Anda di halaman 1dari 6

Jam karet adalah istilah yang merujuk kepada konsep elastisitas waktu, di mana sebuah waktu yang telah

ditentukan bukan merupakan sesuatu yang pasti, melainkan sesuatu yang dapat diundur-undur(dianalogikan dengan direnggangkan seperti karet) sehingga lebih bersifat sebagai penanda suatu jangka masa yang berkisar pada waktu tersebut. Banyak orang berpendapat jam karet adalah salah satu bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menjadi terbiasa dengan waktu yang fleksibel sebagai akibat budaya jam karet. Hal ini bisa kita amati pada acara pernikahan atau pertemuan/rapat. Masyarakat kita kebanyakan malu ketika datang paling awal pada suatu acara, sehingga mereka memilih datang paling akhir. Mereka rata-rata tidak peduli dengan akibat yang mereka pebuat. Padahal budaya semacam ini bisa berujung pada masalah degradasi moral, yaitu tentang rasa hormat atau sopan santun pada si tuan rumah. Tak pelak budaya jam karet ini sampai juga pada masalah janji bertemu dengan seseorang. Orang-orang ini biasanya memiliki seribu alasan untuk membela diri seperti macet, ban kempes, motor mogok, dan lain-lain. Kita harus menyadari bahwa waktu tidak bisa kembali, pada laporan ini disajikan tentang uraian, sebab, akibat, dan rekomendasi solusinya. A. Uraian Setiap bangsa menganggap penting masalah waktu. Orang barat mengandaikan waktu sebagai uang. Mereka mengatakan time is money, waktu adalah uang. Orang arab mengandaikan waktu sebagai pedang. Sebagai pedang, orang arab menganggap waktu dapat membabat diri kita,bahkan leher kita. Hanya orang Indonesia yang sangat toleranterhadap masalah pelanggaran waktu. Alon-alon waton kelakon. Pelan-pelan asal tercapai. Demikian motto orang atau suku jawa-yang sering dianggap sebagai wakil orang Indonesia karena jumlahnya yang mayoritas. Karena sangat toleran terhadap pelanggaran waktu, sangat mudah dijumpai adanya kebiasaan jam karet, suatu kebiasaan tidak menepati waktu. Jam karet dapat diartikan sebagai penguluran waktu beberapa saat lamanya di luar waktu yang telah ditetapkan. Contoh kasus jam karet banyak ditemukan ketika orang harus masuk jam kerja, mengikuti rapat atau pertemuan, memenuhi janji, dan lainnya yang dalam kenyataannya terlambat dari jadwal yang harus dipenuhi. Banyak di antara karyawan yang sering datang pukul 10.00 WIB, padahal jam kerja dimulai pukul 07.30 WIB. Bahkan mahasiswa yang tidak peduli saat masuk kelas pada pukul 07.30 WIB padahal kuliah dimulai pada pukul 07.00 WIB.

Perlu diingat, Islam sendiri mendorong umatnya untuk menghargai waktu. Dalam Alquran Surat Al-Ashr ayat 1-3, Allah SWT menekankan pentingnya waktu: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholeh dan nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran. Dengan ayat itu dapat disimpulkan bahwa Islam sangat mendorong agar umat manusia dapat mempergunakan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan perbuatan baik. Mereka yang menggunakan waktu secara tepat, baik dan benar, akan beruntung. Dan mereka akan merugi bila menyia-nyiakan atau mempergunakan waktu secara serampangan. Salah satu penggunaan waktu secara serampangan adalah kebiasaan jam karet tadi. Sering terjadi pada kita atau orang-orang terdekat dari kita selalu datang dalam suatu pertemuan secara seenaknya. Itulah yang tergolong pelanggan jam karet. B. Sebab Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal itu terjadi, yaitu: 1) Karena yang bersangkutan memiliki kepribadian yang membutuhkan pengawasan dari orang lain, sementara pihak lain tidak mengawasinya atau tidak menjalankan tugas pengawasan semestinya. Dalam psikologi, dikenal sifat kepribadian manusia yang disebut pusat kendali eksternal(external locus of control). Orang yang mempunyai sifat kepribadian itu beranggapan, faktor-faktor di luar dirinya yang menentukan keberhasilan hidupnya. Mereka mempercayai, bekerja keras, menepati waktu dan bekerja penuh disiplin bukanlah faktor utama keberhasilan. Mereka enak saja terlambat. Tetapi mereka juga sadar, kalau ingin berhasil,, harus menyenangkan atasan. Maka bila atasan memberikan pengawasan yang ketat, mereka akan tepat waktu; dan begitu pula sebaliknya. 2) Kecenderungan masyarakat untuk rikuh dan tidak berterus terang. Sifat rikuh ditandai dengan adanya perasaan segan untuk mengatakan/memperingatkan perbuatan orang lain yang dianggap kurang wajar. Keseganan ini akibat adanya kekhawatiran bahwa teguran yang disampaikan akan membuat orang lain memnjadi tersinggung perasaannya. Sifat demikian akan membuat orang tidak bersedia mengkritik kebiasaan jam karet.

3) Orang-orang yang ada di samping seseorang, juga atasan atau dosennya, bukan lingkungan yang menuntut seseorang tersebut menepati waktu. Dalam kenyataan, terkadang seseorang datang dalam suatu pertemuan dengan tepat waktu. Tapi dikarenakan orang lain selalu terlambat datang dan ia selalu bengong menunggu, maka ia tidak ingin kebengongan itu terjadi lagi nantinya. Di belakang hari, akhirnya ia mengembangkan kebiasaan memolorkan waktu sebagai cara menyikapi apa yang terjadi di sekitarnya. Jam karet seperti sudah menjadi budaya di Indonesia. Janjian rapat, arisan, kerja kelompok, dan pertemuan-pertemuan lainnya tidak lengkap rasanya jika tidak ada oknumoknum yang melakukan jam karet ini. Entah dari mana asalnya kebiasaan jam karet menjadi salah satu ciri khas orang Indonesia. Ada beberapa faktor pula yang mungkin jadi pendukung terjadinya kebiasaan ini di Indonesia, yaitu: 1) Mungkin karena keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis dengan tanah yang subur dan kekayaan alam yang melimpah ruah menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang pemalas, yang dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan. Sehingga sikap santai, tenang, dan tentram menjadi tabiat bangsa ini yang kemudian melahirkan kebiasaan jam karet. 2) Bangsa kita dulunya juga dikenal sebagai bangsa yang ramah dan sangat tolerir, sehingga dengan mudahnya memaafkan keterlambatan seseorang. Namun kedua alasan tersebut sepertinya tidak bisa lagi menjadi alasan bagi manusia zaman sekarang. Saat ini alam Indonesia juga sudah menjadi alam yang keras di mana terjadi kompetisi yang ketat di berbagai aspek kehidupan. Begitu pula keramahan dan toleransi masyarakat Indonesia saat ini dipertanyakan seiring dengan meningkatnya aksi anarkisme dan kriminalitas yang terjadi. Sebab, jika ditinjau dari sudut etika, seseorang yang melakukan jam karet adalah orang yang mementingkan kepentingan sendiri. Ada benturan kepentingan yang terjadi antara kepentingan pribadinya dan kepentingan umum. Orang yang berperilaku jam karet merasa harus menyelesaikan urusannya dulu sampai tuntas baru memikirkan urusan lainnya yang bersifat umum. Perilaku ini juga erat kaitannya dengan tingkat kedisiplinan seseorang; kesadaran akan pentingnya komitmen yang telah dibuat; dan sikap penghargaan terhadap waktu yang terus berjalan dan tidak akan tergantikan. Faktor-faktor ini berkaitan erat pula dengan pendidikan yang ditanamkan oleh keluarga sejak kecil. Dalam hal ini teladan dari orang yang lebih tua,

ajaran maupun kondisi hubungan antar anggota keluarga berperan dalam pembentukan karakter seorang anak. C. Akibat Akibat jam karet tidak bisa dipungkiri memiliki dampak yang signifikan dalam kehidupan manusia. Jadwal-jadwal acara yang menjadi molor pelaksanaannya

