Anda di halaman 1dari 146

T.Tinggi - R.

Tunggu Poli Gizi dukungan 2 terhadap Proyek han la 10 2 Relatif 5 12 1 Laki-laki Transfusi 10-19 tahun Darah tenang Poli Gizi - Receptionist Jenis Kelamin Homoseksual 5 Perawatan Ada kar 18 Reaksi 8 Perancangan AN Poli Anak 3 16 4 2056 dan HIV (+) 32 35 - R.Direktur - Terletak tidak 13 8 medis Poli Anak 28 Proses Psikologis 5-9 tahun n, Industri, 5 17 - R.Kepala Pusat Poli Anak 12 Perempuan pengobatan AIDS 26 18 5 10 13 Hal-hal yang biasa dijum 5 Poli Anak man,25 Rehabilitasi Tap.Tengah (3) tahun Klinik VCT Tanjung 56013 Balai Jumlah 58 53 10-19 22 Poli Internis 4 R.Sekertaris Pak-Pak Barat Konseling 1. 0 Maritim Tes HIV dini Karo 35 - Bising Poli Internis 2 Jumlah Perinatal 20-29 tahun karena dekat Laki-laki Intra Drug User Deli Serdang terpencil - R.Bagian Hall (kaget,32 - Konseling Poli Kulit dan Shock 5 u, jaringan 17 1 ke jalan besar 3 2616 27 638 Pelayanan Kelamin kal 598 76 (aksebilitas R.Tunggu batin) 1 goncangan Ada 327 10-19 tahun m, septic Poli Kulit dan 52 1 (1) Medis 5 dan 83 6 728 - Reception 741 259 66 mudah). Kelamin 1 Merasa bersalah, 32 na 115 marah, d - Bising R.Bagian al 20-29 18 tahun karena dekat Infomasi 13 33 1366 Poli Psikiatri 1335 576 142 Terletak di Jumlah tidak berdaya. 14 ADM dan besar Poli Psikiatri &E an dan R.Konseling 616 Samosir ke jalan Karo 14 Ibu30-39 Rumah tahun Tangga Perempuan Transfusi Darah 5 daerah yang Keuangan 1081 Rasa takut, akal, 46 - R.Periksa hilang man. 696 1 (1) 33 Binjai 24 291 - R.Akuntansi 210 27 Langkat cukup jauh dari onal 1535 Laboratorium frustasi, rasa sedih, acting 20-29 tahun - UGD 5- 4. 84 13 7 5931312 R.Bendahara ek 131 8 1 pusat kota KM / WC 2616 (bertindak di 26 luar hal-hal y 500 Ada 6- Luas tahun lahan R.Pelayanan n 31 88430-39 - Tenaga 117 341 35 9 (ketenangan). normal seperti bunuh diri) 421 IA 39 Dana 252 19 1,1 Ha medis 14 40-49 tahun Jumlah Biseksual Perinatal 10 terpencil 2. 921 - (2) R.HRD rbaiki an, 15 masyarakat Sergei Binjai 2 63 596 No. (aksebilitas 808 13 6 sak R.Arsip Mengucilkan diri 30-39 tahun Staf gan, - 1,2 Ha 14 Taput 5 148848 Kriteria Pemilihan Lokasi 872 4Tap.Selatan - R.Istirahat mudah). pengelola Merasa cacat, 216 Indoor, - Inst.Incenator 5tidak bergun 4- (2) tahun 27 7 21140-49 Kantin Keterangan 1680 15 1 Tes darah dan Terletak di daerah dan menutup 4 diri. 317 man Ada 57 4 1,76 Ha la - KM / WC Hetero >50 & tahun IDUs konseling41 pra 1. Ibu Rumah Tangga 3 suburban (tenang). Khawatir menginfeksi ora 523 u, jaringan - (3) Staf 20 dan pasca15 test, 19 89 22 141 Ketenangan 23 4 terpencil dhu lain, murung.16 40-49 tahun pengelola m, mengerjakan Batu 5. Bara Taput 30 42 198 Lokasi(aksebilitas berada di tempat yang relatif tenang. 77 uan masyarakat 3. function Asahan job 33 gan sampah, - R.Ibadah >50 tahun Aksesbilitas 5 11964 2. dhu Pria 30 Labuhan Batu mudah). 2. Membuka status 88 ndidikan. R.Ibadah 6 22 1 Mudah diakses oleh lat Lain-lain Jumlah Pencapaian Kegiatan 14 Biseksual 5. 1 - Terletak di daerah Ingin tahu reaksi orang lai 121 Ada 41 1Kegiatan kendaraan pribadi, minar / penampungan 2 1081 - Lokasi harus dapat dicapai dan beragai arah dan 19 24 27 suburban (tenang). pengalihan stress, ingin >50 tahun 63 21 kendaraan umum, Sosialisasi 16 36 2 1535 dengan segala alternatif (kendaraan umum,penyandang 58 Sesuai dengan dicintai. 13 angan HIV dan Infromasi 17 Jumlah Nias sirkulasi pejalan Asahan 4 2616 pribadi, pejalan kaki). 78 uni studi kelayakan Unit hunian Penolakan, stress, dan Pusat 28 ung Tap.Tengah 1016 - kaki 6 - Lokasi pusat rehabilitasi tidak berada di tempat Tidak Diketahui Konseling Tobasa Hunian dan kriteria lokasi. konfrontasi. 41 1 - Kantin 1502 1Kelompok (3) la - Hall 24 yang terpencil dan mudah dicapai agar masyarakat 110 26 2. 4. Jumlah 3 Ada medis 2518 1Dukungan Mudah diakses oleh Kantor 30 yang ingin 251 42 Pola mengakses informasi mengenai Mencari orang 808 as an 4 Pengelola17 22 Sebaya kendaraan pribadi, HIV/AIDS juga dapat mencapai lokasi dengan 361 68 perletakan lain yang HIV 872 - R.Tamu A - kendaraan R.Diskusi / umum, 18 Humbahas Tap.Tengah mudah. Jumlah 9 garkan massa R.Nonton Hall positif 1680 man, Samosir - sirkulasi pejalan kaki h 3. 808 Simalungun Bersama /1 - Penyandang Ruang terbuka selalu dipergunakan - Multi massa Berbagi rasa, pengenalan, gan, 4 1HIV/AIDS - Parlor / Visitor (3) 3 sosialisasi. R.Keluarga RUTRK 872 58 berkumpul Bangunan dan area penunjang, unt - Pola radial. kepercayaan, penguatan, d 6 n 1- Mudah diakses oleh room - R.Tidur 4 Relawan Lokasi harus sesuai dengan Wilayah Pengembangan 1680 20 Lingkungan pembinaan yang alami dan dapat fasilitas mem p Terdiri dari 3 dukungan n an air 10 Pantry 18 sosial. Berdiskusi, 23 kendaraan pribadi, Ada (Customer Pembangunan (WPP) yang sesuai dengan 78 keadaan psikologi Bangunan penunjang, penyandang unt massa utama (multi Ketergantungan, R.Makan dari berbagi eptic tank, 19 campur Luar Propinsi kendaraan umum, Service) Samosir perkembangan ke arah kesehatan. an 10 membantu pembinaan anak-anak dan tumbuh fasilitas menj p massa). infromasi, Bersama tangan, tidak Sergei percaya pada u, rumah - sirkulasi pejalan kaki 4 2 4. berbagi Kantin Dairi ceria. - Pola radial, pemegang rahasia dirinya. , sarana 1 45.(3) 4 6 - KM / WC Saranasirkulasi dan Prasarana 2 sederhana 5. an dan lance 4Kegiatan 6. Anak-anak 10 9 Tersedia sarana dan prasarana seperti jalan raya, dan 10 (merujuk pada Status khusus n. Sosialisasi 10 ODHA Kondisi fisik - Inst.Laboratorium jaringan infrastruktur meliputi listrik, jaringan air 19 12 interpretasi tema). dan Infromasi Perubahan keterasingan Dewasa 20 Tanah relatif datar Ada 11 Sergei bersih,-air kotor, serta la Pusat Terdiri dari 3 jaringan komunikasi.ODHA menjadi manfaat khusus, Batu Bara (3) 2 medis 5. Konseling (selaku Sibolga massa utama perbedaan menjadi hal yan 2 Tanah relatif datar njung Customer pengelola10 Persyaratan lain 2 (multi massa). istimewa, dibutuhkan oleh an Service (3) dan pembina 12 4 BAB II - Lokasi tapak tidak terlalu terpencil sehingga 1 3. yang lainnya.6 kirkan (email, oon anak-anak) Tanah relatif datar - Unit Psyhiotherapy 20 pengguna fasilitas yaitu penderita, tenaga medis, 3 an Lingkungan telepon, Staf Ketergantungan, a 21 dikotomi (3) Ada (Yoga) Batu Bara dan lain-lain, masih dapat bersosialisasi dengan temu wajah) Pengelola Ruang-ruang dan mereka (semua TA Nias orang 2 - 7. R.Customer masyarakat sekitar (tidak terkucilkan). Pengunjung sosialisasi yang dilihat sebagai sat 1 terinfeksi H Kemacetan Service - Tenaga 4 - Lokasi harus dekat dengan Rumah Sakit minimal DESKRIPSI PROYEK terkoneksi dan direspons6seperti itu), ahan, - Sirkulasi Staf relatif - Pos Perawat 6 Rumah Sakit kelas B, sehingga jika terjadi medis dengan over identification. pengelola ta, Pusat Beristirahat, lancar 21 7 - Pos perawat keadaan yang gawat dan tidak mampu - masyarakat lingkungan yang tidur, makan, 22 6. an, (3) Ada (3 unit) ditanggulangi bisa Nias Membagikan alami. oleh pihak pusat rehabilitasi,mengerjakan Perilaku an, Humbahas Sirkulasi relatif 1 informasi job function segera -dilarikan ke rumah sakit kelas B terdekat. Ruang-ruang mementingkan Indoor, lancar seputar 3. 6 sosialisasi yang orang lain man HIV/AIDs 2.1. Terminologi Judul 1 Kegiatan (3) 7 - Farmasi terkoneksi dengan 5. Komitmen dan kesatuan penunjang an permanen, Sirkulasi relatif lancar 22 1 - Farmasi Kegiatan Workshop lingkungan yang di Medan yang kelompok, kepuasan mem gan sampah, Judul dari proyek HIV/AIDS 23 (3) adalah Pusat Rehabilitasi Dolok Sanggul Ada Sosialisasi Studio Lukis alami. dan berbagi, perasaan seba ndidikan. TOTAL dan Infromasi - LukisP.Sidempuan - R.Studio Ruang-ruang kelompok. 1 Pusat 20 - Peserta 2 sosialisasi yang Pemadaman, reaksi, dan merupakan suatuKonseling tempat yang mengintegrasikan fungsi perawatan, pengobatan, Relawan 18 2 Seminar terkoneksi dengan kompensasi yang berlebih Melukis, tia 19 23 1 - Poliklinik

gal ang ngan AMBING man, an, gan, si, Lapangan an Kota an air tank, eptic u, rumah sarana , an dan n.

Padang Lawa -1 R.Tunggu 1 membimbing 4. Integrasi status - positif HIV -2 R.Seminar 3. Fasilitas dengan identitas Staf medis Kegiatan 2 diri, pengecekan HIV -dini, penampungan dan pembinaan anak-anak ODHA yatim piatu, 3 1 - Staf penunjang - Unit Hunian keseimbangan 2 antara - Unit perawatan pengelola Workshop kapasitas 30 kepentingan orang 25 lain den - Peserta Studio khusus diri sendiri, bisa menyebut serta sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat orang luas. Dalam judul Pusat Rehabilitasi Pak-Pak Bara - Relawan Musik Unit Hunian kondisi seseorang. (terapi Seminar Ada (kapasitas 100 Apatis dan sulit musik) mengenai 1 berubah. - R.Musik HIV / AIDS HIV/AIDS di Medan mengandung beberapa orang) pengertian yaitu : 1 - Pelatihan tenaga - Peserta 4. Jumlah - Relawan medis Fasilitas 1016 Bermain - Pelatihan tenaga - Unit rawat inap musik, 1502 medis kapasitas 50 TT menyalurkan 2518 hobby, - Unit rawat inap membimbing - Dapur gizi - Dapur gizi Ada kapasitas 50 TT Ada (kapasitas 125 orang) 4. Fasilitas - Fasilitas pembinaan anakanak - Fasilitas pembinaan anakanak Ada

alami.

Penerimaan

- Inst. Laundry Ada

Jadi pengertian dari judul Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan adalah :

Suatu tempat atau wadah yang berfungsi sebagai pusat perawatan dan pengobatan bagi penyandang HIV/AIDS, pengecekan HIV dini, penampungan anak-anak ODHA yatim piatu, serta tempat untuk mensosialisasikan dan menginformasikan HIV/AIDS kepada masyarakat luas yang terletak di kota Medan.

2.2. Tinjauan Umum 2.2.1.Definisi HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophageskomponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Virus HIV membutuhkan sel-sel kekebalan tubuh kita untuk berkembang biak. Secara alamiah sel kekebalan kita akan dimanfaatkan, bisa diibaratkan seperti mesin fotocopy. Namun virus ini akan merusak mesin fotocopynya setelah mendapatkan hasil copy virus baru dalam jumlah yang cukup banyak. Sehingga lama-kelamaan sel kekebalan tubuh kita habis, dan jumlah virus HIV menjadi sangat banyak.

Gambar 2.1. Skematik virus HIV (Buku Pathologic basic of disease).

CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. Sel yang mempunyai marker CD4 di permukaannya berfungsi untuk melawan berbagai macam infeksi. Di sekitar kita

8
Universitas Sumatera Utara

banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun kita tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misalnya pada orang yang terinfeksi virus HIV), nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol). Infeksi dari virus HIV ini dapat mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Sistem kekebalan dianggap defisien ketika sistem tersebut tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dalam memerangi infeksi dan penyakit-penyakit. Orang yang kekebalan tubuhnya defisien (Immunodeficient) menjadi lebih rentan terhadap berbagai ragam infeksi, yang sebagian besar jarang menjangkiti orang yang tidak

mengalami defisiensi kekebalan. Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai infeksi oportunistik, karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi virus HIV merupakan penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS. Dalam bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrom Cacat Kekebalan

Penanggulangannya, Hal 18). A I

Deficiency : Kekurangan Syndrome : Kumpulan Gejala-gejala penyakit

9
Universitas Sumatera Utara

Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh menyebabkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) sangat rentan dan mudah terjangkiti bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya, lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal. Oleh karena penyakit yang menyerang sangat bervariasi, AIDS kurang tepat jika disebut penyakit. Definisi yang benar adalah sindrom atau kumpulan gejala penyakit.

2.2.2.Sejarah Munculnya HIV/AIDS Penyakit AIDS pertama kali tersiar pada tahun 1979. Penyakit ini ditemukan pada sekelompok homoseksual di New York dan San Franscisco. Pada awalnya istilah AIDS diterapkan pada enam kasus pertama yang ditemukan di Los Angeles tanggal 5 Juli 1981. Kasus infeksi HIV pertama kali di dunia terjadi pada tahun 1959. Ketika itu, seorang lelaki berkulit hitam yang tinggal di Leopoldville (kini Kinsasha) di Kongo menyerahkan sampel darahnya kepada tim dokter dari Amerika Serikat yang tengah melakukan studi tentang masalah genetik. Usai penelitian, sampel darah itu ternyata tidak dibuang, melainkan disimpan dalam pendingin dan terlupakan. Baru pada tahun 1986, sampel darah itu ikut diperiksa bersama 1.212 sampel darah lain oleh seorang dokter di AS bersama para peneliti. Hasilnya, sampel darah itu positif HIV.

Ada dugaan habitat asal HIV berada di benua Afrika. Dugaan ini berdasarkan informasi tentang asal mula berjangkitnya virus HIV, yaitu di kalangan pria homoseksual di Afrika. Di Indonesia, AIDS merebak dari turis Belanda bernama Edward Hop (pria homo), yang meninggal di RSU Sanglah yang merupakan RSU terbesar di Bali pada tanggal 15 April 1987. Sebelum itu, pada bulan April 1986, di RSCM Jakarta, ditemukan seorang wanita yang terinfeksi HIV melalui transfusi darah. Ia meninggal setelah 8 jam tidak sadarkan diri. Kejadian ini menunjukkan bahwa ada orang lain yang telah terjangkit virus HIV, yaitu si pendonor. Saat ini secara global telah terdata jumlah penderita AIDS sepanjang tahun sejak tahun 2001 di dunia adalah lebih dari 40 juta. Daerah yang paling terpengaruh epidemi HIV/AIDS adalah daerah sub sahara Afrika, sekitar 70% kasus dunia berada di negara

10
Universitas Sumatera Utara

ini. Kecenderungan peningkatan HIV/AIDS di negara berkembang juga semakin pesat. Hasil pendataan di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 1992, dari pertama kali kasus AIDS ditemukan hingga saat ini. Lima provinsi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi adalah Papua, Riau, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera Utara, dan Bali. Dari kasus yang ada sebagian besar terdapat pada laki-laki yaitu sebesar 79,1% dan pada perempuan yaitu sebesar 20,9% dengan interval umur 15-49 tahun.

2.2.3.Stadium / Tahapan HIV/AIDS Infeksi akut dari virus HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya menjadi AIDS. Istilah AIDS dipergunakan untuk tahap-tahap infeksi HIV yang lebih lanjut. Adapun siklus hidup HIV antara lain :

V i H I H I K o m D N i W a m K u V i y J u V i d

1 1

Gambar 2.2. Mekanisme HIV masuk ke dalam sel (Buku Pathologic Basic of Disease).

Adapun gejala orang yang terinfeksi HIV menjadi AIDS bisa dilihat dari 2 gejala antara lain : 1

2 .

gejala AIDS, antara lain :

12
Universitas Sumatera Utara

1 .

2 .

3 .

4. Tahap 4 : Stadium AIDS Sudah masuk pada fase AIDS AIDS baru dapat di diagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel-Tnya

13
Universitas Sumatera Utara

Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu : TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-paru dan kesulitan untuk bernafas, kanker kulit (berupa koreng di seluruh badan), sariawan, infeksi usus yang menyebabkan diare kronis, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala

Lama virus HIV berkembang menjadi AIDS dapat bervariasi pada setiap individu. Dengan gaya hidup sehat, jarak waktu antara infeksi virus HIV berkembang menjadi stadium AIDS dapat berkisar antara 10-15 tahun, terkadang bahkan bisa lebih lama. Terapi antiretroviral dapat memperlambat perkembangan AIDS dengan menurunkan jumlah virus (viral load) dalam tubuh yang terinfeksi.

2.2.4.Cara Penularan Virus HIV Virus HIV terdapat pada :

cairan serviks / vagina saja. Cara penularan virus HIV dapat terjadi melalui : a

b ) c

d ) e

a ) b ) c

d ) e ) f g ) h

2.2.5.Cara Pencegahan Penularan Virus HIV Dengan mengetahui cara penularan HIV, maka akan lebih mudah melakukan langkah-langkah pencegahannya. Secara mudah, pencegahan HIV dapat dilakukan dengan rumusan ABCDE yaitu: A= Abstinence, tidak melakukan hubungan seksual pra-nikah beresiko tinggi. B= Being faithful, setia pada satu pasangan, atau menghindari berganti-ganti pasangan seksual. C= Condom, bagi yang beresiko dianjurkan selalu menggunakan kondom secara benar selama berhubungan seksual.

15
Universitas Sumatera Utara

D= Drugs injection, jangan menggunakan obat (Narkoba) suntik dengan jarum tidak steril atau digunakan secara bergantian. E= Education and Equipement, pendidikan dan penyuluhan kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS, serta pelayanan kesehatan dengan peralatan steril.

Upaya pencengahan lainnya yaitu:

2.2.6.Kelompok Resiko Tinggi Terkena HIV/AIDS HIV/AIDS dapat menyerang siapa saja dan tidak memandang suku, agama, pekerjaan, tingkat sosial, dan sebagainya. Adapun kelompok-kelompok resiko tertinggi terkena HIV/AIDS antara lain :

dan penyuluhan kepada mereka agar mereka tidak menularkan virus yang ada /

mungkin ada di dalam darahnya kepada orang lain.

2.2.7.Cara Mengetahui Diri Terinfeksi Virus HIV Untuk mengetahui jika diri sudah terinfeksi virus HIV atau tidak dapat dilakukan konseling dan testing sukarela pada klinik VCT (Voluntary Counselling

16
Universitas Sumatera Utara

Test). Klinik VCT berfungsi sebagai klinik untuk pengecekan darah untuk mengetahui status HIV dini dan konseling terhadap mereka yang baru mengetahui status HIV-nya. Tes HIV berfungsi untuk mengetahui adanya antibody terhadap HIV atau mengetes adanya antigen (sel asing) HIV dalam darah. pedoman pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS secara sukarela, disebutkan bahwa prinsip pelayanan konseling dan testing HIV/AIDS sukarela (VCT) antara lain: a

b )

c )

S u P d K j t p k S L S k k y k d M K m b m T W d

1 7

diikuti oleh konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lainnya yang disetujui oleh klien.

Adapun prosedur pemeriksaan darah untuk HIV meliputi beberapa tahapan yaitu: a

b .

c .

d .

- Tekankan kerahasiaan. - Cek pemahaman hasil test dan diskusi makna hasil test. - Dampak pribadi, keluarga, sosial terhadap ODHA, kepada siapa dan bagaimana memberitahu. - Rencana pribadi penurunan resiko dan rencanakan tindak lanjut perawatan.

Sukarela dengan Konseling M e m e P r t C K o t G a

T e

M e t

Universitas Sumatera Utara

2.2.8.Dampak HIV/AIDS Banyak dampak yang muncul akibat dari HIV/AIDS ini antara lain : a.

b.

Dampak Fisik penyakit lain.

- Sistem kekebalan menurun sehingga mudah terkena infeksi oportunistik - Muncul gejala-gejala mayor dan minor.

Dampak Psikologis Penderita HIV/AIDS cenderung memiliki keadaan psikologi yang naik turun. Adapun tahapan reaksi psikologis penderita HIV/AIDS antara lain (Stewart, 1997):

Tabel 2.1. Tahapan reaksi psikologi penderita HIV/AIDS. 20

Universitas Sumatera Utara

c .

D a D k H D a H k j D a

HIV/AIDS. Adapun dampak terhadap anak-anak penyandang HIV/AIDS antara lain :

2.2.9.Penanganan dan Perawatan Terhadap HIV/AIDS A M

pengobatan yang perlu disediakan untuk ODHA, yang disepakati secara internasional oleh WHO, terdiri dari: (Antiretroviral), dukungan untuk adherence ARV, profilaksis (pencegahan) beberapa penyakit infeksi, manajemen klinis masalah kronis (diare, vegetasi jamur, dan demam yang kumat-kumatan, serta penurunan berat badan), serta pencegahan penularan HIV.

21
Universitas Sumatera Utara

b .

c .

HIV/AIDS antara lain: a .

Jenis obat-obatan ini juga mengacaukan replikasi HIV dengan mengikat enzim reverse transcriptase itu sendiri. Hal ini mencegah agar enzim ini tidak bekerja dan menghentikan produksi partikel virus baru dalam sel-sel yang terinfeksi.

P u d y k A g o d v O k d r t s d S o A n p m P M P H s
2 3

intervensi apapun, sekitar 15% - 30% ibu dengan infeksi HIV akan menularkan infeksi selama masa kehamilan dan proses persalinan. Pemberian air susu ibu meningkatkan risiko penularan sekitar 10-15%. Risiko ini tergantung pada faktor- faktor klinis dan bisa saja bervariasi tergantung dari pola dan lamanya masa menyusui.

Penularan dari Ibu ke Anak dapat dikurangi dengan cara berikut:

B . A

digunakan sebagai terapi penunjang terhadap pengidap HIV/AIDS. Terapi alternatif ini bisa digunakan bersamaan dengan penanganan medis selama kita secara teliti mempelajari dampaknya terhadap satu sama lain dalam tubuh kita. Beberapa keuntungan yang bisa didapatkan dengan terapi alternatif antara lain :

a )

Dalam hal ini, informasi lah yang akan mengobati ketidakpahaman dan depresi dari orang tersebut, serta memulihkan dan menyelamatkan jiwa mereka. Dan seperti halnya berbagai macam terapi, terapi informasi adalah sebuah proses yang akan berlangsung secara terus-menerus. Para pengidap HIV ini sering sekali merasa takut, dimana rasa ketakutan ini dapat mempengaruhi kesehatan mereka. Pertolongan pertama untuk mengobati ketakutan adalah dengan informasi yang jelas dan tepat. Bila mereka mulai memahami apa artinya menjadi HIV positif, mereka dapat mulai menerima penyakit ini, mengerti bahwa HIV bukanlah vonis mati, dan mulai merencanakan tanggapan. Penelitian menunjukkan bahwa mereka yang mengerti tentang HIV/AIDS ini lebih bisa bertahan lebih lama daripada mereka yang hanya mengerti sekedar saja.

Gambar 2.6. Pemberian informasi terhadap para pengidap HIV/AIDS.

Salah satu cara untuk mendapatkan informasi mengenai HIV/AIDS adalah dengan bergabung dengan kelompok dukungan, dimana di kelompok ini, para

sesama penderita HIV/AIDS bisa saling berbagi pengalaman, pengetahuan, informasi yang penting dan berguna yang bisa saling membantu satu sama lainnya. Informasi juga bisa didapatkan melalui media buku, majalah, dan seminar.

b ) D m b

dan sosial seseorang. Pendekatan ini menempatkan kembali pengobatan spiritual sebagai salah satu cara pengobatan dalam upaya penyembuhan psikis penderita. Sebagian besar informasi menunjukkan bahwa ketaatan pada agama dapat merupakan faktor positif dalam menghadapi penderitaan akibat HIV/AIDS. Hasil positif yang ditunjukkan oleh pengaruh agama adalah berkurangnya depresi, peningkatan mutu hidup, mengurangi ketakutan menghadapi kematian, sampai peningkatan daya tahan hidup.

Gambar 2.7. Terapi spiritual membantu meningkatkan keadaan psikis dan sosial.

c ) P U s s s s A
2 7

pelumas jaringan tubuh, pelindung, pendingin, dan pembersih limbah tubuh. Air bersih dapat menurunkan resiko dehidrasi, terutama setelah ODHA berolahraga. Sinar matahari Sinar matahari menghangatkan tubuh, menenangkan saraf, melemaskan pembuluh darah, mematikan kuman, dan memulihkan tenaga. Berjemur sewaktu udara masih segar sekitar pukul tujuh pagi sangat diperlukan untuk kesehatan dengan waktu 5-30 menit. Sinar matahari sebagai terapi untuk : - Memperbaiki fungsi jantung - Menurunkan tekanan jantung dan tekanan darah - Menurunkan kadar kolestrol dan gula dalam darah - Menambah kemampuan darah mengangkut oksigen - Meningkatkan tenaga, daya tahan otot, dan kepadatan otot - Menambah daya tahan tubuh dan kulit terhadap infeksi Tumbuh-tumbuhan Manfaat tumbuhan adalah untuk penghijauan dan peneduh, menyediakan pemandangan, serta menentramkan jiwa dan lingkungan. Makanan Bergizi Mengkomsumsi makanan dengan gizi seimbang dapat meningkatkan daya tahan

tubuh.

d ) B t O d s s o k s

2 8

e )

f )

T e D d J s s m s m d k p t m b p K e H s m m k d B d s s o B e M e
2 9

2.2.10.Persyaratan dan Kriteria Ruang 2.2.10.1.Persyaratan dan Kriteria Klinik VCT Sesuai dengan KEPMENKES No. 1507 Tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV-AIDS Secara Sukarela, persyaratan dari klinik VCT yaitu antara lain:

Konseling dan Testing HIV-AIDS Secara Sukarela, persyaratan sarana, prasarana dan sumber daya manusia antara lain : A

3 0

Papan nama / petunjuk Papan nama petunjuk lokasi dipasang secara jelas sehingga memudahkan akses klien ke klinik VCT, demikian juga di depan ruang klinik VCT dipasang papan bertuliskan pelayanan VCT. Ruang Tunggu Ruang tunggu yang nyaman hendaknya di depan ruang konseling atau di samping tempat pengambilan sampel darah. Ruang konseling Ruang konseling harus nyaman, terjaga kerahasiaannya, dan terpisah dari ruang tunggu dan ruang pengambilan darah. Hindari klien keluar dari ruang konseling bertemu dengan klien/pengunjung lain, artinya ada satu pintu untuk keluar bagi klien yang letaknya sedemikian rupa sehingga klien yang selesai konseling dan klien berikutnya yang akan konseling tidak saling bertemu. Ruang konseling hendaknya cukup luas untuk 2 atau 3 orang, dengan penerangan yang cukup untuk membaca dan menulis, ventilasi lancar, dan suhu yang nyaman untuk kebanyakan orang. Ruang Pengambilan Darah Lokasi ruang pengambilan darah harus dekat dengan ruang konseling, jadi dapat

terpisah dari ruang laboratorium. Ruang Petugas Kesehatan dan Petugas Non Kesehatan

Yang perlu diperhatikan dalam pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela adalah : -

Gambar 2.8. Contoh denah pelayanan VCT.

B .

C .

2.2.10.2.Persyaratan dan Kriteria Laboratorium Letak laboratorium boleh berada di klinik VCT sendiri atau terpisah dari klinik VCT. Persyaratan khusus ruang laboratorium antara lain : -

2.2.10.3.Persyaratan dan Kriteria Instalasi Farmasi Untuk melayani kegiatan di unit farmasi, perlu dilengkapi fasilitas yaitu :

S b i

2.2.10.4.Persyaratan dan Kriteria Unit Rawat Inap Syarat khusus :

Gambar 2.9. Model unit rawat inap (Data Arsitek).

35

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.10. Standar KM / WC pada unit rawat inap (Data Arsitek).

2.2.10.5.Persyaratan dan Kriteria Instalasi Dapur Gizi Perletakan dapur ditempatkan pada daerah servis jauh dari pencapaian maupun penglihatan pengunjung. Ideal tata ruang instalasi dapur gizi antara lain :

2.2.10.6.Persyaratan dan Kriteria Instalasi Laundry Agar dapat melakukan pekerjaan pokok, unit cuci dilengkapi dengan fasilitas :

2.2.10.7.Persyaratan dan Kriteria Instalasi Mekanikal dan Elektrikal Syarat khusus :

T e d T e k

2.2.11.Studi Banding Proyek Sejenis 2.2.11.1.Camillian Social Centre, Rayong, Thailand A P

Bapa Giovanni Contarin, Pastur Italia. Tempat ini dibangun sebagai suatu wadah yang berfungsi untuk menampung para penyandang HIV/AIDS yang tidak memiliki tempat tinggal dan terkucilkan di masyarakat. Pada tempat ini lebih menekankan pada penampungan anak-anak yatim piatu penyandang HIV/AIDS dan perempuan penyandang HIV/AIDS sebagai kelompok orang yang cenderung lebih lemah di masyarakat. Pada tempat ini juga menyediakan perawatan bagi para pasien stadium AIDS yang memiliki kesulitan ekonomi dan terlantarkan.

Gambar 2.11. Anak-anak ODHA yatim piatu yang ditampung pada Camillian Social Centre

Di Camillian Social Centre ini terdapat tenaga perawat sepanjang waktu, juga terdapat 10 asisten perawat (relawan) yang memberikan perawatan kepada para pasien HIV/AIDS. Staf-staf medis pada tempat ini bekerja sama dengan rumah sakit provinsi yang ada di provinsi Rayong dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas medis yang akan diberikan kepada para pasien HIV/AIDS.

Gambar 2.12. Beberapa staf-staf medis dan relawan pada Unit Perawatan Paliatif.

37
Universitas Sumatera Utara

Selain itu juga terdapat seorang guru dan seorang relawan yang peduli HIV/AIDS yang tinggal menetap di Camillian Social Centre. Merekalah yang membimbing, membina, serta merawat anak-anak ODHA yatim piatu ini. Dengan adanya Camillia Social Centre ini, diharapkan dapat menjadi jembatan untuk membantu masyarakat Thailand untuk lebih mengerti dan mengembangkan sikap positif, serta tidak mengucilkan para penyandang HIV/AIDS ini. Diharapkan juga, anak-anak yatim piatu penyandang HIV/AIDS ini nantinya juga dapat menjadi aktivis dalam memerangi penyebaran virus HIV di masyarakat.

B . C

sosial (non profit). Pada panti ini disediakan program-program seperti :

menekan laju pertumbuhan jumlah kasus penderita HIV/AIDS di Thailand. Pemerintah Thailand bahkan mengakui Camillian Social Centre sebagai pemimpin dalam memerangi HIV/AIDS. Karena panti ini bergerak di bidang sosial (non profit), maka panti ini juga menerima sumbangan dana dari luar.

Gambar 2.13. Penerimaan dana dan relawan sangat dibutuhkan di tempat ini.

38

Universitas Sumatera Utara

C.

Fasilitas-Fasilitas Yang Ada di Camillian Social Centre. Pada Camillian Social Centre terdapat : Unit rawat inap. Pada unit rawat inap tersedia 50 buah tempat tidur untuk perawatan pasien HIV/AIDS yang membutuhkan perawatan paliatif.

Gambar 2.14. Unit rawat inap untuk perawatan paliatif.

Fasilitas Rekreasi Fasilitas rekreasi terdiri dari suatu tempat untuk bermain billiard, fasilitas musik (sebagai tempat untuk mengembangkan bakat dan hobby mereka), dan fasilitas permainan lainnya, yang mana merupakan hasil sumbangan dari donatur.

Gambar 2.15. Fasilitas rekreasi yang ada pada Camillian Social Centre.

39

Universitas Sumatera Utara

Fasilitas pendidikan yang ada yaitu berupa ruang kelas dan ruang komputer, dimana staf pengajarnya terdiri dari satu guru dan satu orang relawan. Terkadang sering ada relawan dari luar yang turut membimbing anak-anak ini.

Gambar 2.19 Fasilitas pendidikan di Camillian Social Centre.

D. Analisa Terhadap Camillian Social Centre. Analisa Lokasi : Analisa Lokasi


Jika melihat dari lokasi site di aksesbilitas yang mudah. Lokasi juga berada di daerah yang cukup jauh dari pusat kota.

Kaitan terhadap lokasi proyek perancangan


k G a k e

terpencil / aksesbilitas mudah.

Kriteria Lokasi
aksesbilitas mudah, sarana dan prasarana kota tersedia, sesuai dengan WPP.

Gambar 2.21. Peta Lokasi Perancangan.

41
Universitas Sumatera Utara

Kajian terhadap ruang-ruang yang ada : - Unit Hunian. Analisa


Hunian dengan konsep asrama.

Memiliki balkon. Dari balkon m k a D i l h l a

A
R t l l a

A n M
b l

A n
R s p

Latar Belakang
Anak-anak ODHA yatim piatu berhak mendapatkan pendidikan yang layak.

42
Universitas Sumatera Utara

2.2.11.2.Snehadaan Community Care Centre, Karnataka A S

bagi pada penyandang HIV/AIDS di Karnataka. Adapun tujuan dari Snehadaan ini adalah untuk memberikan perawatan, pengobatan, dan dukungan bagi para pasien (terutama yang terkucilkan di masyarakat), yaitu para penyandang HIV/AIDS. Panti ini berlokasi di Sarjapura Road, dan terletak sekitar 11 km dari RS St.John, Bangalore.

Gambar 2.22. Site Plan Snehadaan Community Care Centre.

Adapun visi misi dari Snehadaan Community Care Centre yaitu : -

B .

C .

Gambar 2.23. Unit rawat inap dengan kapasitas 50 tempat tidur.

Unit Hunian, Sneha Home Care Menampung anak-anak penyandang HIV/AIDS yang yatim piatu dan memiliki lingkungan hunian yang tidak layak bagi pertumbuhan mereka. Instalasi laboratorium Unit Physiotheraphy Unit Gawat Darurat Pos perawat, farmasi dan unit perawatan khusus Fasilitas konseling Kelompok dukungan Yaitu Asha Deep Support Group yang memiliki tujuan untuk memberikan kepercayaan diri dan harapan hidup bagi penderita HIV/AIDS. Pertemuan dilakukan sekali dalam sebulan dengan tujuan untuk memberikan informasi terkait HIV/AIDS dan nutrisi, pelaksanaan meditasi atau yoga untuk menghilangkan stress, program hiburan untuk anak-anak dan pasien, dan berbagi pengalaman. Chapel / ruang ibadah Parlor / visitors room Instalasi incenator Fasilitas rekreasi

Lingkungan yang luas dan alami Lingkungan yang alami dapat turut membantu proses peningkatan psikologi dari para penyandang HIV/AIDS. Lingkungan yang alami juga membantu anak-anak ODHA yatim piatu untuk tumbuh menjadi individu yang ceria.

45
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.24. Tempat bermain anak-anak.

Fasilitas Edukasi anak-anak ODHA yatim piatu, Shining Star School Di sini, diberikan pendidikan akademik bagi anak-anak ini, dimana digunakan sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat intelegensi mereka. Tujuan dari pengadaan fasilitas ini adalah untuk memberikan edukasi layaknya sekolah pada umumnya, serta memberikan keahlian kepada mereka dengan tujuan agar mereka memiliki kepercayaan diri dan bisa lebih mandiri di masyarakat nantinya.

Gambar 2.25. Ruang pembelajaran.

Fasilitas Sosialisasi dan Informasi HIV/AIDS Fasilitas ini disebut AIDS Education and training Cell, yang memberikan pelayanan pencegahan, edukasi, dan konseling HIV/AIDS. Terdapat juga

fasilitas Telephonic Helpline Shubhchintak yang memberikan informasi seputar HIV/AIDS melalui telepon.

D. Analisa Terhadap Snehadaan Communinty Care Centre. Analisa perletakan massa :

46
Universitas Sumatera Utara

Memiliki susunan massa dengan pola radial, dimana lingkungan yang alami selalu menjadi perhatian dalam perancangan. Memakai pola radial karena memiliki sirkulasi yang sederhana.

A n A n
s S k ( t

Kajian terhadap ruang-ruang yang ada : - Unit Hunian Kaitan Terhadap Analisa
- Hunian dengan konsep asrama. - Memiliki balkon dengan view ke arah ruang terbuka.

Perancangan

- Lingkungan hunian alami dengan konsep asrama. - Anak-anak ini berhak mendapatkan hunian dan lingkungan hunian yang layak.

47

Universitas Sumatera Utara

2.2.11.3.Perbandingan Studi Banding Terhadap Proyek Perancangan

48

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2. Perbandingan studi banding dengan proyek perancangan.

2.3. Lokasi Usulan Proyek 2.3.1.Data Umum Lokasi Proyek L g

Luas : 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara

49

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.26. Peta Sumatera, Sumatera Utara, Kota Medan, Kecamatan Medan Tuntungan.

2.3.2.Kriteria Pemilihan Lokasi Dalam memilih lokasi terdapat beberapa kriteria, mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan kesehatan yang bersifat publik, berikut kriteria pemilihan lokasi :

50
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.3. Kriteria penilaian lokasi.

Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan

menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP),

51

Universitas Sumatera Utara

dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah (Gambar 2.27 dan Tabel 2.4) yaitu :

Tabel 2.4. Pembagian wilayah pengembangan pembangunan kota Medan.

52

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.27. Peta wilayah pengembangan pembangunan kota Medan.

Berdasarkan tinjauan WPP Kota Medan , maka wilayah yang cocok untuk proyek bangunan ini adalah di WPP E, dimana pada wilayah ini sesuai dibangun fasilitas kesehatan.

2.3.3.Lokasi Site Terdapat 3 alternatif lokasi, yaitu : a .

4 ra rb He a g u n B

g . r r b G H e a

u n B

g . G

J l
J l . B u

J J l

Gambar 2.28. Peta lokasi A.

T a
4 r a r b

H e g a u n 3 B g . r r b G H e g a u n B

g . G

P
2 r a r b

H e

P e
J
u l n

K e y a
B

J l .

J l . J a b

S I
o n

b .

P e G

c. Lokasi C Lokasi ini terdapat di Jl. Jamin Ginting, Kelurahan Simpang Selayang, Kecamatan Medan Tuntungan. Luas site : 1,76 Ha (17.600 m 2 ) Kondisi eksisting : Merupakan tanah kosong yang penuh semak belukar Status proyek : Fiktif Pemilik proyek : Swasta KDB : 43% Batas Wilayah : - Sebelah Utara : Perumahan - Sebelah Timur : Kompleks Perumahan - Sebelah Selatan : Perumahan Golden Vista, perumahan - Sebelah Barat : Perumahan, Ruko 3 tingkat

Permukiman penduduk

Site

Permukiman
ra rb He ga un

3B

penduduk

g. ra

rb G He ga un B g. G

Hunian Komersial
n o eb l. K Jl. ya J

Ja Bu ng a He rb ra
Jl.

ar ek M Jl.

SITE
Bu ng aH

ng erb inti ra in G Jam Jl.

Perumahan

Hunian Komersial Gambar 2.31. Kondisi site lokasi C.

Permukiman Citra Garden

56

Universitas Sumatera Utara

2.3.4.Analisa Pemilihan Lokasi

Keterangan: (1) : Kurang, (2) : Cukup, (3) : Baik

Tabel 2.5. Kriteria Penilaian Lokasi.

57

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pada analisa terhadap 3 lokasi yang dipilih, terlihat bahwa tabel

penilaian memperlihatkan LOKASI A merupakan lokasi yang paling sesuai untuk dijadikan sebagai site untuk proyek Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan , karena:

2.4. Studi Kelayakan 2.4.1.Studi Kelayakan Proyek HIV/AIDS merupakan masalah global. Di Indonesia sendiri, masalah penyakit HIV/AIDS ini juga sudah menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, dikarenakan tingkat penyebarannya yang semakin meningkat dan jumlah kasus pengidap HIV/AIDS yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan epidemi HIV di Indonesia merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Saat ini Indonesia termasuk dalam 5 besar negara dengan jumlah infeksi virus HIV terbesar di Asia bersama India, Thailand, Nepal, dan Myanmar. Kasus HIV/AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan pada tahun 1987 yaitu ada sebanyak 3 orang warga Indonesia yang HIV (+), satu di Bali dan 2 di Jakarta. Setelah itu, penyebarannya sudah ditemukan di 32 provinsi dan 178 kabupaten/kota di Indonesia. DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat, Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Kepulauan Riau, serta Maluku, merupakan provinsi-provinsi yang melaporkan kasus AIDS terbanyak (KPAN,2007).

Yang paling mengkhawatirkan dari tingkat penyebaran HIV/AIDS adalah bahwa angka-angka penderita terus berkecenderungan naik secara berlipat ganda dari tahun ke tahun, dan sebagian besar menyerang kelompok usia produktif (20 tahun - 29 tahun). Penyakit HIV/AIDS ini sering diibaratkan sebagai fenomena Gunung Es (Iceberg Phenomenon), dimana yang terlihat hanya yang ada di permukaannya, tetapi kasus sebenarnya lebih besar, dimana jumlah dari penderita yang tampak lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penderita tidak nampak atau belum mengetahui dirinya sudah terinfeksi virus HIV, mengingat masih banyak sekali orang yang sudah

58
Universitas Sumatera Utara

terinfeksi virus HIV namun masih belum mengetahuinya atau berada pada periode jendela. Salah satu konsekuensi dari epidemi ganda HIV/AIDS adalah meningkatnya jumlah bayi dan anak yang terinfeksi HIV. Jika program pencegahan dan perawatannya masih terbatas, menurut Kementrian Kesehatan, pada tahun 2020 jumlah pengidap HIV/AIDS bisa mencapai 1,6 juta.

Millenium Development Goal (MDG) yaitu pada agenda ke-6 Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya yang berisi : a b .

1 .

(i) Peningkatan jumlah fasilitas perawatan, pengobatan, serta konseling dan testing HIV yang berkelanjutan. (ii) Penguatan kemampuan menerapkan upaya pencegahan. (iii) Peningkatan cakupan seluruh program pencegahan dan pengobatan. (iv) Mengembangkan panduan nasional untuk pengarusutamaan HIV/AIDS dan penyesuaian terhadap kondisi setempat. (v) Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam pengendalian HIV/AIDS.

2 . p

(i) Penyediaan layanan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi). (ii) Pelaksanaan penjangkauan terhadap masyarakat pada kelompok paling beresiko. (iii) Peningkatan cakupan penggunaan kondom.

59
Universitas Sumatera Utara

(iv) Mengurangi prasangka di lingkungan para petugas kesehatan, di masyarakat, dan di antara para pasien. (v) Pengembangan lingkungan yang lebih kondusif untuk mengurangi stigma dan diskriminasi.

(i) Pengintegrasian program penanggulangan HIV/AIDS ke dalam programprogram pembangunan. (ii) Mobilisasi sumber dana tambahan dalam pengendalian HIV/AIDS. (iii) Pengembangan public private partnership (PPP).

(i) Penguatan organisasi dan kelembagaan untuk berkontribusi terhadap sebuah strategi terpadu. (ii) Penguatan peran KPAN (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional) dan KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) daerah. (iii) Penguatan kemitraan dengan berbagai sektor. (iv) Menetapkan peran pemerintah pusat, daerah, dan kabupaten dalam menangani HIV/AIDS. (v) Merumuskan pedoman nasional untuk pengarusutamaan HIV/AIDS. (vi) Mengupayakan pendekatan inklusif.

(i) pelaksanaan monitoring dan analisis kesehatan, khususnya surveilans generasi kedua. (ii) Menyediakan informasi kepada para pembuat kebijakan.

tantangan dalam mengendalikan pandemi HIV/AIDS. Adapun fakta-fakta yang ada di masyarakat yaitu :

60
Universitas Sumatera Utara

1 .

2 .

3 .

serta mengendalikan laju penyebaran jumlah penderita HIV/AIDS adalah dengan : a

b .

layanan kesehatan sedini mungkin untuk mendapatkan layanan yang dibutuhkan. c D H m m pada program-program yang dianggap efektif dalam menekan pertambahan jumlah kasus HIV/AIDS, jelaslah bahwa sangat dibutuhkan peningkatan akses pelayanan kesehatan terhadap para pengidap HIV/AIDS, serta penginformasian dan sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat. Jumlah statistik kasus penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Adapun jumlah penderita HIV/AIDS sampai Januari 2011 sudah tercatat ada sebanyak 2.616 kasus (1.801 orang berstatus HIV positif dan 1.055 orang berstatus AIDS). Salah satu pemicu hal ini dikarenakan para penderita HIV/AIDS masih kurang mendapatkan akses pelayanan kesehatan atau masih mendapatkan akses pelayanan yang kurang memadai. Selama ini, mereka hanya mendapat pengobatan di rumah sakit rujukan, antara lain (Komisi Penanggulangan AIDS Sumatera Utara) : 1 2 . 3 4

R S D R R R R R R R R
6 2

Oleh karena itu sangat diperlukan adanya suatu Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan untuk merawat dan memberikan pengobatan kepada para pengidap HIV/AIDS ini, mengingat jumlah pengidap HIV/AIDS di Sumatera Utara sudah mencapai taraf yang mengkhawatirkan. Pada setiap pusat perawatan (rehabilitasi) HIV/AIDS selalu dibutuhkan adanya penyediaan klinik VCT (Voluntary Counselling Test) untuk pengecekan HIV dini dan konseling kepada masyarakat yang mengecek status HIV. Adapun kegunaan dari klinik VCT ini adalah agar masyarakat, terutama mereka yang tergolong dalam kelompok beresiko, bisa memeriksakan status HIV mereka, untuk mencegah perilaku yang beresiko, serta dapat merencanakan tindakan ke depan jika hasil tes HIV positif.

Adapun perkembangan statistik kasus penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara dari tahun 2009-2011 antara lain : A . D

Sumatera Utara ada sebanyak 1.680 orang. Adapun statistik kasus HIV/AIDS sampai bulan April 2009 antara lain (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, April 2009) :

(1)Berdasarkan Tingkat Usia

Tabel 2.6. Statistik data berdasarkan tingkat usia tahun 2009.

(2)Berdasarkan faktor resiko

63

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7. Statistik data berdasarkan faktor resiko tahun 2009.

(3)Berdasarkan jenis kelamin

Tabel 2.8. Statistik data berdasarkan jenis kelamin tahun 2009.

(4)Berdasarkan Kabupaten / Kota

64

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.9. Statistik data berdasarkan Kabupaten / Kota tahun 2009.

B . D

ada sebanyak 2.511 penderita, dimana 1.044 orang sudah terinfeksi HIV dan 1.467 orang sudah berstatus AIDS. Adapun statistik kasus sampai Oktober 2010 antara lain (Komisi Penanggulangan AIDS Sumatera Utara) :

(1) Berdasarkan Tingkat Usia

Tabel 2.10. Statistik data berdasarkan tingkat usia tahun 2010.

65

Universitas Sumatera Utara

(2)Berdasarkan Kabupaten / Kota

Tabel 2.11. Statistik data berdasarkan Kabupaten / Kota tahun 2010.

66

Universitas Sumatera Utara

C . D

sebanyak 2.616 penderita, dimana 1.081 orang sudah terinfeksi HIV dan 1.535 orang sudah berstatus AIDS. Adapun statistik kasus sampai Januari 2011 antara lain (Komisi Penanggulangan AIDS Sumatera Utara) :

(1)

(2) Berdasarkan Tingkat Usia

Tabel 2.12. Statistik data berdasarkan tingkat usia tahun 2011.

Berdasarkan Faktor Resiko

Tabel 2.13. Statistik data berdasarkan faktor resiko tahun 2011.

67

Universitas Sumatera Utara

(3)

(4) Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2.14. Statistik data berdasarkan jenis kelamin tahun 2011.

Berdasarkan Kabupaten / Kota

68

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.15. Statistik data berdasarkan Kabupaten / Kota tahun 2011.

Peningkatan statistik jumlah kasus yang selalu bertambah setiap tahunnya ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan yang begitu signifikan setiap tahunnya. Adapun grafik kenaikan jumlah penderita setiap tahunnya yaitu :
1800 1600 1400 1200 1000 800 600 4 2 0

T T T T T T T T T T T T T T T T T T T T

Gambar 2.32. Grafik peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS tahun 1992-2011.

Banyaknya jumlah penderita ini yang selalu bertambah setiap tahunnya tentunya harus diimbangi dengan jumlah akses pelayanan kesehatan bagi mereka. Sosialisasi HIV/AIDS harus tetap dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan kasus penderita HIV/AIDS, serta untuk penekanan stigma dan diskriminasi di masyarakat. Sosialisasi dan informasi mengenai HIV/AIDS kepada masyarakat juga sangat penting karena, yang ada sekarang masih kurang maksimal, padahal faktor resiko terbesar orang bisa terinfeksi HIV adalah orang yang tidak mengerti tentang penyakit tersebut. Sosialisasi dan informasi HIV/AIDS juga perlu dilakukan untuk penyandang HIV/AIDS sehingga mereka dapat lebih mengerti tentang HIV/AIDS, merencanakan tindakan ke depan, dan dapat mencegah perilaku beresiko.

69

Universitas Sumatera Utara

Penampungan dan pembinaan terhadap anak-anak penyandang HIV/AIDS yang yatim piatu juga merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi proyek ini. Dimana anak-anak ini cenderung terlantar di masyarakat. Dengan adanya Pusat Rehabilitasi ini, diharapakan dapat menampung, merawat serta membina anak-anak penyandang HIV/AIDS ini. Selain itu, juga perlu diadakan fasilitas pendukung bagi para ODHA pada pusat rehabilitasi ini, seperti misalnya penyediaan fasilitas rekreasi dan pendidikan, fasilitas kelompok dukungan sebaya, fasilitas informasi dan sosialisasi, dimana di tempat ini, mereka tidak hanya mendapatkan perawatan, melainkan mereka tetap dapat melaksanakan aktivitas yang mereka sukai sebagai bagian dari terapi alternatif (misalnya bermain musik sebagai bagian dari terapi musik), dan mereka dapat turut serta dalam upaya sosialisasi terhadap masyarakat mengenai HIV/AIDS. Jadi dengan adanya Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan ini dapat menjadi sebuah wadah yang mampu menampung segala kegiatan yang ada, meliputi kegiatan perawatan dan pengobatan terhadap para penyandang HIV/AIDS, pengecekan HIV dini (dengan pengadaan klinik VCT), penampungan dan pembinaan terhadap anakanak ODHA yatim piatu, rumah singgah bagi para ODHA (kelompok dukungan sebaya), sosialisasi dan informasi HIV/AIDS kepada masyarakat luas (terutama kepada kelompok beresiko).

2.4.2.Studi Kelayakan Lokasi

2.4.2.1.Berdasarkan Kecenderungan Perkembangan Bangunan Kesehatan Berdasarkan Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan Kota Medan, maka WPP yang cocok untuk lokasi proyek (sarana kesehatan) ini adalah WPP E. Jika kita melihat dari kecenderungan pembangunan rumah sakit, antara lain : - Di WPP A ada sebanyak 2 rumah sakit - Di WPP B ada sebanyak 3 rumah sakit - Di WPP C ada sebanyak 5 rumah sakit - Di WPP D ada sebanyak 8 rumah sakit - Di WPP E ada sebanyak 13 rumah sakit

70
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.33. Gambar pemetaan titik-titik rumah sakit.

Keterangan Gambar : 1 2

3 . 4 5 6 7 8 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Dari gambar diatas jelas terlihat bahwa kecenderungan pembangunan rumah sakit kebanyakan berada di WPP E, maka proyek yang bergerak di bidang kesehatan ini juga cocok berada di WPP E.

72
Universitas Sumatera Utara

2.4.2.2.Berdasarkan Tingkat Kepadatan Pada WPP E ( luas wilayah : 7.423,84 Ha ) tercatat ada beberapa kecamatan yaitu:

antara lain :

masing-masing kecamatan, didapatkan bahwa pada Kecamatan Medan Tuntungan

73
Universitas Sumatera Utara

merupakan daerah yang paling besar nilai luas lahan per jumlah jiwa, sehingga lokasi memiliki kepadatan yang lebih rendah dan tingkat ketenangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Oleh karena itu, proyek ini memang layak dibangun di Kecamatan Medan Tuntungan.

2.5. Tinjauan Fungsi 2.5.1.Deskripsi Pengguna Adapun pengguna dari Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan ini antara lain : a

b . c . d .

e .

2.5.2.Program Kegiatan a

b .

Sosialisasi HIV/AIDS kepada masyarakat luas tentang tata cara penularan virus HIV untuk mengurangi diskriminasi dan stigmatisasi di masyarakat, serta untuk menekan laju pertambahan jumlah pengidap HIV/AIDS. Sosialisasi dan penginformasian mengenai HIV/AIDS kepada para kelompok resiko. Menyelenggarakan seminar mengenai HIV/AIDS. Layanan hotline melalui telepon, surat, e-mail.

c .

P r H m y t y
M e P t C M e t G a

P r O
7 5

komunitas sesama ODHA ini, mereka bisa saling berbagi, saling mendukung, diskusi, dan tidak merasa sendirian. Dengan adanya komunitas ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dari penyandang HIV/AIDS bahwa hidup dengan HIV/AID itu mungkin.

e . 2.5.3.Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi pada Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan ini antara lain:

DIREKTUR PUSAT REHABILITASI

K e K o R e

B i M e K e U n S e K l B a I n I C u I E n H o I n D i S I n T e

S e

B a B a A d B a

Gambar 3.35. Struktur Organisasi Pusat Rehabilitasi HIV/AIDS di Medan. (RSUP.H.Adam Malik, Januari 2011.)

76

Universitas Sumatera Utara

2.5.4.Kebutuhan Ruang

77

Universitas Sumatera Utara

78

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.16. Kebutuhan Ruang.

79

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai