Anda di halaman 1dari 22

NO 1.

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL PARAF Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Tawarkan diet tinggi kalori, tinggi 1. Memberikan kalori bagi tenaga berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam protein (TKTP). dan protein bagi proses

kelelahan dan penurunan diharapkan berat badan. Tujuan: energy dan aktivitas Peningkatan dengan partisipasi penurunan

Intoleransi berhubungan kelelahan berat

penyembuhan.

dan 2. Berikan suplemen vitamin (A, B 2. Memberikan nutrisi tambahan. badan. kompleks, C dan K)

dalam aktivitas.

Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Melaporkan kekuata pasien. 2. Merencanakan untuk aktivitas perasaan sehat dan peningkatan kesehatan 3. Motivasi pasien untuk melakukan 3. Menghemat latihan yang diselingi istirahat. tenaga pasien

sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien.

memberikan 4. Motivasi dan bantu pasien untuk 4. Memperbaiki melakukan latihan dengan periode waktu yang ditingkatkan secara aktivitas bersamaan bertahap.

kesempatan istirahat yang cukup. 3. Meningkatkan dan latihan

secara umum dan percaya diri.

dengan kekuatan. 4. Bertambah

bertambahnya

berat

tanpa

peningkatan edema atau pembentukan asites. 5. Memperlihatkan asupan

nutrient yang adekuat dan menghilangkan dari diet. 2. Perubahan hipertermia suhu tubuh: Setelah dilakukan tindakan 1. Catat suhu tubuh secara teratur. 3x24 jam 1. Memberikan deteksi hati dasar dan untuk evaluasi alcohol

berhubungan keperawatan

dengan proses imflamasi diharapkan Perubahan suhu pada sirosis. tubuh: hipertermia Tujuan: Pemeliharaan suhu berhubungan dengan proses 2. Motivasi asupan cairan. tubuh yang normal. imflamasi pada sirosis.

intervensi. 2. Memperbaiki kehilangan cairan akibat perspirasi serta febris dan meningkatkan kenyamanan pasien. tingkat

Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Melaporkan suhu tubuh

yang normal dan tidak 3. Lakukan kompres dingin atau 3. Menurunkan panas melalui kantong es untuk menurunkan proses konduksi serta evaporasi, terdaptnya gejala menggigil atau perspirasi. 2. Memperlihatkan asupan kenaikan suhu tubuh. dan meningkatkan tingkat kenyamanan pasien. 4. Berikan antibiotic seperti yang 4. Meningkatkan diresepkan. konsentrasi

cairan yang adekuat. antibiotic serum yang tepat untuk mengatasi infeksi. 5. Hindari kontak dengan infeksi. 5. Meminimalkan resiko

peningkatan infeksi, suhu tubuh

secara laju metabolic. 6. Jaga agar pasien dapat beristirahat 6. Mengurangi laju metabolic. sementara suhu tubuhnya tinggi. 3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Batasi yang berhubungan dengan keperawatan pembentukan edema. Tujuan: diharapkan kulit 3x24 jam natrium seperti yang 1. Meminimalkan edema. pembentukan

diresepkan.

Gangguan yang 2. Berika perhatian dan perawatan 2. Jaringan dengan edema. yang cermat pada kulit. edematous nutrient dan kulit yang suplai rentan

Memperbaiki integritas

integritas kulit dan poteksi berhubungan jaringan yang mengalami pembentukan edema.

menggangu dan sangat

Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Mmemperlihatkan kulit yang ektremitas tubuh. 2. Tidak

terhadap tekanan serta trauma.

tugor 3. Balik dan ubah posisi pasien 3. Meminimalkan dengan sering. lama dan

tekanan

yang

normal pada dan batang

meningkatkan

moblisasi edema.

memperlihatkan 4. Timbang berat badan dan catat 4. Memungkinkan perkiraan status asupan serta haluaran cairan setiap hari. cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta kehilangan cairan dengan cara yang paling baik.

luka pada kulit. 3. Memperlihatkan jaringan yang normal tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu

didaerah tonjolan tulang. 4. Mengubah posisi dengan

5. Lakukan latihan gerak secara pasif, 5. Meningkatkan mobilisasi edema. tingkatkan ekstremitas yang

sering.

edematous.

