangka
Rata-
Spesies penting/Stasiun Jumlah
rata waktu yang lama akan memperlihatkan fisiognomi, fenologi,
I II III
Brachiaria reptans 40,35 84,25 94,24 218.84 72,95
daya regenerasi yang relatif lambat dan mantap, sehingga
Thespesia lanpas 32,65 48,70 69,53 150,88 50,29 dinamika floristik komunitas yang terinvasi tidak terlalu
Oplismenus burmanii 30,60 42,00 58,96 131,56 43,85 nyata dan mencolok. Pergantian dan regenerasi spesies
Dichantium coricosum 25,.60 22,93 34,30 82,83 27,61 seolah-olah tidak tanpak nyata, sebagai konsekuensinya
Politrias amaura 24,12 22,44 - 46,56 15,52 jarang dijumpai spesies tertentu yang mendominasi
Synedrella nudiflora 20,16 10,12 21,65 51,93 17,31 komunitas yang bersangkutan.
Dactylocteenium aegyptium 19,67 16,55 - 36,22 12,07 Hasil perhitungan Indeks kemerataan spesies menun-
Achyrantes aspera 15,15 16,12 - 31,27 10,42
jukkan nilai relatif homogen berkisar dari 0,1096-0,2294
Mimosa pudica 13,10 - - 13,10 4,37
Vernonia cinerea 11,45 - - 11,45 3,82
(Tabel 3). Perbedaan pada setiap stasiun pengamatan
Sida rhombifolia 10,76 14,33 12,56 37,65 12,55 terlalu kecil. Mengacu pada Tabel 3, dapat dikemukakan
Desmodium heterophylla 7,95 - - 7,95 2,65 bahwa Indeks keanekaragaman dan Indeks kemerataan
Zyzipus rhotundifolia 7,04 - - 7,04 2,35 merupakan dua hal yang berbeda, demikian juga halnya
Stachytarpeta indica 6,72 8,51 - 15,23 5,08 antara kekayaan spesies dan keanekaragaman spesies.
Phyllantus debilis 6,46 - 8,76 15,22 5,07 Menurut Barbour et al. (1987) adakalanya kekayaan
Cleome rutidosperma 4,73 - - 4,73 1,58 spesies berkorelasi positif dengan keanekaragaman, tetapi
Moghania macrophylla 3,40 - - 3,40 1,13 kondisi lingkungan di sepanjang areal kajian sangat
A. nilotica 3,32 - - 3,32 1,11
Centela asiatica 3,32 - - 3,32 1,11
heterogen, sehingga dapat menurunkan kekayaan spesies
Indigofera sumatrana 3,32 7,71 - 11,03 3,68 disertai dengan peningkatan keanekaragaman spesies. Hal
Leucaena leucocepala 3,24 - - 3,24 1,08 tersebut dapat terjadi karena setiap stasiun pengamatan
Crotalaria setriata 2,46 6,34 - 8,80 2,92 mempunyai jumlah individu yang sangat bervariasi.
Calotropis gigantea 2,30 - - 2,30 0,77 Kemerataan akan menjadi maksimum dan homogen, jika
Acacia leprosula 1,09 - - 1,09 0,36 semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama
Ocimum basilicum 1,05 - - 1,05 0,35 pada setiap unit sampel. Gejala demikian sangat jarang
Jumlah 300 300 300 900 300 terjadi di alam, karena setiap spesies mempunyai daya
Rata-rata 100 100 100 300 100
adaptasi dan toleransi serta pola sejarah hidup yang
berbeda terhadap kondisi habitat yang ada. Demikian juga
bila dikaitkan dengan stadia perkembangan mulai dari
Indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kemerataan (E) berkecambah sampai mati. Selain itu kondisi lingkungan di
Indeks keanekaragaman spesies pada seluruh stasiun alam sangat kompleks dan bervariasi. Pada lingkungan
pengamatan berbeda, pada SKR0 sebesar 2,6456 (kategori level makro mungkin bersifat homogen, tetapi pada
sedang), pada SKR1 sebesar 2,0820 (kategori sedang), lingkungan level mikro dapat teridiri dari mikrositus-
dan pada SKR2 sebesar 1,5265 (kategori rendah). mikrositus yang sangat heterogen. Mikrositus yang relatif
Berdasarkan data pada Tabel 3 dapat dikemukakan bahwa sama akan ditempati oleh individu yang sama, kondisi
ada kecenderungan dimana semakin banyak spesies yang demikian akan mempengaruhi pola distribusi di alam secara
dijumpai pada unit sampling maka semakin besar nilai alami (Djufri, 1995). Pernyataan ini sangat relevan dengan
Indeks keanekaragaman di daearah tersebut. Misalnya, data yang dihasilkan dalam penelitian ini bahwa pada
pada SKR0-2 dijumpai 25 spesies, nilai Indeks seluruh stasiun pengamatan nilai kemerataannya relatif
keanekaragamannya sebesar 2,7219. Sedangkan pada homogen. Dengan demikian, fakta ini memberi indikasi
SKR2-5 dijumpai 6 spesies, nilai Indeks keanekaragaman bahwa kondisi lingkungan pada seluruh kawasan relatif
1,1047. Selanjutnya data pada Tabel 3 juga homogen. Menurut Clement dalam Weaver dan Frederic
mengindikasikan bahwa tingkat kerapatan tegakan A. (1978) bahwa tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator
nilotica berpengaruh langsung terhadap nilai Indeks lingkungan.
