Anda di halaman 1dari 4

Tugas Menejemen Resiko Dosen : Dr.rar.nat. Dedi Rosadi, M.Sc.

A. Gap Analysis Gap analysis diartikan sebagai suatu metode pengukuran bisnis yang memudahkan perusahaan untuk membandingkan kinerja actual dengan kinerja potensialnya. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui sector, bidang, atau kinerja yang sebaiknya diperbaiki atau ditingkatkan. Gap analysis bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Secara sederhana pengukuran kinerja dengan menggunakan pendekatan ini digambarkan pada Gambar 2.2 .

Gambar 2.2 Pengukuran Kinerja pada Gap Analisis Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh suatu institute. Gap akan bernilai (+) positif bila nilai aktual lebih besar dari nilai target, sebaliknya bernilai (-) negative apabila nilai target lebih besar dari nilai aktual. Apabila nilai target semakin besar dan nilai aktual semakin kecil maka akan diperoleh gap yang semakin melebar. Secara singkat, gap analysis bermanfaat untuk: 1. Menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu standar kinerja yang diharapkan. 2. Mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut,dan 3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.

Beberapa alasan penting dipergunakannya metode gap analysis antara lain karena sebagai berikut: 1. Dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan terhadap masa lalu. Hal ini berguna dalam menentukan keberhasilan relative sepanjang waktu dengan melihat periode yang berbeda. 2. Dapat menentukan efektivitas metode pengukuran. 3. Dapat digunakan sebagai alat perencanaan strategis dengan melihat kinerja saat ini, target kinerja dan perbedaannya.

B. Duration Analysis Metode tradisional kedua yang digunakan oleh institusi finansial untuk mengukur risiko suku bunga adalah analisis durasi. Perhitungan Macaulay duration (D) dari obligasi (atau sarana pendapatan tetap yang lain) dapat didefinisikan sebagai weighted average term terhadap jatuh tempo cashflow obligasi, dimana bobot tersebut merupaka present value dari setiap cashflow relative terhadap present value dari keseluruhan cashflow. Dimana PVCF adalah present value dari periode I pada cashflow. Pengukuran durasi penting sebab hal tersebut memberikan indikasi perkiraan dari sensitivitas harga obligasi terhadap perubahan yield.

Dimana y adalah yield dan adalah perubahan dalam yield. Makin besar durasi, maka makin besar pula perubahan harga obligasi dalam respon terhadap perubahan yield. Pendekatan secara durasi sangatlah aman karena ukuran durasi sangat mudah untuk dihitung dan durasi dari portfolio obligasi adalah nilai rata-rata yang telah diberi bobot dari obligasi individual dalam portfolio. Analisis durasi juga lebih baik dibandingkan dengan Gap analysis dimana sejauh ini analisis durasi melihat perubahan di asset (atau liabilities), disamping hanya perubahan dalam laba bersih / net income.

C. Scenario Analysis Pendekatan lain adalah analisis scenario (atau analisis what if), dimana kita menetapkan scenario yang berbeda dan menginvestigasi apa yang harus kita yakini untuk untung atau rugi dalam suatu portfolio. Analisis scenario dapat rumit ataupun tidak, dan analisis skenario awal tak bisa dihindarkan berdasar atas batasan kekuatan perhitungan yang ada. Analisis skenario tidak mudah untuk direpresentasikan. Banyak bergantung pada kemampuan kita untuk mengidentifikasi skenario yang benar dan secara relatif terdapat aturan yang sedikit sekali yang dapat memandu kita dalam memilih skenario yang benar tersebut. Analisis skenario juga tidak memberitahukan tentang kemungkinan skenario lain yang ada, oleh sebab itu maka dibutuhkan pengambilan keputusan yang tepat saat menilai kesignifikanan dari skenario yang berbeda. Dalam analisis terakhir, hasil dari analisis skenario sangatlah subjektif dan bergantung pada ektensi yang besar pada skill dari seorang analis. D. Portfolio Theory Suatu pendekatan yang berbeda untuk pengukuran risiko disajikan dengan teori portfolio. Teori portfolio bermula dari alasan bahwa investor memilih diantara portfolio berdasarkan atas return yang diinginkan, dalam satu sisi, dan standar deviasi dari return yang didapat, dalam sisi lain. Standar deviasi dalam return suatu portfolio dapat dipakai sebagai ukuran dalam risiko suatu portfolio. Hal lain dianggap sama, seorang investor menginginkan suatu portfolio yang dapat menghasilkan return dengan nilai ekspektasi yang tinggi dan standar deviasi yang rendah. Secara implicit ini menunjukkan bahwa investor sebaiknya memilih portfolio yang memaksimalkan return yang diinginkan pada standar deviasi yang ada. Portfolio yang mencakup kondisi ini sangatlah efisien, dan investor yang rasional selalu memilih portfolio yang efisien. Salah satu kunci dari teori portfolio adalah bahwa risiko dari asset individual apapun bukanlah standar deviasi dari return asset tersebut, melainkan proporsi kontribusi asset tersebut terhadap keseluruhan portfolio. Moral dari bahasan ini adalah besarnya kontribusi suatu asset terhadap return asset lain di dalam portfolio kita, atau dengan kata lain adalah nilai beta yang sebanding dengan covariance antara asset tersebut dan return portfolio tersebut, dibagi dengan variasi (variance) dari return portfolio. Makin kecil nilai korelasi, dimana nilai yang lain sama, maka makin kecil kontribusi asset tersebut terhadap risiko keseluruhan. Dan tentu saja jika korelasi nya negatif maka akan mengurangi risiko yang ada dan menurunkan standar deviasi dari portfolio tersebut. Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk

mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya. Dalam kenyataannya kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar saham atau indeks pasar. Contohnya di Bursa Efek Jakarta yang menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Indeks LQ45.

E. Derivatives Risk Measures Derivatif merupakan bentuk instrumen lain yang diperdagangkan di pasar modal selain saham dan obligasi. Derivatif merupakan instrumen turunan efek yang dibentuk berdasarkan suatu jaminan asset efek tertentu. Pada dasarnya derivatif adalah perjanjian atau kesepakatan dua pihak yang berkontrak untuk melakukan tindakan perdagangan efek tertentu. Derivatif disebut turunan karena nilanya diperoleh berdasarkan turunan dari instrumen lain, derivatif merupakan instrumen yang sangat beresiko dan harus dipergunakan secara berhati-hati. Karena instrumen derivatif adalah instrumen turunan, maka nilainya selalu terhubung dengan aset finansial yang bersangkutan (underlying asset).

Anda mungkin juga menyukai