6. Letakkan bantalan busa yang kecil 6. Melindungi tonjolan tulang dan di bawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya. 4. meminimalkan trauma jika

dilakukan dengan benar.

Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi dan catat derajat ikterus 1. Memberikan dasar untuk deteksi berhubungan ikterus dan dengan keperawatan status diharapkan 3x24 jam pada kulit dan sclera. perubahan intervensi. dan evaluasi

Gangguan

imunologi yang terganggu. Tujuan: integritas

integritas kulit berhubungan

Memperbaiki dengan ikterus dan status 2. Lakukan perawatan yang sering 2. Mencegah kekeringan kulit dan kulit dan imunologi yang terganggu. Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Memperlihatkan kulit pada kulit, mandi sabun tanpa dan meminimalkan pruritus.

meminimalkan iritasi kulit.

menggunakan

melakukan masase dengan losion pelembutan (emolien).

yang utuh tanpa terlihat luka atau infeksi. 2. Melaporkan tidak adanya pruritus. 3. Memperlihatkan pengurangan gejala ikterus pada kulit dan sclera. 4. Menggunakan dan emolien menghindari 3. Jaga agar kuku pasien selalu 3. Mencegah ekskoriasi kulit akibat pendek. garukan.

pemakaian sabun dalam menjaga hygiene seharihari. 5. Perubahan status nutrisi, Setelah dilakukan tindakan 1. Motivasi kurang dari kebutuhan keperawatan 3x24 jam
pasien untuk makan- 1. Motivasi sangat penting bagi

makanan dan suplemen makanan.

penderita

anoreksia

dan

tubuh berhubungan dengan diharapkan Perubahan status anoreksia dan gangguan nutrisi, integritas gastrointestinal. kebutuhan kurang dari

gangguan gastrointestinal.

tubuh 2. Tawarkan makan-makanan dengan 2. Makanan dengan porsi kecil dan dengan gangguan 3. Hidangkan
makanan porsi sedikit tetapi sering.

Tujuan: Perbaikan status berhubungan nutrisi. anoreksia integritas dan

sering

lebih

ditolerir

oleh

penderita anoreksia.
yang 3. Meningkatkan selera makan dan

gastrointestinal.
menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya.

Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Memperlihatkan makanan kalori yang tinggi asupan tinggi protein

rasa sehat.

4. Pantang alcohol.

4. Menghilangkan makanan dengan kalor kosong dan menghindari iritasi lambung oleh alcohol.

dengan jumlah memadai. 2. Mengenali makanan dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet. 3. Bertambah berat tanpa 5. Pelihara hygiene oral sebelum makan.

5. Megurangi cita rasa yang tidak enak dan merangsang selera makan.

memperlihatkan penmbahan edema

dan 6. Pasang ice collar untuk mengatasi 6. Dapat

mengurangi

frekuensi

pembentukan asites. 4. Mengenali dasar

mual.

mual.

pemikiran mengapa pasien 7. Berikan obat yang diresepkan untuk 7. Mengurangi harus makan sedikitmengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi.

gejala dan perasaan

gastrointestinal

sedikit tapi sering. 5. Melaporkan peningkatan

tidak enak pada perut yang mengurangi selera makan dan keinginan terhadap makanan.

selera makanan dan rasa sehat.

6. Menyisihkan alcohol dari 8. Motivasi peningkatan asupan cairan 8. Meningkatkan dalam diet. 7. Turut serta dalam upaya memelihara hygiene oral sebelum makan dan 9. Amati gejala yang mebuktikan adanya 9. Mendeteksi
perdarahan gastrointestinal. dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi.

pola

defekasi

yang normal dan mengurangi rasa tidak enak serta distensi pada abdomen. komplikasi

menghadapi mual. 8. Menggunakan obat untuk kelainan gastrointestinal

gastrointestinal yang serius.

seperti yang diresepkan. 9. Melaporkan gastrointestinal fungsi yang

normal dengan defekasi yang teratur. 10. Mengenali gejala fungsi

gangguan

gastrointestinal yang dapat

dilaporkan;

melena,

pendarahan yang nyata. 6. Resiko berhubungan hipertensi perubahan cedera Setelah dilakukan tindakan 1. Amati setiap feses yang diekskresi 1. Memungkinkan dengan keperawatan portal, diharapkan mekanisme berhubungan 3x24 Resiko jam cedera dengan untuk memeriksa warna, prdarahan dalam deteksi duktus

konsistensi dan jumlahnya.

