Anda di halaman 1dari 24

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dimasa kini perkembangan gaya hidup anak-anak dan remaja sangat pesat setelah zaman globalisasi. Baik dan buruknya pun pasti ada, seperti hal positif yang bisa kita ambil yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan negatifnya banyaknya remaja yang terjerumus didalam hal-hal negatif seperti free seks dan ke klub-klub malam dan memungkinkan mereka untuk mengkonsumsi barang-barang haram, yang mana dari situ mereka bisa penyalahgunaan terhadap napza dan itu lah yang akan menjadi focus pembahasan pada makalah. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) serta berbagai dampak negatifnya merupakan masalah yang sangat kompleks bagi bangsa Indonesia. Meluasnya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) dapat merusak atau mengancam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, serta dapat melemahkan Ketahanan Nasional sehingga dapat menghambat jalannya pembangunan nasional. Trend perkembangan penyalahgunaan narkoba di Indonesia dalam 3 tahun terakhir ini menunjukkan peningkatan yang sangat tajam. Hasil analisis Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) atas tingginya angka

penyalahgunaan narkoba tersebut disebabkan situasi politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan di Indonesia. Sampai saat ini sudah 75 % penyalahguna narkoba adalah remaja Indonesia berumur 15-25 tahun (1). Berdasarkan survei penyalahgunaan NAPZA yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional, dilaporkan jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia padatahap coba pakai diperkirakan 807 ribu-938 ribu orang yang sebagian besaradalah laki-laki (85%). Kebanyakan berasal dari kelompok pelajar (90%),terutama laki-laki. Provinsi yang memiliki kasus terbesar berada di Jawa Timur(15%), Jawa Tengah (15%), Jawa Barat (14%), dan Jakarta (10%). Sedangkan jumlah penyalahgunaan dalam tahap teratur pakai sekitar 829 ribu 959 ribuorang yang sebagian besar didominasi oleh laki-

laki (89%). Penyalahguna teratur pakai kebanyakan berada pada kelompok bukan pelajar (60%). Penyalahgunaan teratur pakai paling banyak berada di Jawa Barat (23%), Jawa Timur (18%), danJawa Tengah (14%). Di Sulawesi Selatan, jumlah penyalah guna Napza kategori coba pakai diperkirakan meningkat sebesar 7,8% dari 38.267 orang pada tahun 2010 menjadi 41.259 orang pada tahun 2011. Sedangkan pada kategori teratur pakai diperkirakan meningkat sebesar 6,3% dari 23.444 orang di tahun 2010menjadi 24.935 orang di tahun 2011 ini (2). Menurut Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), Jumlah

penyalahgunaan narkoba atau napza meningkat dari tahun ke tahun secara cepat. Kasusnya seperti gunung es yang mencuat kepermukaan laut, sedangkan bagian terbesar dibawahnya tidak tampak (3). Oleh karena itu, kami merasa sangat perlu untuk mengulas lebih mendalam bagaimana caracara untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA lebih lanjut.

B. Tujuan Makalah ini dibuat bertujuan untuk mengetahui apa itu NAFZA serta jenis jenis NAFZA yang umum ada dalam masyarakat. Tidak hanya itu makalah ini juga menjelaskan jenis jenis penyalahgunaan NAFZA dimasayarakat yang berakibat pada penurunan kualitas dan kesehatan masyarakat serta juga membuat beberapa solusi dalam penanganannya. Diharapkan dengan adanya makalah ini semua informasi yang disampaikan dari makalah ini dapat membantu dalam pemahaman, jenis, serta penyalahgunaan tentang NAFZA maupun juga dapat menjadi pelajaran agar terhindar dari penyalahgunaan NAFZA yang berpengaruh buruk terhadap diri sendiri maupun orang lain disekitar kita.

C. Manfaat Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca agar lebih memahami tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan tata cara pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan napza.

