Anda di halaman 1dari 54

MIKOLOGI

Mikologi Berasal dari bahasa Yunani Mykes yang berarti Cendawan / Jamur dan Logos yang berarti Ilmu. Mikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang cendawan / jamur.

Dalam bahasa Inggris Jamur disebut Fungi / Fungus.

Ciri-ciri Jamur
- Merupakan sel Eukariotik - Berkembang biak dengan spora secara asexual maupun sexual - Tidak berklorofil - Dinding sel terdiri dari khitin dan selulosa - Bersifat sebagai Saprofit

Peran jamur
Bermanfaat / menguntungkan Merugikan Yang bermanfaat diantaranya adalah : - Fermentasi alcohol, pembuatan tempe, menghasilkan antibiotik (Penicillium notatum). - Jamur yang bisa dimakan edible Mushrom (Volvariella volvacea, Pleurotus ostreatus) dll - Sebagai sumber obat-obatan - Sebagai pengurai bahan organik - Sebagai pengendali penyakit secara hayati

Yang merugikan diantaranya : - yang bersifat pathogen pada manusia - merusak perabot, penyakit tumbuhan

MORFOLOGI
Yeast merupakan jamur uniselluler yang berbentuk oval / lonjong dengan diameter 3 15 mikron, berkembang biak dengan cara membelah diri (asexual) membentuk tunas atau budding cell. Yeast ada dua yaitu : Yeast murni merupakan jamur uniselluler yang tidak mampu membentuk pseudohifa/ klamidospora, Yeast like merupakan jamur uniselluler yang mampu membentuk pseudohifa. Contoh : Candida sp, Candida albicans, Torulla (koloni berwarna merah / orange), Cryptococcus neoformans

Mold / Kapang Merupakan jamur multiselluler yang membentuk benang-benang hifa / filament, kumpulan dari hifa disebut miselium yang membentuk suatu anyaman. Hifa yang dibentuk ada yang bersekat maupun tak bersekat. Hifa yang berada di atas permukaan media disebut Hifa aerial yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan. Hifa yang berada didalam media disebut Hifa Vegetatif berfungsi sebagai alat untuk menyerap makanan. Contoh : Aspergillus, Penicellium, Rhizopus, Mucor, Micr osporum, Trichophyton, Epidermophyton

Dimorfik
Merupakan jamur yang mempunyai dua bentuk yaitu : Yeast dan Mold. Berbentuk Yeast jika berada di dalam inang / host atau pada suhu inkubasi 37 derajat C, dan berbentuk mold jika berada diluar inangnya atau pada suhu inkubasi suhu ruang. Contoh : Histoplasma capsulatum, Coccidioides immitis, Blastomyces dermatidis

STRUKTUR SEL JAMUR


Dinding sel Membrane sel Inti Sitoplasma Retikulum endoplasma Badan golgi Vakuola Ribosom Mitokondria Organel yang lain

FUNGI DINDING SEL Monomer KH 1. Fungi Aquatik Selulosa 2. Klas Zygomycetes Chitin, Chitosan 3 Klas Ascomycetes(Yeast) Beta Glucan, Mannan 4. Klas Basidiomycetes (Yeast) Chitin, Mannan

Habitat
1. Habitat Tanah (Geofilik) Menyebabkan penyakit pada manusia melalui : a. Inhalasi ( Pernafasan ) : Jamur ini masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, sehingga biasanya menyebabkan penyakit pada organ dalam (Mikosis Sistemik). Contoh : Aspergillosis paru, Histoplasmosis, Cryptococosis, Blastomyces b. Traumatik / luka / lesi : Jamur ini masuk kedalam tubuh manusia karena adanya luka, dan dapat menyebabkan penyakit pada Mikosis Subcutan. Contoh : Cladosporium corioni, Phialospora verukosa c. Kontak kulit : Jamur ini pathogen pada manusia karena kontak antara kulit sehingga menyebabkan Mikosis Superfisial(Jamur Kulit). Contoh : Malazezia furfur / panu, Microsporum, Trychophyton, Epidermophyton

2. Habitat hewan (Zoofilik) Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulit dengan hewan, menyebabkan Mikosis Superfisial. Contoh : Microsporum, Trychophyton, Epidermophyton
3. Habitai Air / Aquatik Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui mulut, luka kontak dengan kulit, menyebabkan Mikosis Sub cutan. Contoh : Cladosporium, Phialospora verucosa, Candida 4. Habitat pada manusia (Anthropofilik) Jamur ini menyebabkan penyakit pada manusia melalui kontak kulit, menyebabkan penyakit Mikosis Superfisial. Contoh : Malazezia furfur / panu, Epidermophyton, Candida

