Anda di halaman 1dari 9

BAB II PENGGUNAAN BIJI KELOR (Moringa Oleifera) SEBAGAI ALTERNATIF PENJERNIH AIR SUNGAI

A.

Tanaman Kelor (Moringa oleifera) 1. Deskripsi dan Kandungan Zat Tanaman Kelor (Moringa oleifera)

Tanaman Kelor berupa pohon kecil, tanaman kelor merupakan perdu dengan tinggi sampai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh. Daunnya berwarna hijau pucat menyirip ganda dengan anak daun menyirip ganjil dan helaian daunnya bulat telur tersusun majemuk. Bunga kelor berupa malai yang keluar dari ketiak daun, sedangkan buahnya menggantung bersisi segitiga sepanjang 20-45 cm dan isinya sederetan biji bulat, tetapi bersayap tiga. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun berwarna putih, tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan AsiaBarat (tanpa nama, 2005).

(tanaman kelor)

(biji kelor)

(daun kelor)

(buah kelor)

Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman drumstick karena bentuk polong buahnya yang memanjang meskipun ada juga yang menyebut sebagai horseradish karena rasa akarnya menyerupai radish. Di Indonesia kelor atau kelor-keloran (Moringa oleifera) dikenal sebagai jenis tanaman sayuran yang sudah dibudidayakan. Daunnya majemuk, menyirip ganda, dan berpinak daun membundar kecil-kecil. Bunganya berwarna putih kekuningan. Buahnya panjang dan bersudut-sudut pada sisinya. Selama ini, akar tanaman kelor berkhasiat sebagai peluruh air seni, peluruh dahak, atau obat batuk, peluruh haid, penambah nafsu makan, dan pereda kejang. Daun kelor mengandung pterigospermin yang bersifat merangsang kulit (rubifasien) sehingga sering digunakan sebagai param yang menghangatkan dan mengobati kelemahan anggota tubuh seperti tangan atau kaki. Jika daun segarnya dilumatkan, lalu dibalurkan ke bagian tubuh yang lemah, maka bisa mengurangi rasa nyeri karena bersifat analgesik. Selain itu, daun kelor berkhasiat sebagai pelancar ASI. Oleh karena itu, untuk melancarkan ASI, seorang ibu menyusui dianjurkan makan daun kelor yang disayur. Biji kelor berkhasiat mengatasi muntah. Biji kelor yang masak dan kering mengandung pterigospermin yang lebih pekat sampai bersifat germisida. Hasil penelitian Madsen dan Dchlundt serta Grabow dan kawan-kawan menunjukkan bahwa serbuk biji kelor mampu menumpas bakteri Escherichia coli, Streptococcus faecalis dan Salmonella typymurium. Karena itu di Afrika, biji kelor dimanfaatkan untuk mendeteksi pencemaran air oleh bakteri-bakteri tadi. Caranya, yaitu dengan mengendapkan air keruh yang diduga tercemar, kemudian ditaburi serbuk biji kelor sebanyak 200 mg/liter dan diaduk sampai larut.

Kemudian buah kelor diketahui mengandung alkaloida morongiona yang bersifat merangsang pencernaan makanan. Buah kelor ini biasanya disayur asam sebagai sayur yang lezat bagi lidah orang Jawa. Namun, di antara bagian tanaman kelor yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah daunnya. Bahkan, masyarakat di pedesaan memanfaatkan daun kelor itu untuk sayur asam dan lalapan. Daun kelor mentah yang digiling halus, kemudian dijadikan bedak atau campurkan dengan bedak, maka dapat menghilangkan noda hitam pada kulit wajah. Tumbukan halus akar dapat dibuat bedak untuk tapel perut bayi yang baru lahir, sebagai pencegah iritasi kulit, dan sering digunakan sebagai obat penyakit kulit (kukul) dan bisul, serta parem untuk bengkak-bengkak pada penyakit beriberi dan bagi pengobatan kaki yang terasa pegal dan lemah. Di pasar lokal, komoditas kelor dijual dalam bentuk buah polong segar. Polong biji yang masih hijau dapat dipotong-potong menjadi bagian yang lebih pendek dan dapat dikalengkan atau dibotolkan dalam medium larutan garam dan menjadi komoditas ekspor khususnya ke Eropa dan Amerika Serikat. Tampaknya bukan hanya di India dan Indonesia saja kelor dapat tumbuh dan berkembang, tetapi juga di berbagai kawasan tropis lainnya di dunia. Pengetahuan tersebut perlu disebarluaskan karena kelor dapat menghasilkan bijibijian dan daun yang dapat dikonsumsi manusia sebagai sayur. Daunnya berdasarkan berat keringnya mengandung protein sekitar 27 persen dan kaya akan vitamin A dan C, kalsium, besi dan phosphorous. Salah satu yang sangat menguntungkan adalah daunnya dapat dipanen pada musim kering, di mana tidak lagi dapat dijumpai sayuran segar di sekitarnya.

