Anda di halaman 1dari 25

KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI MILIK MASYARAKAT

Diabstraksikan Oleh: Prof Dr Ir Soemarno, M.S. Bahan kajian MK. Metode Perencanaan Wilayah PM PSLP PPS UB 2011

MODEL KIPKOMAS

BAGIAN I PARADIGMA PEMBERDAYAAN USAHA BERSAMA BIDANG AGRIBISNIS Paradigma pemberdayaan usaha agribisnis ke depan adalah sistem agribisnis terintegrasi (hulu-hilir) dan berkelanjutan yang berada dalam lingkup pembangunan sumberdaya manusia dan pemberdayaan masyarakat. Paradigma pembangunan seperti ini bertumpu pada kemampuan masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraannya dengan bertumpu pada kemampuan sendiri dan atau kelompok. Pembangunan agribisnis modern merupakan langkah strategis mewujudkan pembangunan masyarakat dalam arti luas yang menempatkan pembangunan berorientasi pada manusia dan masyarakat. Pembangunan usaha agribisnis perlu dirumuskan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi maju yang murah, sederhana, dan efektif disertai penataan dan pengembangan kelembagaan di pedesaan. Pembangunan dengan paradigma baru ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang akan menjadi pendorong pertumbuhan sektor non-pertanian. Keterkaitan sektor agribisnis dan non-pertanian di pedesaan akan semakin cepat terjadi apabila tersedia prasarana ekonomi yang mendukung kegiatan ekonomi di wilayah pedesaan. Pembangunan usaha agribisnis patut mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumberdaya alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan melalui penciptaan sumberdaya manusia dan masyarakat petani yang semakin profesional. Masyarakat petani, terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran pemberdayaan masyarakat, perlu terus dibina dan didampingi untuk dapat menjadi manusia petani yang semakin maju, mandiri, sejahtera, dan berkeadilan. Sumberdaya alam dan manusia patut menjadi dasar bagi pengembangan usaha bersama agribisnis di masa depan. Dengan demikian perlu dirumuskan suatu kebijaksanaan pemberdayaan usaha bersama di bidang agribisnis yang mengarah pada peningkatan kemampuan dan profesionalitas petani dan masyarakat pedesaan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam secara optimal dan lestari dengan memanfaatkan rekayasa teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas agribisnis, pendapatan petani, kesejahteraan masyarakat pedesaan serta menghapus kemiskinan. Arah pemberdayaan usaha bersama agribisnis menurut paradigma baru ini dapat diwujudkan terutama melalui upaya pemihakan dan pemberdayaan kelompok masyarakat. Pemberdayaan masyarakat petani dilakukan sesuai dengan potensi, aspirasi, dan kebutuhannya.

Sejalan dengan arah pembangunan tersebut, peran pemerintah adalah mempertajam arah pembangunan untuk rakyat melalui penguatan kelembagaan pembangunan, baik kelembagaan masyarakat petani, kelembagaan Koperasi-UKM, maupun kelembagaan birokrasi. Penguatan kelembagaan pembangunan agribisnis dapat dilakukan melalui pembangunan partisipatif untuk mengembangkan kapasitas masyarakat, dan berkembangnya kemampuan aparat dalam menjalankan fungsi lembaga pemerintah yang berorientasi pada kepentingan masyarakat. Prinsip pembangunan partisipatif ini adalah mengikutsertakan masyarakat secara aktif dalam setiap langkah pembangunan ekonomi, sedangkan pemerintah memberikan fasilitas dan pendampingan kepada masyarakat dalam melaksanakan program ekonomi-produktifnya. Penerapan prinsip pembangunan partisipatif perlu dipahami sebagai proses dan langkah pembangunan yang mengikut-sertakan masyarakat tani sejak dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian, evaluasi, pelaporan, pemeliharaan, dan pelestarian hasilnya. BAGIAN II SEKTOR AGROINDUSTRI SEBAGAI PRIORITAS Visi pembangunan ekonomi daerah ke masa depan adalah memilih bidang ekonomi yang dapat mewujudkan kesejahteraan sosial secara lestari. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai orientasi kegiatan ekonomi berbasis sumberdaya alam, maka agribisnis-agroindustri perlu menjadi perhatian. Dalam kerangka paradigma pembangunan manusia, pembangunan berbasis sumberdaya lokal, dan pembangunan kelembagaan sosialekonomi maka pembangunan di bidang usaha agribisnis dalam arti luas merupakan sektor pembangunan unggulan. Peran sektor agribisnis dalam pembangunan ekonomi di wilayah pedesaan sangat luas, mencakup beberapa indikator antara lain: Pertama, usaha bersama agribisnis sebagai penyerap tenaga kerja yang terbesar. Ke dua, agribisnis merupakan penghasil berbagai bahan pangan pokok penduduk. Peran ini tidak dapat disubstitusi secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya, kecuali apabila impor pangan menjadi pilihan. Ke tiga, komoditas agribisnis sebagai salah satu penentu stabilitas harga. Harga produkproduk ini memiliki bobot yang besar dalam indeks harga konsumen sehingga dinamikanya sangat berpengaruh terhadap inflasi. Ke empat, akselerasi pembangunan usaha bersama agribisnis sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor. Ke lima, komoditas pertanian merupakan bahan baku usaha agribisnis. Ke enam, usaha agribisnis memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi. Berdasarkan kenyataan tersebut maka prioritas ke depan adalah sektor agribisnis dengan titik berat pada keterkaitan yang kohesif antara sasaran lingkungan mikro, makro, dan global yang cepat meningkatkan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat.