mempengaruhi jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan berikutnya. Seseorang yang terlambat bangun pagi akan berdampak pada terlambat mandi, sarapan, berangkat sekolah, dan seterusnya yang akan mengakibatkan hari itu menjadi suatu hari yang kurang sukses bagi dirinya. Kebiasaan jam karet memberikan dampak negatif yang lebih besar lagi jika dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jabatan penting dalam masyarakat atau top management dalam suatu perusahaan. Semakin tinggi jabatan/tanggung jawab yang diemban seseorang, semakin besar pula dampak yang akan terjadi jika orang tersebut memiliki kebiasaan jam karet. Meskipun pada dasarnya semua orang harus waspada terhadap perilaku jam karet, pejabat publik dan pelaku bisnis merupakan orang-orang yang harus memiliki kewaspadaan yang lebih terhadap perilaku ini. Sebagai orang yang memiliki tangggung jawab kepada publik atas pelayanan publik yang diberikan instansinya, pejabat publik, aparat pemerintahan atau yang sejenisnya seharusnya benar-benar menjaga tingkah lakunya dari kebiasaan jam karet. Apa jadinya jika polisi lalu lintas terlambat datang ke suatu titik kemacetan untuk segera mengatur lalu lalang kendaraan yang melewati titik tersebut? Apa jadinya pula jika pemadam kebakaran datang terlambat sehingga rumah-rumah sudah terlebih dahulu hangus terbakar? Begitu juga yang terjadi pada para pelaku bisnis. Businessman kita yang bermitra dengan pebisnis dari mancanegara terutama Jepang dan Eropa pasti sudah paham mengenai arti pentingnya tepat waktu. Pebisnis yang berasal dari luar negeri sering mengeluhkan budaya orang Indonesia yang jam karet baik itu di saat meeting, maupun pada saat pengiriman order barang pesanan ke luar negeri. Pengiriman pesanan baju musim dingin yang terlambat sehingga tiba di negara tujuan ketika menjelang musim semi menjadi salah satu contoh jam karet yang dilakukan pebisnis kita. Mereka yang merasa dirugikan akhirnya membatalkan kontraknya yang mengakibatkan kerugian di pihak pebisnis dalam negeri. Sikap tidak komitmen terhadap waktu merupakan sikap yang tidak terpuji, dan merupakan pelanggaran etika yang pastinya akan menghasilkan dampak walau sekecil

apapun. Perilaku jam karet merupakan salah satu bentuk sikap sepele yang mengajarkan manusia untuk tidak jujur, tidak disiplin, dan korupsi waktu yang pada gilirannya nanti akan menjelma menjadi budaya korupsi kelas kakap yang membahayakan bangsa dan negara. Bahkan disinyalir budaya jam karet ini merupakan salah satu budaya yang menghambat kemajuan bangsa dan negara. Banyak didiskusikan bagaimana perkembangan pembangunan yang terjadi di Indonesia dibandingkan dengan Vietnam. Indonesia dinilai mengalami hambatan dalam pembangunannya salah satunya dikarenakan budaya jam karet. Berbeda dengan Vietnam, masyarakat Vietnam dinilai memiliki semangat kerja dan gairah hidup yang tinggi yang menyebabkan pembangunannya berkembang lebih pesat dibandingkan Indonesia. Investasi asing disambut tidak hanya dengan ucapan manis dan janji muluk, tapi dengan tindakan nyata. Contoh yang paling familiar adalah kasus investasi perusahaan elektronik Intel Corp. Rencana orisinalnya, ia akan membangun pabrik chip dengan fasilitas uji coba di lokasi seluas 13.500 meter persegi dengan investasi 300 juta dolar AS. Namun, setelah terkesan oleh lingkungan investasi yang kondusif, Intel Corp mengumumkan akan melipatgandakan investasinya itu menjadi sekitar satu miliar dolar AS. Dan lokasinya di luar kota Ho Chi Minh diperluas menjadi 45 ribu meter persegi. Berbeda dengan yang terjadi di Indonesia di mana raksasa elektronik Sony Corp menutup pabriknya yang ada di Indonesia dan memfokuskan investasinya ke negara lain yang mengakibatkan PHK. D. Rekomendasi Solusi Melihat kebiasaan jam karet yang tidak baik tersebut, tampaknya perlu dicarikan solusinya sehingga kebiasaan buruk ini dapat diminimalisasi. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan: 1) Adanya contoh dari pimpinan, dosen dan orang-orang terdekat. Tak ada yang meragukan, pimpinan atau dosen yang datang tepat waktu akan banyak pengaruhnya terhadap penampilan bawahan maupun mahasiswanya. Teori pertama, peneladanan. Pimpinan/dosen yang baik, yang bekerja keras kemungkinan akan memacu bawahan/mahasiswanya untuk meniru gaya bekerjanya. Merekapun akan dengan sukarela datang tepat waktu. Teori kedua, kerikuhan atau keseganan. Kalaupun bukan karena meneladani, pimpinan/dosen yang datang tepat waktu akan membuat anak buah/mahasiswa tidak enak hati bila mereka berlambat-lambat.

2) Menekankan pentingnya arti waktu. Kepada para pegawai/mahasiswa sebaiknya ditekankan pentingnya arti dari waktu tersebut. Mereka harus meletakkan dan mematok ukuran keberhasilan pekerjaan dari sejauh mana mereka memahami arti dari waktu itu sendiri. Salah satu syarat yang patut dipenuhi untuk memperoleh keberhasilan adalah dengan disiplin waktu. 3) Memberikan imbalan/pujian pada mereka yang selalu datang tepat waktu. Mereka yang selalu datang tepat waktu layak diberikan pujian/imbalan yang cukup untuk menghargai apa yang telah mereka usahakan. 4) Adanya kontrol dari lembaga maupun dosen.

Anda mungkin juga menyukai