Minyak biji kelor memiliki mutu gizi dan fungsional tinggi, dan memiliki nilai jual (harga) yang tinggi pula. Yang unik dari minyak moringa adalah baik untuk minyak goreng dan baik pula untuk pembuatan sabun. Bagi masyarakat Malawi, minyak moringa secara tradisional merupakan minyak goreng yang banyak dimanfaatkan di rumah tangga. Minyak biji kelor dapat pula digunakan sebagai bahan kerosin atau minyak untuk lampu teplok pengganti penerangan di daerah yang belum menikmati listrik (FG Winarno Senior, 2003). Akar dan daun kelor (Moringa oleivera) mengandung zat yang berasa pahit, getir dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan lemak. Biji moringa mengandung 40 persen minyak berdasarkan berat kering. Dari hasil penelitian yang telah dilaporkan, bungkil ampas perasan minyak moringa masih banyak mengandung zat koagulan. Senyawa koagulan masih sangat berguna bagi proses pembersihan air, dengan efektivitas sama bila digunakan biji utuhnya. Bungkil moringa dapat dikeringkan dan disimpan, merupakan produk samping "industri minyak moringa" yang berguna. Biji kelor dimanfaatkan juga untuk penjernihan air, kandungan senyawa yang terdapat pada serbuk biji kelor memiliki sifat antimikroba, khususnya terhadap bakteri. Sehingga kalaupun di dalam air terdapat bakteri Coli (salah satu yang disyaratkan tidak terdapat di dalam air minum), akan tereduksi atau mati. B. Penggunaan Biji Kelor dalam Penjernihan Air Sungai 1. Efektifitas Biji Kelor (Moringa oleifera) Koagulasi merupakan salah satu cara yang umum digunakan untuk menurunkan kandungan zat pencemar dari dalam air yang diekspresikan sebagai kekeruhan, warna dan zat organik. Selain itu koagulasi juga dimanfaatkan untuk

menurunkan kandungan ion logam dalam air. Pada penelitian ini dilakukan percobaan pemanfaatan biokoagulan biji kelor (Moringa oleifera) untuk mengetahui sejauh mana efektifitas dari biokoagulan biji kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan dan konsentrasi ion logam besi dan mangan dalam air. Penelitian dilakukan pada skala 500 mililiter dengan contoh air yang diteliti adalah sampel air yang masing-masing mengandung koloid, ion besi dan mangan yang telah diketahui konsentrasinya. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap dimana terlebih dahulu dilakukan penetapan pH optimum untuk koagulasi koloid, adsorpsi ion besi dan adsorpsi ion mangan dengan koagulan biji kelor (Moringa oleifera), kemudian dilakukan penetapan jumlah koagulan optimum dalam menurunkan kekeruhan, konsentrasi ion besi dan mangan dalam air, selanjutnya dilakukan pengujian kapasitas koagulan biji kelor (Moringa oleifera) dalam menurunkan kekeruhan, adsorpsi ion besi dan mangan. Efektifitas biokoagulan diukur dalam persen penurunan konsentrasi dari konsentrasi awal. Berdasarkan regresi linier dari larutan standar yang digunakan hasil penelitian menunjukkan bahwa biji kelor (Moringa oleifera) dapat menurunkan kekeruhan, konsentrasi ion besi dan konsentrasi ion mangan dengan persentasi yang cukup tinggi. Dari hasil penelitian didapati bahwa konsentrasi optimum biokoagulan kelor (Moringa oleifera) untuk menurunkan kekeruhan sebesar 99,868 % adalah 1150 ppm pada pH optimum. Efektifitas biokoagulan kelor (Moringa oleifera) menurun dengan penambahan koagulan melebihi 1150 ppm. Konsentrasi optimum untuk menurunkan konsentrasi ion besi sebesar99,529 % adalah sebesar 1250 ppm pada pH optimum. Efektifitas biokoagulan kelor (Moringa oleifera) menurun dengan penambahan koagulan melebihi 1250 ppm.