BAB II ISI

A. Definisi NAPZA NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (4). Angka pengguna dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba sangat memprihatinkan (4). saat ini telah meningkat menjadi sekitar 5 juta kasus penyalahgunaan napza (5). Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008, jumlah pengguna narkotika di Indonesia sebanyak 10.006 orang dan pengguna psikotropika sebanyak 9.780 orang. Penyalahgunaan napza saat ini semakin mengalami peningkatan yang tajam (4). Kalau dulu ekonomi orang-orang yang memakai napza berasal dari kelas

atas, namun saat ini telah merambah pada kalangan kelas

ekonomi ke bawah. Bahkan yang lebih mengejutkan lagi adalah terdapatnya anak- anak yang masih duduk di SD terlibat dalam penyalahgunaan

NAPZA ini (5). Salah satu penanggulangan NAPZA yaitu rehabilitasi. Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan nonmedis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita sindroma ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin. Pada masa rehabilitasi dapat terjadi relaps, di mana terjadinya relaps pada masa rehabilitasi khususnya pada tiga bulan pertama dapat disebabkan karena perasaan pecandu NAPZA yang ambivalent tentang abstinensi, motivasi dan komitmen yang tidak kuat untuk sembuh dari ketergantungan akan NAPZA, tidak mempunyai strategi koping yang efektif dalam menghadapi masalah yang dialami selama rehabilitasi serta kurangnya dukungan dari keluarga dan orang terdekatnya (4).

B. Karakteristik dan Jenis NAPZA Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Bahan Adiktif Lainnya. a. Narkotika Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semi sintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki berbagai macam jenis golongan, antara lain: 1) Narkotika Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu

pengetahuan, dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk menimbulkan ketergantungan. Contoh: heroin, ganja, dan cocaine. 2) Narkotika Golongan II: Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin dan peditin. 3) Narkotika Golongan III: Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein,nicodicodina, dan polcodina. Jenis narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, putaw, ganja, dan peditin.

b. Psikotropika Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang bersifat psikoaktif, melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. (Undang-undang Nomor 5, Tahun 1997 tentang Psikotropika). Psikotropika memiliki berbagai macam jenis golongan, antara lain: 1) Psikotropika Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat kuat dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: ekstasi, shabu-shabu, LSD. 2) Psikotropika Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi, dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: amphetamin,metilphenidat, dan methaqualone. 3) Psikotropika Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: pentobarbital, amobarbital, dan pentazosina. 4) Psikotropika Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi, dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan dalam mengakibatkan ketergantungan. Contoh: aminorex, bromazepam, diazepam, pil BK, dan pil koplo. Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain: ekstasi, shabushabu, lysergic acid dyethylamide (LSD), dan amphetamin.

c.

Zat Adiktif Lain Zat adiktif lain adalah bahan atau zat yang tidak tergolong narkotika atau psikotropika, tetapi seperti halnya dengan narkotika dan psikotropika, bahan zat adiktif dapat menimbulkan ketergantungan. Zat adiktif ini meliputi: 1) Alkohol (Minuman Berakhol): Mengandung etil etanol alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia seharihari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika maka akan memperkuat pengaruh obat atau zat tersebut di dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman beralkohol, yaitu: golongan A (kadar etanol 1-5%) yang terdapat dalam bir, golongan B (kadar etanol 5-20%) terdapat dalam berbagai jenis minuman anggur, golongan C (kadar etanol 20-45%) terdapat dalam Whiskey, Vodka, Brendy, Johny Walker. 2) Inhalansia Berupa senyawa organik yang mudah menguap, terdapat dalam berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan antara lain: lem aibon, thinner, dan penghapus cat kuku. 3) Nicotine (Nicotiana Tabacum L) Nicotine terdapat dalam tumbuhan tembakau dengan kadar sekitar 14%. Dalam setiap batang rokok terdapat sekitar 1,1 mg nikotin. Pada upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba di masyarakat, pemakaian alkohol dan rokok terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan. Karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk penyalahgunaan narkoba. Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut: Sama sekali dilarang: Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I. Penggunaan dengan resep dokter: amfetamin, sedatif hipnotika.

Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain. Ada batas umur dalam penggunannya: alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkanmenjadi tiga golongan : a. Golongan Depresan(Downer) Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik(otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain. b. Golongan Stimulan (Upper) Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain c. Golongan Halusinogen Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin

Macam-macam bahan Narkotika dan Psikotropika yang terdapat di masyarakat serta akibat pemakaiannya : a. OPIOIDA Opioida dibagi dalam tiga golongan besar yaitu : 1) Opioida alamiah (opiat): morfin, cpium, kodein 2) Opioida semi sintetik : heroin/putauw, hidromorfin 3) Opioida sintetik : meperidin, propoksipen, metadon

Nama lainnya:putauw, ptw, black heroin, brown sugar. Heroin yang murni berbentuk bubuk putih, sedangkan heroin yang tidak murni berwarna putih keabuan dihasilkan dari cairan getah opium poppy yang diolah menjadi morfin kemudian dengan proses tertentu menghasil putauw, dimana putauw mempunyai kekuatan 10 kali melebihi morfin. Opioid sintetik yang mempunyai kekuatan 400 kali lebih kuat dari morfin. Opiat atau opioid biasanya digunakan dokter untuk menghilangkan rasa sakit yang sangat (analgetika kuat). Berupa pethidin, methadon, Talwin, kodein dan lain-lain. Reaksi dari pemakaian ini sangat cepat yang kemudian timbul rasa ingin menyendiri untuk menikmati efek rasanya dan pada taraf kecanduan sipemakai akan kehilangan rasa percaya diri hingga tak mempunyai keinginan untuk bersosialisasi. Mereka mulai membentuk dunia mereka sendiri. Mereka merasa bahwa lingkungannya adalah musuh. Mulai sering melakukan

manipulasi dan akhirnya menderita kesulitan keuangan yang mengakibatkan mereka melakukan pencurian atau tindak kriminal lainnya.

b. KOKAIN Kokain mempunyai dua bentuk yaitu : kokain hidroklorid dan free base. Kokain berupa kristal pitih. Rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dari free base. Freebase tidak berwarna/putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Nama lain dari kokain adalah koka, coke, happy dust, charlie, srepet, snowsalju, putih. Biasanya dalam bentuk bubuk putih Cara pemakaiannya: dengan membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus diatas permukaan kaca atau benda-benda yang mempunyai permukaan datar kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot seperti sedotan, atau

dengan cara dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Ada juga yang melalui suatu proses menjadi bentuk padat untuk dihirup asapnya yang populer disebut freebasing. Penggunaan dengan cara dihirup akan berisiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Efek rasa dari pemakaian kokain ini membuat pemakai merasa segar, kehilangan nafsu makan, menambah rasa percaya diri, juga dapat menghilangkan rasa sakit dan lelah.

c.

KANABIS Nama jalanan yang sering digunakan ialah: grass. Cimeng, ganja dan gelek, hasish, marijuana, bhang, ganja berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ganja terkandung tiga zat utama yaitu tetrehidro kanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya adalah dihisap dengan cara

dipadatkan mempunyai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. Efek rasa dari kanabis tergolong cepat,sipemakai: cenderung merasa lebih santai, rasa gembira berlebih (euforia), sering berfantasi. Aktif berkomonikasi, selera makan

tinggi,sensitif,kering pada mulut dan tenggorokan.

d. AMPHETAMINES Nama generik amfetamin adalah D-pseudo epinefrin berhasil disintesa tahun1887, dan dipasarkan tahun 1932 sebagai obat. Nama lain: seed,meth,crystal,uppers,whizz dan sulphate, bentuknya ada yang berbentuk bubuk warna putih dan keabuan,digunakan dengan cara dihirup. Sedangkan yang berbentuk tablet biasanya diminum dengan air. Ada dua jenis amfetamin:

10

a) MDMA (methylene dioxy methamphetamin), mulai dikenal sekitar tahun 1980 dengan nama Ekstasi atau Ecstacy. Nama lain : xtc, fantacy pils, inex, cece, cein, e Terdiri dari berbagai macam jenis antara lain : white doft, pink heart, snow white, petir yang dikemas dalam bentuk pil atau kapsul. b) Methamfetamin ice, dikenal sebagai SHABU. Nama lainnya shabu-shabu. SS, ice, crystal, crank. Cara penggunaan : dibakar dengan menggunakan kertas alumunium foil dan asapnya dihisap, atau dibakar dengan menggunakan botol kaca yang dirancang khusus (bong).

e.

LSD (Lysergic acid) Termasuk dalam golongan halusinogen,dengan nama jalanan : acid, trips, tabs, kertas, bentuk yang bisa didapatkan seperti kertas berukuran kotak kecil sebesarseperempat perangko dalam banyak warna dan gambar, ada juga yang berbentukpil, kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit sejak pemakaian dan hilang setelah 8-12 jam. Efek rasa ini bisa disebut tripping. Yang bisa digambarkan seperti halusinasi terhadap tempat. Warna dan waktu. Biasanya halusinasi ini digabung menjadi satu. Hingga timbul obsesi terhadap halusinasi yang ia rasakan dan keinginan untuk hanyut didalamnya, menjadi sangat indah atau bahkan menyeramkan dan lama-lama membuat paranoid.

f.

SEDATIF-HIPNOTIK (BENZODIAZEPIN) Digolongkan zat sedatif (obat penenang) dan hipnotika (obat tidur).

11

Nama lain dari Benzodiazepin: BK, Dum, Lexo, MG, Rohyp. Pemakaian benzodiazepin dapat melalui : oral,intra vena dan rectal, penggunaan dibidang medis untuk pengobatan kecemasan dan stres serta sebagai hipnotik (obat tidur).

g.

SOLVENT / INHALANSIA Adalah uap gas yang digunakan dengan cara

dihirup.Contohnya : Aerosol, aica aibon, isi korek api gas, cairan untuk dry cleaning, tiner,uap bensin. Biasanya digunakan secara coba-coba oleh anak dibawah umur golongan kurang mampu/ anak jalanan. Efek yang ditimbulkan : pusing, kepala terasa berputar, halusinasi ringan, mual, muntah, gangguan fungsi paru, liver dan jantung.

h. ALKOHOL Merupakan salah satu zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian. Dari proses fermentasi diperoleh alkohol dengan kadar tidak lebih dari 15%, dengan proses penyulingan di pabrik dapat dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi bahkanmencapai 100%. Nama lain alkohol : booze, drink Konsentrasi maksimum alkohol dicapai 30-90 menit setelah tegukan terakhir. Sekali diabsorbsi, etanol didistribisikan keseluruh jaringan tubuh dan cairan tubuh. Sering dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah maka orang akan menjadi euforia, mamun sering dengan penurunannya pula orang menjadi depresi (6).

12

C. Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (Pasal 59, Undang-undang Nomor 5, Tahun 1997, tentang Psikotropika dan Pasal 84, 85, dan 86, Undang-undang Nomor 22, Tahun 1997, tentang Narkotika) (7). Berdasarkan pengertian di atas, maka remaja penyalahguna narkoba adalah individu yang berusia 11-22 tahun yang mengunakan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum (6). Masalah gangguan penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain) merupakan problema kompleks yang penatalaksanaannya melibatkan banyak bidang keilmuan (medik dan non-medik).

Penatalaksanaan seseorang dengan ketergantungan napza merupakan suatu proses panjang yang memakan waktu relatif cukup lama dan melibatkan berbagai pendekatan dan latar belakang profesi. Gangguan penggunaan napza merupakan masalah bio-psiko-sosiokultural yang sangat rumit sehingga perlu ditanggulangi secara multidisipliner dan lintas sektoral dalam suatu program yang menyeluruh (komprehensif) serta konsisten. Pedoman ini hanya memfokuskan pembahasan pada penatalaksaan medik-kedokteran. Gangguan penggunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif Lain (NAPZA) merupakan masalah yang menjadi keprihatinan dunia internasional di samping masalah HIV/AIDS, kekerasaan (violence), kemiskinan, pencemaran lingkungan, pemanasan global dan kelangkaan pangan (8). Penyalahgunaan dalam penggunaan narkoba adalah pemakaian obatobatan atau zat-zatberbahaya dengan tujuan bukan untuk pengobatan dan penelitian serta digunakan tanpa mengikuti aturan atau dosis yang benar. Dalam kondisi yang cukup wajar/sesuai dosis yang dianjurkandalam dunia kedokteran saja maka penggunaan narkoba secara terus-menerus

akanmengakibatkan ketergantungan, depedensi, adiksi atau kecanduan (9).

13

NAPZA berpengaruh pada tubuh manusia dan lingkungannya, seperti komplikasi medik (yang berpengaruh pada otak dan susunan saraf pusat, pada saluran pernapasan, jantung, hati, penyakit menular, sistem reproduksi, kulit, komplikasi kehamilan) dan juga pada dampak sosial (di lingkungan keluarga, di lingkungan sekolah, dan di lingkungan masyarakat (10).

D. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan NAPZA Penyalahgunaan narkoba atau napza adalah penggunaannya bukan untuk tujuan pengobatan, tetapi agar dapat menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan jiwa, dan kehidupan sosialnya. Lebih lanjut dikemukakan bahwa penyalahgunaan Narkoba atau Napza menjadi masalah yang memprihatinkan, karena terutama menimpa generasi muda sehingga berpengaruh terhadap masa depan bangsa. Menurut laporan Rumah Sakit Ketergantungasn Obat (RSKO) di Jakarta, dari penderita yang umumnya berusia 15 24 tahun, banyak yang masih aktif di SMP dan SMA, bahkan perguruan tinggi. Dengan demikian berarti generasi muda merupakan sasaran strategis mafia perdagangan narkoba atau napza. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan atau preventif dilakukan secara aktif melalui pembinaan masyarakat dengan mengadakan penyuluhan dan bimbingan. Pencegahan adalah kegiatan penyuluhan dan bimbingan untuk memberi pengetahuan dan kesadaran, tentang akibat buruk/bahaya

penyalahgunaan napza, untuk meningkatkan ketahanan daya tangkal perseorangan, keluargaatau masyarakat terhadap masalahpenyalahgunaan napza. Upaya pencegahan ini dilaksanakan melalui kegiatan

diskusi,peningkatan kemampuan teknis, penyuluhansosial. Lebih lanjut dikemukakan bahwa tujuan dari upaya pencegahan ini, yaitu : a) terhindar dan terbebasnya generasi muda daripenyalahgunaan napza,

menumbuhkan,memulihkan, dan mengembangkankeberfungsiaan sosial eks korbanpenyalahgunaan napza sehingga dapat hidupsecara wajar sesuai dengan norma yangberlaku di masyarakat; dan b) meningkatnyaperan aktif

14

masyarakat dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan NAPZA, sehingga masyarakat memiliki ketahanan sosial dan daya tangkal terhadap

permasalahan penyalahgunaan napza. Disamping upaya preventif atau pencegahan terhadap penyalahgunaan narkobaatau napza, juga pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana dikemukakan pada Pasal 54 dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Lebih lanjut pada Pasal 55 ayat (1) dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan: orang tua atau wali dari pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumahsakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. Pada Pasal 57 disebutkan, selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitas imedis, penyembuhan pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dantradisional. Sedangkan, rehabilitasi sosial mantan pecandu narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam Undang-Undang RI Nomor 11Tahun 2009 Tentang

Kesejahteraan Sosial, padaPasal 7 ayat (1) menyebutkan : rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosial secara wajar. Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilaksanakan secara persuasive,motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun panti sosial. Upaya pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan dan

pemberantasan peredaran gelap Narkoba diperlukan peran serta masyarakat. Masyarakat perlu mengembangkan program dilingkungannya masing-masing secara bertanggung jawab dan profesional. Agar program di lingkungan masyarakat dapatberjalan baik diperlukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu asas penting dalam pengembangan

15

program tersebut, yaitu: (1) bekerja bersama masyarakat, sehingg amenggeser tanggung jawab perencanaan dan pengambilan keputusan dari lembaga pemerintah dan profesional kepada masyarakat; dan (2) melibatkan semua komponen masyarakat. Prinsip ini merupakan paradigma dalam pencegahan dan penanggulangan (terapi danrehabilitasi) penyalahgunaan narkoba/napza danpemberian pelayanan kepada sasaran masyarakat tertentu oleh pemerintah dan profesional tertentu, menjadi pemberdayaan masyarakat, sehingga mampu mengembangkan dan melaksanakan rencana kegiatan mereka sesuai dengan kebutuhan. Sebagai konsekuensinya, metode pencegahan dan penanggulangan harus diubah dari cara-cara konvensional atau klasikal yang dibantu oleh pemerintah dan para profesional kepada cara yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Masyarakat harus didorong agar mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. Tugas pemerintah sebagai fasilitator mendorong proses membangun kesadaran masyarakat, membangun sistem, menyusun pedoman, dan melatih tenaga-tenaga masyarakat agar handal. Dengan demikian pemberdayaan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan pengaruhnya terhadap kejadian-kejadian serta lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dankekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya. Yuanita Fachril menyatakan bahwa yang menjadi sasaran tindakan preventif ini ada tigalembaga, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. 1. Keluarga a. Peran keluarga dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan napza membentuk pribadi yang baik. Tiada alasan repot mengurus soal pekerjaan sehingga orang tua tidak sempat memperhatikan kehidupan anak yang hidup tanpa kasih sayang. Ayah dan ibu mempunyai kekuasaan sepenuhnya untuk membentuk pribadi yang baik terhadap kehidupan anakanak. Kebiasaan hidup, hormat menghormati, sopan santun terhadap orang tua harus dimulai sejak masih kanak-kanak.

16

Dalam hal kehidupanberagama pun orang tua yang harus memulainya dari kecil. Mereka harus dibimbing mengenai Tuhan, mengenai kewajiban, belajar agama sehingga mengetahui berbagai perintah dan larangan Tuhan. b. Para orang tua wajib melarang anakanaknya untuk tidak merokok dan tidak minum minuman keras. Sebagai pintu gerbang penyalahgunaan narkotika itu kebiasaan merokok dan meminum minuman keras. Dari kebiasaan merokok akan menanjak maju pada taraf mengisap ganja dan sampai ia menghisap morfin, kemudian menginjeksi atau menyuntikan barangbarang berbahaya itu ke dalam tubuhnya. c. Kontrol Orang tua mengawasi sikap, tingkah laku, dan kebiasaan anakanak secara terus menerus , apa yang dibawa anak, apa isi tas sekolah anak, perlu dikontrol dan bila terdapat hal-hal yang tidak sewajarnya, anak harus diberi peringatan. Demikian pula siapa teman bermain anak dan kemana mereka pergi perlu diketahui oleh orang tua. d. Orang tua mengisi waktu luang anak jangan dibiarkan kosong sehingga ia berkesempatan untuk berbuat iseng. Isilah waktu luang anak dengan acaraacara sesuai bakat dan minat yang berguna untuk meningkatkan keterampilan anak. 2. Sekolah Anak sekolah dari kelompok umur 13 20 tahun, masih sangat rentan terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba/napza, mereka berupaya mencari jati diri. Perkembangan biologi masa pubertas, perkembangan kejiwaan, rasa ingin tahu yang tinggi dapat menyeret mereka pada pengalaman yang tidak semestinya. Jadi penting artinya membentengi mereka dengan langkah-langkah yang tepat. Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari para pendidik atau para guru untuk menangkal bahaya penyalahgunaan narkoba/napza di sekolah adalah sebagai berikut. a. Perlu diadakan penyuluhan dan bimbingan terhadap masalah napza oleh tenaga ahli semisal dokter sehingga memiliki imunitas atau kekebalan terhadap bahaya napza .

17

b. Perlu diadakan kontrol terhadap tempat-tempat yang mencurigakan di sekolah dan sekitarnya serta diadakan informan khusus. Sekali-sekali diadakan razia narkoba, baik oleh para guru maupun dibantu oleh petugas dari kepolisian. c. Hubungan yang harmonis antara pendidik dan siswa, atau antara guru dan murid, sehingga komunikasi menjadi lancar. Demikian juga perlu dibina hubungan kerja sama antara pendidik atau para guru dengan orang tua murid, terutama dalam usaha pengebalan atau imunitas terhadap bahaya NAPZA. d. Jika terdapat siswa yang menjadi penghisap ganja atau morfinis lainnya, para guru tak usah panik, takut akan ancaman anak-anak. Pihak sekolah harus segera menghubungi pihak kepolisian yang terdekat untuk penyelidikan lebih lanjut. Demikian pula terhadap tua murid harus segera diberi tahu agar tidak terjadi salah paham. e. Murid-murid yang gemar membolos, bandel, berlaku tidak sopan kiranya perlu mendapat perhatian khusus karena gejala tersebut merupakan gejala penyalahgunaan napza. 3. Masyarakat Dalam masyarakat terdapat komponen kerohanian seperti ulama, tokoh masyarakat, pemimpin kepemudaan, dan lain-lain. Para tokoh masyarakat tersebut bekerjasama member wawasan dari masing-masing tokoh masyarakat untuk memberi bekal menangkal penyalahgunaan napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan kepada remaja, yaitu : (1) apa dan bagaimana napza itu; (2) siapa yang berwenang memiliki; dan (3) mengedar dan memakainya dan bagaimana segi hukum pemakai napza ditinjau dari sudut agama dan hukum pidana. Mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan nafza, dipandang efektif apabila kita dapat memerangi pemasok barang haram berupa napza dan member pencerahan serta menanamkan kesadaran terhadap para remaja sebagai pengguna NAPZA. Namun, akan lebih efektif lagi apabila dalam upaya mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA melibatkan peranserta masyarakat sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI

18

Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Pasal 104 dan 105, serta Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1977 Tentang Psikotropika Pasal 54 ayat (1, 2,dan 3 ).

PERAN SERTA MASYARAKAT Masyarakat perlu ikut mengambil bagiandalam upaya pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba/napza dengan singkatan P4GN. Hal itu tertuang pada BabIII dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun2009 Tentang Narkotika dan Bab XII dalam Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, yaitu mengenai peran serta masyarakat. Pada bab III UU. RI Nomor 35 Tahun2009 Tentang Narkotika, terdapat 5 Pasal, yaitu Pasal 104 sampai dengan 108 yang mengatur peran serta masyarakat. Pasal 104 menyebutkan: masyarakat mempunyai

kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Pasal 105: masyarakat mempunyai hak dan

tanggungjawab dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Kemudian pada Pasal106 disebutkan : hak masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika diwujudkan dalam bentuk: 1) mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika danprekursor narkotika; 2) memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika kepada penegak hukum atau BNN yangmenangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika; 3) menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum atau BNN yang menangani perkara tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika; 4) memperoleh jawabanatas pertanyaan tentang laporan yang diberikan kepada penegak hukum atau BNN; dan 5)

19

memperoleh perlindungan hukum pada saat yang bersangkutan melaksanakan haknya atau diminta hadir dalam proses peradilan. Selanjutnya pada Pasal 107 disebutkan:masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat berwenang atau BNN jika mengetahui adanya

penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika. Terakhir pada Pasal108 ayat (1) dinyatakan: peran serta masyarakat sebagai dimaksud dalam Pasal 104, Pasal 105,dan Pasal 106 dapat dibentuk dalam suatu wadah yang dikoordinasi oleh BNN. Pada Bab XII Undang-Undang RI Nomor5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika yang mengatur peran serta masyarakat, tertuangdalam Pasal 54. Pada Pasal 54 ini terdapat 4ayat yang menyebutkan: 1) masyarakat memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta dalam membantu mewujudkanupaya pencegahan penyalahgunaan psikotropika sesuai dengan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya; 2) masyarakat wajib melaporkan kepada pihak yang berwenang bila mengetahui tentang psikotropika yang disalahgunakan dan/atau dimiliki secara tidak sah; 3) pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perlu mendapat jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak yang berwenang; dan 4) ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Mencermati uraian mengenai peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan, penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan: 1) pemerintah sangat mengharapkan bantuan masyarakat untuk ikut serta mencegah, menanggulangi prenyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkotika dan psikotropika; dan 2) masyarakat mendapat jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak yang berwenang. Permasalahannya masyarakat pada umumnya belum tahu

mengenai hak dan kewajiban mereka dan mereka merasa khawatir tentang keamanan mereka apabila mereka ikut serta dalam pemcegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba/napza. Untuk itu perlu diberikan pencerahan kepada masyarakat

20

melalui program pemberdayaan masyarakat agar masyarakat mengerti dan menyadari hak dan tanggung jawab mereka sebagai anggota masyarakat dalam melaksanakan peran serta mereka dalam membantu pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap napza. Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: 1) pemerintah melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat lokal (lingkungan RW, desa,kelurahan); 2) tujuan pertemuan: member pencerahan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun informal mengenai peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap narkoba/nafza yang tertuang dalam Bab III Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Bab XII Undang-Undang RINomor 5Tahun 1997 Tentang Psikotripika; 3) membentuk wadah dalam bentuk suatu organisasi yang dikoordinasikan oleh BNN; 4) mendorong proses membangun kesadaran masyarakat, membangun sistem, menyusun pedoman, dan melatih tenagatenaga masyarakat agar handal; dan 5) memberi aksesagar masyarakat mudah menghubungi atau melapor apabila diduga ada tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan napza. Dengan adanya organisasi sebagai wadah peran serta masyarakat lokal yang dikoordinasikan oleh BNN dalam upaya membantu pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap NAPZA, diharapkan dapat mengatasi setidaknya mengurangi ancaman narkoba/napza bagi generasi muda bangsa (3).