keanekaragaman Spesies di tempat tersebut. Jumlah rata-
rata spesies pada daerah terbuka (SKR0) sebanyak 18
52 ENVIRO 5 (1): 48-54, Maret 2005
Tabel 3. Nilai Indeks keanekaragaman Spesies (H’) dan Indeks 6-7; 6-8; 6-9; 6-10; 6-11; 7-8; 7-9; 7-10; 7-11; 8-9; 8-10; 10-
kemerataan Spesies (E) seluruh stasiun pengamatan. 11; 10-12; 10-13; 10-14; 10-15; 11-12; 11-13; 11-14; `11-
15; 12-13; 12-14; 12-15; 13-14; 13-15; dan 14-15.
Stasiun Jumlah Sedangkan kombinasi yang lainnya memiliki Indeks
Lokasi H’ E
Pengamatan Spesies
similaritas rendah. Hasil ini memberikan indikasi bahwa
SKR0-1 20 2,5718 0,1286
SKR0-2 24 2,7219 0,1134 komunitas tumbuhan bawah pada tegakan A. nilotica dapat
SKR0-3 19 2,5413 0,1338 dibedakan atas tiga kelompok yang berbeda sangat tegas
I SKR0-4 21 2,6519 0,1263 yaitu: (i). Komunitas tanpa tegakan A. nilotica (SKR0)
SKR0-5 25 2,7412 0,1096 dengan 25 spesies. (ii). Komunitas dengan kerapatan
Total 169 13,2281 0,6117 tegakan A. nilotica 1500-2500 pohon/ha (SKR1) dengan 12
Rata-rata 18 2,6456 0,1223 spesies, dan (iii). Komunitas dengan kerapatan tegakan A.
SKR1-1 14 2,1073 0,1505 nilotica > 2500 pohon/ha (SKR2) dengan spesies 7 spesies,
SKR1-2 9 2,0642 0,2293 masing-masing spesies yang dijumpai disajikan pada Tabel
SKR1-3 12 2,0756 0,1730
2. Berdasarkan nilai Indeks similaritas pada matriks maka
II SKR1-4 10 2,0713 0,2071
SKR1-5 13 2,0914 0,1608 telah berhasil diklasifikasikan komunitas yang diteliti.
Total 158 10,4098 0,9207
Rata-rata 12 2,0820 0,1841 Pola distribusi spesies
SKR2-1 10 2,0713 0,2071 Melalui pendekatan distribusi Poisson dapat diketahui
SKR2-2 6 1,1794 0,1966 bahwa dari 25 spesies yang ditemukan di wilayah penelitian
SKR2-3 9 2,0642 0,2294 13 spesies di antaranya (52%) pola distribusi
III SKR2-4 7 1,2130 0,1733 mengelompok, 5 spesies (20%) pola distribusi teratur, dan
SKR2-5 6 1,1047 0,1841 7 spesies (28%) pola distribusi acak (Tabel 5). Dengan
Total 38 7,6326 0,9905 demikian, dapat dikemukakan bahwa spesies penyusun
Rata-rata 8 1,5265 0,1981 savana Kramat Taman Nasional Baluran Jawa Timur
Keterangan: SKR0 = Savana Kramat tanpa tegakan pohon Acacia, cenderung mempunyai pola distribusi mengelompok.
SKR1 = Savana Kramat dengan kerapatan pohon A. nilotica 1500-
2500/ha dan SKR2 = Savana Kramat dengan kerapatan pohon A.