10

Konsentrasi optimum untuk menurunkan konsentrasi ion mangan sebesar 99,355 % adalah sebesar 1100 ppm pada pH optimum. Efektifitas biokoagulan kelor (Moringa oleifera) menurun dengan penambahan koagulan melebihi 1100 ppm.

Biji Moringa oleifera menarik karena memproduksi senyawa 4-(alpha-Lrhamnosyloxy) benzyl isothiocyanate yang dapat mengikat Cu(II). Selain itu, biji kelor juga mengandung protein (sistein dan metionin) yang dapat mengikat Cu(II) dari gugus S-H-nya. Dalam penelitian ini dilakukan proses adsorpsi tembaga dengan variasi serbuk biji kelor dengan kulit ari dan tanpa kulit ari, dengan ukuran 35/80 mesh? dan 80/115 mesh, dengan konsentrasi Cu(II) awal sebesar 0; 0,25; I; 5; 10 mg/L. Konsentrasi Cu(II) dianalisa dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Pada proses batch, efisiensi penurunan Cu(II) mencapai 97,07 persen pada saat konsentrasi awal Cu(II) sebesar 10 mg/L dengan variasi tanpa kulit ari, ukuran serbuk 80/115 mesh. Pada proses kontinyu, digunakan debit 0,5065 mL/menit, mampu meremoval Cu(II) sebesar 96,2persen dengan kapasitas adsorpsi 0,000149 mg adsorbat/mg adsorben. Aktivitas antimikroba ekstrak kasar biji kelor diselidiki oleh uji kromatografi lapis tipis terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, cladosporioides Cladosporium, dan sclerotigenum Penicillium; .Karakterisasi dan identifikasi ekstrak mengungkapkan terjadinya tiga senyawa bioaktif: 4 metil benzil, isothiocyanate 4 karbamat benzil (kedua senyawa diketahui), dan 4 thiocarboxamide, keberadaannya dalam setiap spesies Moringa. 2. Proses Penjernihan Air Sungai dengan Biji Kelor (Moringa oleifera)

11

Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air. Cara penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak tumbuh pohon kelor. Adapun tahapan- tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut : a. Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di pohon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang terbang ke mana-mana. b. Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air sebanyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml). c. Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji sehingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadilah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.
d. Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagulan biji kelor tersebut

melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan

12

selama 10-15 menit. Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang terdapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluarga ( Erfatah,2000). Proses pembersihan tersebut menurut hasil penelitian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 9099,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat. Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sempat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah tercemar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilakukan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.
3. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Biji Kalor (Moringa

Oleifera)
1. Keuntungan

a. Caranya sangat mudah. b. Tidak berbahaya bagi kesehatan. c. Dapat menjernihkan air lumpur, maupun air keruh (keputih-putihan, kekuning-kuningan atau ke abu-abuan). d. Kualitas air lebih baik.

13

e. Kuman berkurang. f. Zat organik berkurang sehingga pencemaran kembali berkurang.


g. Air lebih cepat mendidih.

2. Kerugian a. Kelor tidak terdapat disemua daerah. b. Air hasil penjernihan dengan kelor harus segera digunakan dan

tidak dapat disimpan untuk hari berikutnya. c. Penjernihan dengan cara ini hanya untuk skala kecil

Anda mungkin juga menyukai

  • Eva Wardah M - 1211702023
    Eva Wardah M - 1211702023
    Dokumen9 halaman
    Eva Wardah M - 1211702023
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Apa Aja
    Apa Aja
    Dokumen1 halaman
    Apa Aja
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Laporan Va
    Laporan Va
    Dokumen9 halaman
    Laporan Va
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Laporan Va
    Laporan Va
    Dokumen8 halaman
    Laporan Va
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Laporan Va
    Laporan Va
    Dokumen11 halaman
    Laporan Va
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Laporan Va
    Laporan Va
    Dokumen12 halaman
    Laporan Va
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    Eva Wardah M Firdaus
    Belum ada peringkat