Anda di halaman 1dari 26

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 90

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 91

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

INDIKASI KENAIKAN MUKA AIR LAUT PADA KOTA PANTAI DI KOTAMADYA MAKASSAR
Oleh: Siti Zubaidah Kurdi Wahyu S. Yodhakersa Vita Marshinta Devi

ABSTRAK
Kotamadya Makassar termasuk salah satu kota pantai yang terdapat di Indonesia. Kota Makassar memiliki pantai memanjang pada bagian Barat dan Utara kota yang mayoritas digunakan untuk perumahan. Sebagai kota pesisir yang keadaan wilayahnya sebagian besar datar, kota Makassar memiliki ketinggian dari muka air laut berkisar 1-25 meter dari muka air laut dengan kemiringan tanah ratarata 0-5 ke arah Barat. Berdasarkan peta geologi, kota Makassar dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan tersier dan kuarter yaitu batuan gunung api dan endapan aluvial. Kawasan yang diidentifikasi adalah Kecamatan Mariso yaitu salah satu dari 11 kecamatan yang ada di Kotamadya Makassar dan terletak di pinggir pantai. Identifikasi lebih detail dilakukan pada Kelurahan Lette yaitu daerah yang berbatasan langsung dengan laut. Lahan di Kelurahan Lette mayoritas digunakan untuk perumahan, yang sebagian besar perumahan kelas menengah kebawah dengan berbagai macam tipe. Dari tipe rumah yang ada diambil 2 contoh bangunan. Data yang direkam dari kawasan meliputi karakteristik geomorfologi, kondisi lingkungan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, jenis kerugian fisik dan non fisik, dan adaptasi lingkungan dalam mengantisipasi banjir. Data ynga direkam dari 2 bangunan contoh meliputi denah, bahan bangunan yang digunakan, kerusakan yang pernah terjadi akibat banjir, perbaikan yang pernah dilakukan, perkiraan kerugian akibat banjir, jenis perbaikan yang pernah dilakukan. Data tersebut akan digunakan untuk dapat menindikasikan jumlah kerusakan bila air laut naik setinggi 1 meter.

I. PENDAHULUAN
Dikatakan oleh para ahli bahwa ada kaitan antara kenaikan muka air laut dengan peningkatan suhu udara dunia. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah garis pantai yang makin naik, kawasan pantai yang makin berkurang, hilangnya sebagian kawasan hutan bakau serta terjadinya abrasi dan sedimentasi.
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 92

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Sekitar 65% penduduk Indonesia bermukim di pantai, maka pada kawasan pantai yang digunakan untuk tempat tinggal perubahan kondisi fisik pantai ini akan mempengaruhi kelangsungan hidup penduduk di kawasan tersebut. Kegiatan lain yang biasanya ada di kawasan pantai yang akan terganggu antar lain pelabuhan, gudang, tempat pelelangan ikan, tempat rekreasi, terumbu karang dan budidaya ikan, dsb. Tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan investigasi lapangan ke beberapa kota pantai di Indonesia untuk memperjelas dampak yang telah terjadi dan memperkirakan dampak yang akan datang akibat meningkatnya muka air laut pada kawasan perkotaan di pinggir pantai. Data yang didapat diharapkan dapat memperjelas kemungkinan dampak yang akan datang dari peningkatan muka air laut terhadap kota-kota pinggir pantai di wilayah Asia Pasifik. Salah satu kota yang dijadikan lokasi survei adalah Makassar. Makassar dipilih sebagai lokasi survei karena kota ini merupakan kota pantai dan memiliki garis pantai yang dapat dikatakan panjang, dengan karakteristik pantai yang landai. Perolehan data meliputi geomorfologi kawasan, tata guna lahan, ketinggian lahan, tipologi bangunan yang ada dalam kawasan, tinggi muka air pasang dan banjir, perancangan kota, kecenderungan perkembangan kota dan aspek-aspek yang berkaitan dengan perkiraan pada masa mendatang akibat peningkatan muka air laut pada daerah perkotaan. Untuk dapat mengindisikasikan kerugian yang terjadi pada suatu kawasan akibat kenaikan muka air laut maka dibuat rancangan penelitian sebagai berikut: Kawasan perkotaan yang berbatasan dengan pantai Menentukan batas analisa secara geologis yaitu garis pantai setinggi 1 M Menentukan unit analisa kawasan yaitu batas administrasi Kecamatan Menentukan homogenitas/heterogenitas tipe bangunan yang di dalam Kecamatan yang dikelompokan dalam skala Kelurahan Menentukan Kelurahan yang akan didata secara rinci sekunder diperoleh melalui ke instansi terkait seperti Bappeda, Pemda, Dinas Pariwisata, Dinas Pengawasan Banjir dan Geologi. Data primer didapat dari survei dari wawancara tidak terstruktur kepada tokoh dan penguasa setempat serta penduduk. Alat survei yang digunakan adalah daftar yang memuat jenis data yang dibutuhkan, tempat mendapatkan data serta bentuk data. Wawancara dengan penduduk. Daftar pertanyaan dipakai sebagai acuan mewawancarai penduduk. Dilakukan juga observasi pada bangunan contoh yang dianggap mempunyai bentuk bangunan sesuai dengan kondisi setempat. Karakteristik bangunan contoh didata secara lengkap beserta isi bangunannya. Dari data ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan dasar untuk menghitung kerugian fisik bangunan. Dari hasil survei dan analisa data diharapkan dapat diperoleh daftar jenis dan tingkat masalah yang terjadi akibat kenaikan muka air laut, kemampuan adaptasi penduduk terhadap peningkatan

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 93

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

muka air laut, identifikasi tipe bangunan dan hubungan antara kenaikan muka air laut terhadap kehilangan aset.

