Anda di halaman 1dari 9

AL-BANJARI

PROPOSAL PENERBITAN AL-BANJARI JURNAL STUDI ISLAM KALIMANTAN VOL. 9, NO. 1 JANUARI 2010 Tema Tema STUDI NASKAH KEAGAMAAN DI KALIMANTAN Profil Singkat Nama Jurnal Kalimantan Penerbit Status ISSN Bahasa Jumlah oprah Sebaran pusat studi, nasional, dan internasional. Alamat Telpon/Fax Email Pimpinan Redaksi Kontak Person : Jl. A. Yani Km. 4,5 Banjarmasin 70235 : (0511) 3250801/ (0511) 3264143 : albanjari_pps@yahoo.com : Saifuddin (08158269563) : Ahmad Zakki Mubarak (085248444339) : Program Pascasarjana, IAIN Antasari :: 1412-9507 : Indonesia, Inggris, dan Arab : 500 exemplar : Mahasiswa, dosen, masyarakat umum, Perpustakaan lokal, : Al-Banjari, Jurnal Studi Islam

Pendahuluan

Naskah (manuskrip), kitab, risalah, buku dan karya ilmiah lainnya dapat dianggap sebagai salah satu representasi dari berbagai sumber lokal yang paling otoritatif dari berbagai informasi sejarah pada masa

AL-BANJARI
tertentu. Naskah merupakan salah satu warisan budaya bangsa di antara berbagai artefak lainnya, yang kandungan isinya mencerminkan berbagai pemikiran, pengetahuan, kepercayaan adat istiadat, masyarakat masa lalu. Masalah yang dihadapi dalam hal pernaskahan dan karya ilmiah dewasa ini, sebetulnya adalah masih banyaknya naskah-naskah tersebut yang tersimpan di kalangan masyarakat sebagai milik pribadi. Menjadi masalah karena pada umumnya naskah-naskah yang kebanyakan penulis pada sekitar abad 17 dan 18 tersebut terbuat dari kertas yang secara fisik tidak akan tahan lama. Sementara si pemiliknya sendiri umumnya hanya mengandalkan pengetahuan tradisional untuk merawatnya, sehingga seringkali naskah yang dimilikinya itu saling bertumpuk dengan benda lain, sehingga kertasnya menjadi lapuk, robek dan akhirnya hilang pula pengetahuan yang tersimpan didalamnya. Kalaupun terawat, umumnya hanya karena naskah-naskah tersebut dianggap sebagai benda keramat yang harus disimpan rapi, kendati isinya tidak pernah diketahui dan dimanfaatkan oleh khalayak umum. Fenomena itu juga terjadi di Kalimantan yang menurut pengamatan Karel A. Stenbrink,1 bahwa daerah Banjarmasin (Kalimantan Selatan) selama ini belum mendapat perhatian bagi usaha pengkajian serta pengumpulan naskah lama. Padahal daerah ini pernah menjadi pusat studi Islam yang banyak melahirkan karya-karya keagamaan dan sastra, disamping daerah Palembang dan daerah Aceh. Di antara tokoh besar yang pernah lahir di daerah ini antara lain Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan karyanya yang monumental Kitab Sabilal Muhtadin dan 12 karya lainnya. Syekh Muhammad Nafis dengan karyanya al-Durr al-Nafis, Datu Ambulung, Datu Sanggul, Muhammad Sarni, Rafii Hamdi, H.M. Laily Mansur, dan masih banyak tokoh lainnya dimana mereka mempunyai karya tulis masing-masing.
Karel Steenbrink, Beberapa Aspek tentang Islam di Indonesia Abad ke-19 (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 5. Lihat juga Ahmadi Isa, Ajaran Tasawuf Muhammad Nafis dalam Perbandingan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001) , h.12
1

serta perilaku

AL-BANJARI
Karya-karya tersebut sebagaimana sudah ada yang diterbitkan sementara sebagian yang lain masih tersimpan pada keturunan penulis, kondisinya kemungkinan kurang terpelihara dengan baik. Berbagai upaya untuk melestarikan dan memanfaatkan naskahnaskah lama seperti telah dijelaskan di atas, tampak sangat mendesak untuk segera dilakukan. Hal ini setidaknya didasarkan dua hal, yaitu: Pertama, banyaknya data penting berkaitan dengan fenomena keagamaan yang terdapat dalam naskah-naskah tersebut, dan kedua, sudah semakin rapuhnya kondisi fisik naskah-naskah tersebut seiring dengan berjalannya waktu. Hal ini jika dibiarkan akan mengakibatkan punahnya sebuah sumber penting yang merupakan kekayaan intelektual anak bangsa. Kemungkinan punahnya naskah-naskah itu juga dapat akibat minimnya tingkat pemahaman masyarakat pemiliknya atas nilai-nilai luhur yang terdapat di dalamnya. Sekelompok masyarakat misalnya pernah dengan sengaja membakar sejumlah naskah, karena menganggap naskah-naskah itu hanya timbunan kertas usang berdebu yang mengganggu kebersihan rumah. Atau terbakar dengan tidak sengaja, sebagaimana terjadi di kampung Dalam Pagar Martapura Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan, ketika terjadinya kebakaran besar di kampung tersebut awal tahun 90-an. Oleh karenanya, upaya-upaya untuk memelihara dan melestarikan naskah tersebut harus segera dilakukan, antara lain dengan melakukan studi atas naskah-naskah tersebut dan mempublikasikannya, agar kandungan isinya dapat terus ditransmisikan kepada masyarakat dan diketahui oleh generasi berikutnya.