Phylum
Oomycota

Exs
Mildew Spud blight

Characterist ics

Asexual

Sexual
Gametes fuse in gametangia creating oospores Gametangia fuse to create zygospore

Cellulose cell Flagellated walls, 2N oospores hyphae from sporangia Chitin cell walls Coenocytic = hyphae lack crosswalls Unflagel. spores drop from sporangia

Zygomycota

Rhizopus a dung fungus

Ascomycota

Yeast, morels, truffles

Conidia on Hyphae + & conidophores fuse to create ascospores in ascus

Basidiomycota

Mushroom Cross Asexual by Sexual when s Puffballs, walls in way of hyphae fuse rusts, hyphae Conidophores in BASIDIA smuts which to produce produce basidiospores conidiospores

Fungi Imperfecti

Penicillium, Similar Asexual by Sexual repro conidia which Not known Athletes To produce Foot Basidio conidophores fungus, Deuteromycota and Tomato Zygomy Blight

CANDIDIASIS
D.III KEBIDANAN

Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans Menyerang mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.

KLASIFIKASI
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), membaginya menjadi :kandidiasis selaput lendir,kandidiasis kutis,kandidiasis sistemik, reaksi id. (kandidid). Kandidiasis selaput lendir meliputi: 1).kandidiasis oral (thrush), 2).perlche, 3).vulvovaginitis, 4).balanitis atau balanopostitis, 5).kandidiasis mukokutan kronik, 6).kandidiasis bronkopulmonar dan paru. Kandidiasis kutis meliputi: 1).lokalisata yaitu daerah intertriginosa dan daerah perianal, 2).generalisata, 3).paronikia dan onikomikosis, 4).kandidiasis kutis granulomatosa.1 Kandidiasis sistemik meliputi: 1).endokarditis, 2).meningitis, 3).pielonefritis, 4).septikemia.

Infeksi Candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thrush yang dilaporkan oleh Francois valleix (1836). Langerbach (1839) menemukan jamur penyebab thrush. Kemudian Berhout (1923) memberi nama organisme tersebut sebagai Candida

Nama lain dari Candidiasis adalah kandidosis, dermatocandidiasis, bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis.

EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur terutama bayi dan orang tua, baik laki laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit.

ETIOLOGI
Yang tersering sebagai penyebab ialah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Sebagai penyebab endokarditis kandidosis ialah Candida parapsilosis dan penyebab kandidosis septikemia adalah Candida tropicalis.

Genus Candida merupakan sel ragi uniseluler yang termasuk ke dalam Fungi imperfecti atau Deuteromycota, kelas Blastomycetes yang memperbanyak diri dengan cara bertunas, famili Cryptococcaceae. Genus ini terdiri lebih dari 80 spesies, yang paling patogen adalah C. albicans diikuti berturutan dengan C. stellatoidea, C. tropicalis, C. parapsilosis, C. kefyr, C. guillermondii dan C. krusei.

KLASIFIKAS
Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), membaginya menjadi: kandidiasis selaput lendir, kandidiasis kutis, kandidiasis sistemik, dan reaksi id. (kandidid).

Kandidiasis selaput lendir meliputi: 1).kandidiasis oral (thrush), 2).perlche, 3).vulvovaginitis, 4).balanitis atau balanopostitis, 5).kandidiasis mukokutan kronik, 6).kandidiasis bronkopulmonar dan paru.

Kandidiasis sistemik meliputi: 1).endokarditis, 2).meningitis, 3).pielonefritis, 4).septikemia. Kandidiasis kutis meliputi: 1).lokalisata yaitu daerah intertriginosa dan daerah perianal, 2).generalisata, 3).paronikia dan onikomikosis, 4).kandidiasis kutis granulomatosa.

PATOGENESIS
Infeksi kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologik, umur,dan imunologik. Perubahan fisiologik seperti: 1).kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina, 2).kegemukan, karena banyak keringat, 3).debilitas, 4).latrogenik, 5).endokrinopati, gangguan gula darah kulit, 6).penyakit kronik seperti: tuberkulosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.1 Umur contohnya: orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologiknya tidak sempurna.1 Imunologik contohnya penyakit genetik. Faktor eksogen meliputi: iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit, kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, dan kontak dengan

GEJALA
Gejalanya bervariasi, tergantung kepada bagian tubuh yang terkena., dapat dibagi menjadi: infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa), infeksi vagina (vulvovaginitis), infeksi penis, thrush, perlche, dan paronikia. Infeksi pada lipatan kulit (infeksi intertriginosa) biasanya menyebabkan ruam kemerahan, yang seringkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan. Biasanya timbul bisul-bisul kecil, terutama di tepian ruam dan ruam ini menimbulkan gatal atau rasa panas. Ruam Candida di sekitar anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal.