Sasaran lingkungan mikro. Sasaran lingkungan mikro adalah rakyat sebagai pelaku ekonomi yang sebagian besar hidup dari sektor agribisnis. Pelaku ekonomi maju perlu mendapatkan suasana untuk kegiatan ekonomi produktif yang berkesinambungan. Sementara pelaku ekonomi transisi perlu didampingi oleh pemerintah. Sedangkan pelalu ekonomi tertinggal mendapat subsidi, pembinaan, dan perlindungan dalam berbagai bentuk pemberdayaan. Bagi pelaku ekonomi tertinggal, maka sasaran pembangunan agribisnis adalah meningkatkan akses masyarakat tani tertinggal pada faktor produksi pertanian terutama sumberdana, teknologi, bibit unggul, pupuk, dan sistem distribusi. Sasaran lingkungan makro. Sasaran lingkungan makro adalah keterkaitan antar sektor ekonomi yang semakin kuat dengan inti sektor agribisnis. Pembangunan agribisnis memiliki dimensi kaitan ke depan (forward linkages) dalam kegiatan industri pengolahan dan pemasaran serta dimensi kaitan ke belakang (backward linkages) kegiatan faktor produksi pendukung pertanian. Pembangunan agribisnis dilaksanakan dengan dukungan langsung dari sektor-sektor lain terutama industri, dan perdagangan dalam kerangka pengembangan sistem agribisnis modern dan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan kerangka sasaran tersebut maka program-program pembangunan agribisnis modern diorientasikan pada: Pertama, pengembangan/penguatan akses ekonomi masyarakat petani terhadap sumber pembiayaan publik; Ke dua, pengembangan/ penguatan kualitas sumberdaya manusia petani, termasuk peningkatan kualitas jajaran aparat birokrasi terkait; Ke tiga, pengembangan/penguatan kualitas prasarana / sarana yang mendukung langsung kegiatan pembangunan usaha bersama agribisnis antara lain adalah adopsi teknologi tepat guna baik dalam bentuk perangkat kerasnya (instrumen teknis) maupun perangkat lunaknya (prosedur) dan pengembangan sistem informasi agribisnis; Ke empat, pengembangan/penguatan kelembagaan pembangunan dalam basis sistem agribisnis; dan Ke lima, pengembangan / penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat lokal (Lembaga Keuangan yang mengakar dan mandiri). BAGIAN III IDENTIFIKASI KELOMPOK MASYARAKAT PELAKU KEGIATAN Paradigma pembangunan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat menegaskan pentingnya pemberdayaan ekonomi rakyat dalam menyelenggarakan pembangunan guna mengembangkan kemampuan masyarakat sendiri. Sehingga masyarakat setempat mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban untuk mengatur dan mengurus sendiri atas inisiatif sendiri dalam urusan rumah tangga daerahnya. Sejalan dengan berlakunya desentralisasi, mekanisme penyaluran bantuan pembangunan yang semula direncanakan, dikelola dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, secara bertahap telah dialihkan kepada koordinasi pelaksanaannya oleh pemerintah daerah dan akhirnya dapat disalurkan langsung dan dikelola sendiri oleh masyarakat yang paling memerlukan termasuk kelompok masyarakat di pedesaan.

Pembangunan seyogianya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dan pemerintah sebagai FASILITATOR yang memperlancar pelaksanaan dengan memberikan pelayanan sebaik-baiknya. Jajaran pemerintahan di daerah, baik jajaran pemerintah daerah dan JAJARAN sektoral di daerah perlu membuat identifikasi kelompok sasaran pelaku kegiatan program di daerah masing-masing berdasarkan kondisi masyarakat, potensi sumberdaya, dan komoditas unggulannya secara akurat dan mutakhir. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pemberdayaan masyarakat, maka peran kelompok masyarakat sangat diharapkan. Jajaran pemerintah daerah diharapkan dapat membantu menyiapkan masyarakat dalam memanfaatkan bantuan sebagai dana kegiatan sosial-ekonomi produktif. Penyiapan masyarakat dilakukan dalam wadah koperasi masyarakat lokal, KOPERMAS yang tumbuh berdasarkan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Penyiapan masyarakat dalam wadah kelompok usaha bersama (Koperasi-UKM) diharapkan dapat tumbuh menjadi embrio lembaga pengelola dana pembangunan yang mampu merencanakan, melaksanakan, dan melestarikan kegiatan yang dilakukan sendiri oleh masyarakat. Pada dasarnya kelompok masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi tiga tahapan, yaitu (1). Kelompok yang tidak/belum berorientasi pasar, dengan status pendapatan di bawah garis pendapatan minimal atau kelompok masyarakat tertinggal; (2). Kelompok yang berada pada tahapan transisi, dengan status pendapatan mulai meningkat dari kondisi minimal dan mempunyai potensi pasar yang berkembang; dan (3). Kelompok yang sudah berorientasi pasar, dengan status pendapatan di atas ratarata dan mempunyai pasar potensial yang lebih maju. Bantuan program pembangunan akan sangat dipengaruhi oleh klasifikasi kelompok masyarakat tersebut. Bagi kelompok pertama yang tidak mampu dan belum berorientasi pasar perlu secara khusus diperhatikan untuk mendapatkan bantuan dana bantuan yang bersifat hibah bergulir (revolving block grant) namun perlu disertai pedampingan intensif agar mampu mandiri. Secara umum block grant dapat digunakan dalam dua bentuk: yaitu, investasi sosial yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, seperti sarana dan prasarana, termasuk teknologi sederhana ; dan investasi ekonomi yang meningkatkan pendapatan seperti dana bergulir sebagai modal kerja. Sedangkan kelompok yang sudah mampu ke luar dari kondisi tertinggal dapat memperoleh bantuan dana semi-komersial.

BAGIAN IV KAWASAN INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI MILIK MASYARAKAT (KIPKOMAS) MANAJEMEN PENDANAAN DAN TEKNOLOGI

DANA INVESTASI BOT SYSTEM LITBANG Teknol dana KOBISKOP pengelola KIPKOMAS

Kebun Teknologi & SIM-Pasar

KSP Kopi Rakyat 200 - 500 ha

Pabrik Pengolahan Kopi (PPK)

Kelembagaan Kemitraan & Pendampingan

Industri Hasil Samping/ Komplemen

KETERKAITAN ANTAR CLUSTER DALAM KIPKOMAS


Cluster SAPROTAN ALSINTAN KSP Kopi Rakyat PABRIK KOPI Olahan Kopi olahan limbah Kopi - Pupuk - Pestisida - Herbisida Bahan bahan penolong Pakan hijauan Cluster ternak & Pakan Cluster Pemasaran & Transportasi Industri Makanan Tradisional Industri Pupuk Organik, Pakan ternak Cluster Kemas & Packaging Pasar Nasional Cluster pangan/ kopi PASAR Regional

Cluster Agrokimia

SISTEM PERBANKAN DAN ASURANSI

LATAR BELAKANG: 1. 2. 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan, melalui KIPKOMAS Antisipasi KRISIS produk-produk KOPI, akibat melimpahnya kopi impor Sistem Produksi dan Distribusi Kopi di Indonesia: - Lemahnya posisi tawar petani kopi rakyat - Industri pengolahan kopi sulit diakses oleh masyarakat petani kopi - Produksi kopi mengalami tekanan berat dari komoditi lain - Sistem kemitraan petani kopi - industri kopi kurang adil - Biaya produksi relatif tinggi Industri hilir masih terbatas pada produk-produk tertentu

4.

TUJUAN: Memberdayakan ekonomi masyarakat pedesaan melalui KIPKOMAS guna peningkatan daya saing dan kesejahteraan masyarakat: 1. Menginisiasi berkembangnya KIPKOMAS yang didukung oleh adanya techno-industrial cluster yang relevan 2. Pengembangan teknologi pengolahan diversivikasi produk kopi: Kopi biji kering, Kopi bubuk, pupuk organik limbah kopi, silage pakan ternak limbah kopi, aneka makanan tradisional dan lainnya 3. Pengembangan kelembagaan Koperasi Masyarakat pengelola KIPKOMAS EVALUASI KONDISI PER-KOPI - AN 1. KEKUATAN a. Ketersediaan bahan baku kopi yang didukung oleh keunggulan komparatif kondisi sumberdaya wilayah b. Sifat unggul produk kopi bubuk untuk pasar regional dan nasional c. Ketersediaan SDM dan masyarakat perkebunan kopi yang unggul d. Sarana /prasarana dan kelembagaan penunjang yang komitmennya tinggi terhadap perkebunan kopi rakyat dan industri pengolahan kopi e. Potensi pasar yang sangat besar 2. a. b. c. KELEMAHAN Kesenjangan hasil LITBANG ke aplikasi komersial Industri pengolahan kopi bertindak juga sebagai lembaga pemasaran Belum terbentuknya keterkaitan-kemitraan yang adil antar pelaku (cluster) perkebunan kopi - industri pengolahan & distribusi produk kopi d. Produk hilir masih terbatas pada produk tertentu saja. e. Tingginya komponen biaya transportasi dalam struktur biaya produksi kopi 3. PELUANG a. Pasar domestik (lokal, regional dan nasional) sangat terbuka b. Diversifikasi produk-produk perkebunan kopi - industri pengolahan kopi sangat potensial c. Kebutuhan pengembangan keterkaitan antara cluster kebun kopi dengan cluster industri pengolahan kopi dalam kelembagaan KIPKOMAS d. Kebutuhan Pemberdayaan sistem kelembagaan agribisnis kopi

5. a. b. c. d.

ANCAMAN Hambatan-hambatan sistem distribusi kopi domestik Persaingan dengan produk kopi impor Persaingan dengan komoditi non-kopi dalam penggunaan lahan Hambatan-hambatan sistem industri pengolahan kopi yang ada.

PROGRAM PENGEMBANGAN 1. Pemberdayaan KOBISKOP Pengelola KIPKOMAS 2. Pengembangan KIPKOMAS dengan komponen utamanya: a. Cluster KSP (Kawasan Sentra Produksi) Kopi Rakyat b. Cluster Pabrik Pengolahan Kopi (PPK) c. Cluster Industri Pupuk Organik dan Silages Pakan Ternak d. Cluster Industri Aneka Makanan Tradisional e. Cluster ALSINTAN & SAPROTAN f. Cluster Agrokimia/ Bahan-bahan pendukung g. Cluster LITBANG, Kebun Teknologi dan Sistem Informasi Pasar h. Cluster Pengemasan dan Pengepakan g. Cluster Transportasi dan Pemasaran 3. Kajian Keunggulan produk-produk hilir perkebunan kopi dan Pabrik Pengolahan Kopi 4. Sosialisasi dan Komersialisasi hasil-hasil kajian 5. Implementasi sistem Quality Assurance (QA) OUTCOME 1. Berkembangnya KIPKOMAS dengan keterkaitan yang adil di antara cluster-cluster yang ada di dalamnya 2. Terbentuknya Koperasi Masyarakat pengelola KIPKOMAS yang mampu mengkoordinasikan sistem produksi dan sistem distribusi produk-produk kopi dan olahannya. 3. Berkembangnya Pabrik Pengolahan Kopi 4. Meningkatnya citra dan keunggulan produk-produk kopi domestik DAMPAK 1. Sinergi kelembagaan dan industri dalam CLUSTER 2. Sinergi antar pelaku agribisnis dalam KIPKOMAS 3. Tumbuh-kembangnya semangat masyarakat untuk memproduksi kopi 4. Tumbuh-kembangnya pasar produk-produk olahan kopi 5. Tumbuhnya semangat untuk melestarikan sumberdaya lahan

BAGIAN V POLA PEMBIAYAAN

Koperasi Agribisnis Kopi rakyat (KOBISKOP) dapat dijadikan sebagai wadah untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan ALTERNATIF pola pengembangan sebagai berikut: Pola I: Koperasi Pengelola KIPKOMAS (Kawasan Industri Pengolahan Kopi Milik Masyarakat) Masyarakat membentuk KOBISKOP, membangun kawasan sentra produksi (KSP) kebun kopi rakyat dan fasilitas Pabrik Pengolahan Kopi (PPK), serta mengembangkan sarana dan prasarana penunjangnya. Dalam proses pengembangan koperasi seperti ini masyarakat anggota dan pengurus koperasi dapat meminta bantuan pihak ke tiga (manajemen profesional) berdasarkan suatu KONTRAK PEKERJAAN (KP). Biaya pembangunan KSP Kebun kopi rakyat, fasilitas industri pengolahan kopi, sarana dan prasarana agroindustri serta biaya KP, 100 persen bersumber dari dana/investasi masyarakat per kopi an, yakni ANGGOTA dan PENGURUS KOPERASI.
KIPKOMAS

ANGGOTA

PENGURUS

DANA INVESTASI & MASYARAKAT KIPKOMAS KSP Kebun Kopi-rakyat PPK

Penunjang Komplemen

Pola II: Patungan Koperasi dan Investor. Pola ini merupakan modifikasi dari pola PIR (Perkebunan Inti Rakyat), yaitu menghilangkan pembatas kelembagaan antara plasma dan inti. Dalam Pola II, sejak awal masyarakat membentuk KOBISKOP dan berpatungan dengan suasta sebagai satu unit usaha patungan KIPKOMAS. Dengan pola ini secara menyeluruh komposisi pemilikan saham antara

10

KOBISKOP dan SUASTA dapat beragam sesuai kesepakatan, misalnya persen. Pola III: Patungan Investor dan Koperasi.

