Anda di halaman 1dari 12

Akhirnya Demokrat Belajar Mendengar

Jimmy Hitipeuw | Minggu, 10 April 2011 | 06:53 WIB

Rancangan gedung baru DPR RI. JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai kritik terhadap Dewan Perwakilan Rakyat yang ngotot meneruskan rencana pembangunan gedung baru DPR melunakkan sikap sebagian pimpinan Dewan. Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Mohammad Jafar Hafsah di Jakarta, Sabtu (9/4/2011), mengutarakan, fraksinya akan mendukung jika rakyat menghendaki rencana itu ditinjau atau ditangguhkan sementara. Bahkan, jika rakyat ingin gedung baru DPR itu jangan dibangun dengan berbagai pertimbangan, Fraksi Partai Demokrat (F-PD) akan mengikuti suara rakyat. Pembangunan itu bisa ditinjau ulang, ditangguhkan, atau ditunda sampai waktu yang lebih kondusif, tuturnya. Padahal, F-PD adalah fraksi pendukung pembangunan gedung baru DPR senilai Rp 1,138 triliun itu. Hanya Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) dan Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang menolak pembangunan gedung baru DPR dalam rapat konsultasi pimpinan DPR. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga menolak pada Rapat Paripurna DPR (Kompas, 8-9/4/2011). Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Marwan Jafar menilai pimpinan Dewan tak utuh menyampaikan sikap fraksi. PKB meminta rencana pembangunan gedung DPR tersebut dievaluasi, ditunda dulu.

Kader Demokrat pun meminta pembangunan gedung baru DPR itu setidaknya ditunda, seperti sinyalemen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Saan Mustopa, misalnya, meminta pimpinan DPR memerhatikan sinyalemen Presiden, yang merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, yang meminta evaluasi, penundaan, bahkan pembatalan pembangunan gedung yang tak patut dan tidak mendesak (Kompas, 8-9/4/2011). Menurut Jafar Hafsah, F-PD akan lebih dulu berusaha meyakinkan masyarakat akan pentingnya pembangunan gedung baru DPR. Gedung baru dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja DPR, perbaikan tata kelola kedewanan, dan penguatan kelembagaan. Rencana ini mulai disusun sejak DPR periode 2004-2009, desainnya sudah ada, dan sekarang sedang dalam proses. Kami setuju pembangunan gedung baru dengan catatan perlu dibuat lebih efisien, katanya lagi. Penghematan dilakukan dengan mengurangi biaya pembangunan. Dahulu dananya direncanakan Rp 1,8 triliun, tetapi beberapa waktu diturunkan menjadi Rp 1,5 triliun, lalu jadi Rp 1,3 triliun, dan terakhir Rp 1,1 triliun. Namun, jika rakyat tetap berkehendak gedung baru itu belum dipandang perlu, kami siap melaksanakan itu. Kami akan ikuti suara rakyat, ungkapnya. Peninjauan rencana pembangunan gedung DPR bisa dilakukan dengan mengajak pimpinan DPR kembali membicarakannya, bisa juga digelar rapat paripurna lagi. Audit anggaran gedung Secara terpisah, Organisasi Advokat Indonesia (OAI) meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera memeriksa berkas pembangunan gedung baru DPR tersebut. Hal itu karena, menurut Adi Partogi SS dari OAI, ada indikasi kerugian negara dan mark up (penggelembungan anggaran) dalam proyek itu. Koalisi Masyarakat Sipil juga menduga ada persekongkolan pada proyek gedung baru DPR. Menurut Roy Salam dari Koalisi, ada dana sekitar Rp 14 miliar yang dikeluarkan sejak tahun 2008 terkait dengan rencana pembangunan gedung baru DPR yang tidak bisa

dipertanggungjawaban DPR.