Terlepas dari pengaruh faktor lingkungan dan kompetisi,
nilotica > 2.500/ha. hasil tersebut relevan dengan kesimpulan Barbour et al.
(1987) bahwa pola distribusi spesies di alam cenderung
Indeks similaritas (IS) mengelompok (clumped), sebab tumbuhan bereproduksi
Perhitungan Indeks similaritas bertujuan untuk memban- dengan biji yang jatuh dekat induknya atau dengan rimpang
dingkan komposisi dan variasi nilai kuantitatif spesies pada yang menghasilkan anakan vegetatif masih dekat induknya.
seluruh stasiun pengamatan. Nilai ini selanjutnya akan Pola distribusi spesies tumbuhan dipengaruhi oleh
mengindikasikan bahwa unit sampling yang diper- perbedaan kondisi tanah, sumberdaya, dan kompetisi. Hasil
bandingkan jika mempunyai nilai Indeks similaritas yang pengukuran sampel tanah di lapangan khususnya pH dan
besar berarti mempunyai kemiripan komposisi dan nilai kelengasan tanah menunjukkan perbedaan relatif kecil, pH
kuantitatif spesies yang sama, demikian juga sebaliknya. berkisar 6,803-7,214 dan kelengasan berkisar 14,02-16,43.
Dalam ekologi tumbuhan teknik ini dapat dipakai untuk Keadaan yang relatif homogen tersebut tidak berpengaruh
mengklasifikasikan berbagai vegetasi berdasarkan nilai terhadap pola distribusi spesies, demikian juga terhadap
kuantitatifnya. Hasil perhitungan Indeks similaritas pada kehadiran spesies pada seluruh sampling yang diamati. Bila
seluruh stasiun pengamatan disajikan pada Tabel 4. faktor yang mempengaruhi kehadiran spesies pada suatu
Hasil perhitungan Indeks similaritas menunjukkan tempat relatif kecil, maka ini merupakan kesempatan
bahwa stasiun pengamatan yang mempunyai Indeks semata dan biasanya menghasilkan pola distribusi spesies
similaritas kategori sangat tinggi (IS = > 75%) adalah secara acak (Greig-smith dalam Djufri 2002). Hasil
kombinasi antara stasiun pengamatan 3-4; 3-5; dan 11-14. perhitungan pola distribusi spesies di wilayah penelitian
Sedangkan yang tergolong kategori tinggi (IS = > 50%- menunjukkan kenyataan yang berbeda, karena sebagian
75%) yaitu kombinasi antara stasiun pengamatan 1-2; 1-3; besar spesies (52%) menunjukkan pola distribusi menge-
1-4; 1-5; 2-3; 2-4; 2-5; 2-6; 3-4; 3-5; 3-6; 3-7; 4-5; 4-6; 4-7; lompok. Dengan demikian, tentu ada faktor lain yang lebih
Tabel 4. Hasil perhitungan Indeks similaritas (IS) dan Indeks Desimilaritas (ID) pada seluruh stasiun pengamatan
I N D E K S S I M I L A R I T A S (IS)
Stasiun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 63,75 70,14 66,13 57,14 40,17 37,15 36,47 27,15 30,60 27,14 20,80 21,90 24,17 25,70
2 36,25 65,14 59,00 65,40 67,12 40,17 37,50 20,17 31,15 39,50 32,43 20,19 20,40 19,43
3 29,86 34,86 78,14 76,40 69,14 59,72 34,16 27,90 24,52 32,17 28,41 31,76 21,12 30,15
4 33,87 41,00 21,86 54,17 60,14 57,14 40,72 30,15 36,52 27,12 32,79 34,41 20,91 21,14
5 42,86 34,60 23,60 45,83 35,17 32,24 30,41 31,14 27,12 20,54 27,13 30,54 27,14 20,50
6 59,83 32,88 30,86 39,86 64,83 70,43 71,14 59,47 60,41 57,54 30,11 28,14 20,54 25,17
7 62,85 59,83 40,28 42,86 67,76 29,57 66,19 60,43 61,90 54,92 27,12 20,90 21,12 26,13
8 63,53 62,50 65,84 59,28 69,59 28,86 33,81 57,12 56,93 30,54 24,16 19,70 27,16 20,84
9 72,85 79,83 72,10 69,85 68,86 40,53 39,57 42,88 40,73 20,94 19,80 21,74 20,86 22,76
10 69,40 68,85 75,48 63,40 72,88 39,59 38,10 43,07 59,27 70,84 74,13 66,19 59,14 50,62
11 72,86 60,50 67,83 72,88 79,46 42,86 45,08 69,46 79,06 29,16 55,76 54,12 79,12 74,17
12 79,20 67,57 71,59 67,21 72,87 69,89 72,88 75,84 80,20 25,87 44,24 67,19 64,50 68,20
13 78,10 79,81 68,24 65,59 69,46 71,86 79,10 80,70 78,26 33,81 45,88 32,81 70,84 69,14
14 75,83 79,60 78,88 79,09 72,86 79,46 78,88 72,84 79,14 40,86 20,88 35,50 29,16 59,47
15 74,30 80,57 69,85 78,86 79,50 74,83 73,87 79,16 77,24 49,38 25,83 31,80 30,86 40,53
I N D E K S D E S I M I L A R I T A S (ID)
DJUFRI – Acacia nilotica di TN Baluran 53
Tabel 5. Pola distribusi spesies tumbuhan bawah pada tegakan A. beradaptasi dan toleran terhadap tegakan A. nilotica,
nilotica di savana Kramat. spesies yang dimaksud adalah putrimalu (Mimosa pudica),
orok-orok (Crotalaria setriata), kokosongan (Moghania
2 Pola macrophylla), jarong lelaki (Stachytarpeta indica), jarong
Spesies X -htg V
distribusi
(Achyrantes aspera), tarum (Indigofera sumtrana), dan
1. Brachiria reptans 320,25 3,12 Mengelompok
2. Dichantium coricosum 306,09 3,04 Mengelompok meniran (Phyllantus debilis).
3. Oplismenus burmanii 283,80 3,80 Mengelompok Menurut Barbour et al. (1987) bila spesies berasosiasi
4. Ocimum basilicum 250,54 2,45 Mengelompok positif maka akan menghasilkan hubungan spasial positif
5. Centela asiatica 218,64 2,15 Mengelompok terhadap patnernya. Kalau satu patner didapatkan dalam
6. Thespesia lanpas 209,71 2,08 Mengelompok sampling, maka kemungkinan besar akan ditemukan patner
7. Dactyloctenium aegyptium 183,11 1,75 Mengelompok lainnya tumbuh di dekatnya. Dua spesies saling
8. Politrias amaura 167,12 1,65 Mengelompok beradaptasi satu sama lain dan hadir dalam pola
9. Vernonia cinerea 166,45 1,64 Mengelompok
mengelompok. Hal yang berbeda pada spesies yang
10. Mimosa pudica 156,72 1,53 Mengelompok
11. Crotalaria setriata 155,47 1,52 Mengelompok berasosiasi negatif, mereka saling mengusir (menjauh) satu
12. Moghania macrophylla 140,13 1,35 Mengelompok sama lain dan hadir dalam pola teratur. Jika tidak ada
13. Synedrella nudiflora 132,79 1,28 Mengelompok interaksi di antara spesies, lokasi satu spesies tidak
14. Acacia nilotica 98,79 0,97 Teratur berpengaruh terhadap lokasi spesies lain, dan dua spesies
15. Acacia leprosula 68,14 0,66 Teratur tersebut tersebar secara acak.
16. Leucaena leucocepala 65,32 0,64 Teratur
17. Stachytarpeta indica 58,90 0,57 Teratur Tabel 6. Asosiasi A. nilotica terhadap tumbuhan bawah di savana
18. Achyrantes aspera 43,12 0,42 Teratur Kramat.
19. Zyzipus rotundifolia 10,89 - Acak
20. Indigofera sumatrana 9,87 - Acak Chi- Tipe Tingkat
21. Sida rhombifolia 8,76 - Acak Spesies Pasangan spesies
square asosiasi asosiasi
22. Cleome rutudisperma 6,62 - Acak Brachiria reptans 35,98 + 0,63
23. Desmodium heterophylla 4,36 - Acak Dichantium coricosum 11,43 + 0,23
24. Phyllantus debilis 3,78 - Acak
Oplismenus burmanii 25,14 + 0,10
25. Calotropis gigantea 2,80 - Acak
Ocimum basilicum 5,14 + 0,43
Keterangan: χ2 tabel = 11,35 dengan db = 3, dan taraf
Centela asiatica 6,73 + 0,12
kepercayaan 99%. Pengamatan April-Juni 2004.