65 persen : 35

Seperti Pola II, tetapi kontribusi KOBISKOP lebih terbatas, yaitu pada "in kind contribution yang disetarakan dengan nilai uang, misalnya lahan usaha kopi rakyat milik KOBISKOP (sebagai saham). Secara menyeluruh pangsa KOBISKOP pada tahap awal sekurangnya 20%, yang selanjutnya secara bertahap meningkat sesuai dengan perkembangan kondisi usaha KIPKOMAS. Pola IV. BOT (Building-Operating-Transfer). Pola ini terbuka bagi investor (TERMASUK PEMERINTAH). Dalam pola ini investor membangun KSP Kebun Kopi rakyat, pabrik pengolahan kopi (PPK) dan sarana serta prasarana pendukungnya (KIPKOMAS), termasuk pula membangun KOBISKOP yang akan menerima dan melanjutkan usaha KIPKOMAS. Tahapan dan persyaratan yang diperlukan untuk membangun, mengoperasikan dan mentransfer dirancang kesesuaiannya dengan karakteristik komoditas kopi dan kondisi pasarnya. Pada dasarnya KSP kebun kopi rakyat dan pabrik pengolahan kopi (PPK) ditransfer pada saat KOBISKOP sudah siap dan kondisi KSP kebun kopi rakyat dan Pabrik Pengolahan Kopi masih menguntungkan secara teknis-ekonomis untuk dikelola oleh koperasi. Pola V. BTN (Bank Tabungan Negara) Pola ini mengadopsi dari pola pengembangan perumahan rakyat yang dikembangkan oleh Bank Tabungan Negara. Pemerintah bukan hanya menyediakan paket kredit untuk mengembangkan KSP kebun kopi rakyat dan pabrik pengolahan kopi (PPK), tetapi juga mengembangkan kelembagaan keuangan (seperti BTN) sebagai lembaga yang membiayai pembangunan KIPKOMAS, yang dilaksanakan oleh developer. Developer dibatasi kepada BUMN/D/BUMS yang memiliki core competence di bidang perkebunan kopi-gula. Kapling KSP kebun kopi rakyat dan PPK yang telah dibangun dapat dimiliki oleh para pihak yang berminat menanamkan modalnya dalam bentuk agribisnis kopi. KOBISKOP dikembangkan untuk mengelola KIPKOMAS secara utuh dengan dukungan dana operasionalnya bersumber dari hasil usahanya.

11

BAGIAN VI PENGEMBANGAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI (KSP) KEBUN KOPI RAKYAT 6.1. PENDAHULUAN Sejalan dengan proses desentralisasi pembangunan yang di dalamnya terkandung tujuan dari pelaksanaan otonomi daerah, maka kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan dengan Pendekatan pengembangan wilayah perlu terus ditingkatkan. Hal tersebut dimaksudkan agar pembangunari daerah dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pemanfaatan sumberdaya dan sumberdana pembangunan di daerah. Dalam rangka itu pengembangan kawasan-kawasan yarig strategis dan potensial yang salah satunya diidentifikasi sebagai kawasan sentra produksi perlu dilakukan secara intensif sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kinerja pembangunan daerah dan kesejahtaraan masyarakat. Dalam kaitan itu, pengembangan kawasan sentra produksi (KSP) merupakan upaya nyata agar pemerintah daerah mampu memadukan, menyerasikan dan mengkoordinasikan berbagai masukan (input) pembangunan baik berupa program sektoral, program pembangunan daerah maupun program-program khusus dengan upaya pembangunan yang telah disusun pemerintah daerah berdasarkan potensi dan kebutuhan nyata masyarakat. Dengan keberhasilan pengelolaan pengembangan kawasan sentra produksi diharapkan dalam jangka panjang kemampuan pemerintah daerah dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan di wilayahnya akan semakin meningkat, terutama dalam hal peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan kinerja pembangunan ekonomi di daerah. Keberhasilan tersebut merupakan modal yang penting bagi pemerintah daerah dalam menterjemahkan, mengisi dan mengaplikasikan prinsip-prinsip otonomi daerah secara langsung, nyata dan bertanggung jawab sehingga penerapan otonomi daerah melalui Undang-Undang Otonomi Daerah akan memberikan dampak positif yang sebesar-besarnya bagi kepentingan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat secara luas. 6.2. Konsep Kawasan Sentra Produksi Kebun Kopi Rakyat Sentra Produksi adalah suatu kawasan kebun kopi rakyat yang memiliki potensi dan memungkinkan memperoleh investasi pemerintah/ swasta/masyarakat, yang prospektif untuk dikembangkan lebih lanjut serta menjadi sebaran pengembangan kegiatan produksi , jasa dan permukiman, prasarana wilayah pendukung dan prasarana wilayah pengembangannya. 6.2.1 Kriteria dan Cakupan Kawasan Kawasan Sentra Kebun Kopi-rakyat yang akan dikembangkan meliputi kriteria: Kawasan yang telah berfungsi sebagai sentra produksi kopi milik masyarakat yang sudah berpengalaman melaksanakan usahatani kopi. Merupakan lokasi/kawasan yang pernah memperoleh bantuan program pembangunan, yang hasilnya dapat dioptimalkan untuk pengembangan produksi kopi dalam jangka pendek. Lingkup lokasi / kawasan mencakup daerah Kecamatan dan/atau antar Kecamatan. Lokasi kawasan potensial dan strategis untuk dikembangkan sebagai KSP kopi dan pernah memperoleh berbagai program pembangunan dari sektor selama ini.

a. b c. d.

Besar kecilnya Kawasan Sentra Produksi tidak terlepas dari pada faktor potensi dan fungsi kawasan jarak geografis. Adanya perbedaan jarak yang panjang memungkinkan perlunya pemisahan kawasan, sedangkan jarak terpendek antar kawasan potensial cenderung membentuk satu kesatuan Kawasan Sentra Produksi.

12

Dalam kaitannya antara batas administratif dengan faktor jarak geografis terhadap kemungkinan terbentuknya kawasan, ada kemungkinan ditemukannya pemisahan dari suatu wilayah kecamatan dan masuk membentuk kawasan baru di suatu wilayah kecamatan lain. Kemungkinan ini dapat saja terjadi di seluruh wilayah kabupaten, terutama wilayah-wilayah yang berbatasan langsung secara fisik. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. 6.2.2. Kriteria dan Lingkup Kegiatan

1) 2) 3)

a. Kriteria Kegiatan Rencana Tindak Kriteria kegiatan implementasi dari rencana tindak adalah Peningkatan produksi kopi dan pengolahan kopi yang berorientasi quick yielding (cepat menghasilkan). Moderriisasi usaha pengembangan produksi kopi dan pemasaran kopi ke arah sistem agrobisnis dan agroindustri modern. Pengembangan kawasan sentra produksi kopi dapat bersifat multi years yang melibatkan senegap potensi masyarakat dan sumberdaya wilayah.