Terkait dana sekitar Rp 14 miliar yang dikeluarkan dalam pembangunan itu, Jafar Hafsah setuju jika KPK menelaah kemungkinan adanya tindak pidana korupsi. Terkait dana yang sudah dikeluarkan, DPR siap diperiksa KPK. DPR malah meminta KPK untuk mendampingi dan memberikan pemahaman bagaimana mengelola keuangan yang benar, ujarnya. Juru Bicara KPK Johan Budi mengakui, KPK sedang menelaah dana yang dikeluarkan dari total rencana biaya pembangunan gedung baru DPR. Telaah untuk mencari kemungkinan adanya korupsi dalam proses itu. Menurut Johan, KPK sudah menerima data dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) terkait dengan dana miliaran rupiah yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan gedung baru DPR. Kebenaran data tersebut sedang dicek. Johan menuturkan, dalam 30 hari ini, telaah KPK akan selesai dan kemudian diberitahukan kepada LSM yang melapor. Psikolog sosial Bagus Takwin heran dengan sikap DPR yang tetap ngotot meneruskan pembangunan gedung baru. Padahal, sebagian besar rakyat sudah mengkritik dan menolak rencana itu. Kenapa DPR ngotot? Jangan-jangan jika rencana itu batal, ada yang tak dapat uang proyek atau komisi? katanya. Indonesia Corruption Watch dan Malang Corruption Watch, Sabtu, meminta Presiden mencopot Ketua DPR Marzuki Alie karena tindakannya merugikan Partai Demokrat. Marzuki merupakan kader Partai Demokrat. (IAM/ANA)

Golkar Sulut: Lumentut Bukan Anggota


I Made Asdhiana | Sabtu, 9 April 2011 | 22:07 WIB

Golkar dan Demokrat.

MANADO, KOMPAS.com Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Vecky Lumentut yang sebelumnya aktif berkecimpung di Partai Golkar oleh Golkar Sulut dianggap bukan anggota partai berlambang Pohon Beringin ini. Hal tersebut disampaikan oleh Sherpa Manembu, Pengurus Partai Golkar Sulut. "Pak Lumentut bukanlah anggota. Beliau ini hanyalah simpatisan karena yang bersangkutan berstatus PNS," katanya, Sabtu (9/4/2011). Meskipun demikian, menurut Ketua Komisi III DPRD Sulut ini, Lumentut masih menjabat sebagai ketua di sebuah organisasi masyarakat Partai Golkar. Ia berharap Lumentut segera melepaskan jabatan ketua yang ia sandang. Kepopuleran Lumentut, mulai dari keberhasilannya mendapatkan kursi nomor satu di Manado hingga kini menjadi Ketua Partai Demokrat Sulut, menurut Manembu, tak membuat Partai Golkar Sulut menyesal kenapa tak mengusung Vecky Lumentut dalam pilkada Manado. "Itu hal yang biasa karena memang kami prioritaskan pengurus, maka HJP (Hanny Jost Pantouw) yang kami usung," ujarnya. Selain itu, lanjut Manembu, Golkar memiliki banyak kader. Perpindahan Lumentut merupakan hal yang wajar dan merupakan bagian dari dinamika politik. Manembu menegaskan, Lumentut hanyalah simpatisan dan tak memiliki kartu anggota Partai Golkar. (Tribun Manado/Robertus Rimawan P)

Golkar Ikhlas Walkot Manado ke Demokrat


I Made Asdhiana | Sabtu, 9 April 2011 | 21:48 WIB

Ketua DPR Priyo Budi Santoso

JAKARTA, KOMPAS.com Wakil Ketua DPR dalam kapasitasnya sebagai seorang Ketua DPP Partai Golkar, Priyo Budisantoso, kecewa berat atas sikap Wali Kota Manado Vicky Lumentut yang hijrah ke Partai Demokrat (PD). Vicky Lumentut sebelumnya tercatat sebagai fungsionaris Golkar yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah MKGR Sulawesi Utara. Kini, Vicky tercatat sebagai salah satu pimpinan DPD PD Sulut. "Lumentut adalah salah satu kader terbaik di MKGR. Kita tentu tak bisa menghalangi (hijrah ke Demokrat), silakan saja. Saya sebagai Ketua MKGR tentu ikhlas, nanti kita cari pengganti yang terbaik," kata Priyo saat mengikuti acara Press Gathering Koordinatoriat Wartawan DPR, Sabtu (9/4/2011). Priyo kemudian berpesan khusus kepada Vicky untuk tetap seperti dulu, mengembangkan ide-ide cemerlang. "Yang jelas, kami hargai langkah pimpinan teras PD, merekrut, mendorong tokohtokoh hebat. Tapi, kita tak akan serobot kader partai lain dan mungkin di PD tidak dipertimbangkan," ujarnya. (Tribunnews/Rachmat Hidayat)