Permasalahan

AL-BANJARI
Beranjak dari pemikiran di atas, menarik untuk diadakan studi sekaligus mengoleksi, memelihara, melestarikan dan memanfaatkan karya-karya ilmiah ulama Kalimantan tersebut di atas. Adapun permasalahan yang akan diungkap adalah: 1. Apakah kontribusi para ulama Kalimantan yang berkarya dalam bidang Tauhid, Fikih dan Tasawuf tersebut bagi keluarga, pendidikan, pekerjaan dan peran dakwahnya dalam masyarakat. 2. Apakah deskripsi naskah karya-karya ulama Kalimantan tersebut masih eksis sampai dewasa ini. 3. Apakah naskah karya-karya ulama Kalimantan tersebut mampu bertahan dengan kencangnya budaya global.

Tujuan

Tujuan diterbitkannya edisi ini dengan tema di atas adalah: 1. Memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang naskah karyakarya ulama Kalimantan terkini? 2. Menggali nilai-nilai yang terkandung dalam deskripsi naskah karyakarya ulama Kalimantan yang memberikan konstribusi bagi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, dari segala bidang? 3. Menganalisis posisi naskah karya-karya ulama Kalimantan berhadapan dengan Kebayaan global, terutama dalam di arena pertarungan modernisme dan postmodernisme? Sub-tema Untuk menkritisi dan menjawab permasalahan tersebut, subtema-

subtema dalam penerbitan edisi ini adalah: 1. Manuskrip-manuskrip keagamaan di Kalimantan

AL-BANJARI
Di Kalimantan Selatan, pembacaan kitab-kitab manakib juga tersebar luas baik dikalangan pengikut tarekat maupun di kalangan masyarakat umum. Di wilayah ini, kitab manakib Syekh Abd al-Qadir al-Jaylani dan Syekh Muhammad Samman al-Madani merupakan kitab manakib yang paling populer terutama kitab manakib Syekh Samman, karena terkait erat dengan popularitas ulama karismati K.H. Muhammad Zaini ibn Abdul Ghani (1948-2005). yang ikut berperan besar mempopulerkan haulan dan manakib Syekh Samman. Perkembangan tarekat Sammaniyah sendiri tidak terlepas dari pengaruh Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Syekh Muhammad Nafis al-Banjari, dua ulama Banjar alumni Timur Tengah generasi awal. Kemunculan sejarah kitab manakib dan konsep manakib yang ditulis ulama Banjar ini (terutama dalam rentang waktu tahun 1999 sampai 2005) tentu menarik untuk dikaji secara lebih mendalam tentang isi kandungannya, tokoh-tokoh yang ditulis dalam manakib, motif-motif penulisannya, faedah atau keistemewaan pembacanya dan pandangan-pandangan ulama Banjar tentang manakib, wali, keramat dan tawassul yang terdapat dalam kitab-kitab manakib tersebut. 2. Penomena Naskah Kajian Islam lokal di Kalimantan Untuk beberapa waktu yang cukup lama, naskah-naskah keagamaan masa lalu di Kalimantan Selatan tampaknya luput dari perhatian. Paling tidak hanya terbatas pada karya-karya yang sangat populer seperti, Sabilal Muhtadin dalam bidang fiqh atau Durrun nafis dalam bidang tasawuf. Sedangkan teks-teks lainnya hanya sedikit yang tersentuh, apalagi sebagai objek penelitian. Jika ditelusuri, sebenarnya banyak teks-teks yang tersebar di masyarakat Kalimantan Selatan, sebagiannya bersifat anonim, teksteks model ini biasanya identik dengan tasawuf. Penyebaran teks-teks tersebut biasanya tidak bersifat terbuka, tetapi terbatas pada kelompok-kelompok tertentu yang memiliki kesamaan faham.

AL-BANJARI
Terlepas dari berbagai kontroversi isi mengenai tasawuf yang

ditawarkan, pada dasarnya keberadaan teks bisa menjadi bagian dari rekaman masa lalu. Oleh sebab itulah perlu ada upaya penyelamatan terhadap teks-teks anonim tersebut sebagai bagian dari dokumen sejarah, yang tentunya masyarakat hal itu merefleksikan hingga mata rantai dalam kecenderungan dari dulu sekarang

merespon ajaran esoterisme Islam. 3. Dokumen-dokumen masalah Islam lokal dan permasalahannya Dilatarbelakangi pentingnya holistisitas ilmu dalam Islam, tulisan ini bermaksud menganalisis pendekatan sufistik dalam Risalah Rasam Parukunan karya Tuan Guru Haji Abdurrahman bin Muhammad Ali Sungai Banar Amuntai. Dari hasil analisis ditemukan bahwa muatan tasawuf yang terkandung dalam Rasam Parukunan sangat bercorak akhlaqi, sehingga lebih dapat diterima secara lebih luas di kalangan umat Islam. Bahkan, tasawuf akhlaqi yang tertuang sebagai indikator keimanan dan keislaman dalam rasam sangat efektif digunakan pada level individu sebagai wahana evaluasi diri (muhasabah al-nafs). Sebaliknya, muatan tersebut kurang efektif jika digunakan sebagai indikator sosial untuk mengukur keberagamaan umat Islam. Di samping itu, Rasam Parukunan juga diarahkan oleh penulisnya untuk mengurangi kesenjangan keilmuan, terutama antara ahli fikih dan ahli tasawuf.

Deadline Pengiriman Naskah

Naskah sudah diterima redaksi, via email albanjari_pps@yahoo.com, paling lambat 10 Desember 2009, Naskah yang dikirim harus memuat: (1) Judul; (2) Abstarak Naskah tiga Bahasa (Indonesia, Arab dan Inggris); (3) Keyword; (4) Pendahuluan; (5) Isi dari Pembahasannya; (6)

AL-BANJARI
Penutup; (7) Biodata singkat dan nomor telpon penulis, Ketentuan Penulisan Naskah dapat dilihat dalam Lampiran.

Sekretariat Redaksi

Redaksi Al-Banjari Jurnal Studi Islam Kalimantan Program Pascasarjana IAIN Antasari Jl. A. Yani, Km 4,5, Lantai I, Banjarmasin 70235 Telp. Dan Faks. (0511) 3250801, (0511) 3264143 Email albanjari_pps@yahoo.com Website: www.pps-antasari.ac.id
Ketentuan Penulisan Naskah

Naskah yang dikirimkan ke redaksi AL-BANJARI: Jurnal Studi Islam Kalimantan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Bersifat ilmiah, berupa kajian atas masalah-masalah yang menyangkut


studi Islam Kalimantan; 2. Naskah yang dikirimkan merupakan naskah yang belum pernah dipublikasikan dalam penerbitan apapun dan atau tidak sedang diminta penerbitannya oleh media lain;

3. Setiap naskah ditulis secara berurutan terdiri dari judul, nama penulis,
abstrak, kata kunci, isi, dan daftar pustaka; 4. Abstrak ditulis dalam bahasa Inggris antara 100 s.d. 150 kata yang memuat tujuan, metode, dan hasil penelitian untuk naskah yang merupakan hasil penelitian dan latar belakang masalah, bahasan, dan simpulan untuk naskah berupa artikel; 5. Kata kunci maksimal 5 kata yang mencerminkan isi naskah; 6. Isi naskah terdiri dari 7000 s.d. 9000 kata atau 15 s.d. 20 halaman ukuran kwarto dengan spasi rangkap;

AL-BANJARI
7. Naskah ditulis dengan menggunakan footnote (catatan kaki) yang
memuat nama penulis, judul tulisan, kota tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun terbit serta halaman sebagaimana contoh berikut:

Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition, (Chicago and London: The University of Chicago Press, 1982), h. 37-38.

8. Daftar pustaka disusun secara alfabetis yang memuat nama penulis, judul tulisan, kota tempat penerbitan, dan nama penerbit dan tahun penerbitan sebagaimana contoh berikut:

Syahrr, Muhammad, al-Kitb wa al-Qurn: Qirah Mushirah, Damaskus: al-Ahly Lithibah wa al-Nasyr wa al- Tauz, 1990.

9. Naskah diketik rangkap dalam program Microsoft Word dan disertai


dengan file dan di kirimkan ke: Redaksi jurnal Al Banjari Program Pascasarjana IAIN Antasari Jln. Jend. Ahmad Yani, Km.4,5 Banjarmasin KP. 70235. 10.Naskah yang masuk redaksi akan dinilai oleh mitra bestari dengan kategorisasi pada tiga hal: (a) Diterima tanpa revisi; (b) Diterima dengan revisi; dan (3) Ditolak.

11. Naskah yang dimuat akan diberi jurnal dan off-print.


Penutup Demikian TOR ini disusun sebagai acuan dalam penulisan naskah yang dikirimkan untuk Nomor 1, Januari 2010. Al-Banjari Jurnal Studi Islam Kalimantan, Vol. 9,

Banjarmasin, 11 September 2009 Pimpinan Redaksi Jurnal

Dr. Saifuddin, M.Ag

AL-BANJARI

Anda mungkin juga menyukai