Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Tanggal 17 Januari 2013, penulis berkunjung ke pertunjukkan kabaret Dago Tea House. Pertunjukkan tersebut berjudul Mahabarata, salah satu cerita yang sering dipentaskan dalam bentuk wayang itu kini dituangkan dalam pertunjukkan musikal dengan didukung teknologi visual modern. Selain itu penulis dapat mempelajari dan memaami bagaimana cerita tersebut berawal dan apa yang melatar belakangi cerita itu. Kegiatan pagelaran yang sering diadakan salah satu rumah teater ini merupakan wujud dari kepedulian melestarikan kebudayaan Indonesia. Hal inilah yang mendorong penulis menulis resensi cerita Mahabarata ini. Dengan segala kekurangan dari uraian ini semoga kegiatan yang telah dilakukan oleh penulis dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak. Terima kasih.

Penullis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB III PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

1 2 3 5 8 9

BAB I PENDAHULUAN

SEJARAH CERITA MAHABARATA


Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang konon ditulis oleh Begawan Byasa atau Vyasa dari India. Buku ini terdiri dari delapan belas kitab, maka dinamakan Astadasaparwa. Namun, ada pula yang meyakini bahwa kisah ini sesungguhnya merupakan kumpulan dari banyak cerita yang semula terpencarpencar, yang dikumpulkan semenjak abad ke-4 sebelum Masehi. Secara singkat, Mahabharata menceritakan kisah konflik para Pandawa lima dengan saudara sepupu mereka sang seratus kurawa, mengenai sengketa hak pemerintahan tanah Negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan kurusetra dan pertempuran berlangsung selama depalan belas hari. Selain berisi cerita kepahlawanan (wiracarita), Mahabharata juga mengandung nilai-nilai Hindu, mitologi dan berbagai petunjuk lainnya. Oleh sebab itu kisah Mahabharata ini dianggap suci, teristimewa oleh pemeluk agama Hindu. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa, terutama mengikuti perkembangan peradaban Hindu pada masa lampau di Asia, termasuk di Asia Tenggara. Di Indonesia, salinan berbagai bagian dari Mahabharata, seperti Adiparwa, Wirataparwa, Bhismaparwa dan mungkin juga beberapa parwa yang lain, diketahui telah digubah dalam bentuk prosa basa Kawi (Jawa Kuno) semenjak akhir abad ke-10 Masehi. Yakni pada masa pemerintahan raja Dharmawangsa Teguh (991-1016 M) dari Kadiri. Karena sifatnya itu, bentuk prosa ini dikenal juga sebagai sastra parwa. Yang terlebih populer dalam masa-masa kemudian adalah penggubahan cerita itu dalam bentuk kakawin, yakni puisi lama dengan metrum India berbahasa Jawa kuno. Salah satu yang terkenal ialah Kakawin Arjunawiwaha (perkawinan Arjuna) gubahan Mpu Kanwa. Karya yang diduga ditulis antara 1028-1035 M ini (Zoetmulder,1984) dipersembahkan untuk raja Airlangga dari kerajaan Medang Kamulan, menantu raja Dharmawangsa. Karya sastra lain yang juga terkenal adalah Kakawin Bharatayuddha, yang digubah oleh mpu Sedah dan belakangan diselesaikan oleh mpu Panuluh (Panaluh). Kakawin ini desembahkan bagi Prabu Jayabhaya (1135-1157 M), ditulis pada sekitar akhir masa pemerintahan raja Daha (Kediri) tersebut. Di luar itu, mpu Panuluh juga menulis Kakawin Hariwangsa pada masa Jayabaya, dan diperkirakan pula menggubah Gatotkacasraya pada masa raja Kertajaya (11941222 M) dari Kediri. Beberapa Kakawin turunan Mahabharata yang juga penting untuk disebut diantaranya, adalah Kresnayana (karya mpu Triguna) dan Bhomantaka (pengarang tak dikenal) keduanya 3

dari zaman kerajaan Kediri, dan Parthayajina (mpu Tanakung) di akhir zaman Majapahit. Salinan naskahnaskah kuno yang tertulis dalam lembar-lembar daun lontar tersebut juga diketahui disimpan di Bali. Disamping itu, mahakarya sastra tersebut juga berkembang dan memberikan inspirasi bagi berbagai bentuk budaya dan seni pengungkapan, terutama di Jawa dan Bali, mulai dari seni patung dan seni ukir (relief) pada candi-candi, seni tari, seni lukis hingga seni pertunjukkan seperti wayang kulit dan wayang orang. Di dalam masa yang lebih belakangan, kitab Bharatayuddha telah disalin pula oleh pujangga kraton Surakarta Yasadipura ke dalam bahasa Jawa modern pada sekitar abad ke-18. Dalam dunia sastra populer Indonesia , cerita Mahabharata juga disajikan melalui bentuk komik yang membuat cerita ini dikenal luas di kalangan awam. Salah satu yang terkenal adalah karya R.A. Kosasih.

BAB II PEMBAHASAN

RESENSI CERITA
Identitas Judul Dikutip dari Pengarang Tahun terbit Penerbit Tebal : Mahabharata : Kitab Astadasaparwa : Resi Vyasa : diperkirakan abad ke 4 sebelum Masehi ::-

Sinopsis Raja Pandu berada di penghujung usia. Ketika itu ia duduk di singgasana bersama anakanaknya dan para paman serta penasihat merundingkan siapa yang pantas menjadi raja menggantikan dirinya. Saat semua sepakat Wirata yang menjadi raja, raja Pandu meninggal. Tetapi, raja baru itu selalu mudah dihasut oleh Sengkuni penasihat kerajaan yang juga paman dari para kurawa. Sifat Kurawa selalu iri pada sepupunya Pandawa. Suatu hari Duryudana mengundang para Pandawa untuk bermain dadu di hastinapura, Yudhistira yang gemar bermain dadu menerima ajakan tersebut. Sayangnya Sengkuni berbuat curang saat menjadi Bandar dadu, dengan meggunakan sihirnya Duryudana menang dan memenangkan taruhannya yaitu seluruh kerajaan beserta isinya juga dewi Drupadi serta mengasingkan Pandawa ke hutan selama 13 tahun. Karena Dewi Drupadi waktu itu sudah menjadi milik Duryudana, Dursasana menarik baju Dewi Drupadi. Tapi berkat kekuatan Sri Kresna, baju Drupadi tidak pernah lepas. Bisma menemukan Dewi Drupadi dan menyuruhnya ikut Pandawa ke hutan. Dewi Drupadi bersumpah tidak akan menggelung rambutnya sebelum mandi keramas darah Dursasana, sedangkan Bima yang tersinggung karena Dewi Drupadi dihina bersumpah akan membunuh Dursasana dan
5

meminum darahnya. Maka dimulailah perjalanan Pandawa yang panjang itu. Di dalam hutan Yudhistira menyuruh saudaranya berpencar sedangkan Dewi Drupadi bersamanya. Saat berpencar Bima bertemu rakshasa Hidimba yang kejam dan membunuhnya, Bima pun menikahi adiknya rakshasi Hidimbi. Arjuna bertemu ksatria wanita, Srikandi yang merupakan titisan dari Dewi Ambi. Setelah 13 tahun, mereka pun kembali ke hastinapura untuk menagih janji. Tetapi Sengkuni dan Duryudana menghasut penyamaran mereka terbongkar karena belum waktunya mereka kembali sehingga peperangan pun pecah. Bisma diutus untuk memimpin prajurit kurawa dan menjadi panglima tertinggi sehingga perang saudara tak dapat dielakkan. Perang Barathayuddha yang terjadi selama 18 hari itu pecah di tanah kurusetra pada saat fajar menyingsing. Banyak prajurit dan darah keturunan Bharata yang gugur, termasuk Bisma yang mati ditangan Arjuna dibantu oleh Srikandi titisan Dewi Ambi, dan Dursasana yang mati ditangan Bima, maka janji pun dipenuhi. Bima berhasil membunuh Dursasana dan meminum darahnya sedangkan Dewi Drupadi mandi keramas dengan darah Dursasana. Dengan bantuan Sri Kresna Pandawa memenangkan pertempuran dan Yhudistira diangkat menjadi raja di hastinapura. Ulasan/Pembahasan Tema Alur Penokohan 1) Raja Pandu 2) Bisma 3) Yudhistira 4) Arjuna 5) Bima 6) Nakula 7) Sadewa 8) Drupadi 9) Sengkuni 10) Duryudana 11) Dursasana : Bijaksana, adil : penyayang, memegang teguh pendirian : cerdas, selalu tenang : berpembawaan tenang : berpembawaan tenang, tegas : berpembawaan tenang : berpembawaan tenang : baik, ikhlas atas nasib yang diterimanya : tidak adil, lebih memihak kurawa : haus akan kekuasaan, serakah ingin menyingkirkan pandawa : tidak bertata krama dan selalu durhaka
6

: Kerajaan, perebutan kekuasaan : maju dan mundur

12) Kresna

: bijaksana

13) Raja Wiratha : terlalu mudah di hasut 14) Srikandi : baik, tangguh

15) Rakshasa Hidimba : kasar, haus akan membunuh 16) Rakshasi Hidimbi : baik, cantik Latar Kekurangan : istana hastinapura, indraprasta, di dalam hutan, tanah kurusetra : pemain kurang mendalami perannya dalam adegan peperangan,

jalan cerita tidak terlalu jelas karena terlalu banyak adegan menghibur penonton. Kelebihan : property yang digunakan sangat bagus, terutama baju perang dan

senjatanya. Jadi terlihat seperti asli. Pemeran sudah memahami bagiannya masingmasing. Teater plastik kali ini berani menggunakan layar infokus untuk membantu menjelaskan jalan cerita, yang juga membuat mereka tidak terlalu repot memindahkan properti-properti seperti batu ataupun kursi.

BAB III PENUTUP

Dari Cerita Mahabharata tersebut dapat kita ketahui betapa berharganya saudara, sifat iri dengki dan tidak adil akan membawa perselisihan diantara saudara. Jadi sebisa mungkin kita sisihkan perbedaan diantara saudara agar tenteram dan damai. Sesekali sifat mengalah bagus untuk hubungan persaudaraan. Lalu sifat cinta dan pengabdian juga harus kita tanamkan dalam diri kita agar kita bisa menjadi orang yang berpegang teguh pada pendirian tidak seperti air di atas daun talas, mudah terbawa omongan orang lain. Cerita Mahabharata ini diringkas dan dikemas dengan tampilan menarik dan enak dilihat, tetapi ada humor yang kurang pantas bila dilihat oleh anak kecil sehingga drama kabaret ini lebi cocok untuk anak SMA ke atas. Demikian resensi yang dapat penulis tuliskan semoga bermanfaat. Dengan segala kekurangan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
WEB id.m.wikipedia.org/wiki/Mahabharata http://moedjionosadikin.wordpress.com/category/cerita-wayang-mahabarata/

Anda mungkin juga menyukai