21

BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lain. Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2009, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 2. NAPZA terbagi menjadi tiga macam jenis, yaitu Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya yang dapat membahayakan tubuh manusia, bahkan menyebabkan kematian apabila dikonsumsi secara berlebih dan tanpa pengawasan medis.. 3. Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba di luar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan merupakan perbuatan melanggar hukum. Masalah ini merupakan salah satu problema kompleks yang penatalaksanaannya melibatkan banyak bidang keilmuan (medik dan nonmedik) sehingga perlu ditanggulangi secara multidisipliner dan lintas sektoral dalam suatu program yang menyeluruh (komprehensif) serta konsisten. 4. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2008, jumlah pengguna narkotika di Indonesia sebanyak 10.006 orang dan pengguna psikotropika sebanyak 9.780 orang. Penyalahgunaan napza saat ini

semakin mengalami peningkatan yang tajam. Bahkan terdapatnya anakanak yang masih duduk di SD terlibat dalam penyelahgunaan napza ini. 5. Untuk menanggulangi penyalahgunaan NAPZA yang semakin meningkat, pemerintah mengadakan upaya preventif yang dilaksanakan secara aktif dengan mengadakan bimbingan, kegiatan diskusi, peningkatan

kemampuan teknis, dan penyuluhan sosial kepada masyarakat luas. 6. Disamping upaya preventif atau pencegahan terhadap penyalahgunaan narkobaatau napza, juga pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi

22

medis dalam penyalahgunaa NAPZA dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. 7. Peran serta masyarakat juga sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan NAPZA. Hal itu tertuang pada Bab III dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun2009 Tentang Narkotika dan Bab XII dalam Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika, yaitu mengenai peran serta masyarakat.

B. Saran Untuk mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA terutama di Indonesia perlu adanya kerja sama dari berbagai pihak dan lintas sektor. Ada baiknya pendidikan tentang NAPZA diberikan sejak dini pada sasaran yang tepat yaitu para pelajar yang rawan terhadap penyalahgunaan NAPZA karena faktor psikologis yang masih belum matang. Mengingat penyalahgunaan NAPZA sebagian besar disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan kesalahan persepsi para penggunaan. Hal ini dapat menurunkan angka kejadian penyalahgunaan NAPZA dengan cara preventif sehingga lebih efektif. Selain itu dukungan dari pihak terdekat yaitu keluarga memberikan peranan penting bagu para korban maupun pengguna NAPZA.

23

DAFTAR PUSTAKA 1. Widodo, Arif. 2009. Peningkatan Keterampilan Pencegahan Perilaku Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja Di Desa Gonilan

Sukoharjo.Surakarta: Universitas Surakarta. 2. Wahida, Sri. 2011. Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Self-Control terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja SMK Bina Potensi PaluSulawesi Tengah. Jakarta: Universitas Syarif Hidayatullah. 3. Hanifah, Abu, et al. 2011. Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial: Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan NAPZA melalui Peran Serta Masyarakat. Informasi, Vol 16 No 1 Tahun 2011. 4. Siahaan, EPD, et al. 2013. Dukungan Psikososial Keluarga dalam Penyembuhan Pasien NAPZA di Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara. 5. Safaria, Triantoro. 2012. Kecenderungan Penyalahgunaan NAPZA Ditinjau dari Tingkat Religiusitas Regulasi Emosi, Motif Berprestasi, Harga Diri, Keharmonisan Keluarga, dan Pengaruh Negatif Teman Sebaya.

Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan. 6. Adi WA. 2011. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Kesejahteraan Psikologis Remaja Pecandu Narkoba di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika. Jakarta: Universitas Esa Unggul. 7. 8. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pedoman Penatalaksanaan Medik Gangguan Penggunaan NAPZA. Nomor

422/MENKES/SK/III/2010 9. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. 2009. Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. 10. Qurniawati, Annik, et al. 2012. Penyalahgunaan Narkoba. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

24

Anda mungkin juga menyukai