GEJALA
Infeksi vagina (vulvovaginitis) sering ditemukan pada wanita hamil, penderita diabetes atau pemakai antibiotik.Gejalanya berupa keluarnya cairan putih atau kuning dari vagina disertai rasa panas, gatal dan kemerahan di sepanjang dinding dan daerah luar vagina. Infeksi penis sering terjadi pada penderita diabetes atau pria yang mitra seksualnya menderita infeksi vagina. Biasanya infeksi menyebabkan ruam merah bersisik (kadang menimbulkan nyeri) pada bagian bawah penis.

GEJALA
Thrush merupakan infeksi jamur di dalam mulut. Bercak berwarna putih menempel pada lidah dan pinggiran mulut, sering menimbulkan nyeri. Bercak ini bisa dilepas dengan mudah oleh jari tangan atau sendok. Thrush pada dewasa bisa merupakan pertanda adanya gangguan kekebalan, kemungkinan akibat diabetes atau AIDS. Pemakaian antibiotik yang membunuh bakteri saingan jamur akan meningkatkan kemungkinan terjadinya thrush.

GEJALA
Perlche merupakan suatu infeksi Candida di sudut mulut yang menyebabkan retakan dan sayatan kecil. Bisa berasal dari gigi palsu yang letaknya bergeser dan menyebabkan kelembaban di sudut mulut sehingga tumbuh jamur. Paronikia adalah candida tumbuh pada bantalan kuku, menyebabkan pembengkakan dan pembentukan nanah. Kuku yang terinfeksi menjadi putih atau kuning dan terlepas dari jari tangan atau jari kaki.

PEMBANTU DIAGNOSIS
Pemeriksaan langsung: kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu. Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.

BIAKAN & MORFOLOGI

PENGOBATAN
Dengan cara menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi, topikal, dan sistemik. Topikal meliputi: 1). larutan ungu gentian -1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari, 2). nistatin: berupa krim, salap, emulsi, 3). amfoterisin B, 4). grup azol antara lain: Mikonazol 2% berupa krim atau bedak, Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim, Tiokonazol, bufonazol, isokonazol,

Sistemik meliputi: 1). Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini tidak diserap oleh usus, 2). Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidiasis sistemik, 3). Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis tunggal, 4). Itrakonazol: bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis untuk orang dewasa 2 x 100 mg sehari, selama 3 hari.
Beberapa terapi non-obat tampaknya membantu. Terapi tersebut belum diteliti dengan hati-hati untuk membuktikan hasilnya, seperti: 1). mengurangi penggunaan gula, 2). minum teh Pau dArco. Ini dibuat dari kulit pohon Amerika Selatan, 3). memakai bawang putih mentah atau suplemen bawang putih. Bawang putih diketahui mempunyai efek anti-jamur dan antibakteri. Namun bawang putih dapat

PENCEGAHAN
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan pada Candida. Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan: 1). Penyakit tersebut tidak begitu bahaya, 2). Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut, 3). Ragi dapat menjadi kebal (resistan) terhadap obatobatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan terapi antiretroviral (ART) adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.

Vulvovaginal candidiasis adalah infeksi

PENDAHULUAN
vagina

vulva dan vagina yang disebabkan oleh Candida sp. merupakan spesies Candida albicans. Sisanya adalah spesies nonalbicans, dan yang terbanyak adalah Candida glabrata (Torulopsis glabrata). candidiasis (VVC) tidak digolongkan dalam infeksi menular seksual karena jamur Candida merupakan organisme normal pada traktus genitalia dan intestinal wanita. Akan tetapi, kejadian VVC dapat dikaitkan dengan aktivitas seksual. Frekuensi VVC meningkat sejak wanita yang bersangkutan mulai melakukan aktivitas seksual.

Sekitar 85-90% sel ragi yang diisolasi dari

Vulvovaginal

andida sp
Candida sp adalah jamur sel tunggal, berbentuk bulat
sampai oval. Jumlahnya sekitar 80 spesies dan 17 diantaranya ditemukan pada manusia.

Dari semua spesies yang ditemukan pada manusia,


C.albicanslah yang paling pathogen. Candida sp
memperbanyak diri dengan membentuk blastospora (budding cell).

Blastospora akan saling bersambung dan bertambah

panjang sehingga membentuk pseudohifa. Bentuk pseudohifa lebih virulen dan invasif daripada spora. Hal itu dikarenakan pseudohifa berukuran lebih besar sehingga lebih sulit difagositosis oleh makrofag. multipel pada satu filamennya sehingga jumlah elemen infeksius yang ada lebih besar. Faktor virulensi lain pada Candida adalah dinding sel.
yang bersifat imunosupresif sehingga mempertinggi pertahanan jamur terhadap imunitas pejamu, dan proteinase aspartil yang menyebabkan Candida sp dapat

Selain itu, pseudohifa mempunyai titik-titik blastokonidia

Dinding sel Candida sp mengandung turunan mannoprotein

EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi dan penyebab vaginitis tidak
diketahui pasti, sebagian besar karena kondisi-kondisi ini sering didiagnosis sendiri dan diobati sendiri oleh penderita.

Angka kejadian VVC pada wanita meningkat secara

signifikan pada usia setelah 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 30 sampai 40 tahun, hal ini terkait dengan aktivitas intercourse seksual.

Wanita kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi


mengalami VVC dibandingkan kulit putih

ETIOLOGI

Ada beberapa faktor predisposisi terjadinya vulvovaginal candidiasis, yaitu diantaranya: Kehamilan Pada saat kehamilan pembukaan vagina dapat meningkatkan risiko infeksi dan berakhir pada peningkatan prevalensi colonisasi Candida dan prevalensi vaginitis simptomatik. Kadar hormon reproduksi yang tinggi menyebabkan kadar glikogen pada jaringan vagina berlimpah, sehingga dapat menjadi sumber karbon bagi Candida. Selain itu estrogen juga dapat meningkatkan adhesi sel ragi pada mukosa vagina. Menurut studi, hormon seks yang melekat pada Candida dapat meningkatkan formasi mycelial oleh ragi sehingga meningkatkan virulensi. Kontrasepsi Beberapa studi menjelaskan bahwa pemakaian kontrasepsi hormonal (tinggi estrogen) dapat menignkatkan colonisasi Candida dengan cara yang sama pada kehamilan. Selain itu penggunaan IUD juga dilaporkan dapat meningkatkan kolonisasi Candida karena IUD menjadi media persarangan (harbor) Candida. Diabetes Mellitus Antibiotik Onset simptomatik vaginitis seringkali muncul selama pemakaian antibiotik sistemik. Antibiotik spektrum luas seperti tetracyclin, ampicilin, dan chepalosporin oral terutama bertanggung jawab terhadap munculnya eksaserbasi gejala, selain itu kolonisasi vagina juga meningkat. Hal ini disebabkan karena antibiotik, baik sistemik maupun agen topikal dapat membunuh flora normal vagina. Flora normal vagina dapat menghambat kolonisasi, mencegah germinasi dan invasi mukosa. Studi menunjukkan bahwa flora normal vagina, Lactobacillus, berinteraksi dengan Candida melalui mekanisme kompetisi zat makanan, selain tiu Lactobacilli dapat menghasilkan bacteriocins yang dapat menghambat proliferasi dan germinasi Candida.

PATOGENESIS
Kandida memasuki lumen vagina datang dari faktor perianal atau kontaminasi dari traktus gastrointestinal

Invasi hifa ke dalam epitel jaringan akan menyebabkan terjadinya proses keradangan dan akhirnya merusakkan sel-sel epitel tersebut.

Proses ini menyebabkan reaksi inflamasi pada mukosa yang mengakibatkan pembengkakan, eritema, dan deskuamasi sel epitel vagina.

Selain proses tersebut di atas mungkin kandida menimbulkan simtom vaginitis karena reaksi hipersensitivitas, khususnya pada wanita yang mengalami VVC rekuren yang idiopatik.

GEJALA
Keluarnya cairan putih atau kuning rasa gatal pada daerah vulva Kemerahan daerah luar vagina rasa kering pada liang vagina rasa terbakar pada vulva dispareunia disuria.

DIAGNOSA
PEMERIKSAAN LANGSUNG kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
PEMERIKSAAN BIAKAN bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dektrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada corn meal agar.

TUJUAN TERAPI menyembuhkan pasien dari gejala yang muncul akibat infeksi ini.proses penyembuhan tidak perlu dilakukan jika gejala yang muncul dapat diselesaikan. eridikasi infeksi, pembentukan semula flora vaginal yang telah rosak pencegahan infeksi berulang pada kasus yang parah. SASARAN TERAPI menghapus atau memperbaiki setiap faktor predisposisi. agen farmakologis harus memiliki efek samping lokal dan sistemik yang terbatas, tingkat kesembuhan tinggi, dan mudah administrasi. terapi yang mampu menyelesaikan gejala dalam waktu 24 jam, yang memiliki luas kegiatan antimycotic, yang dapat mencegah kambuh, dan yang dapat digunakan untuk jangka waktu pendek selama 1-3 hari.

Mengurangi faktor predisposisi misalnya menghentikan pemakaian berulang antibiotika spectrum luas menghentikan pemakaian kontrasepsi yang mengandung estrogen yang tinggi, mengendalikan diabetes mellitus. Selan itu juga menghindari pemakaian pakaian yang ketat, pemakaian obat pencuci vagina, Terapi Supresif Umumnya terapi inisial dilanjutkan sampai 10-14 hari, selanjutnya langsung diikuti dengan regimen rumatan paling sedikit 6 bulan. Cth regimen yang dianjurkan Pemberian ketokonazol 100 mg (1/2 tablet) peroral perhari 150 mg flukonazol peroral setiap bulan sekali Pemberian klotrimazol 200 mg intravagina 2 kali perminggu Pemberiaan itrakonazol peroral 2 kali per minggu

Kegagalan Respon Terapi


Pelaksanaan pengobatan yang buruk merupakan penyebab terbanyak Kunjungan ulang dan pemeriksaan mikrobiologi untuk pantau efektivitas terapi antimikosis dan meningkatkan kepercayaan penderita terhadap regimen yang telah dipilih.

KRITERIA PEMILIHAN TERAPI


dipengaruhi beberapa faktor, termasuk gambaran klinis VVC, anamnesis berapa kali terkena, interval kekembuhannya dan kondisi atau keadaan penderita saat kambuh. Terapi topikal jangka pendek seringkali gagal bila diberikan pada wanita yang mengalami VVC rekuren. diberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan ikut serta memilih obat mana yang lebih disukai dan lebih nyaman untuknya. Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan regimen misalnya frekuensi pemakaian, jangka waktu pemberian terapi, dosis dan bentuk sediaan, waktu menses, abstinensia kontak seksual, riwayat adanya efek samping obat, kebiasaan dan pekerjaannya. Banyak macam sediaan topial untUk terapi VVC misalnya : krim, supositoria, lotions, ointment, tablet. Studi yang membandingkan pengobatan oral jangka pendek dengan terapi lokal menunjukkan efektifitas yang sama. kombinasi antara topikal dan peroral yang bukan sistemik dengan maksud untuk mengeliminasi kandida intestinal.

PENGOBATAN PADA KEHAMILAN


Sebaiknya diberikan pengobatan antimikosis topikal daripada sistemik. Kebanyakan obat antimikosis topikal terbukti efektif untuk pengobatan VVC selama masa kehamilan, dengan resiko penyerapan yang minimal (3-10%) pada bulan-bulan pertama masa kehamilan. Wanita hamil dapat diyakinkan tentang keamanan obat topikal selama trimester kedua dan ketiga kehamilannya. Dapat direkomendasikan pemberian dosis tunggal klotrimazol maupun derivat imidazol yang lainnya, misalnya mikonazol nitrat 2% vaginal krim, butokonazol atau terkonazol (belum ada di Indonesia) yang umumnya diberikan selama 7 hari. perubahan hormonal pada mukosa vagina pada masa kehamilan menjadikan angka kekambuhan setelah pemberian obat antimikosis menjadi lebih tinggi dan penanganannya menjadi lebih sulit. Oleh karena itu juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan regio genital sebelum persalinan untuk menyakinkan bahwa jalan lahir tersebut telah bersih dari jamur.

TERAPI NON FARMAKOLOGI


Jaga area genital Anda bersih dan kering. Hindari sabun dan bilas dengan air saja. Hindari douching. Meskipun banyak wanita merasa bersih jika mereka douche setelah menstruasi atau hubungan seksual, itu benar-benar dapat memperburuk keputihan karena bakteri sehat menghilangkan lapisan vagina yang melindungi terhadap infeksi Makan yogurt dengan budaya hidup atau tablet Lactobacillus acidophilus untuk mencegah infeksi jamur. Gunakan kondom untuk menghindari penangkapan atau penyebaran penyakit menular seksual. Hindari menggunakan semprotan kebersihan feminin, wewangian, atau serbuk di daerah kelamin. Hindari memakai celana yang sangat ketat atau celana pendek, yang dapat menyebabkan iritasi. Kenakan celana dalam katun atau pantyhose kapas-selangkangan. Hindari pakaian yang terbuat dari sutra atau nilon, karena bahan ini dapat membatasi aliran udara. Hal ini dapat meningkatkan berkeringat di daerah kelamin, yang dapat menyebabkan iritasi. Jaga kadar gula darah Anda di bawah kontrol yang baik jika Anda memiliki diabetes.

TERAPI FARMAKOLOGI
GOLONGAN OBAT POLYGENS Efektif untuk melawan semua spesies ragi karena berikatan dengan

membran sel jamur. Efek kerusakan membran sel tergantung kuatnya


ikatan antara polyenes dengan sterol khususnya ergosterol yang banyak dikandung oleh dinding sel jamur Golongan polyenes yang paling banyak dipakai adalah nystatin yang diberkan secara topikal, 100.000 U vaginal supositoria selama 12 hari. Obat ini juga aman diberikan pada wanita hamil Dari berbagai penelitian menunjukkan angka penyembuhan klinis maupun mikrolosis nystatin topikal pada wanita dengan KVV sebesar 70-80%. Golongan polyenes yang lain adalah amphoterisin b 50 mg supositoria vagina, diberikan selama 7-12 hari.

GOLONGAN AZOL Cara kerja azol adalah dengan melakukan penghambatan 14ademethylase, suatu enzim dependent cytochrom p 450 yang sangat diperlukan untuk sintesa ergosterol Terdapat 2 kelompok di bawah golongan azol yaitu Imidazol dan triazol

IMIDAZOL generasi pertama kelompok azol

mempunyai efek penyembuhan klinis dan mikologis sebesar 85-95%


Pemakaian yang hanya satu kali perhari dan lama pemakaian hanya 1 sampai 7 hari yang dirasakan lebih nyaman untuk penderita maka banyak dipakai sehingga menggeser pemakaian nystatin. Ctj obat yang tergolong dalam kelompok imidazol ialah Klotrimazol,mikonazol,ketokonazol Ketokonazol adalah satu-satunya imidazol yang dapat diberikan peroral

TRIAZOL
Azol generasi ketiga adalah golongan triazol Pada penelitian didapatkan angka kesembuhan mikologis intrakonazol 200 mg selama 3 hari sebesar 92% dibandingkan dengan 52 plasebo 200 mg dosis tunggal itrakonazol peroral memberikan efek penghambatan 3

hari terhadap jaringan vagina wanita. Pemanjangan efek itrakonazol


diakibatkan karena danya kemampuan lipofilik obat tersebut. Flukonazol 150 mg dosis tunggal akan mencapai efek terapetik dalam waktu 72 jam kemudian dan cukup untuk menyembuhan pasien. Konsentrasi tinggi flukonazol dalam plasma dan cairan vagina lebih ditunjukkan dengan 150 mg dosis tunggal daripada regimen 50 mg selama 3 hari Kemampuan flukonazol untuk memberantas ragi yang menempel

intraseluler lebih baik daripada golongan imidazol topikal, membuat obat ini sangat berguna untuk wanita yang menderita KVV rekuren

Menyembuhkan pasien Mengurangi simptom dan gejala OUTCOME TERAPI penyakit Mencegah terjadinya infeksi ulangan

MONITORING

Respon terapeutik pasien dimonitor sesudah diberi terapi antijamur Lakukan tinjauan pada laporan hasil kultur dan sensitivitas dari spesimen yang diperoleh Sebaiknya digunakan antijamur yang bersifat spesifik membunuh organisme yang menginfeksi Monitor suhu tubuh, gejala, simptom infeksi, dan nafsu makan pasien Pengobatan VVC akan dianggap memiliki hasil positif jika gejala VVC diselesaikan dalam waktu 24 hingga 48 jam dan tidak ada kejadian merugikan dari pengobatan yang dilakukan. Penilaian sendiri terhadap gejala, sesuai untuk sebagian besar kasus VVC. Jika gejala masih tetap tidak terselesaikan atau kambuh, maka pengujian lebih lanjut dan

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai