Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Keberatan- keberatan dan penderitaan - penderitaan sosial serta ekonomi yang dirasakan semakin mendalam oleh penduduk di Jawa Tengah, diambang meletusnya perang Jawa itu, disejajarkan pada bidang politik, oleh peristiwaperistiwa yang terjadi di Yogyakarta. Pada tanggal 9 Desember 1822 sultan yang ke 4 meninggal dunia secara mendadak, sebagai akibat dari suatu penyakit dan putra mahkota, seorang anak yang baru berusia 3 tahun di angkat sebagai penggantinya. Perwalian atas sultan yang masih anak - anak ini dipercayakan kepada ratu ibu, dan ibu sultan itu sendiri, yaitu ratu Kencana. Bersama - sama dengan Diponegoro serta paman Pangeran Diponegoro yakni Pangeran Mangkubumi, namun para wali ini hanya mempunyai wewenang pangawasan atas masalah keuangan di dalam kraton belaka, sementara pelaksanaan pemerintahan atas seluruh tanah sultan tetap berada di dalam tangan patih yang terus memerintah dibawah pengawasan umun presiden Belanda. Perang Diponegoro dipacu ketidakadilan dan kezaliman para penguasa di pulau Jawa, baik pihak kesultanan maupun pihak Belanda. Para comissarissen yang dikirim dari negeri Belanda untuk ikut mengatur jalannya pemerintahan di Nusantara, juga banyak menemukan ketidakadilan yang terjadi di sini Para bupati telah menerima jagi tetap sebagaimana mestinya pegawai negeri. Kepada mereka dikuasakan hak tanah untuk dikelola rakyat dibawah

perintahnya.Hak tanah dapat menarik pajak dari rakyat setempat. ( Capt R.P. Suyono : 159 ) Peraturan Vander Capellen itu merugikan semua pihak. Para tuan tanah yang sudah mendapatkan uang sewa, tidak akan mampu mengembalikan uang yang sudah terpakai. Mereka terpaksa meminjam kesana kemari untuk mengembalikan utang. Sementara itu, para penyewa yaitu orang- orang Eropa harus menghentikan usahanya. Penduduk juga tak kurang menderita karena mereka harus berhanti dari pekarjaan tetapnya dan kembali kesawah- sawah. ( Capt. R.P. Suyono : 162 ) Ketidakpuasan terbesar terjadi di Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta sendiri berada dalam situasi kurang menguntungkan karena ricuh soal siapa menjadi sultan pengganti setelah Hamengkubuwana ke III wafat tahun 1814. Putra tertuanya Pangeran Diponegoro tidak terpilih menggantikannya karena Ia lahir dari istri samping. Yang resmi ditunjuk adalah Pangeran Jarot meskipun ia baru berusia 13 tahun, Ia diangkat menjadi Hamengkubuwono ke IV. Tahun1822 Pangeran Jarot meninggal dengan meninggalkan seorang anak yang masih berusia 2 tahun, Pangeran Diponegoro berharap kesempatan. Namun tidak demikian jalan pikiran pemerintah Hindia Belanda yang malah menjadikan putra Pangeran Jarot sebagai pengganti resmi. Dianggaktlan anak yang berusia 2 tahun itu sebagai Sultan Menol Hamengkubuwana V. Pengeran Diponegoro, Pangeran Mangkubumi, Nenek serta ibu Sultan Menol diangkat sebagai emban. Sakit benar hati Pengeran Diponegoro dengan peran kecil sebagai pendidik Sultan itu.Ia mengundurkan diri. Ketidak adilan terhadap Pangeran Diponegoro menjadi sentral kedengkian rakyat jawa terhadap pemerintahan Belanda. Mereka memandang Dponegoro orang suci.

