Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH ANALISIS SISTEM PENGAMBIL KEPUTUSAN

Tugas Product Knowledge

UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

Oleh : DHITA ANGGRAINI ANNISA F34100025

2013 DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Ubi kayu atau yang sering disebut dengan singkong ini banyak terdapat di seluruh daerah di Indonesia, karena alasan itulah Indonesia menduduki urutan ke-4 negara penghasil singkong terbanyak di dunia. Sementara di Indonesia, singkong adalah makanan pokok ketiga setelah padi dan jagung. Selama ini singkong banyak digunakan sebagai bahan beragam jenis makanan. Singkong merupakan salah satu bahan pangan yang populer di masyarakat. Singkong telah dikenal orang sejak dahulu sebagai bahan pangan. Tanaman singkong produktivitasnya tinggi sekalipun tumbuh di lahan yang kritis. Singkong merupakan sumber bahan pangan yang murah dan mudah didapat. Dalam perkembangannya, produksi singkong tidak diiringi dengan penanganan pasca panen maupun produk hilir yang jauh lebih baik. Akibat kurang baiknya cara penanganan pasca panen tanaman ubi kayu, banyak contoh yang menunjukkan bahwa sesungguhnya kehilangan produksi pasca panen di Indonesia cukup besar jumlahnya. Harga yang tidak menentu atau harga turun sangat tajam pada musim panen raya di berbagai tempat, memaksa petani menjual rugi atau membiarkan tanamannya membusuk di kebun karena ongkos panen lebih tinggi daripada harga jualnya. Ubi kayu atau singkong adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori harian bagi jutaan orang. Seluruh produksi ubi kayu terutama di Negara berkembang dan bagian terbesar berasal dari pertanian kecil yang sering memiliki lahan yang di olah seadanya. Keadaan tersebut dapat dikatakan berbanding terbalik dengan kebutuhan ubi kayu dalam industri. Beragam produk dapat dihasilkan dengan memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku. Untuk menciptakan produk baru ataupun mengembangkan produk yang telah ada, perlu diketahui seluk beluk mengenai ubi kayu. B. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: Mengetahui profil komoditi-komoditi pertanian, yang dalam hal ini adalah komoditi ubi kayu. Mengetahui pohon industri dari ubi kayu dan juga produk hasil konversi dari bahan baku ubi kayu. Mengerti mengenai kelayakan pasar dari produk turunan singkong.

I.

PEMBAHASAN

A.

Profil Ubi Kayu Dalam sistematika tumbuhan, ubi kayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar 7.200 spesies, beberapa diantaranya adalah tanaman yang mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak (Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian (Manihot spp), dan tanaman hias (Euphorbia spp). Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut: Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub Famili : Manihotae Genus : Manihot Spesies : Manihot esculenta Crantz (Direktorat budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2007).

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Meksiko ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika (Isnanimurti, 2008). Ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagung di Indonesia. Penyebaran tanaman ubi kayu meluas ke semua provinsi di indonesia, baik ubi kayu lokal maupun luar negeri. Sementara ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi daripada konsumen. Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Hal tersebut karena ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain.Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan sebagai bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri dalam negeri, dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Di bidang industri, ubi kayu menghasilkan bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena ramah lingkungan. Indonesia merupakan Negara produsen ubi kayu no. 4 terbesar di dunia setelah Nigeria, Brazilia dan Thailand. Luas lahan yang ditanami ubi kayu di Indonesia mengalami penurunan sejak tahun 2001, namun produksi umbi ubi kayu tetap mengalami peningkatan. Dengan demikian, produktivitas tanaman ubi kayu di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan ini mungkin disebabkan tersedianya bibit yang lebih baik serta teknik budidaya yang lebih baik juga. Menurut Allem (2002), asal tanaman ubi kayu menyangkut tiga hal, yaitu asal botani ( botanical origin), asal geografis (geographical origin) dan asal budidaya (agricultural origin). Ubi kayu atau ubi kayu

dapat dikelompokkam menjadi dua, yaitu sebagai bahan baku tapioca dan sebagai pangan langsung. Ubi kayu sebagai pangan langsung harus memenuhi syarat utama, yaitu tidak mengandung racun HCN (< 50 mg per Kg umbi basah). Sementara itu, umbi ubi kayu untuk bahan baku industri sebaiknya memiliki kandungan protein rendah dan kandungan HCN yang tinggi. Singkong menghasilkan umbi setelah tanaman berumur 6 bulan. Setelah tanaman berumur 12 bulan dapat menghasilkan umbi basah sampai 30 ton per ha. Komponen fisik singkong terdiri dari kulit, biasanya terdapat 2 lapis kulit yaitu kulit luar dan kulit dalam, kemudian diikuti oleh umbi singkong yang terdiri dari lapisan kambium dan daging umbi. Warna daging umbi singkong berwarna putih, kuning atau gading, dan umbi tersebut ada yang manis dan ada pula yang pahit (Syarief dan Irawati,1986). Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November Desember dan Juni Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat ditanam setiap waktu. Menurut Prihandana et al., (2007) kriteria utama umur panen ubi kayu adalah kadar pati optimal, yakni pada saat tanaman berumur 7-9 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan daun mulai berkurang, warna daun mulai agak menguning, dan banyak daun yang rontok. Penundaan umur panen dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Cara panen yang adalah dengan mencabut tanaman dengan tangan menggunakan tenaga secara perlahan sampai umbinya dapat terangkat keluar dari tanah. Pada tanah berat, sebaiknya digunakan pengungkit, baik menggunakan garpu maupun kayu atau bambu sebagai pengungkit. Sebelum dilakukan pencabutan dilakukan pemangkasan (pembuangan pohon bagian atas) dengan meninggalkan batang bagian bawah (pangkal batang) sekitar 10-30 untuk memudahkan pencabutan. B. Pohon Industri Ubi kayu merupakan tanaman serbaguna. Ubi kayu digunakan sebagai sumber pati yang merupakan bahan baku berbagai industri. Batang, daun dan umbinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai industri. Batang ubikayu dapat dimanfaatkan untuk bibit, papan partikel, kerajinan, briket dan arang. Daunnya untuk makanan, farmasi dan industri pakan ternak (Soekartawi, 2000). Biji ubi kayu berpotensi sebagai penghasil minyak (Popoola dan Yangomodou, 2006). Kulit umbinya dapat digunakan sebagai pakan ternak, dan daging umbinya dapat diolah menjadi berbagai produk seperti makanan, tapioka, gaplek, tepung ubi kayu, dekstrin, perekat, bioetanol, dan lain-lain. Pemanfaatan ubi kayu secara lengkap dapat dilihat pada pohon industri. Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Produk turunan ubi kayu yang diperdagangkan di pasar dunia antara lain adalah starch, gaplek (manioc), tepung ubi kayu ( cassava starch), tapioka, dan beberapa produk kimia seperti alcohol/ etanol, gula cair (maltosa, glukosa, fruktosa), sorbitol, monosodium glutamat, tepung aromatik, dan pellets (Depperin, 2007). Produk turunan lainnya adalah siklodekstrin, asam sitrat, serta bahan pembuatan edible coating dan biodegradable plastics. Negara tujuan ekspor utama kelompok produk ini antara lain RRC, Uni Eropa, Taiwan, dan Korea Selatan. Manfaat ubi kayu sebagai makanan, yaitu meliputi singkong rebus, balok (singkong goreng), tiwul, gatot, timus, bika singkong, kripik, getuk, sampai ke makanan non tradisional seperti kue kering, sagu, sayuran, bumbu makanan, mie dan terigu.

Bibit Papan partikel Batang Kerajinan Briket Arang Makanan Daun Farmasi Pakan ternak Biji Minyak Kulit Pakan ternak Glukosa Fruktosa Alkohol Maltosa Perekat Asam organik Sorbitol Bahan makanan Pellet Tepung ubi kayu Bahan makanan Pakan ternak Asam/ Ca sitrat Senyawa kimia lain Pakan ternak

UBI KAYU

Tapioka pearl Dekstrin Tapioka Umbi

Daging

Gaplek

Onggok Makanan ringan

Pohon Industri Ubi Kayu

Tepung Tapioka Tepung tapioka adalah pati singkong. Pati ini diperoleh melalui penghancuran singkong segar, pelarutan dengan air, pemerasan, pengendapan pati dan pengeringan. Masyarakat tradisional melakukan proses ini secara manual dengan mengupas singkong, memarutnya, memberinya air, memeras lalu mengendapkan air perasan hingga diperoleh pati yang kemudian dijemur sampai kering. Sekarang tepung tapioka justru merupakan bahan makanan manusia yang cukup penting. Dulu, pemanfaatan tepung tapioka hanyalah untuk lem dan kanji guna mengeraskan dan melicinkan pakaian sebelum diseterika. Tetapi dalam kehidupan modern sekarang ini, penggunaan tepung tapioka terbanyak adalah untuk bahan baku gula cair (High Fructose Syrup = HFS), asam sitrat, bakso dan kerupuk. Jika singkong diolah menjadi tepung tapioka, maka nilai tambahnya akan makin besar. Dalam industri makanan, penggunaan tepung singkong atau tepung tapioka sangat beragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung singkong dapat menggantikan tepung terigu dalam produk yang dipanggang, yaitu sebanyak 10% pada roti dan dapat lebih tinggi pada produk yang dipanggang lainnya. Produk ini juga digunakan sebagai pengental untuk sup, makanan bayi, saus dan gravies. Tepung tapioka ini merupakan bahan tambahan yang sangat baik untuk memadatkan es krim. Ini juga merupakan pengikat baik untuk produk sosis dan produk olahan daging lainnya yang dapat mencegah produk olahan daging ini dari mengering selama dimasak. Pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan baku tepung tapioka merupakan pemakaian terbesar, tapi di beberapa tempat seperti daerah Jawa Tengan dan Yogyakarta pemanfaatan langsung jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang dibuat tepung tapioka. Bioetanol Singkong sangat dimungkinkan untuk dikembangkan ke bioethanol. Di dunia kebutuhan bioethanol tidak terbatas. E-10 (gasohol) 10% bioethanol dari kebutuhan bahan bakar bensin (saat ini 30 juta kiloliter pertahun, sehingga kebutuhan dalam negeri dapat mencapai 3.000.000 koli liter per tahun. Selain itu sebagi pengganti minyak tanah (bio-kerosine, ethanol 60% v/v dan technical alcohol 70%-90% v/v). Singkong merupakan salah satu sumber pati. Pati merupakan senyawa karbohidrat yang komplek. Tahapan proses produksi bioethanol dari pati, yaitu gelatinasi, sakarifikasi, dan fermentasi. Proses fermentasi alkohol terjadi pada kondisi anaerob dengan menggunakan cendawan yang mengubah glukosa menjadi ethanol dan CO2. Sebelum difermentasi pati diubah menjadi glukosa,karbohidrat yang lebih sederhana. Dalam penguraian pati memerlukan bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan ini akan menghasilkan enzim alfaamilase dan glikoamilase yang akan berperan dalam mengurai pati menjadi glukosa atau gula sederhana. Setelah menjadi gula baru difermentasi menjadi etanol. Dengan adanya usaha produksi bioetanol berskala kemasyarakatan dan industri besar, diharapkan banyak singkong yang akan terserap sehingga harganya akan lebih kompetitif. Adanya pengaturan masa tanam dan panen juga diperlukan agar suplai bahan baku ke industri bioetanol tersedia cukup secara kontinu. Dengan demikian, petani singkong akan lebih sejahtera dan Indonesia akan mempunyai solusi energi alternatif yang terbaharukan. 2.

1.

Biofuel Singkong juga bisa menjadi solusi yang baik untuk masalah perubahan iklim dan kekurangan bahan bakar. Di Cina, Thailand, dan Brasil, singkong menjadi tanaman penghasil biofuel yang penting. Sebuah studi kelayakan telah menemukan bahwa singkong memiliki rasio konversi dari pati-ke-gula yang sangat tinggi (very high starch-to-sugar conversion ratio). Kadar pati atau rendemen yang tinggi berarti bahwa persentase gula yang tinggi dapat dikonversi dari pati singkong, dan yang, pada giliran berikutnya, dibutuhkan sebagai bahan untuk menghasilkan biofuel.

3.

Tepung Mocaf Tepung Mocaf dikenal sebagai tepung singkong alternatif pengganti terigu. Kata MOCAF sendiri merupakan singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi, yang dalam bahasa Indonesianya disebut juga Modifikasi Tepung Ketela Pohon atau MOTEKAP, yang dipergunakan oleh group PT KIPTI menjadi merek dagang. Ada juga yang mengistilahkan MOCAL yaitu singkatan dari Modified Cassava Flour yang berarti tepung singkong yang dimodifikasi. Tepung mocaf adalah tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi, sehingga dihasilkan tepung singkong dengan karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu atau campuran terigu 30 % 100 % dan dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu 20-30%. Dibandingkan dengan tepung singkong biasa atau tepung gaplek, tepung mocaf memiliki performansi yang lebih baik yaitu lebih putih, lembut dan tidak bau apek. Gaplek Gaplek adalah bahan makanan yang diolah dari ubi ketela pohon atau singkong. Di pasar internasional, gaplek dikenal dengan nama dagang casava. Yang disebut gaplek adalah singkong (ketela pohon, ubi kayu = Manihot esculenta/Manihot utillisima) yang telah dikupas dan dikeringkan. Biasanya pengupasan dilakukan secara manual dengan pisau dan tangan. Sementara pengeringannya dilakukan dengan cara menjemurnya langsung di bawah panas matahari. Kalau dalam kehidupan modern gaplek labih banyak digunakan untuk bahan pakan ternak. Sorbitol Sorbitol merupakan salah satu produk turunan dari ubi kayu. Kapasitas produksi sorbitol dengan bahan dasar tepung singkong diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sorbitol yang semakin melonjak. Sorbitol yang dikenal juga sebagai glusitol, adalah suatu gula alkohol yang dimetabolisme lambat di dalam tubuh. Sorbitol diperoleh dari reduksi glukosa, mengubah gugus aldehid menjadi gugus hidroksil, sehingga dinamakan gula alkohol. Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula pasir yang terdapat dalam: sayur, buah, sirup, sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltose dan laktosa pada hewan dan manusia. 6. 5.

4.

7.

Keripik singkong

Keripik singkong adalah makanan ringan yang telah mempunyai identitas kuat dikalangan para konsumen sehingga sudah tidak asing lagi namanya. Beberapa alasan digemarinya keripik singkong antara lain harga lebih murah, mudah dikonsumsi, kualitas lebih baik dengan rasanya yang renyah dan gurih, produk baru diperoleh langsung dari produsen, dan lainnya. Prospek bisnis keripik singkong masih sangat terbuka lebar. Bahkan saat ini banyak konsumen yang menjadikan keripik singkong sebagai buah tangan yang cocok bagi sanak saudara. Disamping prospeknya yang masih sangat bagus, menjalankan bisnis keripik singkong tidak membutuhkan modal yang terlalu besar. Usaha ini bisa dimulai dengan skala rumah tangga dan menggunakan perabot dapur di rumah sebagai sarana dan prasarana dalam memproduksi keripik singkong. Hal terpenting dalam proses produksi adalah menggunakan bahan baku berkualitas bagus dan mengasah keahlian dalam mengolah singkong sehingga cita rasa yang dihasilkan juga benar-benar berkualitas. Gula Gula dari singkong dapat dibuat dengan teknologi sederhana di pedesaan. Hasilnya berupa sirup glukosa atau tepung glukosa yang terutama digunakan untuk keperluan industri makanan dan minuman. Jika gula singkong dapat tersedia di masyarakat dengan mudah dan murah maka minuman dan jajanan pun bisa menggunakan gula singkong sebagai pemanis, daripada pemanis buatan yang tidak sehat. Untuk mengurangi 8.

impor gula maka produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu, di samping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula. Jika produksi gula dari pati terus meningkat maka harganya akan dapat bersaing dengan gula pasir. Sirup glukosa Pati singkong dapat bermanfaat sebagai sirup glukosa. Sirup glukosa atau sering juga disebut gula cair dibuat melalui proses hidrolisis pati. Perbedaannya dengan gula pasir atau sukrosa ya-itu sukrosa merupakan gula disaka-rida, terdiri atas ikatan glukosa dan fruktosa, sedangkan sirup glukosa adalah monosakarida, terdiri atas satu monomer yaitu glukosa. Sirup glukosa dapat dibuat de-ngan cara hidrolisis asam atau de-ngan cara enzimatis. Dari kedua cara tersebut, pembuatan sirup glukosa secara enzimatis dapat di-kembangkan di pedesaan karena tidak banyak menggunakan bahan kimia sehingga aman dan tidak mencemari lingkungan. Bahan lain yang diperlukan adalah enzim amilase. 10. Pakan Penggunaan singkong sebagai pakan ternak telah banyak diteliti. Berbagai studi menunjukkan bahwa pakan dari singkong dapat digunakan sebagai pengganti pakan dari biji-bijian dalam komposisi makanan hewan. Di sisi-lain, tepung daun singkong mengandung protein antara 18-20%, sehingga itu merupakan pakan ternak yang baik, tidak hanya untuk unggas tetapi juga untuk ternak lainnya. C. Aspek Kelayakan Produk : keripik singkong 9.

Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang tumbuh subur di Indonesia. Pada saat krisis pangan atau langkanya komoditas beras, singkong merupakan alternatif pengganti beras walau hanya dimanfaatkan oleh masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Saat ini hasil olahan singkog menjadi makanan kemasan berupa kripik singkong, telah mampu merebut pangsa pasar masyarakat ekonomi kelas menengah ke atas, hal tersebut dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah perusahaan kripik singkog dalam kemasan. Makanan kripik singkong dalam kemasan, diaharapkan kedepanpanya mampu menggantikan makana kripik kentang yang bahan bakunya lebih mahal dan sulit didapat. Keripik singkong merupakan salah satu produk makanan ringan yang banyak digemari konsumen. Rasanya yang renyah dan murahnya harga yang ditawarkan menjadikan produk tersebut sebagai alternatif tepat untuk menemani waktu santai bersama rekan dan keluarga. Makanan ringan ini sudah mempunyai identitas yang kuat dikalangan para konsumen sehingga sudah tidak asing lagi namanya. Adapun beberapa potensi pasar dari usaha keripik singkong diantaranya yaitu harganya yang masih terjangkau sehingga semua kalangan bias menikmati, rasanya yang renyah dan gurih disukai banyak orang, produk baru diperoleh langsung dari produsen tanpa perantara grosir, serta pengiriman lebih cepat tidak dibutuhkan sumber daya manusia yang terlalu besar. Alat analisis yang cocok untuk merumuskan strategi dari berbagai faktor yang diidentifikasi tersebut adalah analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)

dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Berikut adalah analisis swot dari perusahaan keripik singkong:

Analisis SWOT

S (strength) kekuatan: 1. Ketersediaan bahan baku yang cukup untuk produksi 2. Upah tenaga kerja murah 3. Rasa dan tekstur keripik singkong menarik bagi pelanggan 4. Peralatan produksi mudah didapat dan diperbaiki jika rusak 5. Merupakan cemilan yang sehat

W (weakness) kelemahan: 1. Modal kecil 2. Merek yang belum terdaftar di dinas terkait 3. Tidak menentukan grade terhadap bahan baku yang di supply 4. Promosi hanya melalui penyampaian distributor yang menjadikan cakupan pemasaran belum luas 5. Tenaga kerja tidak tetap Strategi W O: - Melakukan pinjaman dengan dukungan program pemerintah - Membuat perincian tentang penerimaan dan pengeluaran - Melakukan grading bahan baku - Menetapkan merek Strategi W T: - Membuka/membeli lahan sendiri untuk menanam singkong - Memperbaiki kemasan agar menarik konsumen - Melakukan promosi lain - Melakukan kerjasama tertulis dengan distributor

O (opportunities) peluang: 1. Dukungan pemerintah terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah 2. Usaha didukung oleh masyarakat sekitar

Strategi S O: - Membuat skala usaha yang cocok - Meningkatkan volume produksi

T (threat) ancaman: 1. Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan 2. Pesaing usaha sejenis semakin banyak dan lebih baik 3. Rasa gengsi dari masyarakat untuk mengkonsumsi keripik singkong dari home industry 4. Rawan penipuan oleh distributor

Strategi S T: - Inovasi mengenai produk (dalam segi rasa) - Riset pasar secara berkala

Tinginya permintaan suatu produk, tentu akan diukuti dengan meningkatnya harga dari produk tersebut. Demikian juga apabila terjadi penurunan permintaan, akan diikuti dengan penurunan harga. Hukum ekonomi tersebut, juga berlaku pada permintaan dan penawaran komoditas singkong dipasaran dunia. Permintaan merupakan peluang yang digunakan untuk menjalankan bisnis. Permintaan konsumen sebenarnya tidak stabil, dilihat dari kesukaan dan kondisi keuangan masyarakat yang berubah-ubah. Besarnya permintaan terhadap produk dan perkembangan permintaan itu sendiri perlu diperkiraan dengan baik. Hal ini sangat penting untuk kelanjutan usaha yang sedang dijalankan, dan juga sebagai persiapan jika terjadi hal -hal yang mendadak, misalnya permintaan produk yang membludak ataupun menurunnya permintaan terhadap produk.

Cash Flow Inflow Tahun keNo. 1 2 3 4 5 Uraian Nilai Produk Pinjaman Modal Nilai sewa Nilai sisa Total Outflow Tahun keNo. 1 2 3 Uraian Biaya Investasi Tanah Bangunan Peralatan Total Biaya Operasional 1 2 3 4 5 6 7 8 Bibit Pupuk Listrik, telepon, air Pestisida Karyawan Buruh Debt Service Pajak PPh PBB 9 10 IPEDA (1%) Reinvestasi Total TOTAL BIAYA NET BENEFIT DR PV NPV B/C IRR MPI (tahun) 0,28 72 120 5178,28 21653,28 -8042,28 0,85 -6873,74 5523,37 1,80 29% 3,1028 1016,8 0,26 75,6 126 6264,96 6264,96 2776,59 0,80 3184,99 1067,64 0,25 79,38 132,3 6389,19 6389,19 3104,44 0,71 3120,45 1121,02 0,24 83,35 138,92 6519,63 6519,63 3448,68 0,64 3045,54 1177,07 0,22 87,52 145,86 6656,57 6656,57 3957,66 0,57 3046,13 330 876 180 72 1188 2040 300 346,5 919,8 180 72 1188 2040 300 363,83 965,79 180 72 1188 2040 300 382,02 1014,08 180 72 1188 2040 300 401,12 1064,78 180 72 1188 2040 300 15000 275 1200 16475 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 4 5 1 7200 1000 4000 1411 0 13611 2 7560 0 0 1481,55 0 9041,55 3 7938 0 0 1555,63 0 9493,63 4 8334,9 0 0 1633,41 0 9968,31 5 8751,65 0 0 1715,08 147,5 10614,23

II.

PENUTUP

A.

Kesimpulan Ubi kayu atau singkong merupakan makanan pokok ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Singkong mengandung banyak karbohidrat, oleh karena itu singkong bisa dijadikan sebagai substitusi padi untuk dikonsumsi sehari-hari. Singkong juga mengandung banyak pati yang dapat menjadi bahan baku berbagai macam produk pangan. Usaha singkong belum dapat menjadi bisnis yang menjanjikan baik bagi petani maupun industri pengolah lanjutannya. Hal tersebut karena harga jual singkong rendah, hingga petani malas untuk menanam ataupun memanen singkong itu sendiri. Usaha pengelolaan dengan bahan baku singkong sangat diharapkan. Dimulai sejak penanaman pohon singkong, sampai industri pengolah singkong. Produk hilir yang memiliki nilai tambah tinggi akan bernilai tinggi dan berdaya saing. Nilai tambah akan membedakannya dengan produkproduk lainnya. Dengan berkembangnya industri pengolah singkong ini juga akan meningkatkan kesejahteraan petani singkong atau masyarakat pada umumnya. Terdapat berbagai produk turunan berbasis singkong. Setiap bagian dari pohon singkong memiliki nilai, dimulai dari batang, daun, sampai umbi. Batang singkong dapat menghasilkan bibit, papan partikel kerajinan, arang, dan briket. Sementara dari daun singkong dapat dibuat menjadi makanan, produk farmasi, dan pakan ternak. Umbi singkong menghasilkan banyak produk konversi, diantaranya tepung tapioka, gaplek, mocaf, onggok, dekstrin, sorbitol, makanan ringan, dan masih banyak lagi. Salah satu produk turunan singkong yang berupa makanan ringan yaitu keripik singkong. Keripik singkong sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia sebagai camilan. Produksi keripik singkong dapat dikatakan berkembang karena permintaan yang selalu ada. Oleh karena itu, bisnis keripik singkong sangat menjanjikan dan layak untuk dijalankan.

B. Daftar Pustaka Allem AC. 2002. The origins and taxonomy of cassava. Di dalam Hillocks RJ, Thresh JM, Bellotti AC, editor. Cassava: Biology, Production and Utilization . New York: CABI Publishing. hlm 1-16. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. 2007. Pohon industri ubi kayu. http://www.depperin.go.id/Ind/Teknologi/Pohin.asp?id=17. (14 Maret 2013) Direktorat Budidaya Kacangkacangan dan umbiumbian. 2007. Vademikum Ubikayu. http://pse.litbang.deptan.go.id.pdf (16 Maret 2013) Isnanimurti, 2008. Ubi kayu (Manihot esculenta) sebagai Bahan Alternatif Pengganti Bensin (bioetanol) yang Ramah Lingkungan. http://isnanimurti.wordpress.com/2008/.../ubi-kayu (16 Maret 2013) Popoola TOS, Yangomodou OD. 2006. Extraction, Properties and Utilization Potentials of Cassava Seed Oil. Biotechnology 5(1):38-41. Prihandana R et al. 2007. Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan . Jakarta: AgroMedia Pustaka. Soekartawi. 2005. Agroindustri dalam Perspektif Sosial Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Syarief, R dan Irawati, A.1986. Pengetahuam Bahan untuk Industri Pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai