Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM FARMASI FISIK I SIFAT KOLIGATIF

OLEH : KELOMPOK 3A
NAMA PRANITA WIDYANTI OCTAVIYA AYU A.C. ALDI NUGROHO YUSUF ANGGORO MUKTI NIM 18123384A 18123385A 18123386A 18123387A

Tanggal Praktikum : 6 Oktober 2012

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2012/2013

I. SIFAT KOLIGATIF II. TUJUAN 1. Memahami sifat koligatif larutan 2. Menentukan kenaikan titik didih suatu pelarut sebagai salah satu sifat koligatif III.DASAR TEORI Apabila zat terlarut yang tidak menguap dicampurkan dengan pelarut yang mudah menguap, uap diatas larutan hanya akan diberikan oleh pelarut saja. Zat terlarut mengurangi kecenderungan melepaskan diri dari pelarut berdasarkan hokum Roult, tekanan uap larutan yang terisi zat terlarut tidak menguap akan mengalami penurunan sebanding dengan bilangan relative dari molekul zat terlarut. Penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, tekanan osmosis dan kenaikan titik didih merupakan sifat koligatif larutan. Semua sifat tersebut hanya tergantung pada jumlah molekul zat terlarut yang ada dan tidak bergantung pada ukuran ataupun berat molekul zat terlarut. Kata koligatif berarti dikumpulkan bersama sama dan menunjukkan pada sekumpulan sifat-sifat umum yang dimiliki larutan encer. Sifat koligatif adalah sifat larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam larutan dan tidak tergantung jenis partikelnya. Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar yaitu 760 mmHg. Titik didih larutan yang mengandung zat terlarut yang tidak menguap adalah lebih tinggi daripada pelarut murninya dengan melihat kenyataan bahwa zat terlarut menurunkan tekanan uap pelarut. Seperti terlihat dalam kurva dibawah ini :

76 0

P P P

Tempertur

Kurva tekanan uap larutan terletak dibawah pelarut murni dan temperature larutan harus dinaikkan pada temperature diatas temperature pelarut murni dengan maksud untuk mencapai titik didih normal. Kenaikan titik didih terlihat pada gambar sebagai persamaan terhadap penurunan tekanan uap temperature ini dan ditulis sebagai : . perbandingan kenaikkan titik didih , pada kira kira konstan pada

Karena

konstan kenaikan titik didih dapat dianggap sebanding dengan

, yaitu penurunan tekanan uap relative. Menurut hokum Poult penurunan tekanan uap relative sama dengan fraksi mol zat terlarut sehingga

Karena kenaikan titik didih hanya bergantung pada fraksi mol zat terlarut maka ini adalah sifat koligatif. Dalam kondisi encer (1000/M1) sehingga persamaan (2) dapat ditulis : kira-kira sama dengan m/

Dimana:

Kalau dibuat grafik titik didih sebagai fungsi dari berat zat yang dilarutkan akan didapatkan suatu garis lurus dan gradient sehingga ..(6) Harga dapat diketahui jika massa molar dari zat terlarut diketahui. Jadi dapat diketahui

dari penentuan titik didih pelarut murni dan kenaikan titik didih larutan yang diketahui konsentrasinya, dapatlah ditentukan berat molekul dari zat terlarut dengan menggunakan persamaan : .. (7)

IV. ALAT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Labu alas bulat leher tiga Kondensor Leibigh Termometer Kaki tiga Statif Double klem Beker glass

8. Alumunium foil 9. Batu didih 10. Waterbath 11. Lampu spirtus 12. Neraca Elektrik 13. Corong glass 14. Selang

V. BAHAN 1. Klorofom 2. Naftalena atau asam borat

Gambar alat

Keterangan : 1. Corong glass 2. Kapas basah 3. Selang masuk 4. Kondensor Liebigh 5. Termometer 6. Labu alas bulat berleher tiga 7. Waterbath 8. Kaki tiga 9. Lampu spirtus 10. Statif

11. Selang keluar 12. Klem

VI. CARA KERJA 1. Rangkailah alat terdiri labu alas bulat berleher tiga, kondensor, kaki tiga, waterbath, statif, termometer dan lampu spirtus 2. Masukkkan kloroform sebanyak kira-kira 50ml kedalam beker glass tertutup alumunium foil kemudian timbang dengan teliti 3. Tuang kloroform ke dalam labu alas bualat dan masukkan 4 buah batu didih 4. Timbang kembali beker glass berserta tutup alumunium foilnya sehingga diketahui berat kloroform 5. Didihkan pelarut dengan hati-hati hingga tercapai titik didihnya (pelarut akan stabil mendidih setelah kurang lebih 10menit) 6. Kalau titik didih sudah tercapai baca suhunya pada thermometer setiap 2 menit 7. Timbang 8 buah naftalena 8. Masukkan satu pelet melalui salah satu lubang dari labu alas bulat dan tutup kembali, teruskan pembacaan suhu, catat suhu setelah 2kalu pembacaan nilainya tetap 9. Ulangi langkah 8 sampai kedelapan pelet larut 10. Buat grafik antara titik didih dengan berat naftalena yang ditambahkan 11. Kalau yang dicari adalah berat molekul suatu zat X, ulangi langkah 1 sampai 10 dengan pelarut murni dan zat yang tidak diketahui berat molekulnya

VII.

HASIL PRAKTIKUM A. DATA DAN PERHITUNGAN

Nama Sampel Kloroform Pelet 1

Suhu (C) 1. 60 2. 60 1. 61

Suhu rata-rata 333 K 334K

Berat Naftalena

1,7282 g

Pelet2

Pelet3 Pelet 4 Pelet 5

Pelet 6 Pelet 7

Pelet 8

2. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2. 1. 2. 3. 1. 2.

61 63 64 64 64 64 65 65 65 66 66 66 66 66 67 67 67 67

336,6 K

1,7014 g

337 K 338 K 338,67 K

1,7788 g 1,7655 g 1,7508 g

339 K 339,67 K

1,7478 g 1,7285 g

340 K

1,7746 g

BM naftalena = 128,16 Berat beker glass + tutup + kloroform = 128,7916 gram Berat beker glass + tutup Berat kloroform = 62, 2012 gram = 66, 5904 gram

Molalitas kloroform=

Pelet 1

Pelet 2

Pelet 3

Pelet 4

Pelet 5

Pelet 6

Pelet 7

Pelet 8

B. GRAFIK

VIII.

PEMBAHASAN

Kenaikan titik didih larutan adalah salah satu bentuk sifat koligatif larutan. Pengertian titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap cairan menjadi sama dengan tekanan luar yaitu 760 mmHg. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (Tb). Kenaikan titik didih larutan akan semakin besar apabila konsentrasi (molal) dari zat terlarut semakin besar. Roult menyederhanakan ke dalam persamaan Tb = kb . m Tb = kenaikan titik didih larutan kb = tetapan kenaikan titik didih molal pelarut (kenaikan titik didih untuk 1 mol zat dalam 1000 gram pelarut) m = molal larutan (mol/100 gram pelarut)

Perubahan titik didih atau Tb merupakan selisih dari titik didih larutan dengan titik didih pelarutnya, seperti persamaan : Tb = Tb Tb Hal yang berpengaruh pada kenaikan titik didih adalah harga kb dari zat pelarut. Kenaikan tidak dipengaruhi oleh jenis zat yang terlarut, tapi oleh jumlah partikel/mol terlarut khususnya yang terkait dengan proses ionisasinya. Untuk zat terlarut yang bersifat elektrolit persamaan untuk kenaikan titik didik harus dikalikan dengan faktor ionisasi larutan, sehingga persamaannya menjadi : Dimana n = jumlah ion-ion dalam larutan = derajat ionisasi

IX. KESIMPULAN Kb pellet 1 = 4,9 Kb pellet 2 = 8,9 Kb pellet 3 = 6,6 Kb pellet 4 = 6,1 Kb pellet 5 = 5,5 Kb pellet 6 = 4,8 Kb pellet 7 = 4,67 Kb pellet 8 = 4,07 Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kenaikan titik didih suatu larutan merupakan salah satu wujud sifat koligatif larutan, karena kenaikan dan titik didih ditentukan oleh jumlah partikel dalam

larutan bukan ditentukan oleh jenis partikelnya. Semakin banyak jumlah naftalena (dalam gram) yang ditambahkan kedalam kloroform, maka titik didih campuran akan semakin naik, dan titik didih campuran kloroform dan naftalena lebih tinggi dibanding titik didih kloroformnya saja.Titik didih turun karena panasnya kurang kloroform menguap.

X. DAFTAR PUSTAKA

Situs website : http://id.scribd.com/doc/99971162/sifat-koligatif Martin, A. N., Swarbick, J, dan Cammrata, J. 1990. Farmasi Fisika : Dasar-

Dasar Framasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi III, Jilid I, Penerbit UI, Jakarta, 8,309-31,454-459,559-637.

Martin, A, N., J., dan Cammrata, J. 1990. Farmasi Fisika : Dasar-dasar

Farmasi Fisika dalam Ilmu Farmasetika, diterjemahkan oleh Yoshita, Edisi III, Jilid 2, Penerbit UI, Jakarta, 724-817

Anda mungkin juga menyukai