Pegeran Diponegoro mendengar rencana Belanda untuk membuat jalan melintasi tanahnya. Patok- potok sudah dipasang di tempat yang direncanakan tanpa ijin dari pangeran Diponegoro. Makam keramat yang ada disana juga termasuk bagian yang akan menjadi jalan. Mereka terhina, Pangeran Diponegoro lalu menyampaikan keberatannya kepada pemerintah hindia Belanda. Bukannya didengar, keesokan harinya malah patok sudah diganti tombak. Diponegoro menganggap hal itu sebagai tantangan baginya. Berdasarkan fakta diatas maka saya penulis, menganggap perlu menampilkan suatu makalah yang berjudul Perang Diponegoro dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia . Walau betapapun tulisan ini disusun secara hati- hati dan cermat, tetapi masih banyak juga kelemahannya, oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan yang sifatnya membangun. B Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam pada makalah ini adalah: Perang Diponegoro kurun waktu tahun1925- 1930. Pengaruh Perang Diponegoro terhadap perkembangan politik Belanda dan perkembangan politik pribumi. C. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pembahasan makalah, permasalahan yang akan dibhas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana terjadinya Perang Diponegoro kurun waktu tahun 1925- 1930 ? 2. Bagaimana pengaruh Perang Diponegoro terhadap perkembangan politik Belanda dan perkembangan politik pribumi ? D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Tujuan Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah : a. Mengetahui terjadinya Perang Diponegoro kurun waktu tahun1925- 1930 b. Mengetahui pengaruh Perang Diponegoro terhadap perkembangan politik Belanda dan perkembangan politik pribumi. 2. Kegunaan Kegunaan penulisan makalah adalah a. Untuk melatih berfikir kritis dalam bidang pendidikan sejarah dengan cara memperlihatkan dan menjelaskan tentang sejarah perang Diponegoro dan pengaruhnya terhadap perkembangan politik di Indonesia. b. Untuk diambil hikmahnya agar penulis dan generasi penerus dapat melestari kan dan meningkatkan semangat patriotisme dan nasionalisme. c. Sebagai calon sarjana dalam pendidikan sejarah, penulis kemukakan suatu kar ya ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan. d. Sebagia syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 Program Pendidikan sejarah IKIP PGRI Wates Yogyakarta. E. Metode dan Penulisan Metode adalah suatu cara atau suatu proses menguji atau menganalisa secara kritisrekaman atau peninggalan masa lampau ( Louis Gottchalk, 1985 : 35 ). Menurut Nugroho Notosusanto penulisannya terdiri dari beberapa metode diantaranya adalah : 1. Heuristik, yaitu cara menghimpum jejak jejak masa lampau. 2. Kritik sumber, dalam hal ini penulis menghimpun dan menyelidiki jejek- jejak yang ditinggalkan untuk melanjutkan dikonfirmasikan. D. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Tujuan Dengan mengetahui permasalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengungkap kembali yang melatar belakangi terjadinya perang Diponegoro b. Untuk mendalami proses perang Diponegoro c. Untuk memperoleh gambaran hasil akhir perang Diponegoro d. Ingin mengungkap kembali bagaimana yang mempengaruhi perkembangan politik bagi Kolonial Belandadan perkembangan politik pribumi . 2. Kegunaan Kegunaan penulisan makalah adalah : a. Untuk melatuh berfikir kritis dalam bidang pendidikan sejarah dengan cara memperlihatkan dan menjelaskan tentang sejarah perang Diponegoro dan pengaruhnya terhadap perkembangan politik di Indonesia b. Untuk diambil hikmahnya agar penulis dan generasi penerus dapat melestarikan dan meningkatkan semangat patriotisme dan nasionalisme. c. Sebagai calon sarjana dalam pendidikan sejarah, penulis kemukakan suatu karya ilmiah yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kepentingan pendidikan.Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana S1 program pendidikan sejarah IKIP PGRI Wates Yogyakarta. 3. Interprestasi yakni menetapkan makna yang saling berhubungan dan fakta- fakta yang ada dalam sejarah, kemudian diterapkan kritik dari jejak- jejak yang dikumpulkan. 4. Penyajian, yaitu menyajikan sintesis dalam bentuk karya sejarah, dan dalam tahap ini merupakan puncak dari penelitian sejarah.

Atas dasar penelitian atau penulisan tersebut di atas, maka penulis menerapakan metode sejarah kritis sebagai literature. Adapun langkah- langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data Dengan metode literatur, cara yang dapat ditempuh adalah mengumpulkan data, dengan jalan membaca buku- buku sumber sejarah yang ada hubungannya dengan makalah yang dibahas. 2. Pengolahan data Dari data yang telah dikumpulkan kemudian diklarafikasikan yang sesuai dengan permasalahan, yang selanjutnya dibahas dan dianalisa, dengan tujuan untuk mendapatkan data yang sakurat, sehingga pengolahan data yang disajikan merupakan factor sejarah yang bias diyakini kebenarannya. 3. Penilisan data Dari membaca kemudian disimpulkan, dan diuraikan suatu pengertian yang utuh dan tetap mengacu pada pokok persoalan, setelah itu kemudian dituangkan dalam bentuk cerita sejarah sebagai jawaban yang terurai dalam fakta sejarah yang sebenarnya. F. Sumber Pokok yang digunakan Sumber pokok yang digunakan penulis pada makalah berjudul Perang Diponegoro da Pengaruhnyan Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia adalah; 1. Dr. Purwadi, M Hum, Megandaru W dan, Kawuryan ,SIP. 2005.Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro. Tunas Harapan Yogyakarta 2. Capf. R.P. Suyono. Peperangan Kerajaandi Nusantara. Grasindo Jakarta. 3. Dr Peter Caray, Dr. Onghokam 1985.Asal Usul Perang Jawa. Pustaka Azet Jakarta.

4. Muhammad Yamin. Sejarah Peperangan Diponegoro. Yayasan Pembangun nan Jakarta. 5. Sartono Kartodirdjo.1993. Sejarah Pergerakan Nasional. PT Gramedia Pusta ka Utama Jakarta. G. Garis Besar Isi Untuk Memperoleh gambaran yang sistematis dan dapat memberikan gambaran secara garis besar, hal- hal yang akan diuraikan dalam makalah ini maka garis besar makalah ini disusun sebagai berikut: BAB I. Pendahuluan Berisikan tentang latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan, metode penulisan, sumber pokok yang digunakan dan garis besar isi makalah. BAB II. Perang Diponegoro a.Latar Belakang terjadinya perang Diponegoro Keberatan keberatan dan penderitaan sosial ekonomi semakin mendalam oleh penduduk di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ketidakadilan dan kezaliman para penguasa di Pulau Jawa baik kesultanan bangsawan maupun pihak Belanda.Peraturan Fander Capellen yang merugikan semua pihak. Dipacu ketidakadilan dan kezaliman para penguasa di Pulau Jawa, baik kesultanan bangsawan maupun pihak Belanda. Peraturan Vender Capelen yang merugukan semua pihak. Ketidak puasan terbesar terjadi di Yogyakarta. Kesultanan Yogyakarta sendiri berada dalam situasi kurang menguntungkan karena ricuh soal pengganti sultan Hamengkubuwana III.

Pangeran Diponegoro mendengar rencana Belanda untuk membuat jalan melintasi tanahnya. Patok patok sudah dipasang ditempat yang direncanakan tanpa ijin dari Pangeran Diponegoro.

b. Jalannya Perang Diponegoro Pada tanggal 20 Juli 1825, pecahlah perang suci sampai tanggal 28 Maret 1930. Tujuan perang adalah seperti ucapan para ghedig manggalanya ialah perjuangan kemerdekaan dengan jalan senjata. Perang suci jawa ialah peperangan kemerdekaan yang hendak membebaskan kawula dasih dari pada kekuasaan penjajah Belanda dan hendak menyusun suatu Negara merdeka dan masyarakat baru. Dalam menghadapi perang, Pangeran Diponegoro kawaskitan gerak badan dan tangan ternyata sangan cakap menunggang kuda dan bermain keris atau tombak.Perang bersifat pemberontakan dan juga mengembangkan agama suci baik dengan perang kecil ataupun perang besar. Kanjeng Pangeran Diponegoro bandayuda selalu menarik hati siapapun. Memakai bahan bahan peperangan baik yang terdapat dalam alam ataupuan yang didapat dalam batang tubuh kawuladasih dan musuh. Memimpin prajurit bersenjata di sekeliling kota dan keratin Yogyakarta. Medan perang suci Jawa dibagi dua bagian yaitu didapat dari sekeliling kota Yogyakarta dan di tlatah Pulau Jawa lain seperti di Pekalongan,Tagal, Banyu Mas, Rembang, Madiun, Bagelan dan Semarang. Peperangan berjalan dengan hebat dan oleh serangan yang teratur itu maka angkatan perang dan kekuasaan penjajah Belanda mendapat pukulan dari muka dan belakang dari serangan di tlatah pusat oleh desakan gerilnya di seluruh pulau Jawa.

