Anda di halaman 1dari 3

Belanjakan Harta karena Allah

Abu Thalhah adalah seorang anshar terkaya di Madinah. Hartanya banyak melimpah-ruah. Dan kekayaan yang paling di sukainya adalah sebuah taman yang dinamainya Bairaha. Letaknya berhadapan dengan masjid, dan bahkan Rasulullah saw pernah masuk ke dalam taman itu dan meminum airnya. Ternyata air itu rasanya manis. Ketika turun ayat, "Sekali-kali kamu tidak dapat mencapai kebajikan yang sempurna sehingga kamu nafkahkan sebagian hartamu yang kamu cintai..." (QS Ali 'Imran: 92) maka Abu Thalhah menemui Rasulullah saw, untuk mensedekahkan harta yang paling disukainya itu. Turunnya wahyu surah Ali Imran: 92 itu, bagi Abu Thalhah dirasa sebagai teguran untuk dirinya. Betapa besarnya ketaatan dan kepatuhan Abu Thalhah terhadap hukum Allah ini. Keyakinannya akan karunia Allah yang besar menyebabkan ia tidak segan sedikitpun untuk menyerahkan harta yang paling dicintainya. Tidak ada timbang-pikir panjang yang dapat mengurangi keyakinannya. Di hadapan matanya yang ada hanyalah betapa karunia Allah dan berkah-Nya akan melimpah bila perintah itu dipatuhinya. Ia meyakini penuh, di balik perintah Allah itu tersembunyi pemberian yang jauh lebih berharga dari apa yang dimiliki dan dikaguminya. Allah akan melimpahkan rezeki dan mengganti barang yang telah diinfaqkan dengan sesuatu yang lain yang lebih istimewa. "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan pembayarannya kepada mereka. Dan bagi mereka pahala yang banyak." (QS al-Hadiid: 18) Berinfaq pada dasarnya suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Fungsinya agar hamba-hamba Allah merasa terus berhubungan mesra dengan penciptanya. Supaya terasa bahwa Allah itu selalu mengiringi gerak langkah yang kita ayun. Ke mana saja berjalan dan di mana saja berada, senantiasa Allah mengawasi dan mendampingi. Itu yang perlu selalu dirasakan. Fungsi lain dari infaq adalah sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul, dan untuk memperoleh rahmat dari Allah berupa surga. Bila kita termasuk orang-orang yang didoakan Rasulullah saw niscaya akhir dari kehidupan kita akan memperoleh kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang tiada tara. Jangan keliru Dalam menginfaqkan harta jangan sampai salah alamat. Berikanlah kepada orang-orang yang telah Allah kabarkan dalam al-Qur'an. Allah memerintahkan untuk menginfaqkan harta kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang sedang dalam perjalanan, orang-orang yang meminta-minta, orang-orang fakir yang terikat jihad di jalan Allah, dan orang-orang yang terlilit utang. Tidak tepat sasaran bila menginfaqkan harta kepada orang orang yang mampu dan tidak membutuhkannya. Atau kepada orang-orang yang telah mencicipi kesenangan dunia dan bergelimang dengan kekayaan. Pemberian yang salah alamat itu hanya menghasilkan kesiasiaan karena Allah tidak mensyariatkannya.

Dengan penuh keikhlasan Menafkahkan harta kepada orang-orang yang telah ditentukan Allah haruslah dengan keridhaan, karena Allah semata. Janganlah menyembut-nyebutnya dan menyakiti hati perasaan si penerima. Orang yang menginfaqkan harta tapi mengiringinya dengan rasa riya, ingin dipuji dan disanjung, Allah swt umpamakan seperti meletakkan tanah di atas batu licin, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat hingga bersih dan licin kembali. Suatu kerugian perniagaan bila demikian halnya. Bukan keuntungan yang didapat, tapi kebangkrutan. Orang seperti demikian, Allah gambarkan pula seperti seorang yang mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Kebun itupun ditumbuhi pula segala macam buah-buahan. Orang tersebut umurnya semakin tua, sedang dia mempunyai anak yang masih kecil-kecil. Kebun tersebut sudah dipersiapkan untuk bekal anak-anaknya. Namun tibatiba ditiup angin keras yang mengandung api, hingga terbakar. Sedang harta yang dinafkahkan hanya untuk Allah dan karena Allah, Dia umpamakan seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram air hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis pun sudah cukup memadai. Inilah perniagaan yang sangat menguntungkan. Perolehan labanya berlipat-ganda. Hasil perdagangan yang memuaskan, menenteramkan dan menyenangkan. Dengan rasa ridha dan ikhlas dalam menafkahkan harta, akan muncul suatu kenikmatan yang begitu besarnya. Jiwa terasa lapang dan bersih. Ada muncul ketenangan, keteguhan dan kenyamanan hidup, dan perasaan yang selalu memberikan hiburan tersendiri. Yang dapat beramal seperti itu hanyalah orang yang memiliki iman di hatinya. Tanpa iman, pembelanjaan harta selalu dengan hanya perhitungan untung rugi di dunia. Orang-orang kafir menafkahkan hartanya selalu mempunyai harapan-harapan di balik itu. Ada strategi dan nilai politisnya. Ada tujuan dan cita-cita yang akan digapai. Ada keinginan yang harus terealisir, dst. Bahkan yang lebih tragis, mereka itu menafkahkan harta kekayaannya untuk menghalangi orang dari jalan Allah. Mereka berikan harta kekayaannya kepada orang atau organisasi-organisasis yang memusuhi ummat Islam. Atau kepada negara-negara yang menindas kaum yang mengabdi kepada Allah. Bukan rahasia lagi, bahwa kaum kuffar Amerika dan negara-negara Eropa telah berlangsung begitu lama mengucurkan hartanya kepada orang-orang Israel yang menjegal kaum muslimin. Allah swt mewanti-wanti kita untuk tidak risau. Bahkan suatu saat mereka akan dikalahkan. "Sesungguhnya orang-orang kafir itu, manafkahan harta mereka untuk menghalangi dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka. Dan mereka akan dikalahkan. Dan ke neraka jahanamlah orang-orang yang kafir itu di kumpulkan." (QS al-Anfal: 36)

Minat Baca Ummat Islam?


Indonesia, ditilik dari jumlah penduduk dan jumlah terbitan buku per tahunnya, masing sangat jauh ketinggalan dari negara yang kini dikatagorikan maju. Jumlah buku baru per tahun berkisar 3 juta buah, dengan 1000 judul. Bandingkan dengan jumlah penduduk negeri ini yang hampir mencapai 200 juta orang. Berapa persen yang membaca perkembangan terbaru dari bukubuku? Lebih memprihatinkan lagi bila ditinjau lebih mendalam, bahwa ternyata sebagian besar dari buku-buku yang terbitan baru itu merupakan karya terjemahan. Sebenarnya ini tidak terlalu jadi masalah, bila yang diterjemahkan juga buku-buku baru. Ternyata, sebagian merupakan buku terbitan lama, lebih lima tahun lalu. Karena bagian terbesar dari 200 juta orang Indonesia itu ummat Islam, maka dapat disimpulkan bahwa peminat buku di kalangan kita juga cukup payah. Silakan dihitung sendiri, berapa judul buku kita tuntaskan baca dalam setahun terakhir? Jangan-jangan tidak se-judulpun! Bila demikian, apakah kita juga bersedia menghitung, dikemanakan waktu kita di luar kesibukan rutin yang berhubungan dengan pekerjaan dan kewajiban kita kepada Allah --termasuk di dalamnya, bertadarrus al-Qur'an? Bila masih ada kesempatan untuk membaca majalah atau koran, masih lumayan. Tetapi jangan-jangan waktu kita hanya habis untuk menonton televisi, yang 90% isinya hanya hiburan. Sudah saatnya kita sadar. Mari kita isi otak dan pikiran kita dengan segala sesuatu yang bermanfaat. Ingatlah kita, bahwa di antara yang menyebabkan prestasi anak sekolah menurun, adalah ketagihan mereka untuk menonton televisi. Porsi untuk berpikir bagi penonton layar kaca ini sangat sedikit. Informasi yang tersaji, sudah sangat jelas, baik bunyi, angka, warna, maupun bentuknya. Kapan pemirsa diajak untuk berpikir, setidaknya membayangkan dan menganalisa kemungkinan? Jangan-jangan kita jadi tambah bodoh dan manja, bila setiap hari menghadapi hal-hal demikian, seperti penikmat film kartun yang dicocok hal-hal tak rasionalpun mau saja menerima. Ummat Islam, sekali lagi, sudah saatnya sadar. Mari kita isi hari-hari kita dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. Baca al-Qur'an dan menelaahnya, jangan pernah dilupakan, dengan menyediakan waktu rutin yang jelas setiap hari. Inilah sumber spirit dan penyeimbang hati nurani kita. Kemudian, beri kesempatan otak untuk menambah pengetahuan yang terus berkembang. Telan informasi-informasi yang penting, sesuai dengan kondisi yang kita hadapi. Baru bila masih ada waktu sisa, bisa diisi dengan membaca informasi lain-lain. Jangan dibalik, yang pertama adalah mencari tahu kebenaran gosip pertunangan artis A dengan aktor B. Apa gunanya? Biar tak pernah tahu juga tidak akan pernah rugi sama sekali, dunia akhirat. Minat ingin tahu itu barulah merupakan permulaan. Bila telah memasyarakat, barulah pengembangan di bidang-bidang lain -- yang kita juga ketinggalan-- bisa dilakukan. Jangan lupakan printah Allah, iqra'!

Anda mungkin juga menyukai