Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

Laporan praktikum ke : 3 Integrasi Proses Nutrisi

Hari / Tanggal Tempat Praktikum Nama Asisten

: Kamis/15 Maret 2011 : Laboratorium BFM :

AKTIVITAS ENZIM M Nurhadi R D14090108

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel hidup. Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu. Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan atau nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada mulanya enzim dianggap hanya terdiri dari protein dan memang ada enzim yang ternyata hanya tersusun dari protein saja. Misalnya pepsin dan tripsin. Tetapi ada juga enzim-enzim yang selain protein juga memerlukan komponen selain protein. Komponen selain protein pada enzim dinamakan kofaktor. Koenzim dapat merupakan ion logam atau metal, atau molekul organik yang dinamakan koenzim. Gabungan antara bagian protein enzim (apoenzim) dan kofaktor dinamakan holoenzim. reaksi enzimatis hanya berjalan optimal pada kondisi suhu tertentu dan dalam keadaan tertentu pula. Perubahan suhu dan pH mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting. Hasil reaksi enzim juga dapat menghambat kecepatan reaksi. Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10 C, menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Tujuan Mengetahui pengaruh suhu dan lama perlakuan suhu terhadap aktivitas enzim urease dalam mengkatalis reaksi kimia.
O

TINJAUAN PUSTAKA Enzim Enzim adalah molekul non hayati yang disekresikan oleh seluruh sel hidup baik tanaman, hewan, ataupun mikroba. Di dalam sel, enzim memudahkan ribuan reaksi kimia yang memungkinkan sel untuk hidup, memperbaiki, dan membuang produk limbahnya, serta berkembang biak. Ada empat khas sifat enzim yaitu, enzim bewrsifat sangat aktif walaupun konsentrasinya sangat rendah, sangat selektif, bekerja pada keadaan reaksi yang ringan (tanpa suhu atau tekanan tinggi dan tanpa logam yang umumnya beracun), dan sifat yang terakhir adalah hanya aktif pada selang suhu atau pH yang sempit (diluar selang ini protein enzim menjadi tidak aktif). Enzim dapat disebut sebagai protein karena struktur tertiary enzim sama dengan struktur tertiary dari protein globular (Suhartono, 1987). Enzim urease Urease merupakan enzim yang menghidrolisis urea menjadi CO2 dan NH3. Reaksinya adalah NH2CONH2 + H2O CO2 + 2 NH3. Aktivitas urease meningkat sebanding dengan peningkatan suhu dari 10 40 C. Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila tanah dipanaskan selama 24 jam sehingga suhu mencapai 105 C (Wandansari, Niken rani, 2006 ). Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal bagi organisme untuk menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai sumber N. Mikroba yang mensintesis urease adalah golongan bakteri, beberapa fungi dan aktinomicetes, serta tanaman tingkat tinggi seperti jack beans dan kedelai (Wandansari, Niken rani, 2006 ). Kacang kedelai Kedelai dan jack beans merupakan sumber terbaik penghasil urease. Enzim merupakan protein yang akan mengalami denaturasi pada suhu yang tinggi. Pada umumnya, enzim akan rusak apabila suhu mencapai >60 C. Pada suhu rendah (mendekati titik beku), biasanya enzim menjadi tidak aktif tetapi tidak rusak. Enzim memiliki suhu yang optimum agar dapat berfungsi dengan maksimal (Suhartono, M, 1987)

Kacang Tanah Kebutuhan akan kacang tanah (Arachis hypogaea) sebagi salah satu produk pertanian tanaman pangan setahun, diduga masih perlu ditingkatkan sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk. Kemungkinan terjadinya peningkatan permintaan dicerminkan dari adanya kecenderungan meningkatnya kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi langsung dan untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku industri hilirnya, antara lain untuk industri kacang kering, industri produk olahan lain yang siap dikonsumsi baik dalam bentuk asal olahan kacang, dalam campuran makanan dan dalam bentuk pasta (wahyuwidodo, 2010). Salah satu hasil ikutan produksi kacang tanah adalah bungkil kacang tanah. Bungkil kacang tanah merupakan limbah hasil pengolahan kacang tanah menjadi minyak. Peranan bungkil kacang tanah menjadi pakan ternak terutama unggas tidak terlalu besar. Pemanfaatan bungkil kacang tanah ini terutama di daerah sekitar industri minyak kacang tanah. Pemanfaatan bungkil kacang tanah dapat digunakan sebagai pakan ternak karena sangat murah dan mempunyai nilai gizi yang cukup tetapi mempunyai pembatas penggunaan berupa anti nutrisi anti tripsin apabila tidak disimpan dengan baik. Kandungan protein kacang tanah (23,1 %) (wahyuwidodo, 2010). Cairan Rumen Menurut Czerkawski ( 1986 ), menyatakan bahwa sebagian besar mikroba rumen bersifat anaerob dan kebanyakan species yang diisolasi dari rumen sangat sensitive terhadap O2 meskipun dalam jumlah yang kecil. Menurut Church ( 1979 ), menyatakan bahwa cairan rumen mengandung enzim alfa amylase, galaktosidase, hemiselulosa dan selulosa. Rumen merupakan tabung besar untuk menyimpan dan mencampur ingesta bagi fermentasi mikroba. Kerja ekstensif bakteri dan mikroba terhadap zat-zat makanan menghasilkan produk akhir yang dapat diasimilasi. Kondisi dalam rumen adalah anaerobik dengan temperature 38-420C. tekanan osmosis pada rumen mirip dengan tekanan aliran darah, pH dipertahankan oleh adanya absorpsi asam lemak dan amoniak. Saliva yang masuk kedalam rumen berfungsi sebagai buffer dan membantu mempertahankan pH tetap pada 6,8. Saliva bertipe cair, membuffer asam-asam, hasil fermentasi mikroba rumen. Selain itu juga

saliva merupakan zat pelumas dan surfactant yang membantu didalam proses mastikasi dan ruminasi. Saliva mengandung elektrolit-elektrolit tertentu seperti Na, K, Ca, Mg, P, dan urea yang mempertinggi kecepatan fermentasi mikroba. Sekresi saliva dipengaruhi oleh bentuk fisik pakan, kandungan bahan kering, volume cairan isi perut dan stimulasi psikologis ( Arora, 1989 ).

MATERI dan METODA Materi Wadah plastik, termometer, penangas air (Waterbath), lemari es, oven, timbangan analitik kasar, spoit 1 ml, sendok. Larutan urea 2%, tepung kacang kedelai, kedelai sangrai, kacang tanah, dan cairan rumen. Prosedur A. Pengaruh Suhu Terhadap Enzim Pada Kacang Kedelai Timbang 1 gram tepung kacang kedelai ke dalam wadah plastik Tutup dan biarkan selama 15 menit pada suhu 0 C, 4 C, 25 C, 50 C, dan 75C Pipet larutan urea 2 % ke dalam wadah plastik lain Tutup dan biarkan selama 15 menit Setelah 15 menit, campurkan larutan urea dengan kacang kedelai Setiap 0, 5, 10, 15 menit, cium bau dari campuran tersebut Untuk suhu 0 C dan 4 C, bahan ditaruh di dalam kulkas Untuk suhu 50 C ditaruh di dalam oven 60o C Untuk suhu 75C taruh di dalam waterbath Suhu 25 C merupakan suhu ruang

B. Mengetahui Pengaruh Suhu Ruang Pada Aktivitas Enzim Kelompok Kacang-kacangan Masing-masing timbang 1 gram kacang merah, kacang tanah, dan kacang hijau. Kemudian dimasukkan dalam wadah plastik yang terpisah Biarkan dalam suhu ruang selama 15 menit Pipet larutan urea 2 % ke dalam wadah plastik lain Tutup dan biarkan selama 15 menit Setelah 15 menit, campurkan larutan urea ke dalam kacang Setiap 0, 5, 10, 15 menit, cium bau dari campuran tersebut Lakukan perlakuan yang sama terhadap larutan rumen.

HASIL dan PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim pada kacang kedelai

Suhu (OC) Waktu (menit) 0 0 5 10 15 ++ ++ ++ 4 + ++ ++++ 25 + +++ ++++ ++++ 50 + + + 75 ++++ +++ ++

Tabel 2. Pengaruh suhu ruang pada aktivitas enzim kelompok kacang-kacangan dan cairan rumen Nama Bahan Kacang hijau Kacang tanah Kacang kedelai sangrai Rumen Praktikan I +++ +++ II +++ ++ III +++ ++ IV Tdk ada +++ Tdk ada ++++ Rata-rata +++ +++

Keterangan

+ ++ +++

tidak ada ada sedikit ada ada (menyengat)

++++ ada (menyengat sekali)

Pembahasan Pada praktikum yang pertama, praktikan mengamati pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim urease pada kacang kedelai. Dapat dilihat hasil pengamatan pada tabel 1, bahwa enzim bekerja secara optimal pada suhu 25C atau suhu ruang dan pada reaksi saat 150 C. Pada suhu yang terlalu rendah (0 menit dan 5 menit), enzim bekerja sangat lambat. Semakin tinggi suhu maka aktivitas enzim semakin optimum. Pada suhu yang terlampau tinggI (75C), enzim dapat rusak karena dan menyebabkan denaturasi, akan tetapi pada suhu 500C enzim tidak bereaksi, hal ini disebabkan oleh tidak maksimalnya oven yang bekerja dan kurang telitinya praktikan. Pada praktikum yang kedua, praktikan mengamati pengaruh suhu ruang pada aktivitas enzim kelompok kacang kedelai sangrai, kacang hijau, rumen dan kacang tanah. Respon urease hanya terlihat pada sampel rumen dan kacang tanah sedangkan semua sampel sample tidak menimbulkan reaksi yang menimbulkan bau NH3. Kacang kedelai lah yang enzimnya paling banyak bekerja. Kedelai dan jack beans merupakan sumber terbaik penghasil urease. Sedangkan pada kacang kacangan lainnya enzim tidak bekerja. Urease secara alami sudah terdapat di dalam kedelai mentah, maka selanjutnya terjadi reaksi yang akan melepaskan amonia dari urea. Berbeda halnya dengan rumen, rumen juga menghasilkan aktivitas urease dan menghasilkan bau amoniak seperti pada kacang kedelai. Suhu rendah yang mendekati titik beku biasanya tidak merusak enzim. Pada suhu dimana enzim masih aktif, kenaikan suhu sebanyak 10 C, menyebabkan keaktifan menjadi 2 kali lebih besar (Q10 = 2). Pada suhu optimum reaksi berlangsung paling cepat. Bila suhu dinaikan terus, maka jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi. Enzim didalam tubuh manusia memiliki suhu optimum sekitar 37 C. Enzim organisme mikro yang hidup dalam lingkungan dengan suhu tinggi mempunyai suhu optimum yang tinggi. Sebagian besar aktivitas enzim berkurang pada pemanasan sampai > 50 C. Ini disebabkan karena proses denaturasi enzim. Dalam beberapa keadaan, jika pemanasan dihentikan dan enzim di dinginkan kembali aktivitasnya akan pulih. Hal ini disebabkan oleh karena proses denaturasi masih reversible. pH dan zat-zat
o o O

pelindung dapat mempengaruhi denaturasi pada pemanasan ini. (Grafik hasil pengamatan terlampir).

KESIMPULAN Setelah melakukan pengamatan tentang pengaruh suhu terhadap kerja enzim, dapat disimpulkan bahwa enzim dapat bekerja secara optimal pada suhu tertentu. Pada suhu yang terlampau tinggi, maka enzim tersebut tidak akan bekerja karena rusak. Sebaliknya, pada suhu yang rendah atau mencapai titik beku, enzim juga tidak akan bekerja karena enzim tersebut tidak aktif tetapi tidak rusak. Pada pengamatan dengan pengaturan suhu yang berbeda reaksi enzim sudah dapat terlihat pada menit ke-0 yaitu pada suhu 250 C. Reaksi yang menunjukkan peningkatan secara significant hanya terlihat pada suhu 250 C. Pada percobaan mengenai enzim urease pada kacang kacangan lain tidak menunjukkan aktivitas enzim. Aktivitas enzim akan menimbulkan bau amoniak. Tetapi, pada perlakuan rumen menimbulkan aktivitas enzim yang dapat menimbulkan bau amoniak.

DAFTAR PUSTAKA

Aurora, SP. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Biokimia FK-UI.1976. Penuntun praktikum biokimia edisi 4 hal 98-112.Jakarta Church, D.C. 1979. Digestiva Physiology and Nutrition of Ruminant.2nd Edition. Oxford Press, Oregon. Czerkwaski, J.W. 1986. An Introduction to Rumen Studies.The Hannah Research Institute Ayr. Scotland. Rukmana, R., 2004. Kacang Hijau: Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Suhartono, Maggy T.1987. Pengetahuan biokimia. PAU Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor Wandansari, Niken rani.2006. Aktivitas enzim urease pada beberapa tanah di Indonesia.Skripsi. Institut Pertanian Bogor

Tabel 1. Perlakuan suhu dan waktu

Suhu

Waktu (menit) 0

Amonia + + +++ ++++ + ++ +++ + ++ +++ + ++ +++ ++++

0oC

5 10 15 0

4oC

5 10 15 0

25oC

5 10 15 0

50oC

5 10 15 0

75oC

5 10 15

Grafik 1. Perlakuan suhu dan waktu

4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0 menit 5 menit 10 15 menit menit

suhu 0 C suhu 4 C suhu 25 C suhu 50 suhu 75

Tabel 2. Perlakuan waktu Sampel Waktu 0 Tepung kedelai 5 10 15 0 Kedelai sangrai 5 10 15 0 Kacang tanah 5 10 15 0 Cairan rumen 5 10 15 Ammonia + ++ +++ ++ ++ +++ ++++

Grafik 2. Perlakuan waktu

4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 0 menit 5 menit 10 menit 15 menit

cairan rumen kacang tanah kedelai sangrai tepung kedelai

Keterangan tabel 1 dan 2 : + ++ +++ ++++ : tidak bau tengik : sedikit berbau : sedang : bau : sangat bau

Anda mungkin juga menyukai