Anda di halaman 1dari 26

BAB II TEORI PENUNJANG

Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari layanan yang fleksibel, serba mudah dan memuaskan dan mengejar efisiensi di segala aspek Dengan fenomena seperti itu, ilmuwan telekomunikasi memiliki target untuk masa depan, yaitu mencapai sistem Future Wireless Personal Communication (FWPC). Sistem tersebut menawarkan layanan komunikasi dari siapa saja, kapan saja, di mana saja, melalui satu deretan nomor sambungan yang tetap, dengan delay yang sekecil-kecilnya, menggunakan suatu unit yang portabel (kecil, dapat dipindah-pindahkan, murah dan hemat) dan memiliki sistem yang kualitasnya tinggi dengan kerahasiaan yang terjamin. Teknologi wireless memiliki fleksibelitas, mendukung mobilitas, memiliki teknik frequency reuse, selular dan handover, menawarkan efisiensi dalam waktu (instalasi) dan biaya (pemeliharaan dan penginstalan ulang di tempat lain), mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. 2.1 Komunikasi ISM Band 2.4 Ghz1 Pada tahun 1985 Federal Communication Commission (FCC) menetapkan peraturan dalam penggunaan ISM Band (Industrial, Scientific, and Medical), dengan pita frekuensi (902-928, 2400-2483.5, 5725-5850 MHz). Pada pita frekuensi 2400-2483.5Ghz (yang lebih dikenal dengan band frekuensi 2.4 GHz) saat ini telah meningkat penggunaannya dalam berbagai macam aplikasi. Hal ini juga meliputi penggunaan Wireless Local Area Network (WLAN). Peningkatan penggunaan band frekuensi ini memungkinkan terjadinya kongesti dan menyebabkan penurunan kualitas layanan. Dahulu, band 2.4 GHz telah dilisensikan secara bebas bagi penggunanya, tetapi harus tetap memperhatikan level daya yang boleh
1

Anonymous. Wireless Local Area Network. http://www.wlana.org/

digunakan. Tetapi lama-kelamaan hal ini menyebabkan terjadinya saling interferensi dan penurunan kualitas layanan.

2.2 Radio Link / Wireless Local Area Network (WLAN) Dengan semakin bertambahnya pemakaian komputer, semakin besar kebutuhan akan pentransferan data dari satu terminal ke terminal lain yang dipisahkan oleh satuan jarak dan semakin tinggi kebutuhan akan efisiensi penggunaan alat-alat kantor (seperti printer dan plotter) dan waktu perolehan data base, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan suatu jaringan yang menghubungkan terminal-terminal yang ingin berkomunikasi dengan efisien. Jaringan tersebut dikenal dengan Local Area Network (LAN) yang biasa disebut Wireless LAN atau radio link. Radio link merupakan suatu sistem komunikasi data tanpa kabel yang merupakan perluasan atau solusi alternatif dari LAN konvensial (dengan kabel). WLAN dapat dipasang dalam suatu gedung atau antar gedung, dengan menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengirim dan menerima data. Wireless LAN juga dapat digunakan untuk menjangkau wilayah LAN yang sulit dicapai dengan kabel tembaga biasa (copper wire), dan juga untuk menjangkau pengguna bergerak (mobile-user). Sesuai perkembangan karakteristik masyarakat seperti yang telah disebutkan di atas maka LAN menawarkan suatu alternatif untuk komputer portabel yaitu Wireless LAN (WLAN). WLAN menggunakan frekuensi radio (RF) atau infrared (IR) sebagai media transmisi. Dibandingkan dengan LAN, WLAN memiliki kelebihan, antara lain: Mobilitas tinggi WLAN memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi secara real time dimanapun berada (dalam jangkauan WLAN), tidak terpaku pada satu tempat saja. Mobilitas yang tinggi tentunya dapat meningkatkan layanan dan produktivas. Kemudahan dan kecepatan instalasi Instalasi WLAN sangat mudah dan cepat karena bisa dilakukan tanpa harus menarik dan memasang kabel melalui dinding ataupun atap.

Fleksibel Teknologi WLAN memungkinkan untuk membangun jaringan dimana kabel tidak dapat digunakan/tidak memungkinkan untuk digunakan.

Menurunkan biaya kepemilikan Meskipun biaya investasi awal untuk perangkat keras WLAN lebih mahal daripada LAN konvensional, tetapi biaya instalasi dan perawatan jaringan WLAN lebih murah, sehingga secara total dapat menurunkan besar biaya kepemilikan.

Scalable WLAN dapat menggunakan berbagai topologi jaringan sesuai dengan kebutuhan, mulai dari jaringan independen yang hanya terdiri dari beberapa pengguna saja, sampai jaringan infrastruktur yang terdiri dari ribuan pengguna.

2.3 Arsitektur Wireless Local Area Network Dalam membahas arsitektur suatu WLAN, terdapat dua penyusun dari arsitektur WLAN tersebut, yaitu Komponen WLAN dan Topologi WLAN. Berikut ini akan diuraikan kedua penyusun dari arsitektur WLAN. 2.3.1 Komponen-Komponen dalam WLAN2 Komponen-komponen yang digunakan dalam menyusun suatu arsitektur WLAN, adalah sebagai berikut: Access Point (AP), yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penghubung dari satu pengguna ke pengguna lain atau dari suatu jaringan wireless ke jaringan wireless yang lain. Perangkat ini juga dapat berfungsi sebagai penghubung dari
2 Djohan Syaichu. 2004. Studi Tentang Kontrol Kongesti Berbasis Tarif untuk Mengatur Trafik Dalam Hot Spot pada Sistem Wi-Fi. Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS, Surabaya, hal 20

suatu lingkungan LAN ke Internet Service Provider (ISP). Cara kerja dari perangkat ini adalah mengkonversikan sinyal radio (RF) menjadi sinyal digital yang akan disalurkan melalui kabel atau ke perangkat WLAN yang lain dengan dikonversikan lagi menjadi sinyal radio. Contoh dari AP ditunjukkan oleh Gambar 2.1.a. Wireless LAN Interface, seperti ditunjukkan gambar 2.1.b, merupakan peralatan yang dipasang di Access-Point atau di Mobile/Desktop PC, peralatan yang dikembangkan secara massal adalah dalam bentuk PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) card.

(a)

(b)

Gambar 2.1 Access Point (a) dan Wireless LAN Interface (b) Mobile/Desktop PC, merupakan perangkat akses untuk pengguna, mobile PC pada umumnya sudah terpasang port PCMCIA sedangkan desktop PC harus ditambahkan PC Card PCMCIA dalam bentuk ISA (Industry Standard Architecture) atau PCI (Peripheral Component Interconnect) card. Wired LAN, merupakan jaringan kabel yang sudah ada, bila Wired LAN tidak ada maka hanya sesama Wi-Fi yang saling interkoneksi. Antenna, adalah perangkat yang berfungsi mentransmisikan sinyal radio dari access point ke acces point yang lain atau ke perangkat Wi-Fi yang lain. Atau dari satu perangkat Wi-Fi ke AP atau ke perangkat Wi-Fi yang lain. Antena internal bisa mencapai jarak + 300m, sedangkan antena eksternal bisa mencapai puluhan Km.

Secara relatif perangkat Access-Point (AP) ini mampu menampung beberapa sampai puluhan pengguna secara bersamaan.

Beberapa vendor hanya merekomendasikan belasan sampai sekitar 40an pengguna untuk satu AP. Meskipun secara teorinya perangkat ini bisa menampung banyak namun akan terjadi kinerja yang menurun karena faktor sinyal RF (Radio Frequency) itu sendiri dan kekuatan sistem operasi AP. Saat ini sistem operasi AP dikembangkan dengan dasar prosesor i486 dan RAM 4 -8 MB. Komponen logika dari AP adalah ESSID (Extended Service Set Identification) yang merupakan standar dari IEEE 802.11. Pengguna harus mengkoneksikan PCMCIA card-nya ke AP dengan ESSID tertentu supaya transfer data bisa terjadi. ESSID menjadi autentifikasi standar dalam komunikasi wireless. Dalam segi keamanan beberapa vendor tertentu membuat kunci autentifikasi tertentu untuk proses autentifikasi dari klien ke AP. Rawannya segi keamanan ini membuat IEEE mengeluarkan standarisasi Wireless Encryption Protocol (WEP), sebuah aplikasi yang sudah ada dalam setiap PCMCIA card. WEP ini berfungsi meng-encrypt data sebelum ditransfer ke sinyal RF, dan men-decrypt kembali data dari sinyal RF. Enkripsi yang umum dipakai adalah sebesar 40 bit dan ada beberapa vendor tertentu yang mengeluarkan WEP sampai 128 bit. Selain komponen-komponen pokok di atas, beberapa vendor juga menawarkan komponen lain yang disesuaikan dengan keperluan yang diinginkan. Salah satu contohnya adalah Wireless Router, yang berfungsi seperti halnya AP, tetapi dapat digunakan untuk menghubungkan subnet-subnet yang berbeda.

2.3.2 Topologi Jaringan WLAN WLAN memiliki beberapa topologi jaringan , yaitu Basic Service Set (BSS), Independent Basic Servic Set (IBSS), dan Extended Service Set (ESS).

Gambar 2.2 Topologi Jaringan WLAN Sebuah BSS terdiri dari beberapa stasiun yang berada dibawah kontrol langsung dari satu fungsi koordinat ( DCF atau PCF). Basic Service Area (BSA) adalah area yang diliputi oleh BSS, atau bisa dianalogikan dengan sebuah sel dalam jaringan komunikasi seluler. Seluruh stasiun dalam sebuah BSS dapat berkomunikasi secara langsung dengan stasiun yang lain dalam sebuah BSS, tetapi harus melalui jaringan infrastruktur. Jaringan infrastruktur dibangun untuk penyediaan bagi pelanggan wireless dengan layanan khusus dan jarak yang jauh. Dalam IEEE 802.11 jaringan infrastruktur yang dibangun menggunakan sejumlah Access Point (AP). Komunikasi dalam BSS bisa mengalami gangguan karena multipath fading, atau interferensi dari atau interferensi dari BSS yang berdekatan yang menggunakan karakteristik physical layer yang sama (seperti frekuensi dan kode spreading atau pola hopping), hal ini bisa menyebabkan beberapa stasiun nampak tersembunyi dari stasiun-stasiun yang lain. Sebuah jaringan IBSS terdiri dari sekumpulan stasiun-stasiun dalam sebuah BSS untuk tujuan komunikasi internetwork tanpa bantuan dari infrastruktur jaringan. Beberapa stasiun dapat membangun komunikasi langsung dengan stasiun yang lain dalam BSS, tanpa membutuhkan penyaluran trafik melalui sebuah Access Point(AP). Topologi ini dikenal juga senagai topologi ad hoc. Extended Service Set (ESS) terdiri dari dua atau lebih BSS yang membentuk satu subnetwork yang dihubungkan dengan sebuah Distribution System (DS). DS dapat dianalogikan sebuah backbone jaringan yang digunakan untuk transport dari MAC Service Data Units (MSDUs) ke level MAC. DS dapat berupa sebuah kabel IEEE 802.3

10

Ethernet LAN, IEEE 802.4 token bus LAN, IEEE 802.5 token ring LAN, Fiber Distributed Data Interface (FDDI) Metropolitan Area Network (MAN), atau media wireless IEEE 802.11 yang lain. DS digunakan sebagai transport backbone untuk mentransfer paket-paket antara BSS yang berbeda-beda dalam sebuah ESS. Pada ESS, masingmasing BSS dihubungkan dengan AP (dalam hal ini dianalogikan sebagai Base Station). Seluruh AP dihubungkan ke Distribution System (DS) yang hampir mirip dengan sebuah backbone, biasanya Ethernet atau wireless. Sebuah ESS dapat juga menyediakan akses gateway untuk pengguna wireless ke jaringan wired misalnya internet. Alat yang menghubungkan pengguna wireless dan wired dikenal dengan sebutan portal. Portal ini berhubungan dengan DS, yang akan menghubungkan jaringan IEEE 802.11 dan jaringan non-IEEE 802.11. 2.4 Layer-Layer dalam WLAN3 WLAN memiliki dua layer pokok dalam melakukan komunikasi data. Dua layer tersebut adalah Medium Access Control (MAC) sublayer dan physical (PHY) layer. IEEE 802.11 menempatkan kedua layer tersebut ke dalam task group yang berbeda menurut Open System Interconnection, sebagai berikut:

Gambar 2.3 Posisi Layer WLAN dalam Model OSI

Pablo Brenner, A Technical Tutorial On The IEEE 802.11 Tutorial, 18 July 1996, hal 5

11

PHY layer terletak pada layer 1 (Phyisical layer), sedangkan MAC menduduki sebagian dari Data link layer, oleh sebab itu disebut sublayer. 2.4.1 MAC Layer pada WLAN MAC sublayer (MAC) menerima MAC Service Data Units (MSDUs) dari layer yang lebih tinggi dan menambahkan header dan tailer (ekor) untuk membentuk MAC Protocol Data Unit (MPDU). MAC akan memecah MSDUs kedalam bebarapa frame, untuk meningkatkan probabilitas dari tiap frame individual akan berhasil terkirim. Header+MSDU+trailer mengandung informasi sebagai berikut : Informasi pengalamatan Informasi spesifik protokol IEEE 802.11 Informasi untuk mengeset (Network Allocation Vector) NAV Deret frame pengecek untuk memeriksa keadaan dari frame Berikut ini adalah format frame secara umum dari suatu MAC WLAN:
Seq Cont 2

FC 2

D/ID 2

Addr. 1 6

Addr. 2 6

Addr. 3 6

Addr. 4 6

Data

FCS

0-2312 4 bytes

Gambar 2.4 Format frame MAC sublayer WLAN FC : Frame Control 16 bit, bagian ini terdiri dari dua bit yang berbeda dalam bentuk dan penempatan terhadap versi terbaru dari standar IEEE 802.11, dan akan digunakan untuk mengenali versi terbaru yang memungkinkan di masa mendatang. Pada versi sekarang dari standar, nilainya ditetapkan 0. Duration / ID field (D/ID) : 16 bit, merupakan kandungan informasi alternatif untuk NAV atau short ID (association IDAID) yang digunakan oleh stasiun bergerak untuk mendapatkan frame yang ditampung pada AP. Address field : terdapat 4 address field : disamping 48 bit address (IEEE 802.3) tambahan address digunakan TA(Transmitter Address),RA(receiver Addrres), BSSID(BSS Identifier) untuk memfilter multicast frame agar

12

memperbolehkan mobilitas yang transparan dalam IEEE 802.11. Sequence Control : 16 bit, bagian ini digunakan untuk merpresentasikan tingkatan dari pemecahan yang berbeda, memiliki frame yang sama. Bagian ini terdiri atas dua sub bagian, yaitu Fragment Number 4 bit, dan Sequence Number 12 bit, yang mendefinisikan frame dan jumlah dari pemecahan dalam frame. Frame Body : mengandung informasi spesifik dari data khusus atau manajemen frame. Panjangnya variabel anatara 0 samapai dengan 2312 bit. Frame Check Sequence : bagian ini mengandung 32 bit Cyclic Redundancy Check (CRC).

Format frame bisa juga dituliskan dengan : MAC header+MAC data+CRC. Dimana MAC header terdiri atas FC+D/ID+Address+Sequence Control yang total berjumlah 240 bit. Sedangkan MAC data adalah merupakan Frame Body atau bisa juga disebut dengan payload yang berjumlah antara 0-2312 bit. Dan CRC adalah FCS yang berjumlah 32 bit. Secara umum MAC dalam WLAN memiliki fungsi sebagai berikut: Scanning, yaitu proses pencarian AP dari sinyal radio yang di broadcat di udara Autentifikasi, yaitu melakukan pembuktian identitas dari standart 802.11 sendiri. Asosiasi, bertugas untuk sinkronisasi anatara user dengan AP, terhadap informasiyang diperlukan, misalnya data rates. Wired Equivalent Privacy (WEP), yang akan mengenkripsi body (tidak termasuk header) setiap frame sebelum ditransmisikan, dan kemudian penerima akan mendekripsi frame tersebut. RTS/CTS (Request-To-Send/Clear-To-Send), yang memungkinkan pengaturan pada stasiun-stasiun user. Fragmentasi, yang memungkinkan pembagian paket data. Medium Access Control antar layer bertanggung-jawab terhadap prosedur untuk alokasi kanal, pengalamatan Protocol Data

13

Unit (PDU), pembentukan frame, pengecekan error, fragmentation dan reassembly. Medium transmisi dapat dapat beroperasi dengan model perebutan kanal yang telah diatur dengan aturan tertentu. Model perebutan kanal, yang digunakan adalah Contention Period (CP) dan Contention Free Period (CFP), keduanya dapat saling menggantikan.. Pada CFP pemakaian medium diatur oleh Access Point (AP), dengan cara demikian dapat mengurangi kebutuhan stasiun untuk memperebutkan kanal akses. IEEE 802.11 memberikan tiga tipe fungsi yang berbeda dari format frame yaitu menajemen, kontrol, dan data. Manajemen frame digunakan oleh stasiun untuk mengadakan hubungan dan pemutusan dengan AP. Kontrol frame digunakan untuk mengontrol positive (Acknolegdement) ACK selama CP dan untuk mengakhiri CFP. Data frame digunakan untuk transmisi data selama CP dan CFP, dan dikombinasikan dengan polling dan ACK selama CFP. 2.4.2 Distributed Coordination Function DCF adalah dasar metode akses yang digunakan untuk mendukung transfer data asynchronous. DCF adalah metode akses dasar yang digunakan untuk mendukung transfer data asynchronous. Sebagai identifikasi dalam spesifikasi ini, seluruh stasiun mendukung penggunaan DCF. DCF ini hanya beroperasi dalam jaringan ad hoc, dan operasi yang ada dalam DCF hanya dapat terjadi ketika DCF beroperasi bersama-sama dengan PCF dalam jaringan infrastruktur. Arsitektur MAC seperti yang ada pada Gambar 2.5, dimana pada Gambar 2.5 ini memperlihatkan bahwa DCF secara langsung berada pada level atas pada physical layer dan akan mendukung layanan yang diberikan. Isi dari layanan DCF menyatakan secara tidak langsung bahwa masingmasing stasiun dengan sebuah antrian MSDU untuk transmisi seharusnya berisi akses ke kanal. Kadang-kadang ketika MSDU ditransmisikan, DCF akan mengisi kembali akses ke kanal untuk seluruh bagian-bagian frame. Isi layanan ini akan menaikkan akses yang bebas ke kanal untuk seluruh stasiun. DCF merupakan dasar dari Carrier Sense Multiple Access with Collision Avoidance (CSMAS/CA). CSMA/CD (Collision Detection) tidak digunakan karena pada WLAN sebuah stasiun tidak dapat mendengar apakah pada kanal terjadi tabrakan atau tidak pada saat sedang mentransmisikan data.

14

2.4.3 Point Coordination Function (PCF) PCF adalah penyedia Contention Free (CF) dari transfer frame, dimana PCF ini menggunakan contention-oriented dalam sistem kerjanya. PCF bergantung pada Point Coordinator (PC) untuk membentuk polling (pengumpulan) stasiun-stasiun, pengumpulan dari stasiun-stasiun yang ada tidak dapat terjadi jika pada kanalnya kosong . Fungsi dari PC dibentuk dengan AP dalam masing-masing BSS. Stasiun-stasiun dalam BSS dapat beroperasi dalam CF period (CFP) dikenal dengan sebutan CF-aware stations. PCF diperlukan untuk dapat bekerja bersama-sama dengan DCF (Gambar 2.5).
Dibutuhkan untuk la yanan beba s Diguna kan untuk m em berikan layan an dan me rupak an da sa r u ntuk P C

D a e ra h MAC

P o int C oo rd ina tion F un ctio n (PC F)

D istributed C oo rd ination F unc tion (D C F )

Gambar 2.5 Arsitektur MAC

2.4.4 PHY pada WLAN Pada bab sebelumnya telah disebutkan, bahwa terdapat tiga implementasi physical layer yaitu : Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS), Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) dan IR. Pada FHSS menggunakan band frekuensi 2.4 GHz (Industrial Scientific and Medical). Band frekuensinya dari 2.4 2.4835 GHz. Di Amerika maksimum kanal hoppingnya berjumlah 79. Kanal pertama menjadi frekuensi pusat, dimana lebar masing-masing kanal 1 MHz. Waktu yang dibutuhkan untuk masing-masing kanal bergantung dengan implementasi dan aturan pemerintah masing-masing. Pada WLAN terdapat tiga hopping sequence yang berbeda, sehingga diperlukan 26 hopping sequence per set. Perbedaan tiga hopping sequence ini karena banyak BSS yang berada dalam area geografis yang sama, sehingga menjadi hal yang penting untuk mengurangi terjadinya kemacetan dan memaksimalkan jumlah throughput dalam satu BSS. Selain itu

15

penggunaan tiga hopping sequence yang berbeda dimaksudkan untuk menghindari waktu tabrakan yang cukup lama antara hopping sequence yang berbeda dalam satu set. Kecepatan hop minimum sebesar 2.5 hop/s. Kecepatan dasar untuk akses sebesar 1 Mbps dengan menggunakan dua level Gaussian Frequency Shift Keying (GFSK), dimana logika 1 dikodekan menggunakan Fc+f dan logika 0 dikodekan menggunakan Fc-f. Ketika kecepatan akses diperbesar menjadi 2 Mbps, maka yang digunakan adalah empat level GFSK, dimana 2 bit dikodekan pada setiap waktu dengan menggunakan empat frekuensi. DSSS juga menggunakan band frekuensi 2.4 GHz ISM, dimana kecepatannya dasarnya 1 Mbps dengan menggunakan Binary Phase Shift Keying (BPSK), dan kecepatannya diperbesar menjadi 2 Mbps dengan menggunakan Differential Quadrature Phase Shift Keying (DQPSK). Spreading dilakukan dengan membagi bandwidth ke dalam 11 subchannel, masing-masing lebarnya 1 MHz, dan menggunakan 11chip Barker sequence untuk menyebarkan masing-masing simbol data. Sehingga maksimum kapasitas kanalnya adalah (11 chips/simbol) / (11 MHz) = 1 Mbps, dengan menggunakan DBPSK. Gangguan pada BSSBSS yang overlapping ataupun yang saling berdekatan dapat dikurangi dengan memastikan bahwa frekuensi pusat dari masing-masing BSS dipisahkan dengan jarak sekurang-kurangnya 30 MHz. Meskipun demikian masih sulit untuk dihindari bahwa antara dua BSS yang saling berdekatan atau yang saling overlapping tidak terjadi interferensi. Spesifikasi IR menetapkan panjang cahaya dengan jarak 850 sampai 950 nm. Band IR didesain hanya untuk digunakan pada indoor dan beroperasi dengan transmisi yang tidak langsung. Spesifikasi IR didesain untuk memungkinkan stasiun-stasiun untuk mendapatkan lineof-sight dan pemantulan transmisi. Encoding dari kecepatan akses yang utama (1 Mbps) dibentuk dengan menggunakan 16-Pulse Position Modulation (PPM), dimana untuk transmisi 4 data bit dipetakan ke 16 kode bit. Sedangkan untuk kecepatan akses sebesar 2 Mbps dibentuk dengan menggunakan modulasi 4-PPM, dimana untuk transmisi 2 data bit dipetakan ke 4 kode bit.

16

2.5 Hot Spot Hot spot adalah suatu koneksi jaringan wireless yang tersedia dan siap pakai, di mana pengguna dengan perangkat WLAN yang compatible, dapat terhubung ke internet, atau private intranet, mengirim dan menerima e-mail dan men-download file tanpa harus menggunakan kabel ethernet. Hot spot, atau yang lebih dikenal sebagai Wi-Fi hot spot ,tersusun atas perangkat atau komponen WLAN, ditambah web server, dan ISP provider, bila akan terhubung ke internet. Wi-Fi hot spot banyak dijumpai pada tempat-tempat umum seperti pada kafe, bandara, lobi hotel, dan tempat-tempat lainnya. 2.5.1 Proses Mengakses Wi-Fi Hot Spot Ketika sebuah stasiun ingin mengakses sebuah Wi-Fi hot spot yang telah ada (apakah hanya sekedar memasuki jaringan, ataukah ingin mengakses layanan-layanan yang disediakan oleh jaringan Wi-Fi), stasiun tersebut harus mendapatkan informasi sinkronisasi dari AP terlebih dahulu. Stasiun yang ingin mengakses jaringan Wi-Fi tersebut bisa memperoleh salah satu jenis informasi dari dua jenis seperti dibawah ini : 1) Passive Scanning, dalam kasus ini stasiun harus menunggu untuk menerima sebuah Beacon Frame dari AP, (beacon frame adalah sebuah frame periodik yang dikirim oleh AP dengan informasi sinkronisasi), atau 2) Active Scanning, dalam kasus ini stasiun mencoba untuk mencari AP dengan mentransmisikan Probe Request Frames, dan menunggu Probe Response dari AP. Dua metode diatas adalah valid, dan salah satu dapat dipilih oleh stasiun ketika akan mengakses jaringan Wi-Fi. Beberapa proses yang terjadi sebelum stasiun dapat mengakses jaringan Wi-Fi, antara lain: Authentication, adalah proses untuk membuktikan identitas client (stasiun) sebelum berasosiasi dengan AP. Secara default, perangkat Wi-Fi bekerja dalam sebuah Open System, dimana pada dasarnya setiap stasiun wireless dapat berasosiasi dengan sebuah AP tanpa memeriksa persetujuan dari AP. Authentication sejati sangat memungkinkan dalam penggunaan

17

pilihan dari Wi-Fi, yang dikenal dengan Wired Equivalent Privacy (WEP), dimana sebuah kunci bersama dikonfigurasikan dalam AP dan stasiun wireless tersebut. Hanya perangkat dengan sebuah kunci bersama tersebut yang dapat berasosiasi dengan AP. De-authentication, adalah sebuah fungsi yang dihasilkan oleh base station. Adalah proses penolakan-persetujuan yang telah dimiliki oleh stasiun, berdasarkan atas seting authentication yang salah, atau berdasarkan permintaan MAC filters. Association, proses ini memperbolehkan pembentukan wireless link antara stasiun dan AP dalam sebuah jaringan infrastruktur. Disassociation, proses pemutusan link antara stasiun wireless dengan AP dalam jaringan infrastruktur. Re-association, proses ini terjadi sebagai tambahan proses association dimana stasiun wireless bergerak dari satu BSS ke BSS yang lain. Proses ini dapat disebut juga dengan Roaming. Privacy, proses ini berfungsi untuk melindungi informasi yang akan dikirim oleh stasiun agar tidak didengarkan secara sembunyi-sembunyi oleh stasiun lainnya yang berada dalam jangkauan AP. WEP akan mengenkripsi data sebelum data tersebut dikirimkan secara wireless, menggunakan algoritma enkripsi 40 bit yang dikenal sebagai RC4. Kunci bersama yang digunakan dalam proses authentication digunakan untuk mengenkripsi atau meng-deenkripsi data, dan hanya memperbolehkan stasiun yang memiliki kunci bersama saja yang dapat secara benar membaca data yang telah dienkripsi. Data transfer, adalah proses mentransmisikan frame data. Ini adalah proses utama dari Wi-Fi MAC sublayer, yaitu mengahasilkan pertukaran frame data antara MAC sublayer perangkat-perngakat Wi-Fi. Perangakat-perngakat Wi-Fi akan menggunakan mekanisme CSMA-CA sebagai metode aksesnya. Distribution, proses ini dihasilkan oleh Distribution System (DS) dan digunakan dalam suatu kondisi khusus yaitu bila terjadi proses transmisi antara AP satu dengan AP yang lain. Integration, proses yang dihasilkan oleh portal, dimana pada dasarnya portal didesain untuk menghasilkan logical integration antara wired LAN dan Wi-Fi. Koneksi wireless

18

internet adalah salah satu contoh logical integration yang terjadi antara wired LAN dan Wi-Fi. Power management, terdiri atas dua power mode yaitu : active mode, dimana stasiun wireless diberikan power (tenaga) untuk mentransmisikan dan menerima frame data, dan power save mode, dimana stasiun tidak dapat mentransmisikan atau menerima frame data bila power yang dipakai kurang. Konsumsi power yang sebenarnya tidak ditetapkan dan tergantung atas implementasi yang akan diterapkan.

2.6 Ad Hoc Network4 Ad Hoc network adalah wireless network tanpa control yang terpusat dimana setiap node dapat berperan sebagai sender, receiver dan router. Paket diteruskan ke node lain seperlunya segera setelah dua node dalam jajaran yang sama atau koneksi network terbentuk. Jenis network yang seperti ini mempunyai beberapa keuntungan daripada wired network, sebagai contoh bahwa memungkinkan untuk menggunakan perlengkapan yang sangat kecil dan umum dipakai sebagai node. Contohnya PDA (Personal Digital Assistants), laptop dan telepon seluler. Tetapi keuntungan terbesar adalah tidak memerlukan infrastruktur atau prasarana pendukung yang ditentukan dan dihubungkan oleh komunikasi wireless. Pembentukan mobile network sangat cepat, efisien dan dapat dikukan secara praktis kapanpun. node 1 node 3 node 4 Node 6

node 2

node 5

Gambar 2.6 Ad Hoc Network5

Joseph P. Macker,Mobile Ad Hoc Networking and the IETF,. Information Technologi Division, Naval Research Laboratory, Washington, DC, USA. hal 32-33 5 Feni D Feptanto. 2005. Performansi TCP (Transmission Control Protokol)

19

Mobile Ad Hoc network (MANET) atau sederhananya Ad Hoc network, terdiri dari node-node yang bergerak secara bebas dan secara dinamis membentuk network sementara tanpa sarana dan prasarana pendukung yang ada sebelumnya atau administrasi yang terpusat. Jadi topology network yang terbentuk dan hubungan antara node-node berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi. Ada beberapa ciri-ciri yang unik dan menarik dari mobile Ad Hoc network, antara lain : Tidak ada sarana dan prasarana yang ditentukan (infrastructurless). Secara otomatis membentuk konfigurasi dan memeliharanya sendiri. Pembentukan hubungan komunikasi yang cepat. Administrasi yang tidak terpusat (autonomous). Mengurangi biaya admistrasi.

2.6.1 Karakteristik Ad Hoc Network MANET (Mobile Ad Hoc Network) mempunyai karakteristik pokok yang membedakannya dari wired network. Karakteristik pokok ini yang mana membuat routing protocol tradisional tidak cocok diterapkan pada MANET , karakteristik pokok ini antara lain : 1. Dynamic topology Node-node bebas untuk bergerak secara berubah-ubah dalam jaringan (meninggalkan dan bergabung dalam jaringan) yang menyebabkan perubahan topologi yang mana perubahan itu dapat terjadi dengan cepat pada waktu yang tidak dapat diprediksi. Itu sama halnya bahwa paket dikirimkan melalui bebagai lompatan (hops) karena biasanya tidak semua node dalam jangkauan transmisi dari node yang lainnya. 2. Bandwidth-constrained, Variable capacity links Link wireless biasanya mempunyai kapasitas yang lebih rendah dibandingkan link wired. Link pada MANET dapat berupa link searah maupun link dua arah. 3. Congestion Congestion atau kemacetan merupakan ciri yang sangat khas untuk MANET network karena kapasitas link yang biasanya terbatas. Oleh

20

4.

5.

karena itu, dibandingkan fixed network, kapasitas maksimal link MANET lebih cepat tercapai. Energy-constrained mobile nodes Mobile node biasanya beroperasi menggunakan battery, jadi semua operasi harus dioptimalkan untuk penghematan energi. Limited physical security MANET network cenderung lebih medapatkan ancaman pada keadaan fisiknya dibandingkan wired network, seperti penyadapan dan sejenisnya.

2.6.2 Tujuan Ad Hoc Network Maksud dari dibentuknya IETF (Internet Engineering Task Force) manet working group adalah mengembangkan kemampuan mobile routing secara peer-to-peer pada domain wireless. Tujuan yang ingin dicapai dalam waktu dekat ini adalah untuk menstandarkan satu atau lebih intra-domain unicast routing protocol dan ditujukan untuk mensuport atau mendukung teknologi pada network layer yang mana : Menyediakan operasi yang efektif pada cakupan mobile networking yang luas. Mendukung teknologi connectionless IP (Internet Protocol) yang telah ada. Memberi reaksi yang efisien terhadap perubahan topologi jaringan dan terhadap permintaan trafik, sementara memelihara routing yang efektif dalam mobile networking tersebut.

Jadi pada dasarnya konsep pendirian jaringan Ad Hoc adalah untuk memenuhi kebutuhan seperti : Scalability : menyediakan operasi yang efektif pada cakupan mobile networking yang luas. Untuk dapat mencakup jaringan yang lebih luas Konvergensi yang cepat : pembentukan suatu jaringan dimana tiap-tiap node pada jaringan tersebut saling berkomunikasi. Komunikasi dua arah Loop freedom : menghindari perhitungan yang sama dan berulang pada tabel routing ketika terjadi hal-hal seperti link failure dan node failure. Unicast : mengirimkan suatu paket pada tujuan tunggal.

21

2.6.3 Aplikasi Ad Hoc Network6 Dengan adanya keistemewaan- keistemewaan yang dimiliki oleh jaringan Ad Hoc tersebut maka membuka peluang untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Jaringan Ad Hoc diharapkan dapat memberikan perbaikan-perbaikan terhadap modelmodel jaringan yang telah ada sebelumnya. Ada beberapa aplikasi menguntungkan yang bisa diaplikasikan menggunakan model jaringan Ad Hoc, antara lain : Layanan-layanan keadaan darurat (misal ambulan, bencana alam, dan kebutuhan-kebutuhan militer) Conferencing

Jaringan rumah (Home Networking) Personal area network dan Bluetooth Disamping aplikasi-aplikasi yang disebutkan diatas, jaringan Ad Hoc diharapkan dalam masa yang akan datang akan secara lebih intensif digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang berbeda, seperti : Digital battlefield communications Movable base-stations (untuk aplikasi militer) Perluasan jangkauan untuk telepon seluler.

2.7 IEEE 802.11b7 Pada tahun 1999, Task Group b mengembangkan WLAN yang memungkinkan untuk dioperasikan pada kecepatan akses yang lebih tinggi, yaitu lebih dari 11 Mbps. 802.11b menyediakan kecepatan tambahan dari 5.5 Mbps dan 11 Mbps, tergantung dari kuat sinyal
6

William Stalling. 2001. Data Communication & Comp.Network. Pearson Asia Pte Ltd. hal 56
7

Education

IEEE. 2000. IEEE Std 802.11b-1999: Supplement to ANSI/IEEE std 802.11,1999 edition, IEEE Inc. hal 6-8

22

jaringan yang bersangkutan. PHY layer juga ditingkatkan dengan High Rate DSSS (HR-DSSS), yang juga dikenal sebagai Complementary Code Keying (CCK). Sedangkan untuk mekanisme MAC tidak berubah, seperti yang telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya. 802.11b mendefinisikan sebuah struktur paket menjadi tiga bagian utama, yaitu: 1. Preamble, yang melayani deteksi sinyal dan sinkronisasi 2. Header, yang membawa informasi tentang data rate dan paket 3. Payload, yang menyimpan data yang sebenarnya. Terdapat dua jenis variasi dari preamble dan header, yaitu Long Preamble dan header, serta Short Preamble dan header. Long Preamble dan header, panjang kolom preamble sebesar 144 bits digunkan seluruhnya. Baik preamble maupun header ditransmisikan dengan kecepatan 1 Mbps. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.6. Sedangkan pada Short Preamble dan header, preamble hanya terdiri atas 72 bits dan ditransmisikan pada kecepatan 1 Mbps, sedangkan header ditransmisikan pada kecepatan 2 Mbps.
PPDU 192 s Short PLCP Preamble 72 bits PLCP Header 48 bits {1,2,5.5,11} Mbps (data rate)

SYNC 128 bits

SFD 16 bits

Signal 8 bits

Service 8 bits

Length 16 bits

CRC 16 bits

1 Mbps (basic rate)

Gambar 2.7 Pemaketan PHY Layer pada WLAN dengan Menggunkan Long Preamble dan Header

23

PPDU
96 s
Short PLCP Preamble

72 bits

PLCP Header
48 bits

PSDU
{1,2,5.5,11} Mbps (data rate) Length 16 bits CRC 16 bits

1 Mbps
ShortSYNC

2 Mbps Signal 8 bits Service 8 bits

56 bits

Short SFD 16 bits

Gambar 2.8 Pemaketan PHY Layer pada WLAN dengan Menggunkan Short Preamble dan Header Pada kenyataannya, hanya Long Preamble dan header saja yang digunakan. Sebagian besar stasiun 802.11b menggunakan model ini untuk memastikan kesesuaiannya dengan 802.11 WLAN yang lain. 2.8 Kontrol Kongesti8 Kongesti adalah kemacetan atau kepadatan dalam kanal disebabkan oleh suatu simpul jaringan yang menerima lebih banyak frame dibanding kemampuan untuk memprosesnya (disebut kongesti penerimaan) atau ketika buffer atau memori yang bersifat temporer untuk frame-frame yang masuk ketika menunggu pemrosesan atau antrian frame-frame yang ke luar - menjadi terisi penuh. Dalam jaringan packet-switched, paket masuk dan keluar pada buffer dan melakukan antrian pada switching devices. Kenyataannya, jaringan packet-switched seringkali diartikan sebagai network of queues. Karakteristik dari jaringan packet switch adalah paket-paket yang datang seringkali memenuhi bandwidth baik dari satu sender maupun lebih. Buffer membantu router untuk mengatasi hal tersebut sampai kapasitas buffer penuh. Jika ada paket lagi maka paket data tersebut akan di drop. Penambahan kapasitas buffer tidak menyelesaikan masalah karena buffer yang terlalu besar akan meningkatkan delay karena antrian.
8

Andrew S. Tanenbaum. 1996. Computer Networks. Third Edition, Prentice Hall, Inc. hal 68

24

Kongesti sering kali terjadi dimana beberapa link masuk ke dalam single link seperti internal LAN yang dihubungkan dengan jaringan WAN. Kongesti juga dapat terjadi pada router pada jaringan inti dimana trafik yang terjadi lebih besar daripada kemampuan yang mampu ditangani router tersebut. Pada sistem WLAN yang menggunakan Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS), satu kanal dipakai bersama-sama oleh multiuser. Sedangkan metode akses yang digunakan oleh WLAN adalah CSMA/CA. Dalam sistem ini setiap stasiun yang akan mengirimkan frame data harus merasakan kanal, bila kanal dalam keadaan idle (mengganggur), stasiun dapat mengirimkan pesan, sedangkan bila kanal dalm keadaan busy (sibuk), maka stasiun tersebut akan mengantri untuk dikirimkan dan mendapatkan backoff time. Antrian biasanya terjadi bila dua stasiun atau lebih memulai transmisi pada waktu bersamaan. Kongesti yang terjadi dalam kanal diakibatkan adanya antrian paket dari tiap stasiun yang menunggu untuk dikirimkan. Semakin banyak jumlah stasiun yang akan mengirimkan paketnya, semakin tinggi probabilitas terjadinya kongesti pada kanal. Beberapa teknik berikut dapat digunakan untuk mengatasi kongesti. End-system flow control Ini bukan skema kontrol kongesti tetapi cara untuk menjaga agar sender tidak mengirimkan paket berlebih kepada receiver. Network congestion control Mekanisme ini hampir sama dengan end-to-end flowcontrol tetapi difokuskan untuk mengurangi kongesti pada jaringan, bukan pada receiver. Network-based congestion avoidance Pada skema ini, router mendeteksi kemungkinan terjadinya kongesti sehingga router memperkecil paket yang dikirim sebelum antrian menjadi penuh. Setiap diskusi mengenai kongesti pasti membahas mengenai antrian. Buffer pada jaringan dibentuk dengan beberapa macam teknik. Dengan mengatur buffer akan meminimalisasi terjadinya kongesti dan paket yang di drop sehingga akan meningkatkan performansi jaringan. Teknik paling dasar adalah FIFO (first in first out) dimana paket diproses sesuai dengan kedatangannya. Sehingga paket yang datang pertama adalah paket yang terlebih dahulu diproses.

25

2.9 Quality of Service Radio Link atau WLAN Kemampuan menyediakan jaminan performansi dan diferensiasi layanan dalam network sering diacu dengan istilah QoS (quality of service). ITU, dalam rekomendasi E.800, mendefinisikan QoS sebagai pengaruh kolektif atas performansi layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakai layanan. QoS-Forum mendefinisikan QoS sebagai ukuran kolektif atas tingkat layanan yang disampaikan ke pelanggan, ditandai dengan beberapa kriteria yang meliputi availabilitas, error performance, response time and throughput, sambungan atau transmisi yang hilang akibat kongesti, waktu setup, dan kecepatan deteksi dan koreksi kesalahan. Sebuah AP membuat sebuah coverage area atau sel yang menghasilkan sejumlah throughput yang dipakai bersama-sama oleh seluruh client (stasiun) yang berada di dalam sel, yang terasosiasi dengan AP. Dalam sistem Ethernet sebuah sel adalah collision domain. Pada Ethernet, kita dapat menentukan secara tepat jumlah client dalam collision domain dengan memilih berbapa banyak jumlah port dalam Ethernet hub yang akan digunakan. Pada Wi-Fi, tidak memiliki physical port, sehingga untuk membatasi dan menentukan (meningkatkan) jumlah pengguna kita dapat mengatur coverage area. Atau dengan cara lain yang nantinya akan diteliti, yaitu dengan mekanisme kontrol kongesti berbasis tarif pada sistem Wi-Fi. Perencanaan kapasitas bandwidth pada Ethernet adalah sudah jelas, dimana jumlah pengguna yang terhubung dengan sebuah hub adalah sama dengan jumlah pengguna dalam collision domain. Pada WiFi, jumlah pengguna dapat berubah-ubah dengan masuk dan keluarnya pengguna dalam coverage area. Biasanya, dengan transmisi yang melalui gelombang radio, throughput adalah subjek yang dipengaruhi oleh faktor yang berubah-ubah seperti interferensi yang menurunkan throughput, atau jumlah pengguna yang besar sehingga menyebabkan terjadinya kongesti dalam kanal juga dapat menyebabkan turunnya nilai throughput. Beberapa jenis pengguna yang berbeda memiliki kebutuhan throughput rata-rata yang berbeda-beda. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan QoS dari suatu jaringan WLAN, antara lain: Availability, yaitu persentase hidupnya sistem atau subsistem telekomunikasi. Idealnya, availability harus mencapai 100%.

26

Throughput, yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps. Maka penggunaan sebuah saluran secara bersama-sama juga akan mengurangi nilai ini. Packet Loss, adalah jumlah paket yang hilang. Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Paket yang hilang ini harus diretransmisi, yang akan membutuhkan waktu tambahan. Delay didefiniskan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data dari sumber (pengirim) ke tujuan (penerima), sedangkan bandwidth adalah kecepatan maksimum yang dapat digunakan untuk melakukan transmisi data antar komputer pada jaringan IP atau internet. Jitter, atau variasi dalam latency, variasi delay yang terjadi akibat adanya selisih waktu atau interval antar kedatangan paket di penerima, variasi- variasi dalam panjang antrian, dalam waktu pengolahan data, dalam waktu yang dibutuhkan untuk retransmisi data (karena jalur yang digunakan juga berbeda), dan juga dalam waktu penghimpunan ulang paketpaket di akhir perjalanan.

Pada penelitian ini akan digunakan empat parameter tersebut yaitu packet loss, delay, jitter dan throughput dari sistem. 2.10 Kualitas Gambar Monitoring Jembatan Timbang Kualitas gambar merupakan faktor utama yang secara langsung bisa dilihat oleh pengguna untuk menyatakan kepuasan atas apa yang dihasilkan dari penggunaan radio link/wireless yang diaplikasikan pada Jembatan Timbang Online Di Jawa Timur dan salahsatu cara yang digunakan untuk penentuan kualitas gambar adalah dengan menggunakan penilaian subyektif dari responden. Satuan kualitas gambar dan suara yang digunakan biasanya disebut Mean Opinion Score (MOS).

27

Berikut prosedur pengukuran MOS berdasarkan ITU-T P.9119 o Viewing and Listening Condition 1. Ukuran Ruangan ( volume ruangan ). 2. Jarak user ke monitor (media viewer). 3. Peak Luminance dari monitor (100-200 cd/m2). 4. Perbandingan luminance antara inactive screen dengan peak luminance ( 0.05). 5. Perbandingan luminance antara pada saat monitor hanya menampilkan ruangan yang gelap dengan yang terang ( 0.1). 6. Nilai chromacity dari background (D65). 7. Besarnya intensitas pencahayaan ruangan ( 20 lux). 8. Background Noise Level ( 30 dBA). 9. Listening Level (~80 dBA). 10. Waktu lamanya Gema (gaung) ( 500ms, f >150 Hz). Processing and Playback System Ada dua metode : 1. Dengan mengirimkan audio visual secara real-time ketika implementasi berlangsung, yang mana pada saat itu koresponden langsung melihat, mendengarkan dan memberi penilaian. 2. Pada saat implementasi telah berlangsung (off-line) dan hasil audio visual disimpan suatu media penyimpan data. Pada metode kedua hasil dari audio visual yang akan dinilai harus direkam ke bentuk format digital. Source Signal 1. Sequence audio visual yang akan di voting direkam ke dalam suatu media penyimpanan data. 2. Waktu Voting 8<t 10 detik. 3. Sequence audio visual hendaknya suatu percakapan yang sempurna (tidak ada pemotongan suatu kata).

...., ITU-T P.911, http://www.itu.int/itu-t/publications, Juli 2007. 28

4. Sequence audio visual tidak boleh terdiri dari suatu percakapan yang diulang-ulang (percakapan yang pendek diulang kembali). Audiensi 1. Jumlah audiensi berkisar dari 6 sampai 40 orang, empat orang merupakan jumlah mutlak minimum. 2. Idealnya sebanyak 15 orang. 3. memiliki mata yang normal (tidak rabun dan tidak buta warna). 4. 4-8 orang yang ahli bisa menghasilkan penilaian yang indikatif. 5. Audiensi sebelum melakukan penilaian hendaknya dilakukan training session. Persepsi pengguna yang direpresentasikan dalam nilai dari MOS ditunjukkan pada tabel dibawah ini. o Tabel 2.1 Mean Opinion Score 10 Opini Pengguna MOS Score Sangat memuaskan 4.3-5.0 Memuaskan 4.0-4.3 Baik 3.6-4.0 Banyak yang tidak puas 3.1-3.6 Buruk 2.6-3.1 Tidak direkomendasikan 1.0-2.6

10

., VoIP Quality and Bandwidth Calculator, http://www.voiptroubleshooter.com/diagnosis/emodel.html, Juli 2007

29

[Halaman ini sengaja dikosongkan]

30

Anda mungkin juga menyukai