gastrointestinal.

pembekuan dan gangguan hipertensi portal, perubahan 2. Waspadai gejala ansietas, rasa 2. Dapat menunjukan tanda-tanda dalam proses detoksifikasi mekanisme pembekuan dan obat. Tujuan: Resiko gangguan dalam proses penuh pada epigastrium, dini perdarahan dan syok.

kelemahan dan kegelisahan.

cedera detoksifikasi obat. Berkurang dengan sampai dengan hilang 3. Periksa setiap feses dan muntahan 3. Mendeteksi untuk mendeteksi darah yang membuktikan perdarahan. tanda dini yang adanya

berhubungan hipertensi perubahan

portal, dengan criteria hasil: mekanisme 1. Tidak memperlihatkan

tersembunyi.

pembekuan dan gangguan dalam proses detoksifikasi obat.

adanya perdarahan yang nyata dari traktus 4. Amati manifestasi hemoragi: 4. Menunjukan perbahan pada

gastrointestinal. 2. Tidak memperlihatkan

ekimosis, epistaksis, petekie dan perdarahan gusi.

mekanisme pembekuan darah.

adanya kegelisahan, rasa penuh pada epigastrium 5. Catat tanda-tanda vital dengan 5. Memberikan dasar dan bukti dan indikator lain yang menunjukan serta syok. 3. Memperlihatkan hasil hemoragi 6. Jaga agar pasien tenang dan 6. Meminimalkan membatasi aktivitasnya perdarahan dan mengejan. resiko interval waktu tertentu. adanya hipovolemia dan syok.

pemeriksaan

yang 7. Bantu dokter dalam memasang 7. Memudahkan kateter untuk temponade balon esophagus. nontraumatik

insersi untuk

kateter mengtasi

negative untuk perdarahan tersembunyi gastrointestinal. 4. Bebas dari daerah-daerah

perdarahan dengan segera pada pasien yang cemas dan melawan.

yang mengalami ekimosis 8. Lakukan atau hematom. 5. Memperlihatkan tandapembentukan

observasi

selama 8. Memungkinkan deteksi reaksi transfuse meningkatkan (resiko akan dengan

transfuse darah dilaksanakan.

pelaksanaan lebih dari satu kali transfuse yang diperlukan untuk mengatasi perdarahan aktif dari varises esovagus).

tanda vital yang normal. 6. Memperhatikan dalam keadaan istirahat tenang

ketika terjadi perdarahan aktif. 7. Mengenali rasional untuk melakukan transfuse darah dan tindakan guna 10. Pertahankan pasien dalam 10. Mengurangi resiko aspirasi isi lambung dan meminimalkan 9. Ukur dan catat sifat, waktu serta 9. Membantu mengevaluais taraf jumlah muntahan. perdarahan darah. dan kehilangan

mengatasi perdarahan. 8. Melakukan tindakan untuk mencegah (misalya, trauma menggunakan

keadaan puasa jika diperlukan.

resiko trauma lebih lanjut pada esophagus dan lambung dengan mencegah muntah.

sikat gigi yang lunak, membuang ingus secara perlahan-lahan, 11.

Berikan vitamin K seperti 11. Meningkatkan

pembekuan

menghindari

terbentur

yang diresepkan.

dengan

memberikan

vitamin

serta terjatuh, menghindari mengejan defekasi). 9. Tidak mengalami efek 12. pada saat

larut lemak yang diperlukan untuk mekanisme pembekuan darah.

samping pemberian obat. 10. obat Menggunakan semua seperti yang

Damping pasien secara terus- 12. Menenangkan selama episode merasa

oasien cemas

yang dan

menerus perdarahan.

memungkinkan

pemantauan

diresepkan. 11. Mengenali rasional

serta deteksi terhadap kebutuhan pasien selanjutnya.

untuk melakukan tindakan penjagaan dengan 13. Tawarkan minuman dingin 13. Mengurangi resiko perdarahan lebih lanjt dengan meningkatkan vasokonstriksi pembuluh darah esophagus dan lambung.

menggunakan semua obat.

lewat mulut ketika perdarahan teratasi (bila diinstruksikan).