13

Wilayah makro

KSP Kebun Kopi rakyat

DEVELOPMENT AREA PPK

MARKET AREA I

OUTLET (Pelabuhan / Pasar)

Ekspor ke luar daerah (MARKET AREA ll) Gambar 1. Konsep ruang pengembangan KSP Kopi Rakyat b. Lingkup Kegiatan 1) 2) 3) 4) Identifikasi dan pemilihan KSP prioritas untuk kopi rakyat. Penyusunan Rencana Tindak (action plan) bagi KSP yang telah memiliki rencana induk serta implementasi rencana tindak tersebut. Penyusunan Rencana Induk (master plan) KSP dan Rencana Tindak (action plan) bagi KSP terpilih lainnya untuk diimplementasikan pada tahun mendatang. Implementasi Rencana Tindak dengan kriteria kegiatan yang dimaksud pada butir (a), mencakup kegiatan-kegiatan pengembangan KSP yang berkaitan dengan : a) b) Peningkatan produktivitas dan nilai tambah produksi kopi dan kopi yang dapat dilakukan melalui pengembangan kelembagaan peningkatan produksi kopi rakyat dan pengembangan kegiatan industri kopi mini. Peningkatan pemasaran hasil-hasil produksi (kopi pasir dan hasil-hasil sampingannya) melalui pengembangan kelembagaan pemasaran, sistem informasi

14

c)

d)

dan jaringan kerja pemasaran dengan dunia usaha, dan dlikungan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Pemanfaatan hasil-hasil pembangunan sektoral, pembangunan daerah, dan program-program khusus pemberdayaani ekonomi masyarakat yang telah ada secara optimal dalam rangka mendukung efisiensi dan efektivitas pengembangan KSP kopi rakyat. Pengerhbangan kegiatan-kegiatan promosi dan publikasi master plan KSP kopi rakyat agar tercipta keterkaitan dan keterlibatan dunia usaha / usaha swasta yang dapat mendukung perekonomian rakyat.

C. Lingkup Materi Ruang lingkup materi pengembangan KSP kopi rakyat adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Kebijakan pengembangan tata ruang yang berkaitan dengan struktur pengembangan wilayah dan pengembangan sektoral yang mendukung pengembangan KIPKOMAS. Identifikasi sistem produksi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, industri/kerajinan dan perdagangan. Kondisi kawasan dan kecenderungan perkembangannya, dapat diidentifikasi potensi yang meliputi a.l.: a. Potensi yang terkandung, baik yang sudah dimanfaatkan, belum dimanfaatkan dan diperkirakan ada, termasuk di dalamnya identifikasi komoditas unggulan kopi rakyat dan komoditi penunjangnya. b. Prospek dan kemungkinan pengembangan komoditas kopi rakyat di masa mendatang, baik menyangkut produksi dan peningkatan nilai tambah maupun pemasarannya. Karena peluang di masa mendatang menghadapi era globalisasi, paling tidak dapat mengantisipasi kemampuan daya saing produksi, pemasaran dan pangsa pasar yang dapat diraih. Penyusunan Skenario Pengembangan Kawasan yang ditempuh melalui skala prioritas pemanfaatan ruang dan skala priontas kegiatan pengembangan komoditas kopi rakyat. Skenario pengembangan berisi pola pemanfaatan ruang dan struktur ruang, yaitu pengembangan komoditas tanaman pangan dan kopi rakyat serta sistem prasarana penunjangnya dan merupakan acuan pengembangan kawasan. Perumusan program pengembangan sektor, komoditas unggulan kopi rakyat dan sistem prasarana. Rumusan program pengembangan berisi program-program pengembangan sektor, komoditas dan sistem sarana dan prasarana pertanian tanaman pangan dan kopi rakyat. Program-program dirumuskan dalam mendukung pencapaian skenario-skenario tersebut. Perumusan program-program pengembangan yang terpilih. program ini merupakan interaktif antara kondisi, kemampuan pembiayaan dan kelembagaan dengan pengembangan kawasan serta kebutuhan sarana dan prasarana pendukungnya, di mana proses ini dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan suatu tatanan program yang terarah. Perumusan peningkatan pemasaran hasil produksi. Sebagai upaya untuk menarik minat dunia usaha dan dapat melakukan investasi di kawasan sentra produksi, informasi mengenai peluang pengem-bangannya perlu disebarluaskan.

4.

5.

6.

7.

6.3. Tujuan dan Sasaran 6.3.1. Tujuan 1. Mengidentifikasi KSP Kebun Kopi rakyat berdasarkan potensi subsektor pertanian tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor industri, dan subsektor perdagangan untuk dikembangkan menjadi suatu KSP Kopi Rakyat.

15

2. Menentukan alokasi budidaya komoditi subsektor pertanian tanaman pangan (padi dan palawija), subsektor perkebunan (Kopi rakyat), subsektor perindustrian (pengolahan produk kopi), dan subsektor perdagangan di KSP 3. Menyusun konsep peningkatan intensitas pertanaman lahan basah dan lahan kering untuk meningkatkan produksi padi, palawija dan kopi rakyat, dalam upaya memperkuat ketahanan pangan daerah, memanfaatkan peluang pasar dan penggalian sumber-sumber ekonomi masyarakat. 4. Menyusun konsep KOBISKOP sebagai pengelola KSP Kopi Rakyat untuk meningkatkan nilai tambah produk primer kopi yang dihasilkan. 6.3.2. Sasaran Sasaran kegiatan pengembangan Kawasan Sentra Produksi Kopi Rakyat adalah Tertatanya KSP Kopi rakyat yang terpilih melalui pendekatan ruang dan pengisian ruang melalui skenario pengembangan kawasan (berjenjang) dan jenis komoditas utama dan penunjang yang dikembangkan pada kawasan itu. Tertatanya pengarahan pemanfaatan ruang dan lahan sesuai dengan pengembangan subsektor pertanian tanaman pangan, sub-sektor perkebunan, subsektor perindustrian dan subsektor perdagangan Tertatanya peluang bursa lapangan usaha yang lebih luas, kompetitif terhadap penerimaan dan penyerapan tenaga kerja yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Tertatanya tenaga kerja siap pakai, terampil dan memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam berusahatani, sistem produksi komoditi pangan dan kopi rakyat yang berkesinambungan, bergulir sepanjang tahun guna menjamin persediaan pangan dalam meningkatkan ketahanan pangan masyarakat serta menjamin permintaan kebutuhan pangsa pasar kopi. Program peningkatan produksi bahan pangan dan kopi, serta memperhitungkan seberapa besar produksi kopi yang dapat diproses menjadi kopi pasir, juga pemanfaatan limbah potensial dari usahatani kopi rakyat dan industri kopi. Penyediaan benih unggul kopi-rakyat yang memiliki: umur pendek, produktivitas tinggi dan ketahanan kondisi alam yang tidak menentu (iklim dan curah hujan) serta resisten terhadap hama dan penyakit. Tertatanya sarana produksi termasuk pestisida, hipertisida dan herbisida yang mudah diperoleh di kawasan, relatif murah dan terjangkau oleh masyarakat petani setempat dalam rangka mendukung peningkatan produksi kopi rakyat dan meningkatkan ketahanan kopi. Informasi jasa pelayanan perbankan dan sistem informasinya mengenai kendala dan persoalan dalam upaya pem-berdayaan kegiatan usahatani kopi rakyat dan industri pengolahan kopi mini Tertatanya sarana jasa pelayanan KUD, Dolog sebagai mitra petani dan berperan dalam meningkatkan daya beli hasil-hasil produksi komoditi, dengan harga dasar ketetapan nasional sehingga harga dapat terkendali dan tidak dikendalikan oleh para tengkulak yang selama ini menjerat para petani di wilayah sentra produksi. Tertatanya prasarana produksi bila mungkin tersedianya jaringan irigasi, listrik, air bersih, telekomunikasi di Kawasan Sentra Produksi dalam upaya pengembangan industri pengolahan kopi sekala mini. Tertatanya sistem transportasi dan pola aliran barang dari sentra produksi ke industri pengolahan kopi, ke tempat distribusi barang hingga ke tempat tujuan (pedagang, pasar dan konsumen akhir). 6.4. Operasional Pengembangan KSP Kopi Rakyat

1. 2. 3. 4.