PPP Minta Evaluasi Setgab Didahulukan


Republika Rab, 16 Mar 2011 17.07 WIB REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Partai Persatuan Pembangunan (PPP) mendesak dilakukannya evaluasi koalisi secara menyeluruh terlebih dahulu. Setelah itu, baru bicarakan pergantian pimpinan harian Sekretariat Gabungan (Setgab) partai koalisi. Sekretaris Jendral PPP, Irgan Chairul Mahfiz menyatakan, masalah struktur Setgab koalisi lebih baik dikesampingkan lebih dahulu. Menurut dia, Setgab koalisi harusnya segera membicarakan kesepakatan-kesepakatan baru pasca kisruh di internal koalisi pendukung SBY setelah hak angket. "Jangan bicara struktur dulu, sekarang yang penting penataan komitmen di koalisi," tuturnya kepada Republika, Rabu (16/3).

Irgan menuturkan, saat ini kesepakatan baru perlu dibangun, lantaran banyak hal yang terlanggar sebelumnya. Oleh karena itu, sambung dia, justru evaluasi saat ini menjadi untuk dibahas baru penataan struktur. "Mau dipertahankan, diganti, digilir atau presidium tidak bisa diwacanakan saja, dikonsultasikan dulu format koalisi ke depan seperti apa," tegasnya. Irgan menjelaskan, sampai saat ini belum ada pertemuan di internal Setgab koalisi untuk mengevaluasi pasca Rapat Paripurna yang mendorong hak angket soal pajak. Menurut dia, wacana pergantian Ketua Harian Setgab bisa dipahami lantaran Golkar menjadi partai yang giat mendorong hak angket bisa digolkan. "Wacana itu sah-sah saja, tapi kami ingin pembahasan soal evaluasi dulu baru struktur itu nantinya jadi satu paket," tukasnya.

Ical: Golkar tetap Berada Dalam Koalisi


Republika Sab, 9 Apr 2011 20.34 WIB REPUBLIKA.CO.ID,Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Aburizal Bakrie menyatakan, Partai Golkar akan tetap berada dalam koalisi partai politik pendukung pemerintah hingga 2014. "Kami menilai kontrak baru koalisi partai politik tidak mengekang dan menyeragamkan partai politik anggotanya. Partai Golkar akan menandatngani kontrak baru koalisi," kata Aburizal Bakrie di sela kegiatan panen perdana udang lobster air tawar di Desa Cogrek, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu. Hadir juga pada kegiatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Wakil Bendahara Umum DPP Partai Demokrat Airlangga Hartarto, serta pengurus lain Partai Golkar. Menurut dia, dalam kontrak baru koalisi tersebut setiap partai politik anggotanya masih memiliki identitas masing-masing.

Sebelumnya, Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar HR Agung Laksono mengatakan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie masih terus berkomunikasi dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait draf kontrak baru koalisi partai-partai politik. "Draft tersebut belum selesai, masih terus dikomunikasikan antara Pak Ical dan Presiden SBY," ujar HR Agung Laksnono di Jakarta, Kamis (7/4). Menurut Agung, komunikasi yang dilakukan untuk mencari titik temu yang baik khususnya bagi seluruh partai koalisi dalam Sekretariat Gabungan (Setgab). Kontrak baru tersebut, kata dia, nantinya tidak hanya untuk kepentingan partai koalisi tapi untuk kepentingan nasional sehingga kinerja koalisi akan lebih baik dan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Idrus Marham mengatakan, tidak ada kontrak baru bagi koalisi partai politik pendukung pemerintah, namun yang ada hanya penguatan atas butir-butir kontrak yang telah ditandatangani sebelumnya. "Kontrak politik yang sedang dikomunikasikan dalam pemahaman Partai Golkar bukan kontrak baru, tapi kesepakatan untuk penguatan dari kontrak yang ditandatangani sebelumnya," kata Idrus Marham di Jakarta, Jumat (8/4).

Presiden Minta Anggota Koalisi Tingkatkan Komitmen Dukungan


Antara Kam, 10 Mar 2011 15.46 WIB Jakarta (ANTARA) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta partai-partai politik anggota koalisi untuk meningkatkan komitmen mendukung setiap kebijakan pemerintah.

Permintaan itu, menurut Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis, disampaikan oleh Presiden Yudhoyono pada pertemuan dengan PPP. "Yang saya tangkap beliau sudah menilai baik komitmen yang dijalankan PPP. Yang saya tangkap, beliau menyampaikan penegasan, memang Presiden meminta untuk meningkatkan komitmen partai politik koalisi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah," jelas Suryadharma yang menjabat Menteri Agama dalam Kabinet Indonesia Bersatu II itu. Dalam pertemuan itu, lanjut Suryadharma, PPP pun menyampaikan penegasannya untuk tetap bersama pemerintah sampai akhir periode jabatan Presiden Yudhoyono pada 2014. Menurut dia, Presiden Yudhoyono pada pertemuan yang berlangsung santai itu menyampaikan keinginannya untuk menataulang koalisi agar berjalan lebih baik. "Beliau bilang nanti akan kita tata lagi dengan lebih baik. Saat ini posisi PPP menunggu, kita belum memberi masukan apa-apa. Kemarin sih kita ngobrol-ngobrol ringan saja begitu, tidak ada masukan secara khusus," ujarnya. Sementara itu Sekretaris Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengatakan, penataan ulang koalisi saat ini ditujukan untuk menyamakan persepsi partai politik anggota koalisi baik di tataran eksekutif maupun legislatif. "Koalisi itu di pemerintahan maupun di parlemen, jadi tidak bisa koalisinya mau di pemerintahan saja, tapi di parlemen tidak koalisi. Padahal, kebijakan pemerintahan kan dibuat bersama antara pemerintah dengan parlemen," tuturnya. Karena itu, lanjut Andi, partai politik yang berada di eksekutif maupun di parlemen harus memiliki semangat yang sama dan sejalan agar koalisi dapat berjalan baik serta efektif. Sedangkan mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring kembali mengingatkan agar proses komunikasi dalam koalisi dan sekretariat gabungan diperbaiki guna menghindari kesalahpahaman.

Ia juga mengusulkan peninjauan ulang komitmen politik antara partai-partai politik pendukung koalisi dengan Presiden Yudhoyono yang ditandatangani pada Oktober 2009. "Kalau poinpoinnya perlu diperbaharui, kita sepakati bersama-sama, kita tandatangani bersama-sama. Yang jelas, apa pun kesepakatannya harus committed ke depannya, jangan berubah-ubah," ujarnya. Tifatul yang Menteri Kominikasi dan Informatika itu juga mengusulkan pemisahan anggota yang duduk dalam sekretariat gabungan koalisi dengan mereka yang menjabat dalam Kabinet Indonesia Bersatu II. Menurut dia, selama ini yang terjadi adalah kesalahpahaman serta kurangnya komunikasi antara partai politik pendukung koalisi yang berada di parlemen dalam menanggapi beragam isu yang berkembang sangat cepat. Masalah itu, lanjut dia, kemudian merembet ke dalam kabinet sehingga menimbulkan kesan seolah-olah terjadi perpecahan di dalam kabinet. "Karena yang sebenarnya sering salah ini kan yang di parlemen. Kemarin saja yang masalah itu di parlemen, terus dibawa-bawa ke kabinet. Padahal di kabinet tidak ada masalah, semua kompak kita. Jadi masalah sebenarnya bukan kabinet, itu sudah melalui evaluasi dari Presiden," demikian Tifatul.

Ruhut : Mau Ical Diganti Ngomong ke SBY


Oleh Metro TV News | Metro TV Sen, 14 Mar 2011 14.13 WIB Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Divisi Bidang Hubungan Masyarakat Partai Demokrat Ruhut Sitoempul mengaku tak tahu adanya keinginan mengganti Ketua Harian Sekretariat Gabungan Partai Koalisi Aburizal Bakrie alias Ical. Jika memang benar demikian, pihak tersebut harus bicara kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Setgab. Menurut Ruhut, wacana ini berkembang karena ada partai politik yang gerah dengan kedatangan Partai Golkar di Setgab. Parpol itu adalah Partai Amanat Nasional. "Itu yang kau sebut

pertama," kata Ruhut ketika wartawan menyodorkan apakah PAN, Partai Kebangkitan Bangsa atau Partai Keadilan Sejahtera yang tak sreg dengan kehadiran Golkar. Ruhut mengatakan, polemik di internal Setgab pascapernyataan SBY untuk mengevaluasi partai koalisi hanyalah bentuk perebutan kasih sayang SBY. "Mungkin ingin merebut kasih sayang Ketua Setgab," Ruhut enteng menjawab. Ruhut sendiri berpandangan kondisi di Setgab mengalir seperti air dan tetap mesra. Tidak ada permasalahan di sana. "Makanya yang merasa terebut itu ngomong dengan SBY," pinta Ruhut.(Andhini)

PAN Tegaskan Koalisi Harus Junjung Tinggi Persamaan


Antara Jum, 4 Mar 2011 16.08 WIB Konten Terkait

PAN Tegaskan Koalisi Harus Junjung Tinggi Persamaan Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Radjasa menegaskan partai-partai politik anggota koalisi harus menjunjung tinggi persamaan dalam berkoalisi.

"Bagi PAN persamaan dalam berkoalisi yakni diwujudkan dengan responsibilitas dan tanggung jawab," kata Hatta Radjasa usai peresmian ruang rapat Fraksi PAN DPR RI, Jakarta, Jumat. Peresmian ruang rapat Fraksi PAN DPR RI antara lain dihadiri Ketua Dewan Penasihat PAN Muhammad Amien Rais dan politisi PAN Dradjad Wibowo. Menurut dia, responsibilitas adalah ikut bersama-sama menjalankan pemerintahan yang prorakyat kemudian bertanggung jawab adalah menjalankan tugasnya dengan baik dan selalu agar terbentuk pemerintahan yang bersih, efektif, dan berwibawa. Esensi koalisi, kata dia, harus disamakan dan partai-partai politik anggota koalisi harus menyadari persamaan dalam koalisi. "Saat ini terjadi perdebatan di antara partai-partai politik anggota koalisi di medua massa," katanya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini menyayangkan, adanya perdebatan di antara partai politik anggota koalisi di media massa. Menurut dia, perdebatan itu harus segera diakhiri dan perlu diluruskan soal esensi persamaan dalam koalisi Hatta menjelaskan, perdebatan tersebut antara lain mempertanyakan soal keberadaan koalisi dalam sistem pemerintahan presidensial. "Meskipun koalisi tidak dikenal dalam sistem presidensial, tapi dalam sistem presidensial dengan multipartai meniscayakan terbentuknya persamaan koalisi baik di eksekutif maupun di legislatif," katanya. Polemik di antara politisi dari partai-partai politik anggota koalisi di media massa terutama setelah gagalnya usulan hak angket pajak pada rapat paripurna DPR RI, pada Februari lalu.

Jangan Berspekulasi Tarik PDIP Masuk Koalisi


Republika Jum, 4 Mar 2011 19.03 WIB REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Bambang Soesatyo mengingatkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebaiknya tidak mempertaruhkan

soliditas kabinetnya dengan berspekulasi menarik PDIP masuk anggota koalisi pendukung pemerintah."Publik bukan sekadar sudah memahami sikap politik PDI Perjuangan (PDIP) itu, tetapi juga mendukung dan mengapresiasi peran PDI-P sebagai partai penyeimbang," tandasnya kepada ANTARA di Jakarta, Jumat. Karena itu, menurut Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar itu, demi proses pendewasaan demokratisasi, Presiden pun hendaknya menghormati pilihan peran PDIP itu. "Jika Presiden terus 'menggoda' PDIP, kesan ketidakpastian makin menguat. Kinerja para menteri tidak maksimal karena kabinet selalu dihantui isu 'reshuffle'," ujarnya. Ujung-ujungnya, demikian anggota Komisi III DPR RI itu, yang dirugikan rakyat, karena kepentingannya terpinggirkan oleh perilaku mempertahankan kekuasaan. "Lebih dari itu, akan memperkuat asumsi bahwa Pemerintah tidak percaya diri," tandas Bambang Soesatyo. Karena, lanjutnya, terus menarik-narik PDI-P ke dalam koalisi. "Padahal, tindakan paling strategis yang perlu dilakukan presiden saat ini, adalah, memperkuat soliditas kabinet dan Setgab Koalisi serta mendorong kedewasaan berpolitik di DPR RI," katanya. Hal itu penting, demikian Bambang Soesatyo, untuk mencegah perilaku politik 'cengeng', pemaksaan kehendak dan mau menang sendiri, sehingga kepentingan rakyat terlupakan.

Anda mungkin juga menyukai