II. GAMBARAN UMUM KOTA MAKASSAR


2.1. Letak Geografis Kota Makassar secara geografis terletak pada koordinat 119 24 17,38 Bujur Timur dan 5 6,19 Lintang Selatan. 2.2. Keadaan Iklim Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim tropis, karena letaknya menghampiri garis khatulistiwa.

Kelembaban udara berkisar antara 67 % - 86 % Curah hujan tahunan rata-rata 337 mm, dimana curah hujan tertinggi dicapai pada bulan Januari dengan rata-rata 660 mm/bulan dan terendah pada bulan Agustus berkisar 14,4 mm/bulan dengan jumlah hari hujan berkisar 149 hari hujan pertahun.

Temperatur/suhu udara di Kota Makassar rata-rata sekitar 26 C sampai dengan 33 C. Kecepatan angin rata-rata 2-3 Knot/Jam Penyinaran matahari rata-rata 49,33

2.3. Administratif Secara Administratif Kota Makassar terletak di bagian barat pulau Sulawesi dengan perbatasan sebagai berikut :

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkajene kepulauan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makasar

Kota Makassar secara administratif terdiri dari 11 kecamatan yang meliputi 142 Kelurahan 801 RW dan 4221 RT dengan luas 17577 Ha yang terdiri dari 17.437 Ha wilayah daratan dan 140 Ha wilayah pulau-pulau,serta ditambah luas wilayah laut 4 mil dari garis pantai (berdasarkan UU No 22 tahun 1999). Penduduk Kota Makassar tahun 1999 tercatat sekitar 1.191.456 jiwa yang terdiri dari 581.332 lakilaki dan 610.124 perempuan dengan laju pertumbuhan penduduk sekitar 3,24 persen pada periode 1998 1999. Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak 267.138 jiwa atau sekitar 22,42 % dari total penduduk, disusul kecamatan Panakkukang sebanyak 201.625 jiwa (16,92 %), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak 42.957 jiwa (3,61 %). Namun
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 94

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

ditinjau dari kepadatan penduduk per km persegi, Kecamatan Makassar yang terpadat yaitu 45.623 jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mamajang 36.451 jiwa per km persegi, kecamatan Mariso 37.940 jiwa per km persegi. Sedang kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar 1.209 jiwa per km persegi, kemudian Panakkukang 4.895 jiwa per km persegi, Ujung Tanah 8.778 jiwa per km persegi dan Tamalate 9.074 jiwa per km persegi. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah permukiman terutama kecamatan Biringkanaya, Panakkukang dan Tamalate. Tabel : Persentase luas daerah dirinci menurut Kecamatan No Kecamatan Luas Persentase terhadap (Ha) luas Kota Makassar 1. Mariso 182 1,04 2. Mamajang 225 2,28 3. Tamalate 2944 16,75 4. Makassar 252 1,43 5. Ujung Pandang 263 1,50 6. Wajo 199 1,13 7. Bontoala 210 1,19 8. Ujung Tanah 594 3,38 9. Tallo 583 3,32 10. Panakkukang 4119 23,43 11. Biringkanaya 8006 45,55 Jumlah 17577 100,00
Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tabel : Keadaan Penduduk Kota Makassar Tahun 1998 dan 1999


Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) a. Laki-laki b. Perempuan Rasio jenis kelamin (%) Kepadatan penduduk / Km2 a. 1997 1998 b. 1998 1999
Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tahun 1998 1.154.020 563.304 590.716 95 6566 2,56 1999 1.191.456 581.332 610.124 95 6778 1,96 3,24

Tabel : Jumlah Penduduk dirinci menurut umur dan jenis kelamin di Kota Makassar tahun 1999
Kelompok Umur 04 59 10 14 15 19 20 24 25 29 30 34 35 39 40 44 45 49 50 54 Laki-laki 55.988 52.693 60.668 70.922 75.763 66.650 45.857 34.749 27.059 32.470 17.944 Perempuan 58.055 52.410 58.677 64.373 87.731 72.064 48.707 36.174 30.763 25.066 24.781 Jumlah 114.043 105.103 119.345 135.295 163.494 138.714 94.564 70.923 57.822 57.536 42.725
halaman - 95

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

55 59 60 64 65 + Jumlah

16.235 11.678 12.656 581.332

17.660 9.969 23.694 610.124

33.895 21.647 36.350 1.191.456

Sumber : Makassar dalam angka 1999.

Tabel : Jumlah Penduduk dirinci menurut Kecamatan di Kota makassar tahun 1996 - 1999
No Kecamatan 1996 1997 1998 1999

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Mariso Mamajang Tamalate Makassar Ujung Pandang Wajo Bontoala Ujung Tanah Tallo Panakkukang Biringkanaya Jumlah

65.252 77.752 242.812 109.507 41.217 47.921 73.582 49.676 128.360 183.850 87.350 1.107.267

67.017 79.880 249.458 112.504 42.345 49.233 75.596 51.036 131.873 188.890 89.741 1.137.573

67.986 81.035 253.064 114.131 42.538 49.945 76.689 51.774 133.873 191.947 91.038 1.154.020

69.051 82.015 267.138 114.969 42.957 50.540 77.383 52.141 136.836 201.625 96.801 1.191.456

Sumber : Makassar dalam angka 1999.