5. 6. 7.

8. 9.

10. 11.

16

Skenario master plan KSP disusun melalui penyusunan program-program secara terarah dan benar ke dalam tahapan-tahapan kegiatan yang harus dilalui (identifikasi, skenario, program pengem-bangan dan program terpilih). Setiap tahapan program / kegiatan harus dapat mencerminkan alur proses input dan output yang dapat dikendalikan dari acuan dan atau parameter kinerja sehingga program yang dikembangkan sebagai program terpilih mengikuti kerangka pemi-kiran Master Plan KSP. Skenario rencana tindak dan rencana implementasi yang merupakan pengembangan lanjutan dari program Master Plan yaitu berupa program terpilih, selanjutnya disusun secara sistematis untuk memahami muatan-muatan apa saja yang dapat dijabarkan / diimplementasikan (dalam satuan; volume, biaya, waktu, sumber pembiayaan dan pengelolaannya) dalam setiap program berdasarkan sasaran. Dalam hal ini, program-program yang dimaksud adalah program-program yang memiliki kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Setiap program dilengkapi dengan pola-pola pengembangan pelaksanaan yang mengacu dan memperhatikan seberapa besar dukungan yang ada untuk mengetahui kemudahan-kemudahan maupun kendala-kendala pengembangan usaha di suatu kawasan pengembangan. Kepentingan tersebut di atas dimaksudkan untuk memberikan informasi awal bagi masyarakat dan investor, misalnya adanya aspek pembiayaan dan mekanisme insentif dan disinsentif. Di dalam program-program terpilih dari satuan program, ada program yang dapat langsung dilaksanakan (action) tanpa melalui tahapan profil investasi, misalnya program peningkatan sumberdaya manusia melalui sistem pelatihan. Profil investasi dalam hal ini adalah suatu tahapan program yang masih perlu diperkenalkan kepada para pengusaha / investor melalui kegiatan promosi yang dapat diadakan oleh Koperasi pengelola Kawasan Sentra Produksi untuk disosialisasikan kepada segenap lapisan masyarakat. Pendekatan KSP memandang kawasan sebagai suatu sistem produksi, yakni input , proses dan output. Dari sudut pandang ini KSP harus mempertimbangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pro-ses produksi kopi rakyat. Dengan demikian kajian yang berkaitan dengan penyediaan input di dalam KSP, pengolahan kopi menjadi kopi dan jenis produk yang dihasilkan perlu dilakukan, sehingga dapat ditentukan besaran komoditas yang akan dikembangkan. Mengenali permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan komoditas kopi rakyat. Dalam kaitannya dengan rencana ruang yang ada, kegiatan ini merupakan upaya untuk mengisi dan mengoptimalkan pemanfaatan ruang yang mengacu pada rencana tersebut, sekaligus secara interaktif memberikan umpan balik bagi penyempurnaan rencana itu sendiri. Sedangkan dari sisi output, dimaksudkan untuk meningkatkan per-tumbuhan ekonomi daerah, serta sekaligus mengoptimalkan pembangunan ekonomi masyarakat. Keberadaan KSP kebun kopi rakyat ini menjadi penting sebagai acuan lokasi investasi bagi pemerintah dan swasta, khususnya dalam upaya untuk mencapai efisiensi, efektifitas dan nilai tambah. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya untuk mengoptimalkan pemberdayaan tata ruang yang ada dan dapat mempermudah perumusan dukungan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan pertanian dalam arti luas. KAWASAN YANG ADA

Kawasan yang telah berfungsi sebagai sentra produksi

17

Kawasan yang telah memperoleh berbagai program pembangunan, yang hasilnya dapat dioptimalkan untuk pengembangan produksi pangan dalam jangka pendek Kawasan potensi dan strategis untuk dikembangkan dan telah memperoleh berbagai program pembangunan dari sektor.

PROSES IDENTIFIKASI DAN DETERMINASI PENETAPAN KAWASAN PRODUKSI KOPI RAKYAT MASTER PLAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI ACTION PLAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI

IMPLEMENTATION PLAN KAWASAN SENTRA PRODUKSI

Gambar 2. Diagram alir penyusunan rencana induk, rencana aksi dan rencana implementasi KSP Kebun Kopi Rakyat Penentuan Kawasan Sentra Produksi dikembangkan dari pe-ngertian fungsi pertanian dalam arti luas. Semua wilayah kecamatan memiliki potensi yang sama untuk diseleksi berdasarkan potensi pertanian, perkebunan, perindustrian dan perdagangan, berikut sarana dan prasarana penunjang yang telah ada. Skenario pengembangan KSP terpilih ditempuh melalui skala pengembangan kawasan. Pertama, pemilihan KSP prioritas, ditujukan untuk memudahkan pengarahan pemanfaatan ruang yang bergulir / bertahap, terarah guna mengantisipasi kemampuan pembangunan terbatas. Ke dua, pengisian ruang sejalan dengan kemampuan pem-bangunan yang terbatas, sehingga diperlukan adanya sekala prioritas dalam pengembangan KIPKOMAS dan cluster pendukungnya. BAGIAN VII PEMBERDAYAAN KOPERASI KOPI RAKYAT (KOBISKOP) SEBAGAI PENGELOLA KAWASAN INDUSTRI KOPI MINI MILIK MASYARAKAT (KIPKOMAS) 7.1. PENDAHULUAN