14.

Lakukan

tindakan

untuk 14. Meningkatkan keamanan pasien

mencegah trauma: a. Mempertahankan yang aman. lingkungan a. Mengurangi resiko trauma dan perdarahan dengan

menghindari cedera terjatuh, terpotong, dll.

b. Mendorong

pasien

untuk

b. Mengurangi resiko epistaksis

membuang perlahan-lahan.

ingus

secara

sekunder akibat trauma dan menurunkan darah. pembekuan

c. Menyediakan sikat gigi yang lunak dan menghindari

c. Mencegah mukosa hygiene

trauma oral oral

pada

sementara yang baik

penggunaan tusuk gigi.

ditingkatkan.

d. Mendorong konsumsi makanan dengan kandungan vitamin C yang tinggi.

d. Meningkatkan penyembuhan.

proses

e. Melakukan

kompres

dingin

e. Mengurangi perdarahan ke dalam jaringan dengan

jika diperlukan.

meningkatkan vasokonstriksi local.

f. Mencatat perdarahan.

lokasi

tempat

f. Memungkinkan

deteksi

tempat perdarahan yang baru dan pemantauan tempat

perdarahan sebelumnya.

g. Menggunakan

jarum

kecil

g. Meminimalkan

ketika melakukan penuntiksn

peremembesan kehilangan darah

dan akibat

penyuntikan yang berkalikali.

15.

Memberikan

obat

dengan 15. Mengurangi

resiko

efek

hati-hati; pantau efek samping pemberian obat.

samping yang terjadi sekunder karena ketidak mampuan hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi (memetabolisasi)

obat secara normal. 7. Nyeri dan gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahanan tirah baring ketika 1. Mengurangi nyaman dengan berhubungan keperawatan hati yang diharapkan 3x24 Nyeri rasa jam dan nyaman hati 2. Berikan antispasmodic dan 2. Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen. pasien menglami ganggguan rasa nyaman pada abdomen. kebutuhan

metabolic dan melindungi hati.

membesar serta nyeri tekan gangguan dan asites. berhubungan

dengan

Tujuan : peningkatan rasa yang membesar serta nyeri keamanan tekan dan asites. Berkurang sampai dengan hilang

sedative seperti yang diresepkan.

dengan criteria hasil: 1. Mempertahankan baring aktivitas dan tirah 3. Amati, catat dan laporkan 3. Memberikan mendeteksi dasar lebih untuk lanjut

mengurangi nyeri

keberadaan serta sifat rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.

ketika

kemunduran keadaan pasien dan

terasa. 2. Menggunakan antisoasmudik

untuk mengevaluasi intervensi.

dan 4. Kurangi asupan natrium dan cairan 4. Meminimalkan jika diinstrusikan. asites lebih lanjut.

pembentukan

sedative sesuai indikasi dan resep yang diberikan. 3. Melaporkan pengrangan

rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada

abdomen. 4. Melaporkan rasa nyeri dan gangguan jika terasa. 5. Mengurangi asupan rasa nyaman

natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan untuk mengatasi asites. 6. Merasakan rasa nyeri. 7. Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang sesuai. pengurangan

8.

Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Batasi asupan natrium dan cairan 1. Meminimalkan berhubungan dengan asites keperawatan dan pembentukan edema. diharapkan 3x24 jam jika diintruksikan. asites dan edema.

pembentukan

Kelebihan

Tujuan : pemulihan kepada volume cairan berhubungan 2. Berikan diuretic, suplemen kalium 2. Meningkatkan ekskresi cairan volume cairan yang normal dengan pembentukan asites dan edema. dalam protein seperti lewat ginjal dan

dipreskripsikan.

mempertahankan keseimbangan cairan normal. serta elektrolit yang

Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Mengikuti diet rendah

natrium dan pembatasan 3. Catat asupan dan haluan cairan. cairan seperti yang

3. Menilai efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan.

diinstruksikan. 2. Menggunakan suplemen protein tanpa diuretic, 4. Ukur dan catat lingkar perut setiap 4. Memantau dan hari. pebentukan perubahan asites pada dan

kalium sesuai

indikasi efek 5. Jelaskan rasional

penumpukan cairan.

mengalami

samping. 3. Memperlihatkan peningkatan haluaran urin. 4. Mengidentifikasi rasional pembatasan natrium dan cairan.

pembatasan 5. Meningkatkan pemahaman dan kerja sama pasien dalam

natrium dan cairan.

menjalani dan melaksanakan pembatasan cairan.

9.

Perubahan proses berpikir Setelah dilakukan tindakan 1. Atasi protein makanan seperti yang 1. Mengurangi sumber ammonia berhubungan kemunduran dan dengan keperawatan fungsi 3x24 jam diresepkan. (makanan sumber protein).

hati diharapkan Perubahan proses kadar berpikir berhubungan dengan 2. Berikan kemunduran fungsi hati dan makanan sumber 2. Meningkatkan asupan

peningkatan

ammonia.

karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.

karbohidrat yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan energy dan mempertahankan protein terhadap proses pemecahannya untuk menghasilkan tenaga.

Tujuan: perbaikan status peningkatan kadar ammonia. mental Berkurang sampai dengan hilang dengan criteria hasil: 1. Memperlihatkan pebaikan status mental. 2. Memperlihatkan ammonia serum

kadar 3. Berikan dalam infeksi.

perlindungan

terhadap 3. Memeperkecil terjadinya kebutuhan lanjut.

resioko peningkatan

batas-batas yang normal. 3. Memiliki orientasi

metabolic

lebih

terhadap waktu, tempat dan orang 4. Melaporkan yang normal 5. Menunjukan terhadap aktivitas lingkungannya. perhatian dan di 5. Pasang bantalan pada penghalang 5. Memberikan disamping tempat tidur. perlindungan pola tidur 4. Pertahankan lingkungan agar tetap 4. Meminimalkan hangat dan bebas dari angin. menggigil meningkatkan metabolic. karena gejala akan

kebutuhan

kejadian

kepada pasien jika terjadi koma hepatic dan serangan kejang.

6. Batasi pengunjung.

6. Meminimalkan aktifitas pasien dan kebutuhan metaboliknya.

7. Lakukan pengawasan keperawatan 7. Melakukan pemantauan ketat yang cermat untuk memastikan keamanan pasien. terhadap terjadi trauma gejala dan pada yang baru

meminimalkan pasien yang

mengalami gejala konvusi.

8. Hindari pemakaian dari pemakaian 8. Mencegah penyamaran gejala dari preparat opiate dan koma hepatic dan mencegah overdosis sekunder obat akibat yang terjadi penurunan

barbiturate.

kemampuan hati yang rusak untuk memetabolisme preparat narkotik dan barbiturate.

9. Bangunkan dengan interval.

9. Memberikan stimulasi kepada pasien dan kesempatan untuk mrengamati tingkat kesadaran apsien.

10.

Pola efektif

napas

yang

tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Tinggikan bagian kepala tempat 1. Mengurangi tekanan abdominal 3x24 jam tidur. pada diagfragma dan

berhubungan keperawatan

dengan asites dan restriksi diharapkan Pola napas yang pengembangan akibat abdomen cairan toraks. asites, serta dalam toraks tidak efektif berhubungan

memungkinkan pengembangan toraks dan ekspansi paru yang maksimal.

distensi dengan asites dan restriksi adanya pengembangan toraks akibat rongga asites, distensi abdomen serta 2. Hemat tenaga pasien. adanya cairan dalam rongga Berkurang hilang sampai dengan 3. Ubah posisi dengan interval.

2. Mengurangi

kebutuhan

metabolic dan oksigen pasien.

Tujuan: perbaikan status toraks. pernapasan dengan

3. Meningkatkan

ekspansi

criteria hasil: 1. Mengalami perbaikan

(pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru.

pada status pernapasan. 2. Melaporkan pengurangan 4. Bantu pasien dalam menjalani 4. Parasentesis dan torakosentesis gejala sesak napas. 3. Melaporkan peningkatakan tenaga dan rasa sehat. 4. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (1218/menit) terdengarnya tanpa suara a. Berikan dukungan dan dalam parasintesis dan torakosentesis. (yang dilakukan untuk

megeluarkan cairan dari rongga toraks) merupaan tindakan yang menakutkan bagi pasien. a. Bantu pasien agar bekerja sama prosedur dalam ini menjalani dengan

pertahankanosisi menjalankan prosedur.

meminimalkan resiko dan gangguan rasa nyaman.

pernapasan tambahan. 5. Memperlihatkan pengembanngan toraks b. Mencatat jumlah dan sifat

b. Menghasilkan tentang cairan

catatan yang

yang penuh tanpa gejala

cairan yang diaspirasi.

pernapasan dangkal. 6. Memperlihatkan gas darah yang normal. 7. Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis. c. Melakukan observasi terhadap bukti terjadinya dipsnu batuk, atau

dikeluarkan

dan

indikasi

keterbatasan pengembangan paru oleh cairan.

c. Menunjukan iritasi rongga pleura dan bukti adanya gangguan fungsi respirasi oleh pneumothoraks hemotoraks atau

peningkatan

frekuensi denyut nadi.

(penumpukan

udara atau darah dalam rongga pleura). 11. Masalah kolaboratif: Setelah dilakukan tindakan 1. Melakukan keperawatan 3x24 jam penilaian terhadap 1. Memungkinkan tanda-tanda deteksi dan dini gejala

Perdarahan dan hemoragi. Tujuan:

pasien untuk menemukan bukti perdarahan atau hemoragik. a. Memantau (TD, tanta-tanda nadi, vital

pencegahan diharapkan Perdarahan dan

perdarahan dan hemoragi.

perdarahan dan hemoragi: hemoragi. Berkurang sampai defeksi dini perdarahan. dengan hilang dengan

denyut

fekuensi

criteria hasil: 1. Tidak mengalami episode perdarahan dan hemoragia 2. Tanda-tanda vital berada dalam batas yang dapat diterima pasien. 3. Tidak menunjukan bukti

pernapasan.) b. Menilai kesadaran. c. Memantau sekresi dan keluaran gastrointestinal (emesis, feses) untuk deteksi perdarahan yang nyata atau tersembunyi. suhu kulit tingkat

perdarahan

dari

traktus

d. Pantau kulit untuk menemukan gejala normal dan pembentukan hematom. e. Pantau nilai hematokrit dan kadar hemoglobin.

gastrointestinal. 4. Tidak menunjukan bukti adanya hematom. 5. Haluran urine berada yang memar dan

f. Pantau

asupan

cairan

dan

dalam batas-batas akseptabel. 6. Nilai hematokrit

haluran urin. 2. Lindungi pasien terhadap cedera 2. Meminimalkan resiko yang akibat terjadi kelainan

dan

dan terjatuh a. Naikkan rel penghalang pada samping tempat tidur untuk menjaga agar pasien tidak

perdarahan sekunder

hemoglobin berada dalam batas-batas diterima. 7. Pasien berbalik dan yang dapat

pembekuan, hipertensi portal dan varises pada esophagus serta lambung.

terjatuh. b. Pasang bantalan pada

bergerak tanpa mengejan atau menaikkan tekanan intra abdomen. 8. Tidak terjadi lebih episode lanjut

penghalang tersebut. c. Biarkan kamar pasien tetap terang. d. Keluarkan semua prabot dan peralatan yang tidak diperlukan dari dalam kamar. e. Ganti barang-barang yang tajam dengan yang lebih aman. 3. Hindari aktivitas yang membuat 3. Meminimalkan peningkatan

perdarahan

yang memerlukan tera[i agresif. 9. Pasien dan keluarganya dapat mengemukakan

rasional terapi. 10. Pasien dan

pasien mengejan, mengangkat atau

tekanan intra-abdominal yang

keluarganya mengidentifikasi

dapat

membalik badan. a. Bantu pasien membalik badan. b. Jaga agar semua barang yang diperlukan mudah dijangkau. c. Lakukan tindakan untuk

dapat menimbulkan rupture dan perdarahan dari varises

dukungan yang tersedia bagi mereka.

esophagus dan lambung.

mencegah konstipasi.

4. Sediakan kateter Blakemore dan 4. Kateter dan obat sudah tersedia obat-obatan agar dapat segera dan dapat segera digunakan ketika pasien dari mengalami varises

digunakan jika diperlukan.

perdarahan

esophagus dan lambung yang mengalami rupture.

5. Bantu dokter (ansitensi) dalam 5. Perdarahan yang memerlukan memasang dan memelihara kateter Blakemore jika diperlukan. tamponade esophagus atau

tindakan darurat lainnya untuk menghambat membutuhkan perdarahan respons yang

cepat dan efisien dari seluruh anggota tim kesehatan.

6. Pantau

status

pernapasan

dan 6. Pasien menghadapi resiko yang tinggi untuk mengalami aspirasi

kurangi risiko ko9mplikasi ketika

dilakukan esofagus.

pemasangan

tampon

akibat perdarahan dan asfiksia bila balon yang ada didalam lambung pecah.

7. Siapkan pasien secara fisik dan 7. Pasien psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain jika diperlukan. perdarahan cemas

yang

mengalami sangat ketakutan,

merasa dan

meminimalkan kecemasan akan membantu perdarahan. mengendalikan

8. Terusn

informasikan

kepada 8. Anggota keluarga cenderung mencemaskan keadaan pasien; penyampaian informasi akan

keluarga tentang keadaan pasien.

mengurangi tingkat kecemasan mereka dan meningkatkan

partisipasi yang efektif untuk turut mengatasi permasalahan. 12. Masalah kolaboratif: Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status kognitif dengan interval 1. Data-data keperawatan 3x24 jam yang teratur. a. Tentukan orientasi pasien akan memberikan

Ensefalopati hepatic. Tujuan:

dasar bagi pengkajian status kognitif dan memudahakan

pencegahan diharapkan

Ensefalopati

ensefalopati hepatik

hepatic. Berkurang sampai dengan hilang dengan

terhadap orang, tempat dan waktu

deteksi perubahan.

criteria hasil: 1. Sadar, waspada dan

b. Kaji kesadaran pasien terhadap alasan untuk menjalani

memahami llingkungannya. 2. Berorientasi terhadap

perawatan kesehatan dan/ atau perawatan rumah sakit. c. Observasi tingkat aktivitas , kegelisahan dan agitasi dari pasien. d. Dapatkan dan rekam contoh tulisan tangan pasien setiap hari. e. Kaji tanda-tanda

waktu, tempat dan orang. 3. Tidak memprlihatkan

kegelisahan atau agitasi. 4. Rekam pasien memperlihatkan kemunduran kognitif. 5. Menyatakan dasar fungsi tulisan tangan tidak

neurologi(refleks tendon dalam, kemampuan untuk mengikuti instruksi).

pemikiran bagi terapi yang 2. Pantau penggunaan obat untuk 2. Obat merupakan faktor pencetus dilakukan untuk mencegah atau mengatasi mencegah pemberian obat yang dapat menimbulkan ensefalopati hepatik (preparat sedatif, hipotik, kadar analgetik). yang sering menimbulkan

ensefalopati hepatic pada pasien yang beresiko.

ensefalopati hepatik. 6. Memperlihatkan

amonia serum yang stabil dalam batas-batas dapat diterima. 7. Mengkonsumsi makanan yang 3. Pantau data-data hasil pemeriksaan 3. Peningkatan laboratorium, amonia serum. khususnya kadar serum kadar ammonia dengan

berkaitan

ensefalopati dan koma hepatic.

dengan asupan kalori yang

adekuat yang mematuhi 4. Laporkan setiap perubahan status 4. Memungkinkan diet pembatasan protein. 8. Menggunakan obat seperti yang diresepkan. 5. Batasi sumber-sumber protein dari 5. Mengurangi diet jika diperlukan. perubahan ammonia. neutrologi dan fungsi kognitif kepada dokter.

dimulainya

terapi ensefalopati dan koma hepatic secara dini.

pemecahan protein

dan

menjadi

6. Berikan diresepkan

obat-obatan untuk

yang 6. Mengurangi kadar ammonia.

mengurangi

kadar amonia serum (misalnya, laktulosa, antibiotik, glukosa)

Anda mungkin juga menyukai