Kemajuan peperangan di tlatah pusat dalam waktu lima tahun adalah lima medan perang berubah dan setiap kalinya tempat markas besar berpindah- pindah. Medan perang yang lima itu yakni : a. Sekeliling Selarong ( 21 Juli 1825 9 Oktober 1825 ) b. Sekeliling Pleret ( 9 Oktober 1825 4 november 1825 ) c. Sekeliling dekso ( 4 November 1825 4 Agustus 1826 ) d. Dikaki gunung Merapi sebelah tenggara ( 6 Agustus 1826 17 November 1826 ) e. Di tanah Kedu ( 1827 28 Maret1830 )

c. Akhir Perang Diponegoro Pada penghabisan bulan September 1829 kelihatan sekumpulan orang bersenjata menyeberang sungai Bogowanto dekat Kadilangu. Pasukan inilah yang dipimpin oleh kajeng Pangeran Diponegaro sendiri yang berpidah dari Pengasi di tanah Mataram menuju pengunungan Kelir di tanah Kedu. Di sinilah sejarah perang suci Jawa akan sampai pada lembaran yang paling akhir. Sejak 26 september 1829 Kajeng Pangeran Diponegoro berkerja dan berjuang di tlatah Kedu. Sentok brantayuda di tlatah Yogya selatan di sebelah timur sungai Opak.Pasukan belanda hasilnya menyedihkan. Tanggal 14 Oktober terjadi tangkapan di desa Karangoni dekat Kretek dipinggir sungai Opak. Diantara tangkapan itu masuk pulalah Ratu Ageng istri Kajeng Pangeran Diponegoro, dan Raden Ayu Gusti, anak kandung Pahlawan Biang. Tanggal 16 Oktober 1829 penyerahan Ali Basasenthot Prawira Dirja terjadi di Imogiri bersama dengan menyerah pula Prawira Kusuma dan dua

puluh orang bupati. Gerakan Kajeng Pangeran Diponegoro mendapat tamparan yang tidak terhingga. Kajeng Pangeran Diponegoro sedang mengembara di tanah Bagelan bagian utara. Pasukan Belanda mencari beliau tetapi tidak didapat. Para pengikut kajeng pangeran Diponegoro banyak yang mati kelaparan atau diserang penyakit demam dan sakit perut karena banyak makan buah nanas. Penangkapan dan penangkapan yang dilakukan Dekock terhadap Pangeran Diponegoro menimbulkan kegoyangan dan parapatan agung tidak berhasil. Sebagai satria sejati maka waktu pengkianatan terjadi dia tinggal tetap dan tengan saja. Tidak Kajeng pangeran Diponegoro yang kalah melainkan angkatan perang Belanda yang terjerumus kedalam jurang kehilangan aturan peperangan. Sesuai janji Diponegoro datang ke Magelang untuk bertemu Dekock pada akhir Maret. Dalam perundingan Diponegoro mengajukan tuntutan agar diakui sebagai sultan disebuah Negara yang merdeka, ia harus diakui sebagai piata agama. Diponegoro ditangkap dengan sebuah kapal,ia dibawa ke Menado. 2. Pengaruh Perkembangan Politik di Indonesia Paska Perang Diponegoro a. Terhadap Perkembangan politik Belanda Untuk membiayai seluruh pengeluaran yang terjadi pada perang jawa tersebut pada sekitar peperangan memberikan kepada bangsa Belanda pengendalian, pengawasan serta penguasaan tanpa batas atas pulau Jawa dan dimulailah suatu jaman pemerintah colonial yang baru serta berangkat diawalinya sistim kultur.

Pada titik yang kritis di dalam perkembangan politik Belanda yang terjadi Indonesia dan di negeri Belanda, pada akhir perang Diponegoro 1825 -1830 belanda mendorong untuk kembali kepada politik Kompeni dan mempertahankannya sampai satu generasi. Belanda berdasarkan pada prinsip dan praktek yang satu sama lain bertentangan, tetapi sejak tahun tetapi sejak tahun 1830 politik Kolonial memperoleh suatu sistim yang pasti dan konsekwen yang dikenal dengan kultur stelsel. Diawal pemberontakan sebenarnya Belanda mulai menghapuskan peraturan membayar uang tol yang ditarik oleh orang- orang Cina terhadap pribumi. b. Pengaruh Perkembangan politik penduduk Pribimi Di tengah api peperangan maka kawula dasih dan pemimpinpemimpin mendesak supaya Negara dan pemerintah cepat dibentuk. Aturan segala bangsa yang beradap selalu dilindungi. Orang tak boleh berbuat semena- mena karena peradapan itu menetukan batasnya budi pekerti dan tidak. Keadaan dalam barisan Kajeng Pangeran Diponegoro kelihatan beberapa retak yang mengecewakan, tetapi dalam garis- garis besar keadaan benteng perjuangan masih teguh dan kokoh. Yang menjadi pokok peperangan pada waktu itu ialah ketepatan hati Kanjeng Pangeran Diponegoro dan keteguhan sikap kawula dasih hendak terus berjuang mengangkat senjata sesungguhnya ialah kelihatan dan terbukti ketika kanjeng pangeran diponegoro dan rakyat jelata tidak mau membungkukkan diri kepada musuh, perintah rohani, sehingga dengan sendirinya orang mendapat kemerdekaan dalam bertindak menurut lingkungan yang dibolehkan atau

pendirian mereka tinggal tetap dan semangat hendak membedah musuh memusnahkan lawan durjana. Kesultanan Yogyakarta berada dalam situasi tidak menguntungkan karena soal pengganti Sultan Hamengkubuwono ke III . ( Capt R.P Suyono; 162 ) b. Jalannya Perang Diponegoro Pada tanggal 20 Juli 1925 pecahlah perang suci sampai tanggal 28 Maret 1930. Tujuan perang adalah perjuangan kemerdekaan yang hendak membebaskan kawulo dasih dari pada kekuasaan penjajah Belanda dan hendak menyusun suatu Negara merdeka dan masyarakat baru. Dalam menghadapi Perang Pangeran Diponegoro bersifat pemberontakan dan juga mengembangkan agama suci baik dengan perang kecil ataupun perang besar. ( Dr. Purwadi, M. Hum ; 75 ) c. Akhir Perang Diponegoro Pada penggabisan bulan September 1829 Kajeng Pangeran Diponegoro berpindah dari Pengasi di Tanah Mataram menuju ke gunung Kelir di Tanah Kedu.Di sinilah Perang suci Jawa akan berakhir. Tanggal 14 Oktober terjadi tangkapan di desa Karanggoni Kretek. Di antara tangkapan itu Ratu Ageng istri Kanjeng Pangeran Diponegoro dan Raden Ayu Gusti. Tanggal 16 Oktober 1829 pergerakan Ali Basa Senthot Prawira Dirja terjadi di Imogiri, bersama dengan menyerah pula Prawira Kesuma dan 20 orang Bupati. Gerakan Kanjeng Pangeran Diponegoro dapat tamparan yang tidak terhingga. ( Muhammad Yamin; 83 ) Diponegoro datang ke Magelang bertemu dengan De Kock pada akhir Maret untuk melakukan perundingan. Dalam perundingan mengajukan tuntutan agar diakui sebagai sultan di sebuah Negara yang merdeka. Juga ia

harus diakui sebagai Penatagama. De Kock menjawab bahwa Diponegoro telah bersumpah setia terhadap sultan yang sah karena itu semua yang dilakukannya adalah pemberontakan. Oleh karena itu tak ada pilihan lain bagi De Kock untuk menangkap Diponegoro. Diponegoro ditangkap disebuah kapal Ia dibawa ke Menado, kemudian ia dipindahkan ke Makasar. ( Capt. R.P. Suyono; 173 ) BAB III Pengaruh Perkembangan Politik di Indonesia Paska Perang Diponegoro. a. Perkembangan Politik Belanda Biaya seluruh pengeluaran yang terjadi pada perang Jawa pada akhir peperangan bangsa Belanda memberikan kepada bangsa Belanda pengawasa n serta penguasaan tanpa batas atas Pulai Jawa dari dimulailah suatu jaman pemerintah Kolonial yang baru serta banyak diawali sistim kultur. ( Dr. Peter Carai; 63 ) b. Perkembangan Politik penduduk Pribumi Di tengah api peperangan kawulo dasih dan pemimpin- pemimpin mendesak supaya Negara dan pemerintah cepat dibentuk. ( Dr. Purwadi, M Hum ; 101 ) Aturan segala bangsa yang beradab selalu dilindungi. Orang tak boleh berbuat semana- mena, karena peradaban itu menentukan batas- batasnya budi pekerti dan perintah rihani, sehingga dengan sendirinya orang mendapat kemerdekaan dalam bertindak menurut lingkungan atau tidak. ( Dr. Purwadi, M Hum; 125 ) BAB IV Kesimpulan Dalam bab ini akan disimpulkan pokok- pokok masalah yang telah diuraikan dari bab- bab sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai