Anda di halaman 1dari 5

Bayi Tabung1 Oleh: Ayub Wahyudi

Kanda. Terdengar suara wanita yang lirih. Kanda. Dengan nada yang sedikit ditinggikan Kanda masih terjaga? . Suara panggilan itu Membangunkan Jun yang sejak tadi membelakangi wanita tersebut. Dia kemudian menyalakan lampu tidur didepannya dan memutar tubuhnya dalam selimut. Iyah dinda. Jawab Jun. Namun tidak ada jawaban yang dia terima. Dia kemudian mengangkat wajahnya dan mendekatkannya tepat di samping telinga wanita tersebut. Dinda, ada apa?. Tanya Jun tersebut dengan lembut. Boleh tolong ambilin tisu basah sama handuk kecil di kamar mandi?. Pinta sang wanita. Tunggu sebentar ya. Jun kemudian bangun dan langsung menuju kamar mandi. Didalam kamar mandi, dia menyalakan lampu kemudian mengambil jubah mandi yang tergantung dibelakang pintu dan mengenakannya. Setelah itu dia mengambil handuk kecil di rak atas toilet dan menuju ke lemari obat. Dia membukanya dan menemukan dua bungkus tisu basah. Dia mengambil salah satunya dan kemudian dia terdiam, menatap sendu botol obat kuat yang berada di lemari obat tersebut. Sampai kapan aku harus meminum Viagra ini?. Tanyanya dalam hati. Dia masih ingat bagaimana awalnya sehingga dia harus meminum obat itu. Demi menjaga nama baik dirinya di mata keluarga dan orang lain, dia terpaksa menikah dengan wanita yang tidak dia cintai, yang sekarang berada diatas tempat tidur. Wanita tersebut bernama Arsa. Seorang gadis lulusan sarjana ilmu politik berumur 22 Tahun. Dan sejak saat itulah dia harus meminum obat kuat tersebut sebelum waktunya.

Ditulis untuk mengikuti Lomba Narasi Global Muda 2013. Link http://globaldialogues.org/bahasa-

indonesia/contests/overview/#.UTyGotZkOcw

Saat itu Jun adalah seorang karyawan swasta berumur 23 tahun. Dia bekerja di kantor perusahaan yang dibangun ayahnya sendiri. Akan tetapi sejak lulus kuliah dua tahun yang lalu, dia memutuskan untuk memulai karirnya dari bawah. Meskipun demikian dia dapat menanjak dengan cepat dan itu semua karena usahanya sendiri tanpa bantuan dari ayahnya. Saat itu dia sedang memperebutkan promosi terhadap posisi sebagai menejer keuangan pusat. Di saat itulah dia mendapat rintangan yang sangat berat. Isu yang beredar membuat dia hampir kehilangan posisi. Hubungan tabunya dengan Aziz yang merupakan dokter kandungan di salah satu RS swasta Makassar, tercium oleh pihak kantor. Dan untuk menutupi hal tersebut dia memutuskan untuk segera menikah dan dia memilih Arsa. Alasan dia memilih Arsa adalah sebuah keberuntungan. Arsa adalah sahabat sepermainannya dari kecil. Mereka saling mengetahui rahasia masing-masing tanpa ada yang ditutupi. Termasuk orientasi seksual Arsa. Bukan hanya itu, pada saat yang bersamaan Arsa juga mengalami hal yang sama. Hubungannya dengan Selvi yang merupakan juniornya difakultas yang sama terungkap oleh orang tuanya. Hal ini membuat dia diusir dari rumah. Dan ketika Arsa menceritakan hal tersebut maka Jun langsung memberikan jawaban dari semua permasalahan mereka, yaitu sebuah pernikahan. Dan pernikahan tersebut meredamkan semua konflik kecuali konflik dalam diri mereka. Kanda, kok lama?. Panggilan Arsa segera menyadarkannya. Dia kemudian keluar kamar mandi dan mendekati istrinya yang masih berada dibawah selimut. Ternyata lagi nggak subur ya dinda?. Kata Jun dengan kecewa. Dia memberikan tisu basah serta handuk kecil kepada Arsa. Kayaknya iyah kanda. Kata Arsa dengan tenang seraya bergerak dan bersender pada punggung ranjang. Dia kemudian menyalakan lampu tidur disebelahnya dan menerima tisu basah dan handuk kecil dari Jun. Soalnya tidak ada yang tinggal didalam. Semuanya keluar. Tambahnya sambil memasukkan handuk kecil kebawah selimut. Setelah selesai dengan handuk kecil tersebut dia mengambil sehelai tisu basah dan memasukkannya ke bawah selimut.

Kok bisa ini kan sudah dua minggu sejak terakhir kamu dapat?. Kata Jun dengan nada agak kesal. Mendengar pertanyaan itu Arsa tersebut, dia menatap Jun dengan tajam. Ini buktinya. Arsa menunjukkan handuk kecil yang dia gunakan tadi kepada Jun. Melihat hal tersebut Jun menghela nafas panjang. Dia kemudian bersender pada punggung ranjang. Maaf dinda tapi aku harap kamu mengerti. Hal ini tidak mudah bagiku untuk melakukannya. Arsa yang sejak tadi menatap tajam pada Jun melempar handuk kecil tersebut kepadanya. Aku katamu?. Tanya Arsa dengan nada marah. Yang benar itu kita karena aku juga tidak mudah melakukan hal ini. Bahkan lebih daripada kamu!. Bentak Arsa. Mendengar hal tersebut, Jun menatap Arsa. Lebih dari aku katamu!?. Jun membentak balik. Asal kamu tahu, umur aku baru kepala dua tapi aku harus minum viagra tiap kali kita mau melakukannya. Itukan ide kamu sendiri. Bahkan semua ini adalah ide kamu. Bantah Arsa. Kalau begitu, jangan persulit keadaan. Pekik Jun. Kita seharusnya hanya perlu melakukannya sekali tapi karena kamu, aku tersiksa selama tiga tahun. Mana aku tahu, aku hanya mengikuti nasehat dari dokter kandungan tersayangmu. Kata Arsa. Kamu jangan asal tuduh. Asal kamu tahu Aziz juga ingin semuanya selesai dengan cepat. Dia tidak akan berani macam-macam. Bela Jun. Aku dan Aziz sudah punya komitmen terhadap persoalan ini. Terus mana hasilnya?, aku sudah bertahun-tahun konsultasi sama dia tapi tidak yang pernah tepat. Kata Arsa. Lagipula jika kamu mengikuti saran aku untuk melakukannya selama bulan madu mungkin kita sudah bebas sekarang tapi kamu selalu beralasan yang sama. Tidak gampanglah, terlalu sulitlah, belum terbiasalah. Apa susahnya sih, kamu kan tinggal dorong dan aku tinggal terima. Nggak semudah itu. Aku butuh waktu agar bisa menaikkan hasratku untuk melakukannya denganmu. Viagra itu cuma bantu menahan hasratku bukan untuk membangkitkannya. Begitu tahu kamu wanita, aku langsung kehilangan selera. Kata Jun.

Memang kamu pikir apa sebabnya aku minta semua lampu dimatikan sebelum kita melakukannya. Itu karena aku juga merasakan hal yang sama. Memangnya kamu pikir selama ini aku rela kamu buahi. Aku selalu mual begitu merasakan kamu masuk ke a ku. Aku mau muntah. Arsa mulai tidak dapat lagi menahan rasa marahnya. Dia bersandar kembali sambil melipat kedua tangannya. Dia menahan airmatanya agar tak tertumpah. Bukan cuma kamu yang telah berkorban banyak. Bukan cuma kamu yang tersiksa dengan semua ini. Sejak kita menikah, Selvi tidak pernah mau lagi berhubungan dengan aku. Tidak satupun sms dan telepon dari aku mendapat balasan darinya. Dia menatap handphone-nya yang diletakkan didekat lampu tidur. Aku merasa sendiri dalam keadaan ini. Tidak seperti kamu yang masih mempunyai semuanya, cinta, teman dan keluarga semuanya masih ada mendampingimu. Sedangkan aku tidak punya siapa-siapa. Arsa menangis tertahan. Jun yang melihat hal tersebut langsung merangkul Arsa sambil mengecup keningnya. Aku tahu kita sama-sama menderita. Kata Jun. Tapi aku harap kamu jangan menyerah. Aku minta maaf dinda. Tolong berikan aku kesempatan lagi, aku akan bekerja sama dengan lebih baik bulan depan. Dan kali ini aku akan mengikuti saranmu. Mendengar hal tersebut, Arsa menatap Jun. Kalau begitu kita buat komitmen baru? Bagaimana?. Kata Arsa. Asal hasil musyawarah untuk mufakat, nggak jadi masalah. Kata Jun sambil tersenyum genit. Bagaimana kalau bayi tabung? Tanya Arsa. Tapi itu terlalu mahal. Jawab Jun. Coba kanda pikirkan baik-baik. Kita sudah mencoba cara konvensional berkali-kali tapi tidak ada hasil. Jun berpikir agak lama dan kemudian mengangguk. Meskipun mahal, bayi tabung punya tingkat keberhasilan lebih tinggi daripada harus terus menebak masa suburku. Jelas Arsa. Iya itu benar tapi dari mana kita dapat uang untuk biayanya?. Tanya Jun. Arsa kemudian tersenyum tengil. Senyuman yang sudah bertahun-tahun Jun kenal. Senyuman yang berarti Arsa menemukan jalan keluar dari semua permasalahan mereka.

Kita minta saja dari para calon kakek dan nenek anak kita. Dengan menggunakan rekomendasi dari Aziz, mereka pasti tidak akan bisa berbuat apa-apa selain mengusahakan uang tesebut. Dengan begini tidak ada lagi Viagra buat kanda dan rasa mual buat aku Mendengar ide ini, Jun langsung memeluk Arsa dengan bahagia. Mereka kemudian memutuskan untuk tidur. Getar dari Handphone Arsa menunjukkan tulisan di layar Selvi my Bici

Anda mungkin juga menyukai