Nathan Madutujuh
1 PENDAHULUAN
Dalam beberapa kejadian gempa bumi di kota besar di Indonesia, seperti di Aceh, Jogja dan Padang, telah dijumpai bahwa kerusakan bangunan dan besarnya korban jiwa yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh rendahnya mutu material, kesalahan dalam disain dan kesalahan dalam konstruksi dan detail tulangan, melainkan juga oleh beberapa hal dibawah ini: Peta gempa yang perlu di update, Pengaruh gelombang S dan Gempa Vertikal, Arah memanjang bangunan, Kegagalan pondasi, Soil Liquefaction, differential settlement yang besar, Efek kolom pendek, Efek Kolom Langsing, Efek Torsi, dan Kurangnya Redundancy pada bangunan. Hal lain adalah tidak tersedianya jalur evakuasi yang aman secara struktur. Untuk itu dalam tulisan ini akan dibahas: Apakah Design Code sudah memadai ?, Apakah Pemahaman dan Kemampuan Perencana sudah memadai ?, Bagaimana meminimalisasi Kegagalan Struktur ?, dan Bagaimana meminimalisasi Korban pada saat kegagalan struktur (Plan B) ?.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
Rekomendasi: Gunakan Peta Gempa dengan update terbaru, atau Gunakan Peta Gempa lama dengan Zona yang lebih tinggi + Importancy Factor 1.4
Gambar 1 Gelombang P dan S Rekomendasi: Hindari penggunaan balok prategang, Gunakan Rasio panjang:lebar = 1:4, Gunakan Sloof yang sanggup memikul differential settlement >= 50-100mm, letakkan arah panjang bangunan pada arah tegak lurus gempa (arah pendek searah gempa). Untuk daerah sangat dekat dengan episenter, bangunan dibatasi tidak boleh memanjang, tetapi berbentuk kotak atau bulat, karena arah gempa tidak dapat ditentukan dengan pasti.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
8 POTENSI LIQUEFACTION
Pada tanah dengan lapisan pasir halus dan tekanan air pori tinggi (tipikal tanah daerah pantai), gelombang P yang besar akan menyebabkan percepatan horizontal yang besar yang meningkatkan tekanan air pori yang menyebabkan lapisan pasir secara tiba-tiba kehilangan daya dukungnya sama sekali, bahkan dapat memancar keluar dari dalam tanah. Karena hal ini dapat terjadi tidak merata pada area gedung, maka gedung dapat mengalami diffrerential settlement yang sangat besar secara tiba-tiba (mencapai 20-100cm), yang akan menyebabkan keruntuhan. Pedoman geoteknik untuk meninjau bahaya Liquefaction ini dapat dilihat pada tulisan Rahardjo (2010). Pada Gempa Padang 2009, banyak bangunan yang menggunakan pondasi sumuran dangkal mengalami keruntuhan atau kerusakan hebat yang diakibatkan oleh efek liquefaction ini, sedangkan kedalaman aktual bedrock adalah 2540m. Catatan: Efek Liquefaction ini tidak dapat dilawan tapi harus dihindari dengan sistem pondasi yang tepat.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
Rekomendasi: Harus meninjau potensi liquefaction, Gunakan pondasi tiang menembus lapisan liquefaction atau pondasi raft, atau Pile-raft, Gunakan pelat dasar beton bertulang minimal 30cm dengan tulangan minimal D13-150 sebagai cadangan kekuatan (Redundancy) terhadap liquefaction.
Dimana : P = daya dukung ijin tiang, LLrt adalah Live Load dengan reduksi tingkat, dan LLrf adalah Live Load dengan reduksi terhadap gempa Untuk meningkatkan redundansi, hindari penggunaan tiang tunggal, dan gunakan jarak antar tiang minimal 3D. Untuk tanah lunak, digunakan grouting semen pada sekeliling tiang, dan urugan sirtu yang dipadatkan setebal 2m pada lapisan tanah teratas. Lantai dasar harus menggunakan pelat beton setebal minimal 30cm sebagai cadangan kekuatan.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
Efek Soft-Story ini dapat terlihat jelas atau tersembunyi dalam bangunan, seperti gambar b dan c diatas. Pada gambar 2d terlihat potensi kerusakan pada kolom gantung dan balok transfer. Rekomendasi: Hindari gedung yang terletak diatas lereng karena gedung demikian akan mengalami efek soft-story, efek kolom-pendek, dan efek torsi sekaligus. Tanah di lereng juga dapat mengalami liquefaction pada arah horizontal yang akan menyebabkan keruntuhan lereng.
Gambar 3 Efek Soft-Story dan Kolom Pendek (Earthquake Tips, 2010) Pada kejadian Gempa Padang, dijumpai banyak sekali Ruko yang mengalami kerusakan pada area pintu depan. Hal ini disebakan efek soft-story dan efek kolom-pendek, dimana pada bagian depan ruko ada balok melintang diatas pintu besi yang membentang dari kolom sisi kiri ke sisi kanan ruko (Gambar 3b). Balok melintang ini akan menyebabkan efek kolom pendek (Short-Column Effects), dimana seharusnya penulangannya adalah menggunakan sengkang rapat sepanjang kolom pendek, sbb:
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
(60 Db), Gunakan Importancy Factor >= 1.4 untuk rumah ibadah, sekolah, rumah sakit, dan posko Bencana. Gunakan R=7.0, Naikkan tulangan lapangan 20%, Hindari pengurangan tulangan tumpuan akibat redistribusi momen.
13 SUMMARY
Dari pembahasan diatas dapat diberikan ringkasan sebagai petunjuk praktis untuk digunakan pada perencanaan gedung tahan gempa di daerah dekat pusat gempa (Zona 5/6) sbb : 1. Gunakan sistem struktur daktail dan denah simetris 2. Arah memanjang gedung tegak lurus arah gempa 3. Gunakan tinggi tingkat seminimal mungkin 4. Gunakan Mutu beton K-300, Baja Ulir U-39 5. Gunakan Tanah Lunak (Soft soil) 6. Gunakan Zona 6 dengan Percepatan bedrock ah = 0.4g 7. Gunakan Zona 6 dengan Percepatan vertikal av = 0.5g 8. Gunakan R = 7.0 < 8.5 untuk SRPMK 9. Gunakan Faktor Keutamaan, I = 1.4-1.6 10. Gunakan Perioda Dasar, To <= 0.10 - 0.12 NF 11. Check terhadap liquefaction menggunakan data borlog dan sondir CPTu 12. Sistem Pondasi Tiang menembus lapisan liquefaction 13. Gunakan pelat lantai dasar beton t=30cm, tulangan minimal D13-150 // 14. Tanah lunak sekeliling tiang digrouting dengan air semen sedalam 10m dan dan sirtu 2m 15. Sloof didisain dapat menahan differential settlement >= L/100 16. Gunakan tulangan joint dan tulangan penuh pada kolom pendek 17. Tulangan lapangan ditambah 20%, tulangan tumpuan tetap 18. Hindari penggunaan balok/pelat prategang tanpa tulangan penguat 19. Hindari penggunaan kolom pipih 20. Gunakan standard detail kapasitas untuk beton bertulang 21. Gunakan shearwall daktail bilamana mungkin 22. Hindari penggunaan patokan Rasio beton dan Rasio tulangan Rekomendasi untuk Pemda Kota di daerah yang dekat Pusat Gempa: 1. Pencatatan gempa horizontal dan vertikal yang lebih akurat perlu disediakan 2. Model gedung dengan To = 0.1 detik dan 1.0 detik yang dilengkapi dengan instrumentasi perlu dibuat untuk memvalidasi teori yang ada 3. Peta Mikrozonasi gempa perlu dibuat dengan teliti 4. Peta Potensi Liquefaction perlu dibuat dengan teliti disertai peta rekomendasi jenis pondasi 5. Beberapa gedung tinggi perlu dilengkapi instrumentasi untuk mendapatkan perilaku aktual, validasi teori dan data yang digunakan dalam disain. 6. Untuk non-engineered building, perlu disediakan standard design untuk rumah T.21, T.36, T.72, T.108 yang dapat diakses oleh semua pihak 7. Menyediakan Check-List sesuai rekomendasi diatas untuk memeriksa disain dari engineered building
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia
14 PENUTUP
Demikian pembahasan mengenai petunjuk praktis untuk perencanaan gedung tahan gempa di daerah dekat pusat gempa ini, semoga tulisan ini dapat digunakan sebagai pedoman dan rekomendasi dalam merencanakan gedung yang aman terhadap gempa di daerah tersebut sampai dikeluarkan petunjuk yang lebih lengkap dan akurat dari badan yang lebih berwenang berdasarkan data yang lebih mutahir dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
FEMA 99, Non-technical explanation of NEHRP Recommendation, 1999, IIT/BMTPC, Earthquake Tips, 2010 Rahardjo, P. P, Potensi Liquefaction Kota Padang, Seminar Gempa ITP, Padang, 2010. Imran, Iswandi, Disain Konstruksi Beton Tahan Gempa, Seminar Gempa ITP, Padang, 2010
Makalah ini disampaikan dalam rangka diseminasi informasi melalui Seminar HAKI. Isi makalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis, dan tidak mewakili pendapat HAKI.
Seminar dan Pameran Haki 2010 - Perkembangan dan Kemajuan Konstruksi Indonesia