18

Menghadapi milenium ke tiga, bangsa Indonesia dihadapkan pada kenyataan bahwa kondisi ekonomi sebagian besar anggota masyarakat masih sangat memprihatinkan. Sementara itu tantangan terbesar yang juga harus diantisipasi adalah kesiapan masyarakat dalam memasuki era perdagangan bebas dan globalisasi. Terjadinya krisis dan kelangkaan bahan kebutuhan pokok, seperti beras, kopi , minyak dan lainnya, merupakan salah satu wujud dari dampak perdagangan bebas yang sekaligus menjadi indikasi kekurang-siapan masyarakat dalam menghadapinya. Krisis komoditas kopi beberapa waktu yang lalu dapat berdampak pada gairah petani / masyarakat untuk memproduksi kopi, sehingga pendapatan riil masyarakat menurun dan pada akhirnya juga akan diikuti oleh pertumbuhan ekonomi yang menurun. Akibat lanjutannya adalah banyak tenaga kerja pedesaan yang kehilangan kesempatan kerja, yang apabila dibiarkan akan memunculkan kerawanan sosial. Salah satu potensi masyarakat yang belum secara optimal didaya-gunakan adalah lembaga-lembaga sosial-tradisional yang telah mengakar di masyarakat, seperti Koperasi Primer Kopi Rakyat (KOBISKOP) di wilayah sentra produksi kopi, yang didukung oleh Pusat Koperasi Kopi Rakyat di Dati II dan Propinsi, Serta Induk Koperasi kopi Rakyat di tingkat Nasional. Pada saat ini terdapat banyak KOBISKOP dengan berbagai sekala usaha dan tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Beberapa perihal penting yang dihadapi KOBISKOP saat ini adalah sebagai berikut : a. Masih adanya kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya memihak kepada kepentingan koperasi kopi rakyat dan petani kopi rakyat. Hal ini mengakibatkan lemahnya bargaining power koperasi dalam bertransaksi dengan Pabrik Kopi. b. Masih terlalu banyaknya kebijakan pemerintah yang ikut mengendalikan agribisnis kopi rakyat sehingga mengakibatkan berbagai bentuk distorsi yang merugikan petani kopi c. Lemahnya dukungan permodalan dari lembaga keuangan formal / sistem per-bankan kepada KOBISKOP d. Masih adanya kebijakan distribusi/ tata niaga kopi yang berdampak negatif kepada petani kopi. Oleh karena itu, lembaga KOBISKOP milik masyarakat ini perlu segera lebih diberdayakan dengan pertimbangan rasional sebagai berikut: 1. Lembaga KOBISKOP (dengan segala fasilitasnya) yang sudah tersebar di sentra produksi merupakan infrastruktur yang sudah tersedia sebagai sarana dalam rangka mengembangkan aspek sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. Sehingga pemerintah tidak memerlukan program dan biaya untuk membangun sarana fisik yang baru dalam upaya mengatasi krisis kopi. 2. Sebagian besar penduduk pedesaan sentra produksi kopi Kabupaten Jeneponto merupakan kelompok-kelompok tani produktif dengan basis pertanian kopi rakyat sebagai usahanya. Kelompok-kelompok masyarakat tersebut memiliki kepentingan ekonomi yang sama dan pada umumnya telah membina rasa kebersamaan untuk mengatasi masalah mereka. Sehingga dengan pilihan program-program terobosan yang tepat sasaran dan tepat guna dapat mempercepat gerak roda perekonomiam di tingkat bawah (grass-roots). 3. Dengan pilihan program pemberdayaan yang tepat, fungsi KOBISKOP dapat ditingkatkan dari sebatas simpan pinjam menjadi pusat kegiatan perekonomian (center of economic activities) masyarakat di sekitarnya. Peningkatan peranan ini sekaligus membuka peluang bagi para tenaga terampil terdidik (ex tenaga kerja yang PHK) untuk diperan-sertakan dalam memberdayakan ekonomi rakyat. Dengan demikian, tenaga terampil terdidik diberdayakan untuk berperan dalam pengembagan kewira-usahaan dan kegiatan-kegiatan agribisnis kopi rakyat bersama masyarakat.

19

4.

5.

Pada sebagian KOBISKOP juga telah tumbuh dan berkembang unit usaha WASERDA yang melayani saprodi dan kebutuhan bahan pokok masyarakat. Selain itu juga telah berkembang unit usaha Lembaga Keuangan khusus bagi kelompok petani kopi. Sebagai lembaga keuangan alternatif keberadaannya sangat dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan, terutama untuk memerangi praktek para rentenir. Sejalan dengan upaya Pemerintah untuk membangun sistem produksi kopi dan jaringan distribusi kopi dalam rangka menghindari kelangkaan akibat ulah para spekulan menimbun barang, maka keberadaan KOBISKOP dapat diberdayakan sebagai pengelola KIPKOMAS.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas, maka dipandang sangat urgen dan relevan untuk diupayakan Program "Pemberdayaan KOBISKOP sebagai Lembaga Ekonomi Rakyat yang Mengakar dan Mandiri, serta layak mengelola KIPKOMAS. Program seperti ini merupakan salah satu bentuk investasi masyarakat yang berkelanjutan melalui POLA MODAL KOBISKOP diharapkan dapat menimbulkan efek rambatan pada tumbuh dan berkembangnya kegiatan ekonomi rakyat sesuai dengan potensi ekonomis di wilayah sekitarnya. Sasaran pemberdayaan selanjutnya adalah agar dapat memperluas dan meningkatkan nilai tambah (value added) dan kesempatan kerja (employment generation) di berbagai sektor riil lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan agribisnis kopi rakyat. 7.2. TUJUAN DAN PRINSIP 7.2.1. Tujuan a. Jangka Pendek Ikut menggerakkan roda perekonomian rakyat pada tingkat akar rumput (grass - roots) Memberdayakan KOBISKOP di wilayah sentra produksi kopi rakyat Kabupaten Jeneponto dengan dukungan investasi sosial-masyarakat untuk menerapkan MODEL TIGA RODA (Unit usaha KSP kopi rakyat, Unit usaha PGM, dan Unit usaha Jasa-jasa penunjang) untuk mempermudah akses terhadap peluang-peluang bisnis perkopian dan perkopian. Memberdayakan KOBISKOP dengan dukungan Kredit Semi-Komersial guna membantu memperlancar Produksi dan distribusi kopi dan ikut melindungi kepentingan petani kopi dan masyarakat luas, Mengembangkan mekanisme kemitraan yang adil di antara CLUSTER yang terkait dalam KIPKOMAS. b. Jangka panjang (1). (2). (3). Ikut membangun sistem produksi dan jaringan distribusi kopi nasional yang lebih adil, komplementer dengan Industri Kopi yang ada Meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat melalui pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga tradisional yang telah mengakar, terutama yang terkait dengan KOBISKOP yang telah ada. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan berusaha yang dapat diakses langsung oleh masyarakat pedesaan. 7.2.2. Kelompok sasaran

(1). (2).

(3). (4).

20

a. b. d. e.

Kelembagaan KOBISKOP, dan lembaga sosial-ekonomi tradisioanl di pedesaan yang berkaitan dengna agribisnis kopi Warung pengecer bahan pokok, baik milik perorangan, kelompok (pra koperasi), maupun waserda milik koperasi untuk diberdayakan / dikembangkan usahanya yang berkaitan dengan agribisnis kopi rakyat dan distribusi kopi. Pengusaha dan Pedagang, baik perorangan maupun kelompok, terutama yang bergerak di bidang agribisnis kopi dan distribusi kopi untuk diberdayakan sehingga pada gilirannya dapat membantu memperlancar sistem produksi dan distribusi kopi. Tenaga Kerja Terampil (yang nganggur musiman) untuk dilatih dan ditempatkan sebagai pendamping dan atau tenaga profesional / pengelola lembaga keuangan koperasi, industri kopi mini atau lembaga pemasaran kopi. 7.2.3. Prinsip-prinsip pemberdayaan

a. b. c. d.

Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (community based development) terutama pada tingkat "akar rumput" (grass roots) Keberlanjutan (sustainability) dalam mendukung PDRB dan PAD Peran serta aktif masyarakat (participatory process). Komitmen penuh pemerintah dengan keterlibatan minimal (fully committed, but less involvement).

7.2.4. Prinsip-prinsip pendanaan a. Efisiensi, efektivitas (cost effectiveness), transparansi, dan accountability. b. Block grant langsung kepada kelompok tani / kelembagaan yang betul-betul memerlukan (intended beneficiaries). c. Sebagian besar berupa modal kerja bagi KOBISKOP yang diteruskan kepada POKTANI sebagai kredit dengan pendampingan (supervised credit). d. Kredit Semi komersial untuk membeli kopi dari PGM dan untuk mendukung kegiatan pelelangan kopi dan/atau pendistribusian kopi mini. 7.3. POLA PEMBERDAYAAN 1. Tim Konsultasi yang daerah bertindak sebagai pengarah dan nara sumber yang beranggotakan: (a) pakar-pakar agribisnis kopi dan agroindustri kopi dari PTN/PTS; (b) tokoh-tokoh masyarakat perkopian dan perkopian, (c) Bank yang bertindak sebagai channeling bank; serta (d) Lembaga/Badan Penelitian dan Pengembangan yang terkait. 2. Tim Koordinasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Jeneponto, terdiri atas unsur/instansi (a) BAPPEDA, (b) DISBUN, (c) DISPERINDAG, (d) Dinas Koperasi, (e) Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM), dan (f) PTPN . 3. Tim Pendamping teknis bagi KOBISKOP yang beranggotakan para wakil dari unsur-unsur pada jenjang seperti di atas yang bertugas ikut merencanakan, mendampingi pelaksanaan pembangunan, memantau, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan usaha KIPKOMAS. Unsur Perguruan Tinggi diharapkan dapat berperan sebagai pendamping aktif. 4. Dengan adanya internal/external accountabilitv dan transparansi yang baik dari KOBISKOP dan KIPKOMAS, dan tim pendamping teknis, diharapkan akan mempermudah pelacakan dan pertanggung-jawaban pemanfaatan sumberdaya dan dana. 5. Pelibatan lembaga-lembaga sosial-ekonomi masyarakat yang credible" ke dalam KOBISKOP dilakukan dengan kriteria / persyaratan sebagai berikut: a. Diutamakan lembaga yang telah dikenal dan mengakar di masyarakat setempat, serta telah berpengalaman menjalin interaksi aktif dengan masyarakat sekitar. b. Memiliki pengalaman (track record) yang baik dalam melakukan pengembangan unit usaha produksi kopi, termasuk Unit usaha perdagangan dan usaha-usaha industri kecil.

21

c. Diupayakan telah melembaga untuk menjamin accountability dan kepastian hukum. d. Dalam kaitannya dengan distribusi Kopi, dapat diintegrasikan dengan sistem distribusi kopi yang telah ada. 7.4. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1. 2. 3. Sosialisasi konsep KIPKOMAS - KOBISKOP sebagai mata rantai utama dalam sistem produksi dan distribusi kopi. Rekruitmen tenaga terampil terdidik untuk dijadikan petugas pendamping profesional Pelaksanaan kegiatan LITBANG dan DIKLAT antara lain meliputi: (a) Sistem produksi Kebun kopi rakyat; (b) Sistem Pabrik Pengolahan Kopi (c) Sistem distribusi produk-produk kopi Penyaluran modal bergulir dengan pendampingan untuk KOBISKOP dengan model tiga roda. Penyaluran fasilitas kredit Agribisnis Kopi kepada KOBISKOP sesuai dengan tahapan pelaksanaan program. Tim Konsultasi dan Tim Koordinasi melaksanakan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program dan menyampaikan laporan kemajuan program secara periodik (bulanan dan triwulanan). 7. 5. Bagan Kelembagaan KOBISKOP PENERAPAN MODEL TIGA RODA TIPOLOGI WILAYAH SEKITAR KOBISKOP

4. 5. 6.

Petani dan POKTANI kopi rakyat

KOBISKOP

tokoh masyarakat kontak tani pedesaan

Unit KSP kopi-rakyat 200-500 ha Unit PPK Unit Jasa-jasa Penunjang

22

masyarakat luas

23

MITRA EKSTERNAL

KOBISKOP: *) Amanah *) Profesional

UNIT USAHA Kebun KOPI RAKYAT 200-500 ha

UNIT USAHA JASA-JASA PENUNJANG/ KOMPLEMEN

UNIT USAHA
PABRIK PENGOLAHAN KOPI

(PPK)

PETANI

MASYARAKAT

24

KOBISKOP SEBAGAI AGEN KENDALI DISTRIBUSI KOPI PETANI / POKTANI KOPI RAKYAT

Mitra sharing modal eksternal

KOBISKOP

kopi

PPK

Unit Perdagangan

Pembelian kopi

penjualan kopi SISTEM PELELANGAN KOPI SISTEM DISTRIBUSI KOPI

25

BAGIAN VIII ORGANISASI DAN TAHAPAN PENGEMBANGAN KIPKOMAS 8.1. Tim Koordinasi Pembangunan KIPKOMAS Leading Sector: Supporting Sectors: 1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan 2. Dinas Perkebunan Daerah 3. Dinas Pertanian 4. Dinas Peternakan 5. Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) 6. BKPMD 8.2. Tahapan Operasional Pembangunan KIPKOMAS
Taha pan I II III IV V VI VII VIII Kegiatan Persiapan Sosialisasi Konsep dan Kebijakan Identifikasi Lokasi KIPKOMAS Fabrikasi PPK Ujicoba PPK MONEV Pemantapan Kelembagaan Pemberdayaan Masyarakat (PENMAS) Pelaksana Tim Koordinasi Tim Konsultasi Tim Koordinasi Tim Konsultasi Tim Pendamping Teknis Tim Pendamping Teknis Tim Pendamping Teknis TKr & TKn TKr & TKn TPT + KOBISKOP Sasaran Instansi terkait Forum Publik KOBISKOP Wilayah kecamatan KIPKOMAS KIPKOMAS KIPKOMAS KIPKOMAS Masyarakat 1 bulan 2-3 bulan 4 6 Bulan 2 3 Bulan Rutin Rutin Rutin Waktu

Anda mungkin juga menyukai