Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang diperlukan, salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peran yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Rumah sakit sebagai salah satu bentuk pelayanan kesehatan memiliki tiga fungsi yaitu fungsi sosial, fungsi ekonomi dan fungsi ilmu pengetahuan Teknologi. Rumah sakit bertanggung jawab memberikan pelayanan yang cepat, tepat, akurat, terjangkau dan bermutu sesuai standar dan etika profesi, sehingga dapat menjadi acuan dan informasi serta memenuhi harapan dan kepuasan masyarakat. Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan masyarakat, berfungsi melayani masyarakat secara luas dalam bentuk jasa. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan manajemen rumah sakit menuntut karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Pasien yang datang baik untuk pelayanan rawat inap atau pun rawat jalan akan memberikan respon yang positif terhadap pelayanan pegawai yang baik, sehingga mampu meningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit. Hasil akhir dari keberhasilan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari tingkat Bed Occupancy Rate (BOR). Semakin tinggi tingkat BOR yang dicapai rumah sakit, dapat dijadikan indikator untuk menilai kinerja karyawan dalam melaksanakan

pengobatan dan perawatan pasien (DepKes.RI,2005) Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh (RSUD CND)

sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan utama di kabupaten Aceh Barat, merupakan rumah sakit tipe C. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh pada tahun 2010 jumlah tempat tidur 182, jumlah kunjungan rawat jalan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh sebanyak 48.677 orang, serta rawat inap 8.623 orang. Sedangkan hasil pelayanannya dapat dilihat dari BOR (Bed Occupancy Rate) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu waktu tertentu yang menunjukkan penurunan setiap tahun, tahun 2008 BOR 60 %, tahun 2009 BOR 59.77 % dan tahun 2010 hanya 53.24 %(Standar Depkes, > 75%). Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa tingkat pemanfaatan Rumah Sakit masih rendah. Dari hasil wawancara langsung dengan bagian kepegawaian RSUD dan pemantauan langsung didapat fakta bahwa para karyawan sering meninggalkan tugas pada saat jam kerja secara bergantian dengan berbagai alasan, datang

kembali setelah waktu istirahat tidak tepat waktu dan pulang sebelum jam kerja habis, dan sering sekali terjadi perlakuan diskrimimasi terhadap karyawan. Tinggi rendahnya tingkat kehadiran karyawan pada saat Apel pagi dipengaruhi oleh hadir tidaknya pimpinan Rumah sakit pada saat Apel pagi, sehingga menunjukkan kesadaran disiplin masih kurang serta beban kerja tidak merata. Disamping itu

dari 51 9 orang didapatkan juga bahwa 122 orang (23.5)% karyawan di RSUD Cut Nyak Dhien saat ini adalah karyawan yang baru selesai pendidikan dengan status sukarela dan 47orang (9 %) lagi adalah karyawan yang baru diangkat menjadi pegawai negeri dengan pengalaman bekerja di rumah sakit hampir tidak ada. Belum lagi sorotan dari masyarakat di media cetak tentang buruknya pelayanan yang diberikan para karyawan .(serambinews.com 2011)

Untuk mencapai sasaran yang diinginkan Rumah Sakit yaitu peningkatan kunjungan pasien, karyawan dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Gibson, 1997). Mengingat pentingnya kinerja karyawan dalam mencapai kinerja organisasi, maka perlu dikaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan kinerja karyawan untuk menunjang keberhasilan Rumah Sakit di kemudian hari. Upaya peningkatan kinerja karyawan menuntut peran manajemen dalam melakukan pendekatan kepemimpinan yang efektif, dimana keberhasilan Rumah Sakit sangat tergantung pada kemampuan pemimpinnya. Dengan kemampuan peminpin untuk menggerakkan organisasi diwujudkan dengan pelaksanaan yang mencapai sasaran,keputusan yang tepat dan baik, moral kerja yang tinggi dan kontribusi kerja yang dapat meningkatkan kualitas organisasi. Oleh karena itu, seorang pemimpin yang baik harus bisa menjadi motivator yang baik pula. Dengan demikian pemimpin dapat mempengaruhi karyawannya untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Kemudian dalam mengantisipasi permasalahan diperlukan seorang pemimpin yang dapat melihat kondisi dan kebutuhan karyawan (Steers, dalam Saribu. 2006). Dan dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa mengerti perilaku organisasi yang sedang dihadapinya sehingga ia mampu membawa organisasinya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama melalui pencapaian visi organisasi. Menurut Steers ( Saribu. 2006) manajer sebagai seorang pemimpin harus mampu menciptakan budaya organisasi yang kondusif, saling mendukung satu sama lain, saling menguatkan

yang akan membangkitkan energi organisasi dalam menghadapi era persaingan yang semakin kompetitif. Dalam mencapai tujuan organisasi, pimpinan menggunakan gaya kepemimpinannya. Gaya kepemimpinan adalah prilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin ketika mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya (Rivai, 2004). Peranan gaya kepemimpinan, dalam mempengaruhi kinerja karyawannya adalah pentingnya kepuasan kerja. Robbin (2003) menyatakan Kepuasan Kerja merupakan sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja. Menurut Sunarto (2004) kepentingan para manajer pada kepuasan kerja cenderung berpusat pada efeknya terhadap kinerjanya. Rumah Sakit perlu memperhatikan dan menciptakan kondisi adanya keseimbangan antara pencapaian tujuan individual karyawannya dimana salah satu tujauan individu karyawan adalah tercapainya kepuasan dalam bekerja. Pihak manajemen perlu mengetahui yang diinginkan oleh karyawan untuk meningkatkan kontribusi mereka dalam bekerja. Seorang karyawan dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menunjukkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya, dan seorang karyawan yang tidak puas akan menunjukkan sikap yang negatif terhadap pekerjaannya. Jika karyawan merasa puas terhadap perlakuan yang diterimanya di tempat kerja, maka mereka akan bersemangat untuk bekerja sebagaimana yang diharapkan sehingga akan meningkatkan kinerja mereka dan selanjutnya akan meningkatkan kinerja organisasi (Achmad, 2004).

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian diajukan adalah Adakah pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

1.3.Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengindentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh direktur RSUD Cut Nyak Dhein Meulaboh. 2. Adakah pengaruh gaya kepemimpinan Direktur terhadap Kinerja karyawan

pada RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Bagi Pihak Manajemen RSUD Cut Nyak Dhien : Sebagai informasi bagi pihak manajemen mengenai gaya kepemimpinan yang diterapkan di Rumah Sakit berdasarkan persepsi bawahan, kepuasan kerja dan kinerja karyawan, sehingga diharapkan dapat digunakan dalam program pembinaan karyawan dalam rangka peningkatan kinerja karyawan. 2. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan ilmu pengetahuan, terutama di bidang manajemen sumber daya manusia khususnya tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja karyawan. b. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang memfokuskan studi penelitian pada masalah yang sama di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai