Anda di halaman 1dari 2

AGAMA DI TENGAH MODERNITAS Oleh: Eka Ahmad Feri Jamroni 12.11.6135 5.1. Arah Pemikiran Islam 5.1.1.

Pembaruan Pemikiran Islam Istilah pembaruan berasal dari kata baru, yang berarti sesuatu yang belum pernah ada atau yang tidak pernah dilihat dan didengar sebelumnya. Atau bisa kita sebut dengan kata Modernisasi. Dalam kajian Islam, pembaruan pemikiran berarti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah pemahaman lama mengenai agama, institusi-institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan ilmu pengetahuan modern. Yang mengisyaratkan bahwa pembaruan yang dilakukan dalah terhadap pemikiran dan penafsiran para ulama terdahulu mengenai ayat al-Quran dan Hadits, bukan pembaruan terhadap al-Quran dan Hadits tersebut. 5.1.2. Harapan dari Pembaruan Pemikiran Islam Ada 4 hal yang dibutuhkan dari gagasan pembaruan pemikiran Islam yaitu: Pertama, perlunya pemahaman Islam yang lebih intelektual dan rasional. Kedua, pemahaman yang lebih modern terhadap Islam itu sendiri yang tidak sekedar elektisme (tambal sulam), yang menempatkan agama hanya sebagai pelengkap penderita di samping modernitas (sekularistik) sebagai subjeknya. Ketiga, agar setiap gagasan pembaruan pemikiran itu tetap menjadikan mejadikan al-Quran dan Hadits sebagai darah, nafas dan jantungnya. Keempat, hendaknya penggarapan pembaruan itu, tidak hanya bergerak dalam level pemikiran saja, tetapi ada juga semacam pembagian tugas, yakni di samping bidang pembaruan fisik pembangunan dan pembaruan moral dan sikap beragama. 5.1.3. Relevansinya Bagi Pembangunan di Indonesia Dalam kaitannya dengan pembaruan pemikiran keislaman, beberapa yang dapat diberikan terhadap bangsa: Pertama, pentingnya pemahaman agama yang lebih rasional. Kedua, pembaruan pemikiran Islam menawarkan kesadaran pluralistik (keragaman pendapat, pemahaman, etnik dan agama) secara tulus. Ketiga, pembaruan pemikiran Islam menekankan dengan kuat sekali dinamika manusia, tidak menyerah pada nasib (taqdir) melainkan manusia mempunyai peran besar dalam kehidupannya. Keempat, pembaruan pemikiran Islam menekankan dengan kuat penguasaan ilmu dan teknologi, bahkan menganjurkan pengadopsian secara selektif atau peminjaman prestasi keilmuan dari berbagai bangsa di dunia tanpa dibatasi oleh negara, agama dan etnis. Kelima, apa yang dilakukan para pembaru dengan perampingan taqlid, pemahaman rasional, dan kesadaran pluralistik adalah merupakan upaya untuk meraih kemajuan bersama al-Quran dan Hadits. 5.2. Islam dan Fundamentalisme

Pada akhir abad 20, kita dapat menyaksikan munculnya sebuah corak keberagaman baru di kalangan umat beragama yang disebut fundamentalisme. Fundamentalisme telah mengalami kesimpangsiuran makna. Adapun beberapa yang menjadi sebab terjadinya kesimpangsiuran fundamentalisme yaitu: Fundamentalisme lahir dalam situasi konflik antara budaya urban dan budaya pedesaan dalam sejarah Amerika Serikat. Fundamentalisme merupakan gerakan reaksi terhadap pola peradaban yang timbul dari proses industrialidsasi dan urbanisasi. Aliran fundamentalisme melawan arus pemikiran ilmiah yang mendasarkan diri pada penalaran dan arus sekularisme. 5.3. Intelektual Rabbani Indonesia Islam secara konsisten menempatkan kaum intelektual (kaum terpelajar) pada posisi yang sangat strategis dan menentukan dalam pembangunan sebuah masyarakat dan peradaban. 5.3.1. Siapakah Intelektual Rabbani Intelekual adalah istilah filsafat yang berasal dari kata raison, intelligence, intellect (Perancis); reason, intelligence, intellect understanding, intelltual powers (Inggris); aqal, aqliyy (Arab); dan ratio, intelligentia (Latin),yang dipakai untuk menjelaskan kekuatan pikiran yang ada dalam diri manusia. Orang-orang rabbani adalah orang-orang yang mempunyai semangat ketuhanan dalam hidupnya atau semangat berketuhanan.Ada 4 landasan berpikir yang digunakan intelektual rabbani: sikap ilmiah dan objektif, sikap tauhid, sikap khilafah, sikap tanggung jawab moral. Kemudian 3 landasan aksi yang dimiliki intelektual: kebebasan menetapkan keputusan demi masa depannya yang lebih baik, kebebasan berpikir, menegakkan zikir. 5.3.2. Intelektual Rabbani Indonesia Di Indonesia ada wadah intelektual rabbani yaitu ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia). Ada 3 alasan untuk membicarakan intelektual rabbani yaitu: Pertama, kenyataan bahwa intelektualmenempati posisi sangat strategis. Kedua, kenyataan sejarah bahwa mayoritas penduduk bangsa ini beragama Islam. Ketiga, sejalan dengan perkembangan dunia yang semakin mengglobal. 5.3.3. Intelektual Muslim dan Pembangunan Deliar Noer merumuskam intelektual rabbani dengan ciri-ciri sebagai berikut: Mandiri, Kritis dan terbuka, Mempunyai pendirian yang teguh, Peduli terhadap masyarakat, Tidak ikut arus, Tidak tergiur oleh berbagai godaan dunia, Tidak hidup terisolasi, Menghargai orang lain.

Anda mungkin juga menyukai