III. GEOMORFOLOGI
3.1. Morfologi Dan Geologi 3.1.1. Morfologi Kota Makassar terletak di daerah pantai yang memanjang pada bagian Barat dan Utara Kota yang diantaranya berpotensi untuk perikanan, Kota ini mempunyai peluang untuk pengembangan pengolahan hasil usaha penangkapan ikan laut, pemeliharaan ikan tambak dan penggaraman. Sedangkan pada bagian dataran rendah mulai dari tepi pantai sebelah barat dan melebar kearah timur sejauh kurang lebih 20 kilometer dan memanjang dari selatan ke utara merupakan daerahdaerah pengembangan permukiman, pertokoan, perkantoran, pendidikan dan bahan pengembangan kawasan industri. Kota DT II Ujung Pandang merupakan kota pesisir yang keadaan wilayahnya datar dan hanya sebagian kecil dataran tinggi yang terdapat di Kecamatan Biringkanaya. Secara keseluruhan ketinggian dari permukaan laut untuk wilayah ini berkisar antara 1 25 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan tanah rata-rata 0 5 ke arah barat. Di Kota DT II Ujung Pandang terdapat 2 (dua) buah sungai, yaitu sungai Jeneberang yang mengalir melintasi Kabupaten Gowa dan bermuara pada bagian selatan Kota dan sungai Tallo yang bermuara di bagian Utara Kota. Ke dua sungai ini mempunyai kemiringan dasar sungai yang relatif sangat landai ( 1/10.000) di bagian hilir, kecepatan alirannya lambat dengan laju sedimentasi yang cukup tinggi sehingga mempunyai kecenderungan membentuk meander dan perubahan alur.
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 96

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 1 Foto udara Kotamadya Makassar

Kota Makassar ditinjau dari proses pembentukan morfologi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) satuan, yaitu : 1) Satuan Morfologi Pedataran 2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah 3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat. Pembagian satuan morfologi tersebut didasarkan atas kondisi karakteristik yang teramati termasuk gejala-gejala alamiah yang berpengaruh. 1) Satuan Morfologi Pedataran Satuan morfologi pedataran dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 2,0 m dpl sampai 5,0 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif datar, dan persentase kemiringan lereng ratarata 0 2 %. Satuan morfologi dataran meliputi hampir 85 % dari luas keseluruhan kota Makassar, dan 60 % diantaranya merupakan daerah terbangun (urban area). Proses geomorfologi yang bekerja berupa erosi lateral dan sedimentasi. 2) Satuan Morfologi Bergelombang Lemah Satuan morfologi bergelombang lemah dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 0 1,75 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang lemah, dan presentase kemiringan lereng rata-rata 2 3 %. Satuan morfologi bergelombang lemah meliputi hampir 10 % dari luas keseluruhan wilayah kota Makassar, sebagian besar terdapat di darah gundukan pantai, tanggul sungai dan sekitar
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 97

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

daerah rawa. Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang lemah berupa kebun campuran, padang rumput/semak, tambak dan sebagian permukiman. Proses geomorfologi yang bekerja berupa erosi lateral dan vertikal, serta sedimentasi. Khususnya pada daerah pantai mengalami abrasi dan sedimentasi. 3) Satuan Morfologi Bergelombang Kuat. Satuan morfologi bergelombang kuat dicirikan dengan ketinggian (elevasi) antara 6 25 m dpl, bentuk bentang alam (morfologi) relatif bergelombang kuat atau berbukit landai, dan persentase kemiringan lereng rata-rata 3 - 25 %. Satuan morfologi bergelombang kuat meliputi hampir 5 % dari luas keseluruhan wilayah Kota Makassar, terdapat setempat-setempat dibagian tengah dan Timur Kota Makassar. Penggunaan lahan pada satuan morfologi bergelombang kuat ini berupa perkebunan (kebun campuran), semak belukar dan sebagian permukiman, serta tempat pendidikan tinggi. Proses geomorfologi yang bekerja adalah pelapukan fisik, erosi dan sedimentasi. 3.1.2. Geologi. A. Geologi Daratan Berdasarkan Peta geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai (Rab Sukamto dan Sam Supriatna, 1982), daerah Kota Makassar dan sekitarnya ditutupi oleh jenis batuan tersier dan kuarter, yaitu batuan gunung api dan endapan aluvial. Secara regional terdapat tiga satuan batuan yang terdapat di daerah ini. Urutannya dari yang tuan ke yang muda adalah sebagai berikut : 1) Formasi Camba Satuan ini dijumpai di sekitar daerah Pampang, Kampus Unhas dan Kawasan Industri makassar. Batuannya terdiri dari satuan sedimen laut bersilangan dengan batuan gunung api, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batupasir dan batulempung; bersisipan dengan napal, batugamping, konglomerat dan breksi gunung api. Warnanya beraneka yaitu coklat, merah, kelabu muda sampai kehitaman. Umumnya mengeras kuat, berlapis-lapis dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Batuan ini terbentuk pada Kala Miosen Tengah dan dalam geologi regional disebut sebagai Formasi Camba (Tmc). 2) Batuan Gunungapi Baturape-Cindako Satuan ini dijumpai di sekitar Sungguminasa. Batuannya terdiri dari lava dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan konglomerat bersusun basal, sebagian besar forfir dengan fenokris piroksen besar sampai 1 cm, warnanya kelabu tua kahijauan hingga hitam. Lava sebagian berkekar meniang dan sebagian lagi berkekar lapis, pada umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal dan sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak mengandung pecahan piroksen, Batuan ini terbentuk pada kala Pliosen akhir, dan dalam geologi regional disebut sebagai batuan Gunung api Baturape-Cindako(Tpbv).
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 98

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

3)

Endapan Aluvial Satuan batuan ini terletak tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Satuan ini dilaporkan terbentuk pada zaman Kuarter dan dalam geologi regional dikenal sebagai endapan aluvial sungai meliputi daerah bagian timur dan selatan Kota Makassar sampai ke wilayah Kabupaten Gowa , endapan rawa tersebar di daerah sebelah Utara danSelatan Sungai Jeneberang dan sebelah Timur dan Barat Sungai Tallo, endapan pantai terdapat dibagian Barat Kota Makassar.

B. Geologi Pantai/Laut Wilayah kota Makassar dipengaruhi oleh hidrodinamika pantai/laut yang terdiri dari beberapa unsur, seperti angin, ombak/gelombang, arus bawah laut, arus pasang surut, pasang surut, abrasi, akrasi, dan sedimentasi. Sehubungan dengan hal tersebut, fisiografi daerah kota Makassar relatif tidak stabil, karena pada musim kemarau arah sedimentasi dari Utara ke Selatan, sedangkan pada musim hujan arah sedimentasi dari Selatan ke Utara. Hal ini terlihat pada ujung spit Tanjung Bunga. Tabel : Data Unsur Geologi Pantai/Laut Makassar, Tahun 1999 Unsur Geologi Pantai/Laut Notasi Temperatur air laut - 1 Km dari garis pantai 30 C - (1-2) Km dari garis pantai (30-31) C - Lebih dari 2 Km dari garis pantai 31 C ke atas - P. Lae-Lae dan Pulau-Pulau lainnya 32 C Derajat Keasaman (pH) - Daerah pantai 7,5 - Daerah kepulauan (8 8,5) Salinitas Air laut - Daerah Pantai (25-29) - Daerah Kepulauan 27 - 1 km dari garis pantai 25 - (1-2) km dari garis pantai (25-26) - Lebih dari 2 km dari garis pantai 26 ke atas Arah Ombak/Gelombang Musim kemarau (Musim Timur) N 270 E N 360 E Musim Penghujan (Musim Barat) N 180 E N 270 E Tinggi Ombak/Gelombang - Daerah pantai (20-40) cm - Daerah lepas pantai (50-150) cm - Kecepatan/interval (3,77 11,57) detik Arus Susur Pantai (0,03 0,5) m/detik Jumlah Angkutan Pasir 0,2 x 10-6 m 3 /hari sampai 2 x 10 m 3 /hari (Sedimentasi Pantai) Pasang surut Type campuran Tunggang Pasang Surut 2,08 m Jumlah angkutan pasir 28.470 m-6 /tahun (Sedimentasi lepas Pantai) Sumber Material Sedimen Sungai jeneberang, pecahan karang dan saluran pembuangan

No 1.

2. 3.

4.

5. 6. 7. 8. 9. 10.

Sumber : Dep. P & E Kanwil Sulsera, 1992 Pt.PPK, 1998 Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPPP) Kota Makassar, 1999

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 99

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

3.2. Lingkungan Berdasarkan data geologi dan pengamatan indikasi di lapangan, Pemerintah Kota Makassar dalam buku Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Perkotaan (RIPP) Kota Makassar thn 1999/2000, menguraikan bahwa wilayah Kota Makassar mempunyai potensi terhadap terjadi bencana alam seperti : 1. Banjir/genangan air Banjir/genangan air disebabkan oleh volume air yang terlalu banyak akibat terjadinya musim hujan dan pasang naik air laut, dapat terjadi pada daerah Kecamatan Tallo, Panakkukang, Tamalate serta Manggala. 2. Instrusi air laut Instrusi air laut disebabkan oleh penyusupan air laut kearah daratan melalui pori-pori batuan/tanah dimana pada skala besar dapat mengakibatkan terjadinya amblesan (turunnya permukaan tanah). Hal ini potensil terjadi pada daerah Kecamatan Tamalate, Makassar, Ujung Pandang, Ujung Tanah, Wajo, Tallo dan Biringkanaya. 3. Abrasi/Erosi Abrasi/erosi adalah proses pengikisan tanah/batuan oleh air, baik air laut (abrasi) maupun air sungai (erosi) yang menyebabkan terjadinya ketidakstabilan permukaan lereng/tebing (pantai/sungai). Hal ini dapat terjadi pada daerah aliran sungai (S. Jeneberang, S. Tallo, S. Bulurokeng) dan daerah pantai (Kecamatan Tamalate, Tallo, Makassar, Ujungtanah, Biringkanaya dan daerah Kepulauan). 4. Sedimentasi/Akrasi Sedimentasi/Akrasi adalah proses penimbunan massa pasir atau lempung pada daerah sungai (sedimentasi) dan daerah pantai (akrasi). Hal ini potensil terjadi pada daerah Tanjung Bunga, Tanjung Alang, Tanjung Merdeka, barongbong, daerah Pelabuhan Sukarno Hatta, Muara sungai Jeneberang, dan Muara Sungai Tallo serta daerah meander (kelokan sungai) dan daerah cekungan (rawa). 5. Retakan tanah Retakan tanah yang dapat terjadi di wilayah Kota makassar merupakan retakan yang relatif kecil (tetapi diperlukan perhatian serius) yaitu berkisar antara 1 3 cm. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kandungan mineral lempung minmirolonite pada sebagian tanah penyusun Kota Makassar. Retakan tanah dapat terjadi pada daerah Kecamatan Biringkanaya, Panakkukang, Tallo, Tamalate dan Ujung Tanah.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 100

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

KAWASAN
4.1. Kotamadya Makassar Saat ini Kotamadya Makassarterdiri dari 11 kecamatan, yaitu :
No 1 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. KECAMATAN 2 Mariso Ujung Tanah Mamajang Ujung Pandang Makassar Bontoala Wajo Tallo Tamalate Panokkukang Biringkanaya JUMLAH LUAS KM2 3 1,82 5,94 2,25 2,63 2,52 2,10 1,99 5,83 29,44 41,19 80,06 175,77 JUMLAH KELURAHAN 4 9 12 13 10 14 12 8 15 20 17 12 142 JUMLAH PENDUDUK 5 67.017 51.036 79.880 42.345 112.504 75.596 49.233 131.873 249.458 188.890 89.741 1.137.573 RT 6 45 50 57 44 69 56 44 66 175 133 108 831 RW 7 216 219 302 48 431 257 181 659 917 688 375 4423

Sumber:Buku Analisa Data Pokok Pembangunan TA 1997/1998, Bappeda KMUP, Makassar

Rencananya kecamatan yang ada di kota Makassar akan ditambah menjadi 14 kecamatan. Dari 11 kecamatan yang ada, kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut atau memiliki pantai adalah : Kecamatan Mariso Kecamatan Ujung Pandang Kecamatan Bontoala Kecamatan Ujung Tanah Kecamatan Tallo

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Pemda setempat (dalam hal ini Bappeda Tk.II Makassar), kecamatan Mariso adalah kecamatan yang memiliki permasalahan yang sangat komplek, terutama dalam hal permukiman. Karena selain sebagian besar lahan yang ada dikecamatan ini digunakan untuk perumahan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah, rencananya pada daerah ini akan dijadikan Kawasan Wisata Tanjung Bunga (dikelola oleh GMTDC, Gowa Makassar Tourism Development Coorperation). 4.2. Kecamatan Mariso 4.2.1. Kondisi Eksisting Lingkungan Kecamatan Mariso terletak 1,5m dari permukaan laut dengan suhu maksimum 30 C dan minimum 23C. Banyaknya curah hujan adalah 307mm/tahun dan jumlah hari dengan curah hujan terbanya adalah 15 hari. Kawasan ini memiliki bentuk wilayah datar sampai berombak. Dengan luas kawasan 1,82km2, kecamtan Mariso terdiri dari 176,18ha tanah kering, 55ha tanah basah, 8ha tambak, 10ha rawa/pasang surut, 6ha untuk fasum dan tanah tandus/pasir 172,23ha.
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 101

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Walaupun berbatasan langsung dengan laut, kecamatan Mariso termasuk daerah yang terkecil atau kurang rawan banjir. Hal ini disebabkan oleh karena aliran sungai Jeneberang sudah dialirkan ke wilayah Barombong dan berfungsinya kanal yang ada. Fisik (kualitas, kuantitas dan kapasitas) Di Kota Makassar penggunaan tanah sebagian besar masih bersifat non-urban dan urban dikawasan terbangun dan diwilayah perluasan. Kawasan terbangun terletak disepanjang pantai dibatasi oleh sungai Tallo disebelah Utara dan sungai Jeneberang disebelah Selatan. Penggunaan tanah dikawasan terbangun terdiri dari permukiman, perusahaan(perdagangan), industri, jasa dan tanah kosong yang sudah diperuntukan antara lain : a. Daerah permukiman : kecamatan Ujung Tanah, Ununjg Pandang, Makassar, Mariso, Bontoala, Mamajang dan Tallo. b. Perusahaan (perdagangan) : Kecamatan Wajo, sebagian Ujung Tanah dan Ujung Pandang. c. Kawasan Industri : kecamatan Tallo, Makassar dan Biringkanaya. d. Sektor jasa : diseluruh kecamat, termasuk wilayah kota lama. e. Tanah kosong yang sudah diperuntukan : kecamatan Tallo, Panakkukang dan Biringkanaya. Sedangkan penggunaan tanah diwilayah perluasan yang terdiri dari persawahan, kebun campuran, hutan dan rawa-rawa antara lain : a. Persawahan b. Kebun campuran c. Hutan : kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Panakkukang. : Biringkanaya, Panakkukang dan Tamalate. : Panakkukang, Biringkanaya dan Tamalate.

d. Tanah rawa dan kolam ikan : kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Panakkukang. Fasilitas sosial dan umum yang terdapat pada kecamatan Mariso adalah : a. Pendidikan :
1. 2. Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar : : SD Negeri SD Inpres SD Swasta Umum SD Swasta Islam SMP Negeri SMP Swasta Umum SMP Swasta Katholik SMU Negeri SMU Swasta Umum SMU Swasta Katholik SMU Kejuruan Swasta PT. Swasta 6 16 4 3 1 1 2 3 1 1 4 1 1 1 2

3. 4. 5.

Sekolah Luar Biasa Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Umum

: : :

6. 7.

Perguruan Tinggi Kursus Ketrampilan

: :

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 102

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

b. Tempat Ibadah :
1. 2. 3. 4. Masjid Surau/Mushola Gereja Kuil/Pura : : : : 29 5 3 1

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

c.

Kesehatan : sarana kesehatan yang terdapat pada kacamatan ini adalah 3 puskesmas, 1 rumah sakit bersalin, 1 BKIA dan 43 posyandu.

d. Lain-lain : sarana lain yang terdapat pada kecamatan Mariso adalah


1. Sarana Olah Raga : Komplek Olah Raga Lapangan Tenis Lapangan Sepak Bola Lapangan Bulu Tangkis Lapangan Basket Lapangan Volley Kolam Renang Koramil Polsekta Poskamling TPS Gundukan Sampah TPA Penginapan/Hotel/Losmen Tempat Hiburan Industri ringan Industri sedang Toko/Swalayan Pasar Pasar Kaget Pelelangan Ikan Pompa Bensin 1 5 3 21 2 16 1 1 1 27 21 35 1 6 1 9 1 211 1 4 1 1

2. 3. 4. 5. 6.

Sarana Keamanan Sarana Kebersihan Lingkungan Sarana Hiburan/Pariwisata Sarana Industri Sarana Perdagangan

: : : : :

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Utilitas yang terdapat pada kawasan ini adalah


1. 2. Jaringan Listrik Jaringan Telepon : : Jumlah Pelanggan Telepon rumah Wartel Telepon Umum Kiospon Jumlah Pelanggan Keran Umum Sekunder (m) Tersier Kuarter 7.072 1.962 8 32 1 2.641 20 1.500 8.180 2990

3. 4.

Jaringan Air Minum Drainase

: :

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Sosial Budaya Ekonomi Dengan luas wilayah 1,82km2, kecamatan Mariso berpenduduk 81.126 jiwa dengan kepadatan 368,22 jiwa/km2. Jumlah KK yang ada 9716 KK. Penduduk memeluk berbagai macam agama dengan mayoritas penduduk beragama Islam ( 75%). Selain penduduk asli Makassar, penduduk pendatang (terutama dari Jawa) terdapat juga didaerah ini ( 10%).

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 103

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Mata pencarian penduduk beragam dan terbagi menjadi :


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pengusaha Sedang/Besar Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Pengangkutan Pegawai Negeri Sipil ABRI Pensiunan (PNS/ABRI) : : : : : : : : 2.630 176 97 1.607 78 6.140 1.670 865

Sumber : Data Monografi Kecamatan Mariso tahun 2000

Kesehatan Lingkungan Fasilitas kesehatan yang terdapat pada kecamatan Mariso dapat dikatakan memadai, seperti Puskesmas, Posyandu, BKIA dan Rumah Sakit Bersalin. Secara umum penyakit yang sering terjadi pada kawasan ini adalah sakit diare dan muntaber. Hal ini disebabkan karena banyaknya tumpukan sampah yang terbawa oleh arus/gelombang laut. Lingkungan yang letaknya agak jauh dari pantai dapat dikatakan bersih karena pada kecamatan ini sampah diangkat tiap hari dan dikumpulkan pada 2 TPS yang ada. Karena banyaknya tumpukan sampah pada lokasi yang berbatasan dengan pantai maka daerah ini terlihat tidak bersih dan kumuh.

4.2.2. Adaptasi 4.2.2.1. Kemampuan Adaptasi Fisik Dengan sering terjadinya banjir di Kecamatan Mariso, salah satu upaya yang dilakukan masyarakat adalah dengan meninggikan jalan. Dengan demikian letak jalan kebanyakan lebih tinggi daripada bangunan.

Adanya kecenderungan bertambahnya rumah kearah laut maka Pemda membuat jalan lingkungan selebar 4 meter yang letaknya menlintang dengan tujuan untuk menghalangi pertambahan rumah kearah pantai tersebut.

4.2.2.2. Kemampuan Adaptasi non Fisik

Seringnya terjadi banjir pada kawasan ini (baik banjir akibat pasang ataupun pasang dan hujan) menyebabkan penduduk terbiasa dengan keadaan adanya air yang masuk ke dalam rumah mereka. Dalam menghadapi banjir ini, penduduk biasanya hanya naik ke lantai atas rumahnya (untuk banjir pkarena pasang, biasanya air surut dalam 2-3 jam) atau mengungsi ke tetangga dan sanak famili (untuk banjir campuran, biasanya air surut dalam 1-2 hari).

Bila ada rumah yang mengalami kerusakan karena banjir, penduduk melakukan gotong royong dalam memperbaikinya.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 104

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Walaupun terletak di kawasan yang banyak timbunan sampah dan genangan air, tapi penduduk tidak mengalami sakit kulit. Mereka berpendapat bahwa sakit kulit yang terjadi dapat diobati dengan berendam di air laut.

4.3. Pariwisata Sebagai salah satu kota yang merupakan pintu gerbang di kawasan Indonesia Timur, Pemda berusaha meningkatkan fasilitas yang menunjang pembangunan pada kawasan ini. Salah satunya pada sektor pariwisata. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pembangunan kawasan Tanjung Bunga dan dikelola oleh PT. Gowa Makassar Tourism Development Corporation (PT. GMTDC). Kegiatan ini akan memanfaatkan pesisir pantai Makassar dan Gowa yang belum termanfaatkan secara optimal. Rencananya kegiatan ini akan dilakukan dalam 2 (dua) tahap:

Tahap I tahun 1997-2006 yang meliputi luas 770ha dengan fasilitas berupa jalan akses laut dan darat, hotel, perkantoran/jasa komersial, sekolah, rumah sakit, perumahan tipe menengah dan sederhana, fasilitas umum dan sosial, tempat rekreasi, ruang terbuka, lapangan golf, serta jaringan utilitas.

Tahap II tahun 2007-2016 yang meliputi luas 230ha dengan fasilitas berupa hotel, perumahan tipe menegah dan perkantoran/jasa komersial.

Selain fasilitas yang telah disebutkan tadi, pada Kawasan ini terdapat kawasan wisata berupa miniatur Sulawesi Selatan serta waduk Jeneberang (long storage) yang berfungsi sebagai sumber air baku,tempat wisata dan olahraga air. Rencana pembangunan Kawasan Tanjung Bunga, yang terletak di kawasan pesisir pantai Kotamadya Makassar dan Kabupaten Gowa, terbentuk dari proses sedimentasi sungai Jeneberang yang berlangsung sejak lama. Kawasan Tanjung Bunga ini meliputi kecamatan Tamalate, Mariso dan Palangga. Untuk kecamatan Mariso, kawasan Tanjung Bunga ini meliputi kelurahan Lette, Mattoangin, Mariso, Panambungan dan Bontorannu. Selain dikembangkannya Kawasan Tanjung Bunga juga akan dikembangkan Kawasan Tanjung Merdeka dan Pulau Lae-lae.

V. TIPE BANGUNAN PERKOTAAN


5.1. Kecamatan Mariso Kecamatan Mariso terdiri dari 9 kelurahan, yaitu Kelurahan Bontorannu, Mattoangin, Mariso, Lette, Panambungan, Kunjung Mae, Kampung Buyang, Mariso Baru dan Tamarunang. Dari 9 kelurahan ini, kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut adalah kelurahan Mariso, Lette, Panambungan dan Kampung Buyang. Dengan peruntukan lahan yang mayoritas perumahan, dari

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 105

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

keempat kelurahan ini kelurahan Lette yang memiliki tipe bangunan beragam, mulai dari rumah panggung sampai rumah susun. Berdasarkan harga tanah, pada kawasan ini harga dasar tanah termasuk rendah. Karena tanah digunakan untuk usaha pelayanan sosial, permukiman, perdagangan, pendidikan tinggi pertokoan dan perindustrian. Besarnya harga tanah rata-rata Rp. 5.000 350.000. 5.2. Kelurahan Lette Kelurahan Lette memiliki luas wilayah 15ha, dengan batas wilayah : -sebelah utara -sebelah selatan -sebelah barat -sebelah timur : Kelurahan Panambungan : Kelurahan Mariso : Pantai : Kelurahan Mariso

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 106

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 2 Peta Kelurahan Lette

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 107

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Dengan ketinggian tanah dari permukaan air laut 0,3m dan suhu rata-rata 31 C. Kelurahan Lette terdiri dari 5 (lima) RW dengan perincian :
RW I II III IV V Jumlah Luas Wilayah (ha) 3,5 3,5 2,7 2,7 3,5 15 RT 8 3 4 5 8 28 KK 499 137 148 191 464 1439 Pria 1710 755 872 827 1520 5684 WNI Wanita 1701 636 792 753 1518 5400 Jumlah 3411 1391 1664 1580 3038 11084

Sumber : Data Monografi Kelurahan Lette tahun 2000

5.3. Pola Pengelompokan Bangunan Sebagian besar bengunan yang terdapat pada kawasan ini adalah rumah tinggal. Secara umum bangunan yang ada dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tempat Tinggal
Da rat 1. Lokasi air meng apung Bentuk panggung bertingkat ya ya tdk tdk ya ya ya tdk Struktur Bangunan Be baja kay ton u ya ya ya ya Konstruksi Bangunan per Semi Non man perma perma en nen nen ya ya ya ya ya

R.tungg ya ya al 2. R.susun ya 3. R.deret ya Sumber : Hasil Survei Lapangan

Keterangan : a. Berdasarkan tipe bangunan yang ada, rumah tinggal dikecamatan Mariso sebagian terdiri dari rumah panggung dan rumah darat. Selain itu karena berbatasan langsung dengan laut, sebagian rumah (terutama rumah panggung) berada diatas air. b. Pada kawasan ini juga terdapat rumah susun Lette yang terdiri dari 4 blok dan 3 lantai. c. Sebagian besar rumah panggung yang berada di darat telah mengalami perubahan. Pada bagian kolong bangunan, digunakan untuk ruangan atau untuk menyimpan barang-barang. Bahan bangunan yang digunakan untuk dinding biasanya bata, seng atau papan.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 108

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 3 Salah satu kolong bangunan rumah panggung yang dimanfaatkan sebagai tempat menyimpang barangbarang.

Gb. 4 Kolong bangunan rumah panggung yang telah mengalami pengembangan

d. Konstruksi bangunan, untuk rumah panggung adalah kayu dengan dinding papan atau seng dan atap seng atau daun nipah. Untuk bangunan darat, konstruksi kayu atau beton, dengan dinding bata atau papan dan atap seng atau genting.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 109

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb.5

DENAH RUMAH CONTOH I

KETERANGAN (Rumah Contoh I) :


1. 2. Luas Bangunan : 6X12 M2 Bahan Bangunan a. Kolom : Kayu b. Dinding lt.1 : Bata c. Dinding lt.2 : Seng d. Pondasi : Batu gunung e. Lantai 1 : Keramik f. Lantai 2 : Papan Samarinda g. Atap : Seng h. Plafon : Triplek Listrik : PLN Air Bersih : PDAM Telepon : TELKOM Kompor : Gas (tabung) Jalan Lingkungan : Paving Block Rumah semula menghadap ke belakang, namun sejak dibuat jalan lingkungan (tahun 1987), orientasi rumah menghadap ke jalan lingkungan. 9. Perabotan : a. Tangki air (PAM) b. Tanggul (setinggi 50cm) c. Kursi Busa d. Meja kayu e. Meja dan telepon f. Karpet g. Lemari kayu h. Meja dan TV 21" i. Meja makan dan kursi kayu j. Kursi kayu k. Lemari es l. Meja dapur dan kompor gas m. Tempat cuci n. Tangga kayu

3. 4. 5. 6. 7. 8.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 110

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 6

DENAH RUMAH CONTOH II

KETERANGAN (Rumah Contoh II) :


1. 2. Luas bangunan Bahan Bangunan a. Kolom b. Dinding c. Pondasi d. Lantai e. Atap f. Plafon Listrik Air : : : : : : : : : 6 X 6 M2 Bambu Triplek dan papan Bambu Papan Daun Nipah Plastik PLN PDAM 5. 6. Kompor Perabotan a. Kursi kayu b. Meja kayu c. Tikar plastik d. Lemari kayu e. Kompor miyak tanah f.Tempat piring g. KM/WC (bambu) h. Jalan bambu : : Minyak tanah

3. 4.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 111

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Sarana
darat 1. 2. Warung Puskes ya ya Lokasi air men gap ung Bentuk panggung Bertingka t ya tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk tdk Struktur Bangunan beto baja kay n u ya ya ya ya ya ya Konstruksi Bangunan per Semi Non man perma perma en nen nen ya ya ya ya ya ya

mas 3. TPI ya 4. T.ibadah ya 5. Sekolah ya Sumber : Hasil Survei Lapangan

ya

ya

Keterangan : a. Sarana yang ada dikecamatan Mariso dapat dikatakan lengkap. Mulai dari sarana pendidikan hingga ibadah. b. Warung yang ada biasanya menyatu dengan rumah tinggal dan sebagian besar berada didarat. Untuk Puskesmas, pelayanannya menjadi satu dengan kecamatan Panambungan dan sekolah (SD negeri) bergabung dengan kecamatan Mariso. c. Tempat Pelelangan ikan sudah termasuk kelurahan Kunjung Mae, dan rencananya akan dipindahkan karena sudah tidak memenuhi syarat. d. Pada kawasan ini terdapat 2 TPS, yang berupa kontainer.

Gb. 7 Salah satu sarana Pendidikan yang ada di Kel. Lette, (Madrasah)

Prasarana
no 1. 2. 3. 4. 5. prasarana Listrik Telepon Gas Air bersih Drainase ada V V V V V V tdk sumber PLN TELKOM PDAM Sistem terbuka, bercampur antara air hujan, laut dan air kotor. Lebar 6m Lebar 2m kapasitas keterangan Meteran ditiap rumah Menggunakan tabung gas

6. Jalan lingkungan 7. Jalan setapak Sumber : Hasil Survei Lapangan

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 112

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 8 Sumber air bersih umum (PDAM)

Gb. 9 Jalan lingkungan, batas antar kel Lette dan kel. Mariso

Gb. 10 Jalan lingkungan yang juga digunakan untuk kegitan lain (seperti perdagangan)

5.4. Tipe-Tipe Adaptasi Terhadap Kenaikan Muka Air Laut

Letak jalan yang lebih tinggi dari bangunan mengakibatkan penduduk meninggikan lantai bangunannya. Karena tipe rumah tinggal yang ada kebanyakan rumah panggung yang telah dirubah menjadi rumah non panggung, dengan memanfaatkan kolong bangunan sebagai ruang, maka jarak lantai dengan langit-langit menjadi semakin dekat.

Untuk mengurangi masuknya masuknya air ke dalam bangunan maka pada pintu depan dibuat tanggul setinggi kira-kira 50cm. Dengan bertambah majunya tingkat ekonomi masyarakat maka banyak rumah panggung yang berubah bentuk menjadi rumah non panggung. Perubahan ini adalah selain untuk penambahan ruang juga menunjukan kemapanan pemilik dengan bentuk rumah non panggung yang lebih permanen.

Gb. 13 Salah satu jenis adaptasi masyarakat (MCK)

5.5. Kondisi Dan Kerusakan Yang Terjadi Pada kawasan ini terjadi kecenderungan adanya penambahan/perluasan lahan ke arah laut. Hal ini disebabkan adanya endapan yang dibawa oleh gelombang laut, baik berupa pasir atau sampah.
Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar halaman - 113

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Endapan yang terjadi ini dimanfaatkan penduduk untuk membangun rumah tinggal mereka. Untuk mengantisipasi terjadinya perluasan rumah kelaut, maka oleh Pemda setempat dibuat jalan lingkungan (selebar 4m). Dengan makin banyaknya rumah yang dibangun dan semakin mengarah ke laut, memungkinkan daerah ini untuk terkena banjir, baik dari pasang laut atau pertemuan antara hujan dan pasang laut. Namun pada kenyataannya hingga saat ini setiap terjadi banjir, daerah Lette termasuk daerah dengan genangan yang rendah. Sebagai contoh, pada saat air pasang (terutama pada saat bulan purnama) air yang menggenang hanya setinggi 10cm dan akan surut dalam 2-3 jam. Sedangkan untuk banjir campuran (pasang dan hujan) genangan yang terjadi setinggi 30cm dan surut dalam 2-3 hari. Sampai saat ini, penduduk tidak merasakan banjir yang terjadi sebagai suatu yang mengganggu. Biasanya saat banjir, penduduk hanya memindahkan barang-barangnya ke lantai 2. Dan kegiatan sehari-hari tetap berlangsung. Untuk kerusakan yang terjadi akibat banjir dapat dikatakan kecil. Saat ditanyakan pada salah seorang responden mengenai berapa besar biaya yang diperlukan untuk perbaikan akibat banjir yang terjadi, responden tidak dapat menyebutkan angka yang pasti. Biasanya bagian bangunan yang mengalami perbaikan/perubahan akibat banjir adalah dengan membuat tanggul pada bagian depan rumah (pintu rumah) pada rumah tanah. Sedangkan dengan bentuk rumah panggung, banjir yang terjadi tidaklah berpengaruh. Hal lain yang perlu disoroti dalam kaitannya dengan banjir yang terjadi adalahdengan dibangunnya jalan arteri menyebabkan sampah yang dibawa air pasang tertinggal di daratan saat air surut. Hal ini menyebabkan bertumpuknya sampah ditepi pantai.

Gb. 14 Tumpukan sampah/endapan yang terjadi karena terbawa oleh air saat pasang.

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 114

Proceeding - Studi Dampak Timbal Balik Antar Pembangunan Kota dan Perumahan di Indonesia dan Lingkungan Global

Gb. 15 Contoh rangka rumah panggung dari bambu, yang akan dibangun.

Gb. 16 Salah satu kerusakan yang terjadi pada dinding bangunan (bahan seng)

Indikasi Kenaikan Muka Air Laut Pada Kota Pantai Di Kotamadya Makassar

halaman - 115

Anda mungkin juga menyukai