SOLICHATUN
Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta
ABSTRAK
Kacang hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek memiliki kemampuan alelopati yang diduga dapat mempengaruhi
perkecambahan, pertumbuhan dan hasil panen tanaman budidaya lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh alelopati ekstrak jaringan segar dan serasah kacang hijau terhadap perkecambahan kedelai (Glycine max
Merr.). Penelitian ini dilaksanakan dengan metode pengujian aktivitas (bioassay) ekstrak/senyawa alelopati terhadap
perkecambahan biji kedelai. Prosedur perkecambahan menggunakan metode antar kertas, dengan perlakuan
pemberian ekstrak jaringan segar dan serasah kacang hijau pada berbagai konsentrasi. Dari hasil penelitian
disimpulkan bahwa: ekstrak jaringan segar kacang hijau tidak berpengaruh nyata terhadap perkecambahan, kecepatan
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah kedelai, sedang ekstrak serasah kacang hijau berpengaruh nyata dalam
menghambat pertumbuhan kecambah kedelai, tetapi tidak berpengaruh nyata dalam perkecambahan dan kecepatan
perkecambahan kedelai.
dan Hay, 1998; Salisbury dan Ross, 1995). Pengujian Aktivitas Alelopati Ekstrak
Alelopati dapat bersifat sejati atau fungsional Bioassay ekstrak daun, batang dan akar kacang
(Rice, 1984). hijau dilakukan menurut metode Chung dan Miller
Ekstrak daun, batang dan akar kacang hijau (1995) yang dimodifikasi sebagai berikut: sebanyak
memiliki kemampuan alelopati, serta dapat 10 gram bahan dihancurkan dalam mortar porselen;
menghambat perkecambahan beberapa jenis gulma kemudian direndam dalam 100 ml akuades dan
dan tanaman budidaya lain seperti selada, tomat dibiarkan selama 24 jam; ekstrak yang terbentuk
dan kacang hijau itu sendiri. Aktifitas alelopati disaring, ditampung dalam botol dan siap untuk
kacang hijau terutama ditemukan di batang, daun dipakai dalam pengujian. Ekstrak dibuat dalam
dan bagian aerial, sedang aktifitas alelopati pada konsentrasi rendah (1:10 v/v dalam akuades) dan
akar paling kecil. Senyawa alelopati ini terdiri dari tinggi (10:10 v/v atau tanpa pemberian akuades).
tiga senyawa utama yaitu vitexin, isovitexin dan C- Pengujian dilakukan dengan mengecambahkan 5
glucosylflavonoid (Tang dan Zhang, 1986: Waller biji kedelai dalam nampan plastik dengan metode
et al, 1995). Ketiganya termasuk dalam kelompok antar kertas. Sebanyak 10 ml ekstrak dituangkan ke
flavonoid yang merupakan golongan senyawa fenol kertas saring yang menjadi media perkecambahan
(Harborne, 1987). biji kedelai tersebut. Inkubasi dilakukan pada suhu
ruang (25-27oC) selama 1 minggu.
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap Panjang Kecambah
kolom menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Pemberian ekstrak kacang hijau baik yang
DMRT pada taraf 5% bersumber dari daun, batang, maupun akar mampu
menghambat secara nyata pertumbuhan kecambah
Kecepatan Perkecambahan kedelai (Tabel 6). Sebaliknya pemberian ekstrak
Kecepatan perkecambahan kedelai tidak jaringan segar baik dari daun, batang maupun akar
dipengaruhi pemberian ekstrak kacang hijau baik tidak mampu menghambat pertumbuhan tersebut,
jaringan segar maupun serasah (Tabel 5). Dari data meskipun untuk ekstrak jaringan segar batang
pada Tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa meskipun terdapat kecenderungan penghambatan.
persentase perkecambahan cenderung berkurang
oleh pemberian ekstrak serasah, tetapi tidak Tabel 6. Panjang kecambah kedelai umur 1 minggu
mempengaruhi kecepatan perkecambahannya. (cm) dengan perlakuan pemberian ekstrak jaringan
segar dan serasah kacang hijau.
Tabel 5. Kecepatan perkecambahan kedelai dengan
perlakuan pemberian ekstrak jaringan segar dan serasah Perlakuan Sumber Ekstrak
kacang hijau setelah masa inkubasi 1 minggu Daun Batang Akar
Kontrol 6,97a 6,97a 6,97a
Perlakuan Sumber Ekstrak Ekstrak 6,17a 5,67 a
7,17a
Daun Batang Akar Jaringan segar
Kontrol 36,10a 36,10a 36,10a Ekstrak 1,07b 0,70b 0,96b
Ekstrak 36,40a 33,30a 36,10a serasah
Jaringan segar
Ekstrak 41,67a 30,80a 36,93a Keterangan: angka yang diikuti huruf sama pada setiap
serasah kolom tidak berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%.
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama tidak Konsentrasi dan Sumber Ekstrak
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%; kecepatan Perbedaan konsentrasi ekstrak jaringan segar
perkecambahan dinyatakan dalam CRG (coefficient of kacang hijau baik dari daun, batang maupun akar,
rate of germination menurut Bewley dan Black, 1994) tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
kecambah kedelai. Sedangkan ekstrak serasah
Serasah merupakan bagian tumbuhan yang khususnya serasah daun dan akar berpengaruh
telah mati, umumnya terdapat dipermukaan tanah, nyata dalam menghambat pertumbuhan kecambah
34 BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 31-36
kedelai, meskipun untuk ekstrak serasah batang Senyawa fenol berpengaruh terhadap enzim
pengaruh penghambatannya tidak nyata (Tabel 7). hidrolisis yang berperan dalam memecah cadangan
makanan menjadi senyawa-senyawa yang siap
Tabel 7. Pengaruh perbedaan konsentrasi dan sumber dimetabolisme (Berri, 1984). Senyawa fenol juga
asal ekstrak kacang hijau terhadap panjang kecambah dapat menghambat aktivitas enzim lain seperti
(cm) kedelai umur 1 minggu amilase, protease, dekarboksilase, fosfatase dan
lipase, sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan
Konsentrasi Sumber ekstrak hasil panen (Rice, 1984; Leopold dan Kriedemann,
Daun Batang Akar
1981).
Jaringan Segar
Senyawa fenol dapat mempengaruhi perme-
Rendah8 8,16a 3,88ab 8,27a
Tinggi88 4,08a 7,43a 6,07a abilitas membran sel, karena merusak struktur
Serasah membran dengan melarutkan lipid, fosfolipid dan
Rendah8 1,64a 1,72a 1,32a protein penyusun membran sel (Rice, 1984).
Tinggi88 0,44 b
0,98a 0,67b Senyawa fenol terutama kumarin dapat
menghambat permeabilitas membran sel terhadap
Keterangan: angka yang diikuti huruf sama tidak air dan menghambat sintesis hormon pertumbuhan
berbeda nyata dengan uji DMRT taraf 5%; konsentrasi seperti IAA, GA dan sitokinin, sehingga
rendah adalah 1:10 (v/v) dan konsentrasi tinggi 10:10 berpengaruh terhadap pembelahan dan pembesaran
(v/v) sel (Wattimena, 1988; Salisbury dan Ross, 1995).
Senyawa fenol dapat menurunkan kandungan
Alelopati senyawa alelokemi klorofil dan menghambat reaksi fotosintesis,
Aktifitas fitotoksin kacang hijau terutama sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan
terdapat pada batang dan bagian-bagian aerial, tanaman (Gardner et al, 1991; Stevenson, 1982).
sementara pada akar sangat kecil (Tang dan Zhang, Senyawa fenol berfungsi sebagai alat
1986; Waller et al, 1995). Pemisahan ekstrak pertahanan terhadap keadaan lingkungan yang
batang dengan pelarut air dan pelarut organik lain buruk, serangan parasit dan pembentuk pigmen
menunjukkan bahwa ekstrak air (aquoeus extract) warna (Wattimena (1988).
memikili sifat penghambatan terbesar. Senyawa Secara keseluruhan dapat dirangkumkan bahwa
fenol umumnya larut dalam air dan mudah terlindih senyawa fenol mempengaruhi pertumbuhan
dari serasah selama proses dekomposisi. Senyawa tanaman antara lain dalam hal: penyerapan hara,
fenol yang terlarut dapat berpengaruh pada proses adanya senyawa alelokemi dapat menurunkan
perkecambahan biji. kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan;
Sifat alelopati disebabkan oleh asam aromatik, penghambatan dalam pembelahan sel-sel akar
aldehida dan fenol. Senyawa-senyawa ini dapat tumbuhan; penghambatan pertumbuhan melalui
meracuni tanah melalui sisa-sisa tumbuhan, perangsangan terhadap aktivitas IAA oksidase atau
mengganggu perkecambahan biji, sistem perakaran GA dalam meransang pertumbuhan; penghambatan
dan bahkan mematikan tanaman (Salisbury dan aktivitas fotosintesis terutama pada penutupan
Ross, 1995; Sastroutomo, 1990). Senyawa alelopati stomata; mempengaruhi respirasi; penghambatan
diserap tumbuhan dan organisme disekitarnya terhadap sintesis protein; menurunkan
dalam bentuk uap, eksudat akar, pelindian oleh air permeabilitas membran; dan enghambat aktivitas
hujan atau embun dan pembusukan (Rice, 1984). enzim.
Jaringan tumbuhan mengandung asam-asam Senyawa alelokemi mempengaruhi
fenolat sederhana yang tersebar luas (Hartley dan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dalam
Whitehead dalam Vaughan dan Malcolm, 1985). berbagai tingkatan. Pertama: pengaruh terhadap
Kemampuan penghambatan senyawa fenol sintesis hormon, aktivitas enzim-enzim spesifik dan
tergantung konsentrasi (Salisbury dan Ross, 1995), fungsi membran. Sintesis hormon sangat berperan
yang dipengaruhi oleh jenis tumbuhan dan kultivar, dalam pembelahan sel maupun pembesaran sel.
cahaya, jenis dan umur jaringan, kondisi kahat Hormon juga berperan dalam aktivasi gen-gen
hara, kahat air dan tekanan lingkungan (Rice, yang berhubungan sintesis enzim, terutama enzim-
1984). Pada konsentrasi tinggi senyawa fenol dapat enzim hidrolisis yang sangat berperan dalam awal
menaikkan tekanan osmosis, sehingga menghambat proses perkecambahan. Jika sintesis hormon ini
difusi air dan oksigen ke dalam biji (Salisbury dan terhambat maka akan menghambat rangkaian
Ross, 1995; Gardner et al, 1991), serta proses metabolisme selanjutnya. Permeabilitas
menghambat transport asam amino dan membran yang terganggu menyebabkan proses
pembentukan protein (Rice, 1984). imbibisi tidak dapat berjalan seperti yang
seharusnya dan hal ini akan mempengaruhi proses
SOLICHATUN – Alelopati Kacang Hijau (Vigna radiata (L.) Wilczek) 35
perkecambahan biji. Kedua: pengaruh senyawa serta dapat menghambat perkecambahan biji dan
alelokemi terhadap respirasi, sintesis protein, pertumbuhan tanaman di sekitarnya.
sintesis senyawa-senyawa karbon, sintesis pigmen, Serasah merupakan sumber utama bahan
status air, pengambilan ion dan fotosintesis. organik. Hara yang disumbangkan serasah
Pengaruh tingkat kedua ini terkait erat dengan tergantung pada jumlah dan macam serasah,
adanya gangguan fungsi membran yang terjadi macam dan aktivitas dekomposer, macam
pada tingkat pertama. Ketiga: gangguan pada kandungan senyawa kimia dalam serasah dan
proses pembelahan dan pembesaran sel yang pada iklim. Dekomposisi serasah dipengaruhi oleh
akhirnya mengganggu pertumbuhan dan temperatur, kelembaban, aerasi, pH, kandungan air
perkembangan tumbuhan. Meskipun senyawa dan bahan organik terlarut, kandungan N dan
alelokemi secara umum dapat mempengaruhi polifenol (Williams dan Gray dalam Dickinson dan
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, tetapi Pugh, 1974).
pengaruh masing-masing jenis senyawa alelokemi Pada penelitian ini, perbedaan sumber ekstrak
terhadap reaksi metabolisme tumbuhan yang mana kacang hijau yaitu daun, batang dan akar belum
yang dihambat masih belum banyak diketahui dan menunjukkan pengaruh secara nyata terhadap
hal ini memerlukan penelitian lanjutan yang lebih perkecambahan dan pertumbuhan kedelai.
dalam dan menyeluruh. Pengaruh perbedaan sumber ekstrak kacang hijau
terhadap pertumbuhan kecambah kedelai hanya
Dekomposisi Serasah terlihat pada pemberian ekstrak jaringan segar
Dalam penelitian ini pemberian ekstrak serasah batang dengan konsentrasi rendah. Pada ekstrak
kacang hijau menunjukkan gambaran yang lebih jaringan segar kacang hijau baik dari daun, batang
jelas tentang adanya alelopati kacang hijau maupun akar, perbedaan konsentrasi tidak
terhadap perkecambahan kedelai dibandingkan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dengan ekstrak dari jaringan segar (Tabel 7). kecambah kedelai. Sedangkan ekstrak kacang hijau
Serasah merupakan bagian tumbuhan yang telah dari serasah khususnya dari daun dan akar
mati, umumnya terdapat dipermukaan tanah, serta berpengaruh nyata dalam menghambat
mengalami proses dekomposisi dan mineralisasi pertumbuhan kecambah kedelai, meskipun untuk
dengan kecepatan berbeda-beda tergantung dari bagian batang pengaruh penghambatannya tidak
organ tumbuhan tersebut. Peningkatan jumlah nyata (Tabel 7).
serasah akan menaikkan pH tanah dan kandungan Gubali (1996) melaporkan bahwa senyawa
senyawa fenol, hal ini dapat menurunkan aktifitas alelokemi dari serasah tanaman akasia dosis 5 gram
dan pertumbuhan mikroorganisme tanah. Menurut (rendah) belum bersifat toksik memacu
Tambaru (1998) kandungan senyawa fenol pada pembentukan mikoriza, sedang pada dosis 20 gram
serasah mahoni cenderung lebih tinggi dengan (tinggi) bersifat toksik. Alelokemi sangat
meningkatnya waktu dekomposisi hingga minggu tergantung pada konsentrasi sekret metabolit
ketiga, setelah itu menurun. sekundernya, yang pada konsentrasi tinggi bersifat
Hasil akhir dekomposisi serasah berupa gas alelopati, sebaliknya pada konsentrasi rendah
karbondioksida, air dan NH3(NO3). Gas karbon- bersifat memacu aktivitas jasad renik tanah.
dioksida yang dihasilkan oleh mikroorganisme
tanah atau respirasi akar akan bereaksi dengan air
membentuk H2CO3 yang akan segera berdissosiasi KESIMPULAN
menjadi H+ + HCO3 (Larcher, 1995). Ion H+ akan
menurunkan pH tanah. Pada dekomposisi serasah Ekstrak jaringan segar kacang hijau tidak
juga dihasilkan asam-asam organik seperti asam berpengaruh nyata terhadap perkecambahan,
sitrat, asam oksalat, asam tartat, asam malat dan kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan
asam malonat. kecambah kedelai. Ekstrak serasah kacang hijau
Serasah memegang peranan penting dalam berpengaruh nyata dalam menghambat
memelihara produktivitas hutan, karena serasah pertumbuhan kecambah kedelai, tetapi tidak
dapat meningkatkan kelembaban tanah dan melalui berpengaruh nyata dalam perkecambahan dan
dekomposisi dapat menyumbangkan berbagai kecepatan perkecambahan kedelai.
mineral ke tanah, tetapi tidak menutup
kemungkinan adanya senyawa alelokemi yang
bersifat toksik terhadap tumbuhan yang berasosiasi DAFTAR PUSTAKA
dan mikroorganisme tanah. Senyawa alelokemi
yang dikeluarkan akan terakumulasi dalam tanah Berri, A.M.M. 1984. Germination and Dormancy: Wilkins,
M.B. (ed.) Advanced Plant Physiology. London:
Longman, ELBS.
36 BioSMART, Vol. 2, No. 2, Oktober 2000, hlm. 31-36
Bewley, J.D. dan M. Black. 1994. Seeds, Physiology of Stevenson, F.J. 1982. Humus Chemistry, Genesis,
Development and Germination. New York: Plenum Press. Composition, Reaction. New York: John Wiley and Sons.
Chung, Ill-Min dan D.A. Miller. 1995. Differences in Sumarno. 1992. Arti Ekonomis dan Kegunaan Kacang Hijau:
Autotoxicity among Seven Alfalfa Cultivars. Agron. J. Adisarwanto, T., Sugiono, Sunardi dan Achmad Winarto
87:596-600. (eds.). Kacang Hijau. Monograf Balittan Malang No. 9.
Dickinson, C.H. and G.J.F. Pugh. 1974. Biology of Plant Litter Tambaru, E. 1998. Pengaruh Dekomposisi Serasah Mahoni
Decomposition. London: Academic Press. (Swietenia macrophylla King.) terhadap
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1998. Fisiologi Lingkungan Perkecambahan Biji, Infeksi Mikoriza Vesikular-
Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arbuskular dan Pertumbuhan Bibit Akasia (Acacia
Gardner, F.P., R.B. Pearce dan R.L. Mitchell, 1991. Fisiologi mangium Willd.). Yogyakarta: Tesis, Fakultas Pasca
Tanaman Budidaya. Jakarta: UI Press. Sarjana Universitas Gadjah Mada.
Gubali, H. 1996. Pengaruh Serasah Acacia auriculiformis A. Tang, Chung-Shih dan Baochen Zhang. 1986. Qualitative dan
Cunn. Terhadap Pembentukan Mikoriza Vesikular- Quantitative Determination of The Allelochemical Sphere
Arbuskular dan Pertumbuhan Bibit Paraserianthes of Germination Mung Bean: Putnam, A.R. dan C. Tang.
falcataria (L.) Nielsen. Yogyakarta: Tesis, Fakultas Pasca (eds.) The Science of Allelopathy. John Wiley and Sons.
Sarjana, UGM. New York.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit Steenis, C.G.G.I. Van. 1975. Flora untuk Sekolah di
ITB. Indonesia. Jakarta: Pradya Paramita.
Larcher, W. 1995. Physiological Plant Ecology. Berlin: Vaughan, D. and R.E. Malcolm. 1985. Soil Organic Matter
Springer-Verlag. and Biological Activities. Dordercht: Martinus Nijhoff/
Leopold, A.C. and P.E. Kriedemann. 1981. Plant Growth and DRW Junk Publisher.
Development. New Delhi: Tata McGraw Hill Publishing Waller, G.R., C.S. Cheng, Chang-Hung Chou, D. Kim, C.F.
Company LTD. Yang, S.C. Huang dan Y.F. Lin. 1995. Allelopathic
Mead, R., R.N. Curnow, and A.M. Hasted. 1993. Statistical Activity of Naturally Occuring Compounds from Mung
Methods in Agriculture and Experimental Biology. Bean (Vigna radiata) and Their Surrounding Soil:
London: Chapman and Hall. Inderjit, K.M.M. Dakshini, and F.A. Einhellig (eds.)
Rice, E.L. 1984. Allelopathy. Academic Press, Inc. Orlando. Allelopathy, Organisms, Processes, and Applications.
Salisbury, F.B. dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ACS Symposium Series 582. Ames, Iowa.
Bandung: Penerbit ITB. Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: PT Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Gramedia.