Thespesia lanpas 5,17 + 0,76
Dactyloctenium aegyptium 2,43 + 0,42
Politrias amaura 5,47 + 0,13
berpengaruh terhadap pola distribusi di wilayah penelitian,
Vernonia cinerea 2,97 + 0,09
tetapi bukan faktor pH dan kelengasan tanah yang diukur
Mimosa pudica 1,86 - 0,24
dalam penelitian ini. Gejala demikian dapat dipelajari de- Crotalaria setriata 1,87 - 0,32
ngan mengukur variabel lingkungan lainnya, serta mem- Moghania macrophylla 2,87 + 0,23
pelajari pengaruh kompetisi terhadap kehadiran spesies. Acacia
Synedrella nudiflora 7,34 + 0,17
Gejala yang menarik lainnya bahwa spesies dengan nilotica
Acacia nilotica 23,87 + 0,45
pola distribusi mengelompok umumnya dari bentuk hidup Acacia leprosula 20,14 + 0,18
(life form) rumput yaitu bayapan (Brachiaria reptans), tuton Leucaena leucocepala 17,12 + 0,20
(Dactyloctenium aegyptium),lamuran merah (Dichantium Stachytarpeta indica 9,23 - 0,09
coricosum), dan lamuran kecil (Politrias amaura). Spesies Achyrantes aspera 5,12 - 0,08
ini secara fisiognomi mendominasi seluruh kawasan Zyzipus rotundifolia 11,97 + 0,32
dengan areal penutupan (cover ground) mencapai 70%. Indigofera sumatrana 7,54 - 0,03
Dengan demikian, jika dikaitkan dengan fungsi savana di Sida rhombifolia 4,67 + 0,31
kawasan ini sebagai sumber makanan (feeding ground) Cleome rutudisperma 2,54 + 0,21
bagi herbivora berupa mamalia besar, misalnya banteng Desmodium heterophylla 3,31 + 0,18
Phyllantus debilis 2,13 - 0,04
(Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis), kerbau liar
Calotropis gigantea 2,09 - 0,03
(Bubalus bubalis), dan kijang (Muntiacus muntjak) masih
Keterangan: SKR0 = Savana Kramat tanpa tegakan pohon Acacia,
dapat diharapkan terutama pada musim hujan yaitu SKR1 = Savana Kramat dengan kerapatan pohon A. nilotica 1500-
Nopember-Maret. Sementara pada musim kemarau April- 2500/ha dan SKR2 = Savana Kramat dengan kerapatan pohon A.
Oktober kondisi savana di kawasan ini kering kerontang, nilotica > 2.500/ha.
dan puncaknya pada bulan Juli-Oktober. Sehingga bila
ditinjau dari aspek ketersedian makanan bagi herbivora
sudah tidak memadai. Dalam kondisi demikian, biasanya Asosiasi positif di antara dua spesies dengan indikasi
herbivora mencari makanan di tempat lain, misalnya di nilai frekuensi observasi (fo) lebih tinggi dibandingkan
kawasan hutan yang selalu hijau (evergreen forest) yang dengan nilai frekuensi diharapkan (fh), ini memberikan
berbatasan dengan komunitas savana, meskipun makanan indikasi interaksi yang baik untuk satu spesies atau bagi
yang tersedia tidak sebanyak di savana. kedua spesies, misalnya mutualisme, komensalisme, dan
rantai makanan antara herbivora dengan tumbuhan.
Asosiasi spesies Sedangkan asosiasi negatif di antara dua spesies dengan
Hasil perhitungan seluruh pola asosiasi tegakan pohon indikasi nilai frekuensi observasi (fo) < dibandingkan nilai
A. nilotica terhadap tumbuhan bawah disajikan pada Tabel frekuensi yang diharapkan (fh), memberikan indikasi
6. Berdasarkan data pada Tabel 6 menunjukkan bahwa 19 asosiasi bersifat merugikan terhadap satu spesies,
spesies (76%) berasosiasi positif dengan tegakan A. misalnya kompetisi, alelopati, predator, dan pengembalaan
nilotica dan 6 spesies (24%) berasosiasi negatif. Fakta (grazing). Mengacu pada Tabel 6 di atas, dikaitkan dengan
lapangan ini mengindikasikan bahwa ada 6 spesies yang ketersedian makanan bagi satwa yang hidup di savana
berasosiasi negatif dengan A. nilotica artinya tidak dapat Kramat Baluran dapat dikemukakan bahwa spesies rumput
54 ENVIRO 5 (1): 48-54, Maret 2005